Perbedaan jarak tanam maupun ukuran benih tidak menunjukkan perbedaan hasil
pengukuran yang signifikan, baik dalam pengukuran nilai LAI ataupun intersepsi
radiasi surya. Radiasi surya yang diintersepsi tajuk tanaman kentang cukup seragam.
Intersepsi radiasi surya yang paling tinggi yaitu sebesar 48,52 MJm
-2
selama satu minggu. Tanaman yang mengintersepsi
energi sebanyak ini adalah tanaman yang ditanam pada jarak tanam 20x20 cm dan
berasal dari benih dengan ukuran besar. Tanaman yang diberi perlakuan ini memiliki
nilai LAI yang paling besar pula.
4.2 Berat Kering Tanaman Kentang
Selain menghitung
radiasi yang
diintersepsi oleh tajuk tanaman kentang, berat kering dari tanaman ini juga dihitung pada
tiap minggunya. Berat kering yang diukur meliputi berat kering tanaman di atas tanah
AGB dan berat kering umbi. Hasil perhitungannya seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 3 dan 4. Secara keseluruhan, tanaman kentang mengalami peningkatan berat kering
seiring dengan peningkatan intersepsi radiasi surya oleh tajuk. Menurut Tanaka dalam
Musawir 2005, berat kering tanaman akan bertambah seiring dengan meningkatnya nilai
LAI, namun bila nilai LAI terus meningkat maka berat kering akan menurun. Penurunan
berat kering ini disebabkan laju fotosintesis berkurang karena daun saling menaungi.
Tabel 3 Hasil pengukuran berat kering tanaman di atas tanah
Perlakuan Berat kering tanaman g m
-2
di atas tanah,minggu ke
1
a
2
a
3
a
4
a
5
a
J1 AI 20,8 27,7
74,5 98,2 147,8
J1 BI 29,3 38,7
93,2 65
132 J1 CI
19,1 14
16,2 15,2
36,3 J1 AII
18,9 54,2 102,1 41,9
99,7 J1 BII
6,8 14,9 17,1
36,9 73,4
J1 CII 3,4
4,1 5,2
16,4 47,7
J2 AI 39 75,7
160 143,2 114,4 J2 BI
15,8 21,3 73,5
84,9 111,5 J2 CI
5,5 12,3 14,8
38,8 65
J2 AII 39,3
35 59,2
44,8 77,8
J2 BII 12,4 16,7
40,4 50,5
61,1 J2 CII
14,6 34,5 72,1
59,3 49,8
Berat kering tanaman di atas tanah AGB yang paling tinggi terukur pada minggu
ketiga, tanaman kentang dengan jarak tanam 20x20 cm dan ukuran benih besar atau J2AI,
data intersepsi radiasi tajuk juga paling tinggi Tabel 2, dan LAI tinggi pula Lampiran 2.
Apabila data tersebut dibedakan berdasarkan jarak tanam, maka dapat diketahui bahwa
pada jarak tanam 20x30 cm hasil pengukuran AGB yang lebih kecil dibandingkan pada
jarak tanam 20x20 cm. Hal ini dikarenakan pada jarak tanam 20x30 cm intersepsi radiasi
surya
lebih rendah,
sehingga hasil
fotosintesisnya lebih sedikit pula, namun perbedaan berat kering yang terukur tidak
signifikan. Perbedaan
hasil pengukuran
untuk perlakuan ukuran benih juga tidak terlalu
besar. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tanaman kentang dengan benih grade
A menghasilkan AGB yang besar pula. Perbedaan hasil ini bisa disebabkan oleh laju
pertumbuhan pada kentang dengan ukuran benih grade A lebih tinggi dibandingkan benih
yang lainnya. Pada perhitungan AGB ini, pengaruh
ukuran benih
lebih besar
dibandingkan dengan jarak tanam. Tabel 4 Hasil pengukuran berat kering umbi
Perlakuan Berat kering umbi g m
-2
minggu ke 1
a
2
a
3
a
4
a
5
a
J1 AI 20,1
47,3 178,5 279,8 J1 BI
7,9 16,1 123,9 182,0 164,0 J1 CI
6,9 3,3
61,0 44,0
J1 AII 14,0 21,3 210,6 116,5 288,5
J1 BII 6,2
17,1 27,1
83,2 J1 CII
4,7 4,0
7,6 27,5
J2 AI 5,2 33,1 255,4 448,7 646,0
J2 BI 56,0
75,4 83,8
J2 CI 11,8
6,6 35,7 199,8
J2 AII 26,8 14,1
87,8 168,9 148,2 J2 BII
2,8 52,0
21,4 168,5 J2 CII
8,0 21,2 93,6 162,9 154,8
Keterangan : 1
a
38 hari setelah tanam 2
a
46 hari setelah tanam 3
a
53 hari setelah tanam 4
a
60 hari setelah tanam 5
a
67 hari setelah tanam tanaman kentang belum
memiliki umbi.
Pada pengukuran berat kering umbi, minggu pertama pengukuran belum semua
tanaman kentang memiliki umbi. Berat kering yang
terukur semakin
bertambah tiap
minggunya seiring dengan semakin besar nilai LAI, semakin besar intersepsi radiasi pada
tajuk. Tanaman kentang yang berat kering umbinya
paling tinggi
dihasilkan dari
tanaman kentang yang berasal dari benih grade A dan jarak tanam 20x20 cm. Ternyata
perbedaan berat kering umbi yang dihasilkan dari tanaman yang diberi perlakuan jarak
tanam maupun ukuran umbi cukup besar, tidak seperti pada hasil pengukuran AGB.
Benih umbi yang berukuran besar dapat menghasilkan berat kering umbi yang besar
pula, baik dalam jumlah umbi maupun ukuran dan berat umbi basah. Hasil pengukuran
jumlah dan berat umbi basah ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 5 memberikan informasi bahwa pada pengukuran minggu pertama 38 hari
setetah tanam energi yang diserap tanaman lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan
tanaman, penambahan ukuran tanaman. Akan tetapi, mulai minggu ketiga pengukuran 53
hari setelah tanam, energi lebih banyak dialokasikan
untuk pembentukan
umbi. Setelah minggu ketiga tanaman kentang masih
mengalami penambahan berat kering di atas tanah, namun penambahan tersebut tidak
sebesar pada saat awal pengukuran. Hal ini seperti yang disebutkan Smith 1968 bahwa
pada fase pembentukan umbi, laju respirasi semakin menurun sampai masa panen. Oleh
karena itu, penambahan berat kering tanaman baik AGB maupun umbi masih terus
meningkat.
Dari data pengukuran berat umbi basah Lampiran 3 dapat diketahui bahwa jumlah
dan berat umbi basah terus meningkat tiap minggunya.
Gambar 5 Berat kering tanaman rata-rata yang terukur pada tiap minggu.
4.3 Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya