bahu jalan dan bagian tengah jalan. Meski begitu,
RTH Kota
Depok mengalami
penurunan dari 17 533 Ha 88 pada tahun 1992 menjadi 12 935 Ha 65 pada tahun
2000 Agrissantika 2007. Jumlah penduduk Kota Depok pada
tahun 2000 sebanyak 1 013 731 jiwa dan pada tahun
2005 sebanyak
1 .
374 .
522 situs
pemerintahan Kota Depok. Tingginya jumlah dan pertumbuhan penduduk ini mengakibatkan
beberapa konsekuensi penting, di antaranya: 1 dibutuhkannya lahan untuk keperluan
pembangunan rumah, lokasi aktivitas, fasilitas umum dan RTH kota, 2 akan memacu
perubahan penggunaan lahan yang tadinya RTH menjadi ruang terbangun.
Kota Depok termasuk wilayah beriklim tropis dengan kisaran suhu udara 22-33
o
C, curah hujan antara 1
. 883 mm hingga
2 .
113 .
mm per
. tahun, serta kelembapan relatif
antara 60-90.
4.2 Pendugaan Nilai Suhu Permukaan
dari Citra Landsat Nilai suhu permukaan Ts yang
didapat merupakan
hasil ekstraksi
menggunakan kanal 61 dan 62 Landsat. Data tahun 2003 tidak digunakan karena mengalami
kerusakan berupa garis-garis hitam gap pada citra. Gap merupakan data kosong yang
disebabkan oleh rusaknya Scan Line Corrector SLC pada satelit Landsat. Awalnya, nilai
suhu permukaan tahun 2005 sangat rendah, hal ini terjadi karena pada citra tahun tersebut
hanya 1 kanal 6 yang berfungsi sedangkan pada citra tahun lainnya kanal 61 dan 62
berfungsi baik. Oleh karena itu, dilakukan pendugaan nilai kanal 62 untuk tahun 2005
tersebut. Setelah mendapatkan nilai dugaan untuk kanal 62, nilai tersebut kemudian
digunakan bersama dengan kanal 61 untuk perhitungan selanjutnya.
Jenis penutupan lahan mempengaruhi besar kecilnya suhu permukaan. Hal tersebut
dikarenakan setiap penutupan lahan memiliki panas
jenis yang
berbeda pula.
Jika diasumsikan nilai penambahan panas sama,
tanah yang memiliki panas jenis 800 J kg
-1
K
-1
akan lebih cepat naik suhunya dibandingkan dengan air yang memiliki panas jenis 4
. 200
J .
kg
-1
. K
-1
. Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan suhu permukaan Kota Depok dari
tahun 2001-2006.
Peningkatan suhu
permukaan pada
periode tersebut
mengindikasikan adanya
perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi
menjadi lahan terbangun di Kota Depok. Tabel 2 Suhu permukaan rata-rata
o
C Tahun
Suhu Permukaan 2001
2002 2004
2005 2006
25.5 26.5
27.5 26.0
30.5
4.3 Penentuan Radiasi Netto
Radiasi netto Rn merupakan selisih antara gelombang pendek matahari dan
gelombang panjang
yang datang
ke permukaan bumi dengan gelombang pendek
dan gelombang panjang yang keluar. Nilai radiasi gelombang pendek didapatkan dari
ekstraksi citra Landsat kanal 1, 2, dan 3 dengan sebelumnya menentukan nilai albedo.
Nilai radiasi gelombang panjang yang keluar didapat
dari pengolahan
citra Landsat
menggunakan kanal 6 dengan terlebih dahulu menduga nilai suhu permukaan.
Nilai radiasi netto dipengaruhi oleh nilai suhu permukaan dan albedo. Semakin
besar nilai albedo dan suhu permukaan maka nilai radiasi nettonya semakin kecil karena
radiasi yang dipantulkan oleh permukaan semakin besar, contohnya daerah pemukiman
dan lahan terbuka. Sebaliknya, semakin kecil nilai suhu permukaan dan albedo maka nilai
radiasi netto semakin besar. Daerah yang memiliki radiasi netto besar adalah yang
memiliki naungan yang besar, seperti hutan.
Tabel 3 Nilai Ts rata-rata
o
C, albedo, dan Rn Tahun
Ts Albedo
Rn W m
-2
2001 2002
2004 2005
2006 25.5
26.5 27.5
23.0 30.5
0.08-0.30 0.07-0.35
0.04-0.42 0.05-0.42
0.09-0.65 104-171
63-147 89-208
121-190 0-72
Nilai albedo berbeda-beda berdasarkan jenis penutupan lahannya. Nilai albedo untuk
air berkisar 0.1-1.0, lahan terbangun 0.1-0.35, lahan pertanian 0.18-0.25, dan hutan 0.05-0.2
Oke 1998 dalam Sinaga 2009. Secara umum, nilai albedo permukaan non vegetasi lebih
tinggi daripada permukaan vegetasi. Hal tersebut disebabkan oleh permukaan non
vegetasi lebih banyak memantulkan radiasi gelombang pendek dibandingkan dengan
permukaan bervegetasi.
4.4 Pendugaan Nilai Suhu Udara