The Prospect of Ecoturism Development Post-Tsunami at The Grand Forest Park Pocut Meurah Intan in Province of Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA

PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN

RAYA POCUT MEURAH INTAN

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

M. DAUD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas di tunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2006

M. DAUD

P052030381


(3)

ABSTRAK

M. DAUD. Prospek Pengembangan Ekowisata Pas ca Tsunami di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam . Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN dan SOEHARTINI SEKARTJAKRARINI.

Pengembangan Tahura Pocut Meurah Intan (TPMI) pasca tsunami terdapat beberapa permasalahan seperti pembalakan liar, pembukaan lahan pertanian dan banyaknya masyarakat yang menggunakan lahan tersebut sebagai pemukiman baru. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian kawasan TPMI adalah melaksanakan pengembangan wisata dengan konsep ekowisata. Metode yang digunakan adalah survei lapangan yang mengacu pada kriteria standar penilaian obyek dan daya tarik wisata alam. Penelitian ini menggunakan potesi penawaran wisata dan potensi permintaan wisata serta rencana strategis pengembangan wisata dengan konsep ekowisata. Hasil penelitian menunjukkan potensi sumberdaya wisata baik flora maupun fauna dan gejala alam sangat potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata alternatif pasca tsunami. Kawasan TPMI saat sekarang ini di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menjadi tempat andalan wisatawan lokal. Potensi permintaan wisata di TPMI pasca tsunami sangat berbeda nyata dibandingkan sebelum tsunami dan ini merupakan salah satu peluang untuk pengembangan TPMI di masa yang akan datang. Hasil analisa SWOT posisi strategi pengembangan wisata berada pada kwadran satu (1,734;1,304), artinya pengembangan TPMI di masa yang akan datang dari faktor internal memiliki kekuatan dan dari faktor eksternal mempunyai peluang. Begitu juga dengan potensi permintaan wisata, rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah sebesar Rp 2.591.74


(4)

ABSTRACT

M. DAUD. The Prospect of Ecoturism Development Post-Tsunami at The Grand Forest Park Pocut Meurah Intan in Province of Nanggroe Aceh Darussalam Supervised by ANDRY INDRAWAN and SOEHARTINI SEKARTJAKRARINI.

The Development of the grand forest park Tahura Pocut Meurah Intan (TPMI) after tsunami faces some problems like illegal logging, opening the agricultural area and the use of the land by citizen to become living area. One of the effect to preserve TPMI area is by conducting tourism development through ecotourism concept. Method of area survey is used; it refers to standard criteria of assessing the object and the interest of natural tourism. This research uses the potential of tourism supply and the potential of tourism demand including the strategic plan of tourism development through ecotourism concept. The result of this research shows that the potential of tourism resources of flora, fauna and natural sign in this area is very potential to be one alternative of tourism objects after Tsunami. At present, TPMI becomes a sought after area for local tourists.The potential of tourism demand in TPMI after tsunami is very significant compared to pre-disaster and this is one opportunity for developing TPMI in the future. The result of SWOT analisys on the strategic position of tourism the tourism development located at first quadran (1,734 ; 1,304), it means in the future TPMI development from internal factors has the strength and from external factors has the oportunity. Likewise with the potencial of tourism demand, the average of willingness of tourism is Rp. 2.591,74,-


(5)

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA

PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN

RAYA POCUT MEURAH INTAN

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

M. DAUD

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

ii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli hingga Oktober 2005 memilih tema ekowisata, dengan judul Prospek Pengembangan Ekowisata Pasca Tsunami di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. dan Ibu Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc selaku pembimbing serta Dr. Suyanto (ICRAF) atas bantuan selama penelitian. Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh anggota Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Pocut Meurah Intan dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua, istri dan anak-anak tercinta serta seluruh keluarga dan sahabat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

B

ogor, Januari 2006


(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis, M. Daud adalah anak ke-2 dari 5 (lima) bersaudara yang berasal dari keluarga pasangan Usman Basyah dan Kartinah. Penulis dilahirkan di Desa Cot Teungoh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 10 Oktober 1972.

Tahun 1985 penulis lulus dari SD Negeri Tgk. Dianjong Kecamatan Pidie. Kemudian, penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri 2 Tijue Kabupaten Pidie dan lulus pada tahun 1988.

Tahun 1988 penulis melanjutkan studi ke SPP Muhammadiyah Kota Sigli Kabupaten Pidie, dan pada tahun 1991 penulis lulus dari SPP Muhammadiyah Kota Sigli Kabupaten Pidie. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh yang lulus pada tahun 1997.

Pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di

ProgramStudi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bidang Minat “Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata”

B

ogor, Januari 2006


(8)

© Hak cipta milik M. Daud, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya.


(9)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Kegunaan Penelitian ... 5

1.6. Kerangkan Pemikiran Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Ekowisata ... 9

2.2. Ekowisata Sebagai Konsep ... 11

2.3. Pegembangan Ekowisata ... 17

2.4. Taman Hutan Raya ... 20

2.5. Analisis Sediaan dan Permintaan Wisata... 20

2.6. Kesediaan Membayar (WTP) ... 23

III. METODELOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Tempat dan Waktu... 25

3.2. Metode Pengumpulan Data... 25

3.2.1. Data Pokok ... 25

3.2.1.1. Potensi Penawaran (Supply) Wisata ... 27

3.2.1.2. Potensi Permintaan (Demand) Wisata... 27

3.2.2. Data Penunjang ... 27

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.3.1. Studi Pustaka/ Literatur ... 29

3.3.2. Pengamatan Lapangan ... 29

3.3.3. Wawancara dan Penyebaran Kuiesioner ... 29

3.4. Analisis Data... 30

3.4.1. Analisa Penawaran (supply) Wisata ... 30

3.4.2. Analisa Permintaan (Demand) Wisata ... 31

3.4.2.1. Analisis Kesediaan Membayar (WTP) ... 31

3.4.2.1.1. Menghitung Rataan WTP ... 31

3.4.2.1.2. Menentukan Model Pendugaan WTP 32 3.4.2.1.3. Model Regresi Logit ... 32

3.4.2.1.4. Pengujian Model Regresi Logit ... 33

3.4.3. Analisa Strategi Pengembangan ... 36

IV. KEADAAN UMUM LOKASI ... 40

4.1. Letak dan Luas ... 40

4.2. Topografi ... 40

4.3. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat... 41

4.3.1. Penduduk ... 41

4.3.2. Mata Pencaharian... 41

4.3.3. Tingkat Pendidikan ... 42

4.3.4. Sarana Kesehatan ... 42


(10)

vi

4.3.6. Bahasa ... 43

4.3.7. Perekonomian Daerah ... 43

4.4. Potensi dan Daya Tarik Obyek Wisata ... 44

4.5. Pengelolaan Kawasan ... 45

4.6. Pembagian Kawasan Menurut Zonasi ... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1. Potensi Penawaran Wisata... 47

5.1.1. Sumberdaya Wisata Alam ... 47

5.1.1.1. Pemandangan Alam ... 47

5.1.1.2. Kondisi Flora dan Fauna di TPMI ... 48

5.1.1.3. Pusat Latihan Gajah ... 49

5.1.1.4. Realisasi Pembangunan TPMI ... 50

5.1.2. Akomodasi ... 50

5.1.3. Fasilitas dan Pelayanan ... 51

5.1.4. Insfrastruktur ... 54

5.1.5. Elemen Institusi ... 55

5.1.6. Masyarakat Sekitar Kawasan ... 55

5.1.6.1. Karakteristik Masyarakat ... 55

5.1.6.2. Persepsi Masyarakat ... 57

5.1.6.3. Partisipasi Masyarakat ... 60

5.1.6.4. Stakeholders ... 62

5.1.6.5. Saran dan Harapan Masyarakat ... 62

5.2. Aspek Permintaan Wisata ... 63

5.2.1. Karakteristik Wisatawan ... 63

5.2.2. Motivasi Wisatawan ... 66

5.2.3. Persepsi W isatawan... 69

5.2.4. Kesediaan Membayar (WTP) ... 70

5.2.5. Besar Nilai WTP ... 72

5.2.6. Analisa Regresi Logit Kesediaan Membayar WTP ... 72

5.2.7. Saran dan Harapan Wisatawan... 74

5.3. Strategi Pengembangan Wisata ... 74

5.3.1. Analisa SWOT ... 74

5.3.1.1. Kekuatan (Strengths) ... 76

5.3.1.2. Kelemahan (Weaknes ses) ... 76

5.3.1.3. Peluang (Opportunities) ... 76

5.3.1.4. Ancaman (Threats) ... 77

5.3.2. Rekomendasi Strategi Pengembangan Ekowisata... 77

5.3.2.1. Strategi SO ... 77

5.3.2.2. Strategi ST ... 78

5.3.2.3. Strategi WO... 78

5.3.2.4. Strategi WT ... 79

5.3.3. Strategi Pengembangan Wisata dengan Konsep Ekowisata ... 79

5.3.4. Matriks Internal-Eksternal ... 81

5.3.5. Perumusan Grand Strategy Pengembangan ekowisata di TPMI ... 86

5.3.6. Rekomendasi Grand Strategy Pengembangan ekowisata Di TPMI ... 87

5.3.6.1. Tujuan ... 88

5.3.6.2. Misi ... 88

5.3.6.3. Sasaran ... 88


(11)

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA

PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN

RAYA POCUT MEURAH INTAN

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

M. DAUD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas di tunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2006

M. DAUD

P052030381


(13)

ABSTRAK

M. DAUD. Prospek Pengembangan Ekowisata Pas ca Tsunami di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam . Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN dan SOEHARTINI SEKARTJAKRARINI.

Pengembangan Tahura Pocut Meurah Intan (TPMI) pasca tsunami terdapat beberapa permasalahan seperti pembalakan liar, pembukaan lahan pertanian dan banyaknya masyarakat yang menggunakan lahan tersebut sebagai pemukiman baru. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian kawasan TPMI adalah melaksanakan pengembangan wisata dengan konsep ekowisata. Metode yang digunakan adalah survei lapangan yang mengacu pada kriteria standar penilaian obyek dan daya tarik wisata alam. Penelitian ini menggunakan potesi penawaran wisata dan potensi permintaan wisata serta rencana strategis pengembangan wisata dengan konsep ekowisata. Hasil penelitian menunjukkan potensi sumberdaya wisata baik flora maupun fauna dan gejala alam sangat potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata alternatif pasca tsunami. Kawasan TPMI saat sekarang ini di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menjadi tempat andalan wisatawan lokal. Potensi permintaan wisata di TPMI pasca tsunami sangat berbeda nyata dibandingkan sebelum tsunami dan ini merupakan salah satu peluang untuk pengembangan TPMI di masa yang akan datang. Hasil analisa SWOT posisi strategi pengembangan wisata berada pada kwadran satu (1,734;1,304), artinya pengembangan TPMI di masa yang akan datang dari faktor internal memiliki kekuatan dan dari faktor eksternal mempunyai peluang. Begitu juga dengan potensi permintaan wisata, rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah sebesar Rp 2.591.74


(14)

ABSTRACT

M. DAUD. The Prospect of Ecoturism Development Post-Tsunami at The Grand Forest Park Pocut Meurah Intan in Province of Nanggroe Aceh Darussalam Supervised by ANDRY INDRAWAN and SOEHARTINI SEKARTJAKRARINI.

The Development of the grand forest park Tahura Pocut Meurah Intan (TPMI) after tsunami faces some problems like illegal logging, opening the agricultural area and the use of the land by citizen to become living area. One of the effect to preserve TPMI area is by conducting tourism development through ecotourism concept. Method of area survey is used; it refers to standard criteria of assessing the object and the interest of natural tourism. This research uses the potential of tourism supply and the potential of tourism demand including the strategic plan of tourism development through ecotourism concept. The result of this research shows that the potential of tourism resources of flora, fauna and natural sign in this area is very potential to be one alternative of tourism objects after Tsunami. At present, TPMI becomes a sought after area for local tourists.The potential of tourism demand in TPMI after tsunami is very significant compared to pre-disaster and this is one opportunity for developing TPMI in the future. The result of SWOT analisys on the strategic position of tourism the tourism development located at first quadran (1,734 ; 1,304), it means in the future TPMI development from internal factors has the strength and from external factors has the oportunity. Likewise with the potencial of tourism demand, the average of willingness of tourism is Rp. 2.591,74,-


(15)

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA

PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN

RAYA POCUT MEURAH INTAN

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

M. DAUD

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(16)

ii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli hingga Oktober 2005 memilih tema ekowisata, dengan judul Prospek Pengembangan Ekowisata Pasca Tsunami di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. dan Ibu Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc selaku pembimbing serta Dr. Suyanto (ICRAF) atas bantuan selama penelitian. Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh anggota Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Pocut Meurah Intan dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua, istri dan anak-anak tercinta serta seluruh keluarga dan sahabat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

B

ogor, Januari 2006


(17)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis, M. Daud adalah anak ke-2 dari 5 (lima) bersaudara yang berasal dari keluarga pasangan Usman Basyah dan Kartinah. Penulis dilahirkan di Desa Cot Teungoh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 10 Oktober 1972.

Tahun 1985 penulis lulus dari SD Negeri Tgk. Dianjong Kecamatan Pidie. Kemudian, penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri 2 Tijue Kabupaten Pidie dan lulus pada tahun 1988.

Tahun 1988 penulis melanjutkan studi ke SPP Muhammadiyah Kota Sigli Kabupaten Pidie, dan pada tahun 1991 penulis lulus dari SPP Muhammadiyah Kota Sigli Kabupaten Pidie. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh yang lulus pada tahun 1997.

Pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di

ProgramStudi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bidang Minat “Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata”

B

ogor, Januari 2006


(18)

© Hak cipta milik M. Daud, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya.


(19)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Kegunaan Penelitian ... 5

1.6. Kerangkan Pemikiran Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Ekowisata ... 9

2.2. Ekowisata Sebagai Konsep ... 11

2.3. Pegembangan Ekowisata ... 17

2.4. Taman Hutan Raya ... 20

2.5. Analisis Sediaan dan Permintaan Wisata... 20

2.6. Kesediaan Membayar (WTP) ... 23

III. METODELOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Tempat dan Waktu... 25

3.2. Metode Pengumpulan Data... 25

3.2.1. Data Pokok ... 25

3.2.1.1. Potensi Penawaran (Supply) Wisata ... 27

3.2.1.2. Potensi Permintaan (Demand) Wisata... 27

3.2.2. Data Penunjang ... 27

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.3.1. Studi Pustaka/ Literatur ... 29

3.3.2. Pengamatan Lapangan ... 29

3.3.3. Wawancara dan Penyebaran Kuiesioner ... 29

3.4. Analisis Data... 30

3.4.1. Analisa Penawaran (supply) Wisata ... 30

3.4.2. Analisa Permintaan (Demand) Wisata ... 31

3.4.2.1. Analisis Kesediaan Membayar (WTP) ... 31

3.4.2.1.1. Menghitung Rataan WTP ... 31

3.4.2.1.2. Menentukan Model Pendugaan WTP 32 3.4.2.1.3. Model Regresi Logit ... 32

3.4.2.1.4. Pengujian Model Regresi Logit ... 33

3.4.3. Analisa Strategi Pengembangan ... 36

IV. KEADAAN UMUM LOKASI ... 40

4.1. Letak dan Luas ... 40

4.2. Topografi ... 40

4.3. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat... 41

4.3.1. Penduduk ... 41

4.3.2. Mata Pencaharian... 41

4.3.3. Tingkat Pendidikan ... 42

4.3.4. Sarana Kesehatan ... 42


(20)

vi

4.3.6. Bahasa ... 43

4.3.7. Perekonomian Daerah ... 43

4.4. Potensi dan Daya Tarik Obyek Wisata ... 44

4.5. Pengelolaan Kawasan ... 45

4.6. Pembagian Kawasan Menurut Zonasi ... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1. Potensi Penawaran Wisata... 47

5.1.1. Sumberdaya Wisata Alam ... 47

5.1.1.1. Pemandangan Alam ... 47

5.1.1.2. Kondisi Flora dan Fauna di TPMI ... 48

5.1.1.3. Pusat Latihan Gajah ... 49

5.1.1.4. Realisasi Pembangunan TPMI ... 50

5.1.2. Akomodasi ... 50

5.1.3. Fasilitas dan Pelayanan ... 51

5.1.4. Insfrastruktur ... 54

5.1.5. Elemen Institusi ... 55

5.1.6. Masyarakat Sekitar Kawasan ... 55

5.1.6.1. Karakteristik Masyarakat ... 55

5.1.6.2. Persepsi Masyarakat ... 57

5.1.6.3. Partisipasi Masyarakat ... 60

5.1.6.4. Stakeholders ... 62

5.1.6.5. Saran dan Harapan Masyarakat ... 62

5.2. Aspek Permintaan Wisata ... 63

5.2.1. Karakteristik Wisatawan ... 63

5.2.2. Motivasi Wisatawan ... 66

5.2.3. Persepsi W isatawan... 69

5.2.4. Kesediaan Membayar (WTP) ... 70

5.2.5. Besar Nilai WTP ... 72

5.2.6. Analisa Regresi Logit Kesediaan Membayar WTP ... 72

5.2.7. Saran dan Harapan Wisatawan... 74

5.3. Strategi Pengembangan Wisata ... 74

5.3.1. Analisa SWOT ... 74

5.3.1.1. Kekuatan (Strengths) ... 76

5.3.1.2. Kelemahan (Weaknes ses) ... 76

5.3.1.3. Peluang (Opportunities) ... 76

5.3.1.4. Ancaman (Threats) ... 77

5.3.2. Rekomendasi Strategi Pengembangan Ekowisata... 77

5.3.2.1. Strategi SO ... 77

5.3.2.2. Strategi ST ... 78

5.3.2.3. Strategi WO... 78

5.3.2.4. Strategi WT ... 79

5.3.3. Strategi Pengembangan Wisata dengan Konsep Ekowisata ... 79

5.3.4. Matriks Internal-Eksternal ... 81

5.3.5. Perumusan Grand Strategy Pengembangan ekowisata di TPMI ... 86

5.3.6. Rekomendasi Grand Strategy Pengembangan ekowisata Di TPMI ... 87

5.3.6.1. Tujuan ... 88

5.3.6.2. Misi ... 88

5.3.6.3. Sasaran ... 88


(21)

vii

5.3.6.5. Kegiatan yang Dapat dilakukan ... 89

5.3.7. Rehabilitasi Aceh Pasca Tsunami ... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

6.1. Simpulan ... 92

6.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(22)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis data yang diperlukan dalam melakukan penelitian di TPMI ... 28 2 Variabel yang di gunakan dalam analisis regresi logit ... 35 3 Matriks SWOT ... 37 4 Rangkuman matriks internal penawaran dan permintaan wisata ……… 38 5 Rangkuman matriks eksternal penawaran dan permintaan wisata ……….. 38 6 Jumlah penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah pada tahun 2003……. 41 7 Karakteristik masyarakat desa di sekitar kawasan TPMI ... 56 8 Persepsi masyarakat terhadap prospek pengembangan ekowisata

di TPMI ... 58 9 Partisipasi masyarakat terhadap prospek pengembangan

ekowisata di TPMI. ... 61 10 Karakteristik wisatawan di TPM ... 65 11 Motivasi wisatawan terhadap pengembangan ekowisata di TPMI ... 67 12 Sebaran responden berdasarkan tujuan berkunjung ke TPMI... 68 13 Sebaran wisatawan berdasarkan obyek wisata yang paling banyak

dikunjungi sebelum dan sesudah tsunami ... 68 14 Persepsi wisatawan terhadap pengembangan ekowisata di TPMI ... 70 15 Kesediaan membayar biaya restribusi ... 71 16 Alasan responden tidak mau membayar restribusi masuk... 71 17 Besar nilai kesediaan membayar (WTP) ... 72 18 Analisis regresi logit kesediaan membayar (WTP) ... 73 19 Formulasi strategi pengembangan ekowisata di kawasan TPMI ... 75 20 Faktor kekuatan (internal) strategi pengembangan ekowisata di TPMI ... 82 21 Faktor kelemahan (internal) strategi pengembangan

ekowisata pada kawasan TPMI ... 83 22 Faktor peluang (eksternal) strategi pengembangan ekowisata di TPMI .... 84 23 Faktor ancaman (eksternal) strategi pengembangan


(23)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan kerangka pemikiran penelitian ... 7 2 Definisi ekowisata menurut Ziffer 1989 ... 9 3 Peta lokasi penelitian ... 26 4 Diagram matriks grand strategy ... 39 5 Panorama alam di TPMI ... 48 6 Pusat Latihan Gajah (PLG) ... 49 7 Realisasi pembangunan TPMI tahun 2003 ... 50 8 Pondok di kawasan TPMI ... 51 9 Rumah makan di sepanjang jalan Medan-Banda Aceh menuju TPMI ... 53 10 Kondisi jalan menuju TPMI ... 54 11 Kondisi jalan sebelum dan sesudah pengerasan di dalam

kawasan TPMI ... 55 12 Posisi strategi untuk pengembangan ekowisata di kawasan TPMI ... 87


(24)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan ... 98 2 Faktor-faktor internal yang merupakan kelemahan ... 101 3 Faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang ... 103 4 Faktor-faktor eksternal yang merupakan ancaman ... 105 5 Jenis tanaman asli di TPMI ... 107 6 Jenis tanaman introduksi di TPMI... 108 7 Perhitungan rata-rata biaya restribusi ...109 8 Hasil analisis regresi logit WTP ... 110 9 Kuesioner penelitian ... 113


(25)

iv

DAFTAR SINGKATAN

BRR : Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi BKSDH : Balai Konservasi Sumberdaya Hutan BKPH : Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BPS : Badan Pusat Statistik

CVM : Contingent Valuation Method

DITJEN : Direktorat Jenderal

EWTP : Expected Willingness to pay

KMLH : Kementerian Lingkungan Hidup

NGO : Non Goverment Organization

OKP : Organisasi Kepemudaan

PA : Pencinta Alam

POLHUT : Polisi Hutan

PAD : Pendapatan Asli Daerah

PHKA : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PLG : Pusat Latihan Gajah

RPH : Resort Polisi Hutan

SWOT : Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats

TPMI : Tahura Pocut Meurah Intan UPT : Unit Pelaksana Teknis

UNEP : United Nation Environmental Programme

WTO : World Tourism Organization

WTP : Willingness to Pay

WTA : Willingness to Accept


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi. Peranan dari kawasan konservasi masih belum banyak diketahui, sehingga produk dari kawasan konservasi belum mendapat penilaian yang sesuai, dimana sebagian besar produk dari kawasan konservasi ini tidak memiliki nilai pasar.

Dalam UU Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa, tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan, jenis asli maupun bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan pariwisata. Kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata adalah kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam), suaka margasatwa, dan hutan lindung melalui kegiatan wisata alam terbatas serta hutan produksi yang berfungsi sebagai wana wisata. (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999).

Keberadaan Tahura Pocut Meurah Intan (TPMI) didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor.1/Kpts-II/1998, 5 Januari 1998 tentang perubahan fungsi sebagian kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang terletak di kelompok hutan Seulawah Agam seluas ± 6.300 Ha dan menetapkannya sebagai TPMI. Kawasan TPMI terdapat berbagai flora dan fauna antara lain berbagai jenis tumbuhan seperti dari famili Dipterocarpaceae, Pinaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae. Jenis fauna seperti gajah, monyet serta berbagai jenis burung. Gejala alam yang juga merupakan daya tarik terhadap obyek wisata berupa gua, air terjun, sumber air panas, pemandangan alam dan lintasan gajah serta peninggalan sejarah pada zaman Belanda dan legenda masyarakat (Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 1995).

Sejalan dengan perkembangan pada satu dasawarsa terakhir ini, kita dituntut untuk lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar global. Dalam bidang pariwisata


(27)

2

keberadaan Indonesia akan ditentukan oleh kemampuan kita dalam memberikan pelayanan atas komponen-komponen pariwisata, yaitu atraksi, transportasi, akomodasi, informasi dan promosi, secara kompetitif. Ramalan bahwa pariwisata akan menjadi industri jasa terbesar bersama-sama dengan transportasi dan telekomunikasi, harus di pahami sebagai peluang bila disertai dengan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang cukup serta sikap (attitude) yang baik. (Sekartjakrarini 1999).

Salah satu pandangan dan sikap yang tepat untuk dijadikan acuan dalam pengembangan hutan untuk wisata adalah ekowisata. Ekowisata, seperti halnya pariwisata mempunyai dua arti yaitu sebagai perilaku (behavior) dan sebagai industri. Sebagai perilaku, selayaknya seluruh pelaku pariwisata harus bersikap apa yang seharusnya dilakukan dalam pengembangan pariwisata dalam kawasan hutan. Sebagai industri, para pelaku pariwisata, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat, harus bersama-sama mengembangkan suatu mekanisme dimana pengembangan tersebut selayaknya dapat memberikan manfaat tidak hanya ekonomi, namun juga fisik, sosial dan budaya terhadap kawasan yang bersangkutan beserta masyarakatnya (Sekartjakrarini 1999).

Salah satu bentuk kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di kawasan TPMI adalah kegiatan wisata alam dengan konsep ekowisata, karena kegiatan tersebut dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip konservasi serta tidak mengubah bentang alam, yaitu memanfaatkan potensi yang ada guna kepentingan pariwisata alam berupa konsep ekowisata. Selain itu, kegiatan wisata di kawasan konservasi juga dapat memberikan manfaat yaitu mendorong pengembangan ekonomi daerah melalui penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi serta sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat.

Dalam rangka pengembangan kawasan TPMI secara menyeluruh dan optimal dengan meliputi berbagai aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitarnya maka diperlukan langkah-langkah strategis pengembangan yang berkelanjutan pada konsep ekowisata. Strategi ini diharapkan mampu menjembatani kepentingan konservasi, perekonomian masyarakat serta pembangunan di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


(28)

3

Kawasan TPMI yang menyimpan bany ak potensi alam belum di kelola secara optimal baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian dan kegiatan wisata. Pengelolaan yang belum optimal ini di sebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah masih minimnya alokasi anggaran untuk pengembangan tahura dan faktor keamanan. Sehingga di khawatirkan kondisi TPMI akan terdegradasi pada masa yang akan datang.

Pengelolaan tahura yang belum optimal ini ditambah lagi dengan terjadinya gempa bumi disertai dengan gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah menimbulkan dampak yang sungguh luar biasa besarnya, baik terhadap manusia dan sumberdaya alam yang ada di wilayah tersebut. Peristiwa tersebut sangat berpengaruh terhadap pengembangan tahura di masa yang akan datang di mana kebijakan pemerintah terhadap pembangunan tahura berubah, tekanan masyarakat terhadap lingkungan khususnya kebutuhan kayu untuk perumahan tinggi dan pola hidup masyarakat sekitar juga berubah.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka diperlukan adanya suatu penelitian guna mengetahui prospek pengembangan ekowisata pasca tsunami di TPMI dalam kaitannya terhadap komponen fisik, biologi, sosial, ekonomi dan budaya di dalam dan luar sekitar kawasan, sehingga rencana pengembangan wisata dapat di susun sesuai dengan potensi ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) wisata dan tujuan pengelolaannya serta rencana pengembangan daerah sekitarnya, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat yang nyata dan legal dari keberadaan TPMI dalam konteks untuk keperluan pengembangan ekowisata.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam perkembangan pariwisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tidak dapat dipungkiri akan dapat memberikan resiko degradasi kualitas lingkungan, yang pada akhirnya menyebabkan ekosistem alam, sosial dan budaya masyarakat sekitarnya menjadi terganggu. Demikian pula halnya dengan masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan TPMI yang terus bertambah dari tahun ke tahun walaupun jumlahnya tidak seberapa besar, namun cukup mempengaruhi kondisi wilayah sekitarnya. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi masyarakat di sekitar yang masih berada di bawah garis kemiskinan, maka untuk memenuhi kebutuhan


(29)

4

hidupnya mereka melakukan berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam secara ilegal (perambahan hutan, penebangan dan perburuan liar). Hal tersebut menyebabkan adanya tekanan terhadap sumberdaya alam yang terdapat di dalam maupun di sekitar kawasan TPMI. Selain itu, dalam perkembangan pariwisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tidak dapat di pungkiri bahwa perencanaan dan pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik, ditambah lagi dengan kondisi Aceh sebagai daerah darurat militer sehingga dapat memberikan resiko terjadinya degradasi kualitas lingkungan, yang pada akhirnya menyebabkan ekosistem alam , sosial dan budaya masyarakat sekitar terganggu.

Mengingat pentingnya keberadaan dan kelestarian kawasan hutan yang menyimpan beranekaragam sumberdaya alam (flora dan fauna) dan adanya tekanan dari masyarakat di sekitar kawasan hutan, maka perlu adanya suatu kegiatan di dalam kawasan yang dapat menjaga kelestarian kawasan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah kegiatan-kegiatan pariwisata yang dilandasi dengan konsep ekowisata. Kawasan TPMI memiliki berbagai keunikan dan keindahan alamnya yang masih asli, sehingga sangat potensial untuk diselenggarakan kegiatan pariwisata yang berbasis pada kelestarian alam. Namun perencanaan dan pengembangan kawasan wisata tersebut harus tetap memperhatikan semua sumberdaya alam dan budaya serta lingkungan agar tidak terjadi degradasi.

Sampai dengan saat ini pengembangan tahura yang masih belum optimal, di tambah lagi dengan terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, sehingga menambah permasalahan dalam pengembangan TPMI baik secara langsung maupun tidak langsung. Permasalahan yang muncul adalah penebangan hutan untuk keperluan relokasi perumahan pengungsi, perubahan mata pencaharian, hilangnya sumberdaya manusia pengelola tahura dan hilangnya semua obyek wisata pantai.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana menyusun strategi pengembangan wisata di kawasan TPMI pasca tsunami dalam konteks untuk keperluan pengembangan ekowisata. Dengan harapan pengembangan wisata ini dapat meminimalkan tekanan terhadap lingkungan, menjaga dan meningkatkan kualitas sumberdaya alam serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga masyarakat dapat merasakan


(30)

5

manfaat yang menguntungkan dari segi ekonomi maupun keberlanjutan dari segi ekologi. Oleh karena itu peneliti akan menyusun suatu strategi pengembangan ekowisata pada TPMI.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam rencana penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu analisis sediaan (supply) dan analisis permintaan (demand) dengan ruang lingkup sebagai berikut

1 Inventarisasi potensi pariwisata yang terdapat di kawasan TPMI.

2 Mengetahui daya tarik obyek wisata terhadap wisatawan dan kesediaan membayar atau Willingness to pay (WTP) dari pengunjung terhadap obyek wisata.

3 Mengetahui keinginan dan persepsi masyarakat lokal terhadap pengembangan pariwisata di kawasan TPMI.

4 Mengetahui kegiatan pengelolaan TPMI, yang meliputi aspek pengelolaan dan ketersediaan fasilitas pendukungnya.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1 Mengetahui potensi sediaan (supply) sumberdaya wisata yang terdapat di TPMI. 2 Mengetahui potensi permintaan (demand) terhadap sumberdaya wisata dan menganalisa kesediaan membayar (WTP) pengunjung terhadap obyek wisata TPMI.

3 Merumuskan strategi pengembangan wisata dengan konsep ekowisata pada kawasan TPMI.

1.5. Kegunaan Penelitian

1 Rujukan bagi pengelola dalam menentukan program pengembangan ekowisata di TPMI.

2 Sebagai informasi kepada semua pihak yang akan melibatkan diri dalam pengelolaan TPMI.

3 Sebagai informasi bagi Badan Rehabilitasi Rekontruksi Aceh (BRR) dalam mengambil kebijakan pengembangan pariwisata pasca tsunami di Aceh


(31)

6

4 Untuk kepentingan pengembangan pariwisata alam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya dan pariwisata alam Nasional pada umumnya.

1.6. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kawasan TPMI merupakan kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata yang dilandasi dengan konsep ekowisata, mengingat keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna yang beragam, udaranya yang sejuk, aksesibilitas yang mendukung, sarana dan prasarana yang memadai serta suasana budaya asli masyarakat setempat. Pengelolaan kawasan TPMI tergolong dalam terminologi pelestarian alam, seperti tercantum dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Tujuan pengelolaan TPMI adalah untuk pendayagunaan potensi tahura untuk kegiatan koleksi tumbuhan/satwa, wisata, penelitian, ilmu pengetahuan pendidikan dan penyediaan plasma nutfah untuk budidaya, diupayakan tidak mengurangi luas dan tidak merubah fungsi kawasan serta sebagai taman kebanggaan Provinsi, dengan pemanfaatan utama berupa koleksi jenis tumbuhan dan satwa dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pemanfaatan hasil hutan yang tidak terkendali oleh masyarakat di sekitar TPMI harus segera di cari alternatif pemanfaatan hutan yang berazazkan kelestarian. Permasalahan tahura yang selama ini masih belum terselesaikan di tambah lagi dengan terjadinya tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, sehingga menambah permasalahan dalam pengembangan tahura di masa yang akan datang. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk mengembangkan konsep ekowisata yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar kawasan TPMI, sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi menebang dan membuka lahan pertanian di dalam kawasan TPMI.

Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, maka sebelum melaksanakan suatu kegiatan yang menyangkut pengembangan ekowisata di TPMI, harus menginventarisasi potensi sumberdaya wisata yang ada dan juga menginventarisasi potensi permintaan wisata. Untuk mengetahui aspirasi masyarakat terhadap pengembangan tahura, maka harus dilakukan survei terhadap masyarakat di sekitar kawasan, pengunjung dan pengelola TPMI.


(32)

7

Analisis terhadap pengembangan kawasan TPMI adalah dengan menguraikan secara diskriptif faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan pengembangan tahura, sehingga di peroleh metode pengembangan yang tepat dan sesuai untuk masa mendatang. Analisis pendekatan SWOT merupakan analisa lanjutan setelah data dianalisis secara diskriptif. Analisis pendekatan SWOT ini dilakukan untuk mengindentifikasi dan menyesuaikan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktro-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh TPMI, sehingga dapat di susun suatu bentuk alternatif pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kawasan tersebut. Dengan tersusunnya strategi ini, diharapkan kegiatan pengelolaan dapat berfungsi secara optimal dan memberikan manfaat bagi pihak pengelola sendiri maupun masyarakat sekitarnya, baik yang menguntungkan dari segi ekonomi maupun keberlanjutan ekologis. Berikut ini adalah bagan kerangka pemikiran penelitian.

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian TAMAN HUTAN RAYA

Pocut Meurah Intan

Koleksi flora dan fauna Pemanfaatan yang tidak terkendali Penelitian dan ilmu pengetahuan Pengembangan ekowisata

Potensi penawaran ekowista Potensi p ermintaan wisata Pengelola tahura dan

Stakeholders

Wisatawan Masyarakat

Analisis Supply-Demand analisis Pengelolaan Tsunami

Strategi Pengembangan Ekowisata

Peluang pengembangan Kebutuhan tempat wisata


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ekowisata

Penelitian-penelitian tentang pariwisata sejak tahun 1980 telah mengarah kepada pariwisata yang bertanggung jawab, ramah lingkungan serta mempertimbangkan kepentingan masyarakat lokal, hal ini biasa disebut sebaga i pariwisata alternatif (Krippendorf 1982 diacu dalam Fennell 1999). Sebagai bagian dari kegiatan pariwisata, akar ekowisata terletak pada wisata alam (Priskin 2001). Istilah Ekowisata mulai diperkenalkan pada tahun 1987 oleh Hector Ceballos Lascurain setelah itu beberapa pakar mendefinisikan ekowisata yang masing-masing meninjau dari sudut pandang berbeda (Fennell 1999).

Ziffer (1989) memberikan pengertian ekowisata yaitu manusia yang melakukan perjalanan ke daerah yang masih alami atau masih utuh (belum ada pengaruh luar atau belum tercemar), dengan tujuan spesifik untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan serta kehidupan hewan liar dan tumbuhan di habitatnya, termasuk segala macam kebudayaan masyarakat setempat.

Banyaknya definisi ekowisata yang ada menunjukkan bahwa ekowisata sebenarnya masih merupakan suatu konsep yang akan terus berkembang. Menurut Ziffer (1989) kurang lebih ada 10 istilah dengan banyak variasi yang sering di pakai dalam ekowisata, substansi istilah tersebut berbeda dan terpisah. Kategori istilah ada yang bersifat deskripsi seperti ekspresi dari perjalanan alam dan perjalanan petualangan, segmen wisata ini berbasis pada aktivitas dimana wisatawan berpartisipasi selama kunjungan mereka. Kategori istilah yang lain berbasis nilai, seperti wisata yang bertanggung jawab, perjalanan yang beretika, yang menekankan kebutuhan untuk mempertimbangkan pendekatan dan dampak perjalanan tanpa mempengaruhi aktivitas wisata. Definisi secara penuh dari konsep ekowisata harus meliputi motivasi, tingkah laku, dampak dan keuntungan yang diperoleh (Ziffer 1989).


(34)

9

Gambar 2 Definisi ekowisata menurut Ziffer (1989)

Definisi ekowisata yang dirumuskan dalam Simposium dan Semiloka INDECON (1996) yaitu ekowisata merupakan suatu kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang di kelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam serta peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan wisata.

Menurut Lindberg (1991) ekowisata merupakan perjalanan yang bertanggung jawab kewilayah-wilayah alami, yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan sedemikian rupa sehingga menekan sekecil mungkin dampak terhadap lingkungan dan sosial budaya, membangkitkan pendanaan bagi kawasan-kawasan yang di lindungi serta meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat, kegiatan wisata ini merupakan gabungan dari rasa cinta terhadap alam dan memiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

DESKRIPSI/AKSI

Wisata berbasis alam Wisata sejarah alam Perjalanan budaya Perjalanan petualangan Perjalanan pengalaman

Perjalanan menambah nilai/pendidikan

NILAI

Wisata alternatif

Wisata yang bertanggung jawab Perjalanan etika

EKOWISATA PENDEKATAN

BERENCANA

MOTIVASI TINGKAH LAKU DAMPAK KEUNTUNGAN


(35)

10

Ekowisata menurut KMNLH (1996) disebut dengan istilah Wisata Ekologia yang berarti wisata dalam bentuk perjalanan ke tempat-tempat di alam terbuka yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan tumbuh-tumbuhan serta satwa liarnya (termasuk kawasan berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk tatanan lingkungan sosial budaya), baik dari masa lampau maupun masa kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Menurut Alikodra (1997) ekowisata merupakan salah satu kegiatan strategis bagi implementasi konservasi sumberdaya alam dan lingkungan di Indonesia. Program ini selain dapat meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat, meningkatkan devisa negara, juga dapat melindungi dan melestarikan sumberdaya alam khususnya bagi sumberdaya alam hayati dan Iingkungannya.

Ekowisata dapat dikembangkan di kawasan hutan produksi, lindung dan konservasi, juga di desa-desa yang mempunyai kekhasan/keunikan. Ada empat prinsip yang harus menjadi pegangan dalam pengembangan hutan untuk ekowisata yaitu konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat dan ekonomi (Ridwan 2000)

Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, berintikan partisipasi aktif masyarakat dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan, pembelajaran, minimal berdampak negatif, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi daerah dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya (Sekartjakrarini & Legoh 2004).

Dari beberapa pengertian tentang ekowisata maka dapat di simpulkan ekowisata bukan pariwisata massal, bukan pariwisata untuk bermain-main, atau hanya sekedar berkunjung. Ekowisata adalah mengunjungi daerah-daerah yang masih alami, tidak menimbulkan atau sedikit efek samping terhadap daerah tujuan wisata, perlindungan alam (konservasi), pendidikan lingkungan bagi


(36)

11

wisatawan dan masyarakat setempat, pemberdayaan masyarakat setempat serta adanya saling menghormati terhadap budaya yang berbeda antara wisatawan dengan masyarakat setempat.

2.2. Ekowisata Sebagai Konsep

Batasan Ekowisata secara nasional dirumuskan oleh Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dalam rencana strategis ekowisata Nasional adalah suatu “konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, serta berintikan partisipasi aktif masyarakat, dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimal, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya” (Sekartjakrarini & Legoh 2004).

Wight (1993) menyusun prinsip-prinsip dasar ekowisata lestari (ekowisata berkelanjutan), yaitu

1 Ekowisata tidak merusak sumberdaya dan harus dikembangkan dalam pola yang selalu didasarkan pada prinsip- prinsip ramah lingkungan.

2 Kegiatan ekowisata harus ditangani langsung oleh pihak pertama, berpartisipasi penuh dan mengutamakan pada pengalaman.

3 Ekowisata harus melibatkan pendidikan semua pihak yang meliputi masyarakat lokal, pemerintah, organisasi non pemerintah, industri dan wisatawan sebelum, selama dan sesudah perjalanan.

4 Ekowisata melibatkan penerimaan dan sumberdaya dengan keterbatasannya. 5 Kegiatan ekowisata mampu mendorong pemahaman dan melibatkan kemitraan

antara berbagai pelaku yang mencakup pemerintah, organisasi non pemerintah, industri, ilmuwan dan masyarakat lokal (sebelum/selama operasi).

6 Pengoperasian ekowisata harus menjamin bahwa pokok-pokok etika bagi praktek yang bertanggung jawab terhadap lingkungan tidak hanya diterapkan pada sumberdaya (alam dan budaya) yang menarik wisatawan, tetapi juga diterapkan pada operasional internalnya.


(37)

12

7 Ekowisata harus mampu mendorong tanggung jawab moral dan etika serta perilaku terhadap Iingkungan alam dan budaya yang dilaksanakan oleh semua pihak yang berperan.

8 Ekowisata harus memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi sumberdaya masyarakat lokal dan bagi industri (manfaat tersebut dapat berupa konservasi, ilmiah, sosial, budaya, atau pun ekonomi).

Tiga dimensi ekowisata menurut Hafild (1995) yaitu

1 Konservasi. Kegiatan wisata yang dilaksanakan membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin.

2 Pendidikan. Para peserta yang mengikuti kegiatan wisata tersebut akan

memperoleh ilmu pengetahuan mengenai ekosistem, keunikan biologis dan kehidupan spasial di wilayah yang dikunjungi.

3 Sosial. Masyarak at setempat akan mendapat kesempatan untuk

menyelenggarakan kegiatan wisata tersebut.

Ekowisata sebagai sarana penunjang dan penyediaan dana untuk konservasi, perlu dievaluasi secara hati-hati sesuai dengan kondisi setempat dan pembatas -pembatasnya. Para perencana, peserta terkait dan industri pariwisata haruslah mempertimbangkan kemungkinan (Feasibility) dimensi sosial budaya, dimesi ekologi dan lingkungan hidup serta ekonomi jangka panjang sebelum sampai pada kesimpulan tentang kecocokan pembangunan atau pengembangan pada suatu daerah (Agandi 1995).

Hadinoto (1996) mengemukakan bahwa berdasarkan pengalaman dari wisata umum, ekowisata memiliki pola sebagai berikut

1 Ekowisata merupakan bagian dari wisata alam. Wisata ini mengutamakan keadaan alam sebagai atraksinya. Aset budaya masyarakat yang ada dalam kawasan ekowisata harus di jaga.

2 Ekowisata disebut juga wisata minat khusus. Kegiatan ini merupakan wisata petualangan di kawasan terpencil, dimana keadaan alam relatif masih asli. 3 Ekowisata berskala kecil. Jumlah wisatawan merupakan kelompok yang kecil

dan menggunakan tempat-tempat kecil untuk akomodasi yang tidak terkonsentrasi (satu tempat).

4 Daya dukung (carryingcapacity) kawasan yang dilalui terus di pantau dan tidak boleh di lewati. Wisatawan yang melintasi kawasan harus dengan berjalan kaki


(38)

13

melewati jalan setapak dan tidak boleh keluar jalur. Daya dukung lingkungan merupakan tingkat kehadiran wisatawan yang menciptakan dampak terhadap masyarakat lingkungan dan ekonomi yang dapat di terima oleh wisatawan dan masyarakat setempat sebagai tuan rumah dan lestari pada periode yang akan datang.

5 Ekowisata berdampak kecil karena dilaksanakan di kawasan yang dilindungi, maka tingkah laku wisatawan terkendali. sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga tidak merusak atau mengganggu flora dan fauna.

6 Sarana wisata di kawasan wisata harus menerapkan eco-engeneering dengan arsitektur lokal, tukang dari masyarakat lokal dan dikelola oleh mereka.

7 Agar kegiatan ekowisata berjalan sukses, wisatawan harus didampingi oleh pemandu yang ahli di bidangnya, dapat menjelaskan bagaimana pengunjung berperan serta melestarikan kawasan. Interpretasi adalah proses untuk mengembangkan daya tarik pengunjung dengan cara yang menarik dalam menjelaskan suatu lokasi atau dengan mendeskripsikan dan menerangkan karakteristik lokasi tersebut.

8 Kawasan ekowisata yang merupakan kawasan lindung, harus mampu mendatangkan pendapatan, sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan konservasi kawasan lindung tersebut.

Supriatna (1997) menyatakan bahwa penyelenggaraan industri pariwisata alam yang berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor- faktor sebagai berikut

1 Konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya. 2 Kelestarian budaya dan mutu lingkungan.

3 Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.

4 Nilai-nilai agama adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Berdasarkan defenisi ekowisata, Masyarakat Ekowisata Indonesia (1997) mengemukakan bahwa ada lima elemen penting yang menjadi prinsip kegiatan ekowisata yaitu


(39)

14

1 Perjalanan wisata yang bertanggung jawab. Semua pihak pelaku ekowisata harus bertanggung jawab untuk meniadakan/meminimalkan dampak negatif kegiatan ini terhadap lingkungan alam dan budaya di daerah tujuan ekowisata. 2 Ke atau di daerah yang masih alami atau di kelola secara kaidah alam.

3 Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai daerah tujuan ekowisata.

4 Dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam. 5 Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika yang tersebar dikepulauan sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata minat khusus. Ekowisata di beri batasan sebagai kegiatan yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat serta bagi kelestarian sumberdaya dan berkelanjutan. Lima aspek utama berkembangnya ekowisata adalah (1) adanya keaslian lingkungan alam dan budaya, (2) keberadaan dan dukungan masyarakat (3), pendidikan dan pengalaman (4), keberlanjutan dan (5) kemampuan manajemen pengelolaan ekowisata (Choy 1997).

Menurut Heriawan (1998) sektor pariwisata di percaya akan menjadi sektor potensial dalam pembangunan ekonomi masa depan yang berkaitan dengan persaingan global. Ada empat pusat perhatian dalam pengembangan sektor ini, yaitu (1) Perluasan dan obyek dan tujuan wisata dengan mempertimbangkan kekayaan alam dan beragam budaya bangsa, (2) pengembangan berbagai fasilitas seperti hotel, restoran, transportasi termasuk program pengembangan sumberdaya manusia, (3) Peningkatan promosi dan pemasaran terutama pada negara-negara berpotensi serta pengembagan wisata potensial, (4) perbaikan kualitas jasa pelayanan yang terkait dengan pariwisata dan (5) karena bersifat multi dimensional maka diperlukan keterpaduan pembangunan lintas sektoral.

Ginzo Aoyama (2000) mengemukakan ekowisata dalam teori prakteknya tumbuh dari kritik terhadap pariwisata massal, yang di pandang merusak terhadap landasan sumberdayanya, yaitu lingkungan dan kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru, antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata yang bertanggung jawab, pariwisata berbasis komunitas, dan eco-tourism. Alasan umum


(40)

15

penggunaan konsep ini adalah karena dapat menggambarkan pariwisata yang termasuk :

1 Bukan pariwisata berskala besar/massal

2 Menciptakan suatu alternatif untuk menghadapi eksploitasi sumberdaya alam baik oleh industrinya maupun penduduk setempat

3 Mempererat hubungan antar bangsa

Di antara konsep-konsep ini, eco-tourism dianggap paling populer, sebagian karena bisa mengkaitkan kebutuhan-kebutuhan dari gerakan lingkungan yang mencari cara-cara dan alat untuk menterjemahkan prinsip-prinsip ekologi ke dalam praktek pengelolaan berkelanjuta n, dengan tren pasar terbaru seperti perjalanan petualangan dan gaya hidup kembali ke alam (back to nature). Karena itu gerakan lingkungan menganggap konsep pariwisata ini sebagai suatu instrumen konservasi yang bersifat mandiri karena :

1 Bisa memodali sendiri kegiatan usahanya

2 Menciptakan suatu alternatif untuk menghadapi sumber-sumberdaya alam baik oleh industri maupun masyarakat setempat

3 Sarana pendidikan masyarakat dengan memperluas basis gerakannya

Sementara itu, umumnya industri pariwisata memahami ekowisata sebagai satu tren menguntungkan serta satu cara menciptakan citra yang mendukung kesadaran akan lingkungan. Tentu terdapat banyak “green entrepreneurs” yang berada di garis depan usaha konservasi ini, tetapi mereka pada umumnya belum memahami ekowisata sebagai sesuatu yang lebih dari pada suatu bentuk pariwisata massal yang berdampak relatif kecil. Keadaan tersebut dapat dilihat dari bentuk-bentuk promosi penjualan tiket perjalanan ke kawasan pelestarian alam yang disebut ekowisata. Hal ini terjadi karena ekowisata adalah konsep sangat rentan terhadap berbagai interpretasi, tergantung siapa yang menginterpretasikannya.

Agar suatu obyek pariwisata tetap berkelanjutan, menurut Supriatna at al.

(2000) menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat dikatakan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Apabila ditinjau dari segi


(41)

16

pengelolaanya, ekowisata merupakan penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang di buat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan kesejahteraan mas yarakat setempat.

Kaharuddin (2001) menempatkan ekowisata sebagai konsep ekowisata baruyang didasarkan atas :

1 Daerah tujuannya ke kawasan alami dengan adanya pelibatan masyarakat yang memiliki kebudayaan, sehingga juga melibatkan jenis wisata budaya. 2 Kelompok kecil wisatawan bukan jaminan terciptanya kelestarian kawasan

tanpa ada gangguan dari pengunjung. Jumlah pengunjung yang banyak, tetapi mereka sadar lingkungan maka kerusakan yang ditimbulkan juga kecil.

3 Akar dari ekowisata, menempatkan manusia sebagai salah satu komponen penyusunnya, wajib menjaga keseimbangan ekosistem. Ini berarti ekowisata mempunyai tujuan untuk menyadarkan wisatawan terhadap kelestarian kawasan/Iingkungan, yang selama ini manusia cenderung menempatkan diri sebagai penguasa atas alam dan bukan setara dengan alam.

4 Penyadaran Iingkungan dapat di tempuh melalui pemahaman terhadap obyek melalui pengetahuan terhadap makna/filosofis di balik obyek atau atraksi wisata. Penyadaran ini tidak hanya bisa dilakukan pada obyek wisata alam, tetapi juga pada obyek wisata budaya. Pesan yang disampaikan ekowisata lebih kepada makna persahabatan, perdamaian antara wisatawan dengan penduduk lokal dan antara wisatawan dengan Iingkungan.

Dari beberapa pengertian tentang ekowisata, maka penulis dapat memberikan gambaran mengenai ekowisata. Ekowisata merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata dimana konsep -konsep tersebut di terapkan dalam penyelenggaraan kegiatan wisata yaitu perjalanan yang bertanggung jawab dan berwawasan lingkungan, kegiatan wisata yang dilakukan tidak merusak lingkungan, ada unsur pendidikan dan dapat memberikan manfaat terhadap kawasan itu sendiri serta bermanfaat terhadap masyarakat di sekitar kawasan. Sedangkan kriteria pemilihan lokasi untuk ekowisata adalah kawasan


(42)

17

tersebut harus memiliki keunikan yang khusus, memiliki atraksi budaya yang unik, ada kesiapan masyarakat setempat, peruntukkan kawasan tidak meragukan dan tersedia aksesibilitas yang memadai serta adanya akomodasi yang memadai.

2.3. Pengembangan Ekowisata

Sebagai alat pembangunan, ekowisata dapat mewujudkan tiga tujuan dasar dari konservasi keanekaragaman hayati yaitu (1) melindungi keanekaragaman hayati dan budaya dengan penguatan sistem manajemen kawasan lindung, (2) meningkatkan nilai ekosistem mendukung penggunaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, dengan menaikkan pendapatan, kesempatan berusaha dalam ekowisata dan jaringan usaha yang relevan, (3) membagi keuntungan pengembangan ekowisata dengan masyarakat lokal, melalui partisipasi aktif dalam perencanaan dan pengelolaan dari kegiatan ekowisata (UNEP 2003).

Ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat ditentukan oleh kesiapan para pelaku wisata yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2002). Keberhasilan dalam pengelolaan dan pengembangan ekowisata merupakan hasil kerja sama antara Stakeholders yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat (Spoule 1996

diacu dalam Fennell 1999). Ada delapan prinsip untuk membangun kemitraan

antara Stakeholders yaitu (1) dibangun berdasarkan budaya masyarakat lokal, (2) memberikan tanggung jawab kepada masyarakat lokal, (3) mempertimbangkan untuk mengembalikan kepemilikan daerah yang dilindungi kepada penduduk asli, (4) mengkaji masyarakat lokal, (5) ada keterkaitan program pembangunan dari pemerintah dengan daerah yang dilindungi, (6) memberikan prioritas kepada masyarakat dengan skala kecil, (7) melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, (8) mempunyai keberanian untuk melakukan pelarangan (Fennel 1999).

Tempat tujuan wisata merupakan elemen yang penting karena tempat tujuan tersebut umumnya merupakan alasan utama bagi wisatawan untuk berkunjung (Cooper et al. 1993) jadi keadaan di tempat tujuan wisata, seperti atraksi wisata, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan, dan keamanan akan sangat


(43)

18

mempengaruhi jumlah wisatawan. World Tourism Organization (WTO) dan United Nation Env ironmental Programme (UNEP) diacu dalam Stecker (1996) menetapkan kriteria-kriteria untuk suatu kawasan ekowisata, kriteria tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan lokasi tujuan ekowisata.

1 Kekhasan atraksi alam (flagship attraction)

- Tipe hutan, sungai, danau - Keanekaragaman hayati

- Keunikan spesies tertentu Kemudahan mengamati flora dan fauna

2 Atraksi pendukung/pelengkap

- Berenang (air terjun, sungai, pantai)

- Kegiatan olahraga (jalan kaki, memancing, mendayung) - Budaya lokal (kesenian, kebiasaan-kebiasaan tradisional) - Peninggalan sejarah

3 Aksesibilitas dan Infrastruktur

- Jarak ke bandara international atau pusat-pusat wisata - Akses (jalan raya, jalan kereta api, penerbangan, pelabuhan) - Fasilitas kesehatan

- Komunikasi

4 Iklim

- Cuaca yang mendukung kegiatan rekreasi - Banyaknya curah hujan dan distribusinya

5 Kondisi Politik dan Sosial

- Adanya stabilitas sosial politik - Terjaminnya keamanan wisatawan

- Wisatawan dapat di terima oleh masyarakat lokal

The Ecotourism Society (Eplerwood 1999 diacu dalam Fandeli 2000)

menyatakan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata yaitu

1 Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas wisatawan yang mengganggu terhadap alam dan budaya

2 Pendidikan konservasi lingkungan 3 Pendapatan langsung untuk kawasan


(44)

19

4 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan 5 Meningkatkan penghasilan masyarakat 6 Menjaga keharmonisan dengan alam 7 Menjaga daya dukung lingkungan 8 Meningkatkan devisa buat pemerintah.

Pengembangan ekowisata melibatkan berbagai pihak, yaitu pengunjung atau ekowisatawan, sumberdaya alam, pengelola, masyarakat setempat, kalangan bisnis termasuk tour operator, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya pengembangan ekowisata yang baik merupakan simbiosis antara konservasi dan pembangunan, namun kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara pelaku ekowisata bisa terjadi (Lindberg et al. 1997). Kegiatan ekowisata dapat diturunkan secara sintesis dari berbagai konsep ekowisata yang telah dikemukakan (Fennell 1999). Kegiatan yang berdasarkan prinsip ekowisata tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan ekowisata di berbagai obyek ekowisata. Usaha evaluasi kegiatan ekowisata telah banyak dilakukan dengan berbagai metode evaluasi yang dikembangkan, diantaranya adalah yang dikembangkan oleh Wallace & Pierce (1996) dengan enam kriteria utama evaluasi, yaitu

1 Berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal

2 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman sistem alam dan budaya setempat, serta keterlibatan pengunjung terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi sistem tersebut

3 Berkontribusi terhadap konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam yang di lindungi

4 Memaksimalkan partisipasi masyarakat setempat sejak awal dan dalam jangka panjang dalam proses pengambilan keputusan tentang jenis dan jumlah wisata yang ada

5 Memberikan keuntungan ekonomis dan yang lainnya kepada penduduk setempat, yang melengkapi dan tidak menggantikan jenis mata pencaharian tradisional


(45)

20

6 Menyediakan kesempatan bagi masyarakat setempat dan karyawan ekowisata untuk mengunjungi dan belajar lebih banyak tentang keindahan alam dan obyek wisata yang menjadi daya tarik pengunjung.

2.4. Taman Hutan Raya

Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Di dalam tahura dapat dilakukan kegiatan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya dan wisata. Di dalam zona pemanfaatan tahura, dapat di bangun sarana kepariwisataan dan untuk ini pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan, dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar secara aktif dalam pengelolaan kawasan (Departemen Kehutanan 1996).

Menurut Un dang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Tahura didefinisikan sebagai kawasan pelestarian untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang di manfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, pariwisata dan rekreasi. Dengan melihat fungsi dari tahura, wisata yang berbasis alam (ekowisata) adalah pilihan yang tepat untuk dikembangkan di kawasan tersebut (Anonymous 1997)

2.5. Analisis Sediaan dan Permintaan Wisata

Analisis terhadap sediaan (supply) dan permintaan (demand) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam perencanaan dan perancangan rekreasi (Gold 1980). Sediaan rekreasi merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan pelayanan. Sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang kegiatan dan perilaku rekreasi.

Proses perencanaan pengembangan pariwisata menurut Yoeti (1990) dapat dilakukan dalam 5 (lima) tahap yaitu

1 Melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas yang tersedia dan potensi yang dimiliki


(46)

21

2 Menaksir pasaran pariwisata dan mencoba melakukan proyeksi lalu lintas wisatawan pada masa yang akan datang

3 Memperhatikan di daerah mana permintaan (demand) lebih besar dari pada persediaan (supply)

4 Melakukan perlindungan terhadap kekayaan alam yang dimiliki dan memelihara budaya serta adat istiadat suatu bangsa yang ada

5 Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman modal

Sedangkan aspek-aspek yang perlu di kaji di dalam suatu perencanaan pengembangan wisata adalah sebagai berikut

1 Wisatawan (tourist): Kita harus tahu lebih dahulu (melalui penelitian) karakteristik wisatawan yang diharapkan datang. Dari mana saja mereka datang, usia muda atau tua, pengusaha atau pegawai biasa, apa kesukaannya dan pada musim apa saja mereka melakukan perjalanan.

2 Pengangkutan (transportation): Kita harus melakukan penelitian terlebih dahulu, bagaimana fasilitas transportasi yang telah tersedia atau yang akan dapat digunakan nantinya, baik untuk wisatawan domestik maupun manca negara dari tempat asalnya ketempat wisata yang di tuju. Selain itu juga bagaimana transportasi lokal yang melayani wisatawan di daerah yang dikunjungi.

3 Fasilitas pelayanan (servicefacilities): Fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata, bagaimana akomodasi penginapan yang tersedia, restoran, kantor pos, warung telekomunikasi dan lainnya.

4 Informasi dan promosi (information): Calon wisatawan yang memperoleh informasi tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya, untuk itu perlu diperkirakan bagaimana cara-cara yang akan ditempuh untuk melakukan publikasi atau promosi.

Analisis permintaan dan penawaran pariwisata meliputi kegiatan survei perilaku, inventarisasi sumberdaya wisata, estimasi permintaan untuk mengetahui jumlah wisatawan yang akan datang dan analisis kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Douglass (1982) yang menyatakan bahwa dalam perencanaan rekreasi diperlukan analisis kebutuhan, yaitu mengumpulkan fakta-fakta kesempatan rekreasi yang ada dan membandingkan jumlah fasilitas yang tersedia dengan jumlah permintaan.


(47)

22

Douglass (1982) mendefinisikan permintaan rekreasi sebagai jumlah kesempatan rekreasi yang diinginkan masyarakat. Permintaan rekreasi terdiri dari penggunaan aktual dari fasilitas yang tersedia dan permintaan yang tersembunyi yang tidak terlihat karena fasilitas yang tidak memadai. Di samping kedua tipe permintaan tersebut Gold (1980) menyebutkan adanya suatu tipe permintaan yang tidak di sebutkan Douglass, yaitu permintaan yang timbul akibat adanya perubahan, misalnya karena adanya promosi. Tipe ini disebut permintaan terdorong.

Yoeti (1990) bahwa ada tiga ciri-ciri permintaan pariwisata yaitu (1) Terkonsentrasi menurut musim dan daerah tujuan tertentu, (2) elastisitasnya tinggi dan (3) berubah-ubah sesuai dengan motivasi masing-masing individu.

Selanjutnya menurut Douglas s (1982) bahwa tahapan dalam analis is permintaan ada empat, yaitu (1) menetukan populasi efektif, (2) menghitung laju partisipasi, (3) menentukan permintaan yang ada, dan (4) melakukan estimasi permintaan yang akan datang.

Populasi efektif di hitung berdasarkan jumlah penduduk pada zona yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan rekreasi secara aktual. Laju partisipasi ditentukan berdasarkan survei permintaan rekreasi terhadap masyarakat kota. Jumlah permintaan yang ada merupakan hasil kali laju populasi efektif dengan laju partisipasi. Jumlah permintaan yang akan datang dapat di hitung berdasarkan perkalian dengan dugaan efektif di masa yang akan datang dengan laju partisipasi di masa yang akan datang.

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata, dimana faktor utama adalah jumlah penduduk, selanjutnya waktu luang, pendapatan perkapita dan transportasi. Menurut Gold (1980) bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan rekreasi harian, mingguan, musiman, bahkan tahunan adalah

1 Faktor yang berhubungan dengan pengguna potensial, yaitu jumlah penduduk sekitar, kepadatan penduduk, karakteristik kependudukan, pendapatan, waktu luang, tingkat pengalaman berekreasi, tingkat kesadaran keperluan rekreasi dan tingkat kesadaran dari perilaku yang di larang.

2 Faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi yaitu daya tarik obyek rekreasi, intensitas pengolahan tempat rekreasi, alternatif tapak yang tersedia, daya dukung dan kemampuan desain tempat rekreasi, iklim mikro, karakteristik alam dan fisik areal rekreasi.


(48)

23

3 Faktor yang berhubungan dengan pengguna potensial dan tempat rekreasi yaitu waktu perjalanan dan jarak, kenyamanan perjalanan, biaya, informasi, status areal rekreasi dan pengaturan pengawasan yang dilakukan.

Penawaran pariwisata meliputi seluruh areal tujuan wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran ini terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam, barang dan jasa hasil ciptaan manusia yang dapat mendorong keinginan seorang untuk berwisata. Hal ini sejalan dengan pendapat Gold (1980) bahwa sediaan rekreasi adalah jumlah dan kualitas dari sumberdaya yang tersedia untuk penggunaan pada waktu tertentu.

2.6. Kesediaan Membayar (WTP)

Penilaian keuntungan dari perubahan lingkungan sangat kompleks karena penilaian lingkungan tersebut tidak hanya dinilai dengan uang dari konsumen yang menikmati langsung (user) jasa perbaikan kualitas lingkungan, akan tetapi juga dari konsumen potensial dan orang lain karena alasan tertentu (non-users).

Selanjutnya Yakin (1997) terlepas dari keuntungan yang dinikmati oleh penguna langsung jasa lingkungan, bukan penguna langsung atau penguna potensial (non users) jasa tersebut mungkin juga memperoleh keuntungan dari penyediaan barang lingkungan tersebut. Beberapa sumber bonefit yang bisa diperoleh bukan penguna langsung jasa lingkungan adalah sebagai berikut

1 Nilai pilihan (option value)

Meskipun seseorang tidak mempunyai rencana untuk mengunakan jasa lingkungan (amenity) itu, mereka kadang-kadang mau membayar sebagai pilihan untuk memamfatkan dimasa mendatang.

2 Nilai eksistensi/keberadaan (existence v alue)

Nilai atau harga yang diberikan oleh seseorang terhadap eksistensi barang lingkungan tertentu misalnya: obyek tertentu, spesies, atau alam dengan didasarkan pada etika atau norma tertentu.

3 Nilai Masa Depan (bequest value)

Orang bisa jadi membayar bagi ketersediaan barang-barang lingkungan tertentu seperti spesies, alam, untuk generasi yang akan datang. Pada dasarnya telah banyak metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan. Sampai sat ini


(49)

24

telah berkembang sekitar lima belas jenis metode penilaian ekonomi perubahan kualitas lingkungan. Namun demikian pada saat ini yang sangat populer adalah

Contingent Valuation Method (CVM) karena bisa mengukur dengan baik nilai

pengunaan (use values) dan nilai dari non penguna (non use values). Contingent Valuation Method (CVM) bertujuan untuk menghitung nilai atau penawaran dengan cara menanyakan kepada masyarakat apakah mereka bersedia untuk membayar keuntungan yang mereka dapatkan atau apakah mereka bersedia untuk menerima kompensasi sebagai toleransi terhadap biaya yang dikeluarkan.


(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kawasan TPMI. Desa yang di pilih sebagai sampel adalah desa Saree Aceh dan desa Suka Mulia di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (Gambar 3). Pemilihan kedua desa tersebut dengan pertimbangan bahwa kedua nya merupakan desa yang memiliki akses terdekat menuju kawasan, dimana kedua desa berbatasan dengan lokasi TPMI. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu mulai Juli hingga Oktober 2005.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini memakai metode survei (non experimental) dengan pendekatan analisis sediaan (supply) sumberdaya wisata dan analisis permintaan (demand) kebutuhan wisata. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan terhadap obyek wisata yang potensial di dalam kawasan TPMI.

3.2.1. Data Pokok

Data pokok merupakan data utama penelitian yang di peroleh melalui pengamatan langsung di lapangan maupun dari hasil wawancara langsung yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terstruktur maupun pertanyaan bebas serta dalam bentuk kuesioner yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Pengumpulan data pokok yang dilakukan untuk menunjang pengembangan ekowisata di kawasan TPMI dibedakan menjadi dua yaitu potensi sediaan (Supply) wisata dan potensi permintaan (demand) wisata. Menurut World Tourism Organization (WTO) 1995, kedua jenis data tersebut terdiri dari


(51)

26 Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian


(52)

27

3.2.1.1. Potensi Penawaran (supply)Wisata

1 Atraksi alam, budaya masyarakat dan jenis kegiatan wisata lainnya 2 Akomodasi (hotel, atau jenis penginapan lainnya)

3 Fasilitas dan pelayanan (guide, operator tour, travel, kantor pos dan fasilitas lainnnya)

4 Infrastruktur (transportasi, darat, air, udara) air bersih, PLN, tempat pembuangan sampah serta telekomunikasi

5 Elemen institusi (struktur organisasi, ketersediaan dana pengembangan, strategi pemasaran dan program promosi)

3.2.1.2. Potensi Permintaan (demand) Wisata

1 Wisatawan (karakteristik, motivasi, persepsi wisata)

2 Masyarakat lokal/sekitarnya (karakteristik, persepsi dan partisipasi dalam pengembangan kawasan sebagai obyek wisata)

3 Stakehorders (peranan, dukungan dan partisipasi dalam pengembangan

kawasan sebagai obyek wisata)

3.2.2. Data Penunjang

1 Data fisik lokasi (luas, kelerengan, topografi, iklim dan hidrologi) 2 Data biologis vegetasi dan satwanya

3 Data sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitarnya (jumlah penduduk, penyebarannya, jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat pendidikan, pendapatan, agama, adat istiadat dan budaya masyarakatnya)

4 Data potensi obyek dan daya tarik wisata

5 Data sistem pengelolaan (struktur organisasi, sumber dana, akomodasi, aksesibilitas, infrastruktur, pelayanan, jumlah pengunjung serta pengelolaan pengunjung

6 Data ketentuan hukum dan institusi (peraturan perundang-undangan dan institusinya yang berkaitan dengan pengembangan kawasan obyek wisata) 7 Data peta-peta yang telah dipublikasikan

Tabel berikut ini menggambarkan jenis data lapangan yang akan diambil. Jenis data yang akan diambil tersebut sesuai dengan unsur-unsur apa saja yang terdapat di TPMI.


(53)

28

Tabel 1 Jenis data yang diperlukan dalam melakukan penelitian di TPMI

No. Jenis Data Unsur Deskripsi Obyek

1. Daya tarik alam a. Flora/fauna b. Pemandangan alam c. Pemandangan lepas d. Panorama alam

e. Pusat Latihan Gajah (PLG) f. Budidaya anggrek

2. Atraksi budaya masyarakat

a. Kearifan lokal b. Kegiatan keagamaan c. Kerajinan tangan d. Seni tari dan musik 3. Berbagai kegiatan

wisata

a. Tracking

b. Hiking

c. Camping

d. Photo hunting

e. Menikmati pemandangan lepas f. Pendidikan/penelitian

4. Akomodasi a. Hotel

b. Bungalow c. Losmen d. Pondok/cottage

e. Camping ground

5. Fasilitas dan pelayanan

a. Warung makan/minuman b. Pasar

c. Kios/toko cinderamata d. Fasilitas kesehatan e. Fasilitas ibadah f. Fasilitas MCK g. Pusat informasi 6. Infrastruktur a. Jalan utama

b. Jalan cabang c. Jalan setapak d. Area parkir e. Suplai air

f. Pembuangan sampah dan limbah g. Jaringan listrik

h. jaringan telkomsel i. Wartel dan pos

Adapted : Kriteria dan standar penilaian obyek dan daya tarik wisata alam 2001

Data penunjang dapat di peroleh dari data-data desa sekitar kawasan, Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumberdaya Hutan (BKSDH), Yayasan Ekowisata Aceh (YEA), Dinas Pariwisata, Biro Pusat Statistik (BPS), Bapeda Provinsi Banda Aceh dan berupa laporan studi dan penelitian, publikasi ilmiah, peraturan perundang-undangan dan publikasi daerah serta peta-peta yang telah dipublikasi.


(54)

29

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan meliputi studi pustaka, pengamatan langsung di lapangan (observasi lapangan) dan wawancara langsung.

3.3.1. Studi Pustaka /Literatur

Studi pustaka adalah kegiatan mengumpulkan berbagai data penunjan g berupa laporan studi dan penelitian, publikasi ilmiah, peraturan perundangan, peta serta bentuk publikasi lainnya yang terkait dengan penelitian. Data yang dikumpulkan terutama mengenai kondisi umum TPMI saat ini.

3.3.2. Pengamatan Lapangan

Metode observasi atau pengamatan langsung di lapangan merupakan metode pengumpulan data pokok yang sangat mendasar dalam melakukan inventarisasi potensi wisata di lokasi penelitian. Unsur-unsur yang di amati antara lain meliputi pengamatan terhadap flora dan fauna yang tedapat di kawasan TPMI, gejala alam dan keunikannya, sarana dan prasarana yang ada di lokasi (akomodasi, aksesibilitas, infrastruktur, serta fasilitas dan pelayanan), kearifan lokal, budaya serta adat istiadat masyarakat sekitar.

3.3.3. Wawancara dan Penyebaran Kuesioner

Wawancara dan penyebaran kuesioner merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data pokok di lapangan, yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lanjut mengenai kawasan penelitian dan kesiapan pengelola dan berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan kawasan TPMI sebagai obyek wisata. Untuk data pokok aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan pengukuran yang lebih mendalam yaitu dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner bagi masyarakat berisi pertanyaan mengenai karakteristik, persepsi dan partisipasi.

Selain itu, wawancara dan penyebaran kuesioner juga diberikan pada para wisatawan dan stakeholders yang terkait dengan penelitian ini. Kuesioner bagi wisatawan berisi pertanyaan mengenai karakteristik, motivasi, dan persepsi,


(1)

Kendaraan umum (jenis : Taxi ; Angkot ; Bis ; Truk ; Ojek ) 6. Berapa biaya yang biasanya anda keluarkan untuk sekali berkunjung ketempat

ini

< Rp. 100.00,-/orang

Rp. 100.000 s/d 300.000.-/ orang > 300. 000/ orang

7. Menurut anda, bagaimana kondisi alam (pemandangan) di tempat ini ? Baik Cukup Buruk

8. Menurut Anda, bagaimana aksesibilitas ( jalan, angkutan) ke tempat ini ? Baik Cukup Buruk

D. Persepsi Pengunjung

1. Menurut anda Taman Hutan Raya adalah : Kawasan pelestarian alam

Kawasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan Kawasan yang dimanfaatkan untuk menunjang budidaya ` Kawasan yang dikelola untuk pariwisata dan rekreasi

Kawasan ekosistem asli

2. Bagaimana menurut anda, pentingkah Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan diadakan ?

Sangat penting Kurang penting Penting Tidak penting 3. Pernahkan anda mendengar istilah ekowisata ?

Pernah Tidak pernah 4. Menurut anda ekowisata adalah :

Pariwisata berwawasan lingkungan

Pariwisata yang memperhatikan masyarakat Pariwisata yang ramah lingkungan

Pariwisata yang bertanggung jawab

5. Menurut anda, apa arti konservasi ? (jawaban boleh lebih dari satu) Perlidungan Pelestarian Pemanfaatan

5. Apa saran anda terhadap pengembangan ekowisata pasca tsunami di kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan ?

Saran... ... ... ... ...


(2)

KUESIONER PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PASCA TSUNAMI

DI TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Pedoman Umum Pengisian :

Berilah tanda (√) pada setiap jawaban yang anda pilih paling sesuai Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan

A. Data Pribadi Masyarakat Sekitar Kawasan

1. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Umur : 17-35 Tahun 36-55 Tahun >55 Tahun 3. Desa tempat tinggal : ... 4. Pekerjaan tetap : Petani Pedagang

Guru Lainnya

5. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA

Perguruan tinggi (Strata...) 6. Bahasa yang dikuasai Bahasa daerah

Bahasa Indosesia Bahasa asing B. Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Ekowisata

1. Apakah anda mengetahui kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan merupakan kawasan konservasi ?

Ya Tidak Tidak tahu 2. Tahukah anda kawasan konservasi tersebut harus dilestarikan ?

Ya Tidak Tidak tahu 3. Menurut anda, apa tujuan wisatawan berkunjung ke Kawasan Taman Hutan

Raya Pocut Meurah Intan (Jawaban boleh lebih dari satu) Piknik Berburu

Berjalan-jalan di hutan Mengamati adat istiadat

Mendaki gunung Mengamati kehidupan tradisional Melihat pemandangan lainnya : ... 4. Apakah anda menerima kawasan ini dijadikan sebagai tempat wisata ? Ya Tidak Tidak tahu

5. Apakah menurut anda kawasan wisata, khususnya ekowisata di kawasan tahura ini akan dapat memberikan keuntungan ?

Ya Tidak Tidak tahu

6. Setujukah anda bila kawasan ini dikelola dengan baik dan masyarakat lokal lebih banyak berperan ?

Setuju Tidak setuju Tidak tahu

7. Jika kawasan ini dikembangkan sebagai obyek ekowisata dan lebih banyak melibatkan masyarakat sekitarnya, apakah anda akan berpartisipasi lebih aktif ?

Ya, tentu saja Tidak Kemungkinan ya Tidak tahu

8. Apakah sebelumnya pernah terjadi bencana alam di sekitar tempat ini ? (bencana alam apa saja dan sudah berapa kali terjadi )

Pernah, yaitu bencana : ... Kadang-kadang, yaitu : ... Tidak pernah


(3)

Pernah, yaitu tindak kejahatan : ... Kadang-kadang yaitu : ... Tidak pernah

10. Di sekitar kawasan ini, apakah sering terjadi pertikaian/konflik (jenis pertikaian/konflik apa saja yang telah terjadi )

Pernah, yaitu : ... Kadang-kadang, yaitu : ... Tidak pernah

11. Manfaat apa yang anda peroleh dengan adanya pengembangan Tahura Pocut Meurah Intan ?

Meningkatnya pendapatan masyarakat Hutan dapat lestari

Membuka lapangan kerja baru

12. Apa harapan dan saran anda terhadap pengembangan ekowisata pada kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan ?

Harapan... ... ... ... ... Saran :

... ... ... ...


(4)

KUESIONER PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PASCA TSUNAMI DI TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Pedoman Umum Pengisian :

Berilah tanda (√) pada setiap jawaban yang anda pilih paling sesuai Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan

A. Data Pribadi Pedagang di Sekitar Kawasan

1. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Umur : 17-35 Tahun 36-55 Tahun >55 Tahun 3. Desa tempat tinggal : ... 4. Pekerjaan tetap : ... 5. Pendidikan terakhir : SD SMP SMU Perguruan tinggi (Strata...) B. Partisipasi Terhadap Kegiatan Ekowisata

1. Apakah anda mengetahui secara detail tempat-tempat di dalam kawasan tahura Ya Beberapa saja Tidak

2. Apakah anda mempunyai pekerjaan yang ada hubungannyan dengan kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan ?

Ya : ... (Lanjut ke No. 3) Tidak (lanjut ke No. 8)

3. Sudah berapa lama anda menekuni usaha ini ?

Kurang dari 6 Bulan 6 Bulan – 1 tahun Lebih dari 1 tahun 4. Berapa lama anda bekerja untuk setiap harinya ?

Seharian (24 jam) Setengah hari ( 12 jam) lainnya : ... 5. Jadwal pekerjaan yang anda tekuni saat ini saat ini :

Setiap hari Hari-hari tertentu, yaitu : ... Seminggu ...Hari Tidak tentu harinya

Sebulan ...Hari

6. Berapa kira-kira keuntungan dari pendapatan anda selama sebulan ? < Rp. 250.000,-

Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- > Rp. 500.000,-

7. Dimana lokasi usaha anda ? Di areal pintu masuk kawasan Di sekitar pemukiman penduduk Di areal batas desa

Lainnya : ...

8. Apakah anda akan ikut partisipasi dan mendukung kegiatan wisata dikawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan tersebut di masa yang akan datang.

Ya Tidak Tidak tahu


(5)

Harapan... ... ... ... ... Saran :

... ... ... ...


(6)

KUESIONER PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PASCA TSUNAMI

DI TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Pedoman umum pengisian :

Berilah tanda (√) pada setiap jawaban yang anda pilih paling sesuai Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan

A. Data Pribadi Stakeholders

1. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Umur : 17-35 Tahun 36-55 Tahun >55 Tahun 3. Pekerjaan : ... 4. Pendidikan terakhir : SD SMP SMU Perguruan tinggi (Strata...) B. Partisipasi dan Dukungan Stakeholders

1. Apakah bapak/Ibu/saudara (i) mengetahui tentang rencana pengembangan ekowisata di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan nantinya ?

Ya (lanjut ke no. 2 ) Tidak tahu (lanjut ke no. 3) 2. Jika jawaban no. 1 “Ya” apakah bapak/Ibu/saudara (i) mendukung kegiatan

pengembangan ekowisata di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan ? Ya, tentu saja (lanjut ke no. 4) Mungkin tidak

Mungkin Ya Tidak tahu (lanjut ke no. 6) 3. Jika no. 1 “Tidak” apakah bapak/Ibu/saudara (i) akan ikut partisipasi dan

mendukung pengembangan ekowisata di kawasan tersebut di masa mendatang Ya, dalam bentuk : ...(lanjut ke no. 4 ) Tidak tahu (lanjut ke no. 6)

4. Sampai kapan dukungan tersebut Bapak/Ibu/Saudara(i) berikan ? ... 5. Apakah ada kendala/permasalahan/keluhan yang Bapak/Ibu/Saudara (i)

hadapi selama memberikan dukungan tersebut ? Ya, yaitu : ... Tidak tahu

6. Apa harapan dan saran anda terhadap pengembangan ekowisata pada kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan ?

Harapan... ... Saran :

... ...