teknologi input rendah sehingga pemakaian input dan biaya produksi sangat minim. Pada aspek teknologi budidaya menunjukkan kedua kawasan masih pada
tahapan kawasan baru yang dicirikan ; 1 Jenis sapi yang dibudidaya terutama jenis sapi lokal yaitu sapi Bali, 2 Metode pembiakan sapi masih tergatung pada
kawin alam, penggunaan pejantan unggul dan teknik inseminasi buatan dengan semen pejantan unggul belum diterapkan dan belum ada seleksi yang terarah
untuk memperbaiki mutu bibit sapi Bali, 3 Sumber pakan ternak terutama mengandalkan rumput alam tanpa tambahan hijauan potongan dan limbah sisa
hasil pertanian dan perkebunan untuk diolah sebagai sumber pakan maupun konsentrat, hanya mineral mineral blok dan garam yodim yang sering diberikan
bergantung pada ketersedian dana dari kas kelompok, penggadaan dari Dinas Peternakan kabupaten Aceh Besar maupun perorangan, 3 Sistem budidaya
ternak yang diterapkan walaupun secara semi-intensif namun pelaksanaannya masih kurang terarah. Sistem semi-intensif yang diterapkan berupa aktivitas
melepaskan ternak pada siang hari dan mengandangkannya pada malam hari, dan 4 Penanganan kesehatan, gangguan reproduksi, dan vaksinasi pada ternak
masih tidak rutin dilakukan, hanya pengobatan yang sering dilakukan pada ternak yang sakit oleh anggota kelompok itu sendiri.
e. Peternak
Tingkat ketrampilan yang berkaitan dengan pengelolaan usaha dari petani ternak oleh anggota kelompok ternak di kedua kawasan sapi potong VBC cukup
baik karena sudah terbiasa melakukan budidaya sapi potong namun secara tradisional dengan input manajemen yang masih rendah. Untuk tingkat
pengetahuan terkait dengan penguasaan teknologi dan ketrampilan pengelolaan usaha ternak secara modern dengan memperhatikan aspek bisnis masih rendah
begitupula dengan motivasi dan kemampuannya dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan manajemen. Umumnya anggota kelompok petani ternak
merupakan petani ternak pada lahan pertanian kering sehingga budidaya sapi potong yang dilakukan dengan pola ekstensif. Untuk itu masih dibutuhkan
bimbingan maupun pendampingan yang intensif dari intansi pemerintah baik
berupa penyuluhan, pendidikan non formal seperti pelatihan kursus maupun pembuatan percontohan budidaya ternak experimental farm berupa demplot.
f. Tenaga Pendamping
Keberadaan tenaga pendamping pada kawasan sapi potong VBC kabupaten Aceh Besar masih sangat terbatas dari segi keberadaan maupun
aksesibilitasnya terutama untuk kawasan Blang Ubo-ubo. Tenaga pendamping berupa Dokter hewan atau mantri hewan dan tenaga teknis walaupun tersedia
namun dikarenakan beban kerja dan cakupan wilayah kerja yang luas dikarenakan merangkap sebagai petugas pelayanan di kecamatan sehingga
pelayanan peternakan di kawasan tidak optimal. Demikian pula dengan tenaga inseminator dan pemeriksa kebuntingan sudah ada namun kegiatan inseminasi
buatan belum berjalan. Berkaitan dengan tenaga pendamping di kawasan juga komunikasi dengan anggota kelompok kurang intensif dan kurang berjalan
dengan baik menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan teknis terutama pemahaman dari petani ternak terhadap tugas dan tanggung jawab pendamping.
g. Fasilitas