Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret.

4.8. Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret.

Berdasarkan analisis SWOT pada Tabel 26 dan posisi pengembangan agroindustri sebutret di Kabupaten Sambas pada matriks IE Gambar 10, maka dapat dirumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha serat sabut kelapa berkaret, yaitu: a. Melakukan pendataan ulang yang lebih akurat tentang kepemilikan, fungsi dan tataguna lahan yang ada di kabupaten sambas dengan mengoptimalkan koordinasi antar instansi yang terkait terutama dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pertanian, Badan Pertanahan Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kecamatan-kecamatan sampai ke desa-desa, agar data yang dimiliki menjadi seragam. Hal ini bertujuan agar lahan-lahan perkebunan karet dan kelapa yang sudah ada dan hutan-hutan yang tersisa tidak beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat agar ketersediaan bahan baku tetap terjaga. Selain itu juga untuk menghindari adanya kepemilikan ganda dan memperjelas status kepemilikan pada lokasi tanah yang ada. b. Melakukan studi kelayakan investasi usaha sebutret dengan terperinci agar kedepannya industri yang telah dijalankan tidak mengalami masalah. Oleh karena itu dalam studi tersebut harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu aspek pasar meliputi permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan, aspek teknis dan produksi meliputi skala produksi, proses produksi, mesin dan fasilitas, perlengkapan, penanganan limbah dan tata letak, aspek keuangan meliputi sumber pendanaan, biaya, keuntungan dan tingkat pengembalian, aspek manajemen meliputi struktur organisasi dan tenaga kerja, aspek hukum meliputi badan hukum, jaminan hukum dan perizinan dan aspek sosial ekonomi meliputi devisa negara dan daerah, kesempatan kerja, dampak pada industri lain dan dampak pada masyarakat. c. Memproduksi sebutret yang sesuai dengan keinginan dan citarasa konsumen. Artinya bahwa sebelum barang-barang yang telah diproduksi dipasarkan, terlebih dahulu dilakukan segmentasi pasar market segmentation, targeting dan positioning. Segmentasi pasar didefinisikan sebagai pembagian pasar menjadi bagian-bagian konsumen yang berbeda menurut kebutuhan dan kebiasaan belanja mereka. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Sedangkan Positioning adalah penetapan posisi pasar, yang tujuannya adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing yang ada di pasar ke dalam benak konsumen David, 2009, sehingga produk yang telah dihasilkan tepat sasaran. Selain itu, diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan perkembangan zaman yang mengedepankan kenyamanan kepada sipemakai produk. Adapun proses pengolahan serat sabut kelapa berkaret menurut Sinurat et al 2001 adalah sebagai berikut: Sabut lunak atau sabut keras yang telah direndam di dalam bak perendaman diolah dengan mesin pemisah untuk menghasilkan serat. Serat dibersihkan dan dipisahkan dari kotoran, kemudian dikeringkan dan disimpan dalam bak. Serat hasil pemisahan ini disebut serat alami, dan produk sebutret yang terbuat dari serat alami disebut sebutret alami. Serat alami dan produk dari serat yang telah mengalami pengeritingan disebut sebutret keriting. Proses pengeritingan dilakukan dengan memintal serat terlebih dahulu menggunakan mesin pemintal. Hasil pemintalan serat digulung pada beberapa rol penggulung. Selanjutnya, rol-rol penggulung tersebut dipindahkan dan ditempatkan secara bertingkat pada rak rol penggulung. Dengan menarik ujung-ujung pintalan serat dari rol-rol penggulung, kemudian menggabungkan dan memuntirnya dengan alat pembuat tali dan akan terbentuk tali atau tambang yang terdiri atas beberapa pintalan serat. Selanjutnya, tumpukan tali direndam dalam uap air mendidih selama 15-20 menit, lalu dipindahkan dan diperam atau dikeringkan pada suhu ruangan paling sedikit selama 14 hari di dalam bak pemeraman. Tali hasil pemeraman dibuka dan diurai lagi dengan menggunakan tangan secara manual dan diperoleh serat yang telah berubah menjadi serat keriting permanen. Sebelum proses pencetakan terlebuh dahulu yang dilakukan adalah membuat kompon lateks. Pembuatan kompon lateks tersebut dapat dilakukan selama proses pemeraman tali. Lateks kebun diolah dengan menggunakan mesin sentrifusi untuk menghasilkan kompon lateks pekat pendadihan. Bahan kimia yang berfase serbuk padat ditimbang dan diolah di dalam mesin ball mill dan mengubahnya menjadi bahan dispersi. Selanjutnya lateks pekat dan bahan dispersi dicampur dengan menggunakan mixer dan diperam selam 72 jam untuk menghasilkan kompon lateks. Setelah itu serat alami atau serat keriting ditaburkan dan dicetak dengan ketebalan yang seragam antara 2-4 cm untuk membentuk sheet tipis. Kompon lateks yang telah dipersiapkan disemprot dengan menggunakan alat penyemprot pada kedua permukaan sheet yaitu bagian atas dan bawah, dan diharapkan agar kabut kompon dapat menembus dan membasahi seluruh bagian dalam sheet. Sheet basah yang baru disemprot dikeringkan terlebih dahulu pada suhu ruangan atau ditiup dengan udara menggunakan kipas angin atau dapat juga di dalam pengering yang bersuhu 40 C, sebelum dimasukan ke dalam oven pemvulkanisasi. Sheet tebal dapat dibentuk dengan cara menumpuk beberapa sheet tipis yang telah dikeringkan, dengan terlebih dahulu dibubuhi dengan lapisan perekat dengan menyemprotkan sedikit kompon lateks pada permukaan sheet yang akan bersinggungan. Tumpukan sheet-sheet tipis ditekan di dalam cetakan penjepit secara perlahan dengan tangan atau alat tekan guna merapatkan kedua permukaan yang saling bersinggungan sehingga diperoleh kerapatan atau ketebalan sheet yang diinginkan. Selanjutnya kedua belah cetakan, atas dan bawah dikunci atau diikat dengan baut atau kawat pengikat yang terpasang pada cetakan, lalu cetakan yang berisi sheet tebal dimasukan ke dalam oven pemvulkanisasi. Proses vulkanisasi berlangsung pada suhu 100 C selama 60-90 menit, dengan kecepatan aliran udara panas di dalam oven vulkanisasi antara 0,125-0,213 mdt. Sebagai tahap akhir pengolahan, sisi pinggir produk hasil vulkanisasi dipotong atau diratakan dengan menggunakan alat pemotong sebutret dan produk akhir dibungkus dan disimpan di dalam gudang. Hasil dari produk yang telah dibuat pastinya tidak akan luput dari permasalahan. Ada beberapa faktor menurut Sinurat et al 2001 yang berpengaruh dalam proses pembuatan sebutret tersebut, antara lain: a Tingkat kekeringan pada sabut, karena sabut yang terlalu kering akan menyulitkan dalam proses pemisahan serat. b Besar kecilnya diameter gulungan pintalan pada rol penggulung, karena makin besar diameter rol penggulung makin cepat penarikan tali dari corong pemuntir yang mengakibatkan pintalan menjadi mudah terputus. Diameter gulungan pintalan yang disarankan tidak melebihi dari 100 mm. c Penggunaan jenis serat, apakah serat alami atau tanpa pengeritingan ataupun serat keriting, sehingga untuk pembuatan sebutret yang relatif tebal hendaknya menggunakan serat keriting karena serat keriting mempunyai kepegasan yang lebih baik dibandingkan dengan serat alami. d Penggunaan jenis pengolahan kompon lateks, karena lateks yang dihasilkan dengan metode pusingan memiliki tingkat pampatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lateks dadih. e Jumlah kompon lateks yang disemprotkan. f Proses penekanan pada tumpukan sheet, karena kurangnya penekanan pada sheet akan berpengaruh pada tingkat kerapatannya sehingga menyebabkan besarnya rongga di dalam produk. g Tingkat kepegasan akan berkurang apabila produk terkena air dan berada dalam ruangan yang lembab. Kepegasan produk akan kembali normal apabila dipindahkan ke dalam ruangan yang kering. Hal ini terjadi karena serat-serat yang telah diselubungi oleh lapisan karet menjadi agak kaku dan cendrung kembali keposisi awal. h Alat penyemprot yang digunakan, karena kompon lateks dadih yang bersifat cendrung menggumpal sehingga proses penyemprotan akan terhenti yang disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di dalam saluran nozle injektor jika kompresor tidak mampu memompakan udara dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan kompresor yang bertenaga 3-4 Hp atau sekitar 0,75 Hp. Contoh bentuk produk sebutret dari serat alami dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Produk sebutret dari serat alami BPTK Bogor d. Melakukan kegiatan persiapan sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur dan sumber pendanaan. Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan mengadakan pembinaan dan pelatihan dalam pengolahan produk sebutret dari instansi yang terkait seperti Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan perdagangan melalui Balai Latihan Kerja BLK ataupun dengan mengadakan kerjasama dengan institusi atau lembaga- lembaga yang berkompeten dibidang pengolahan sebutret. Adapun tujuannya adalah dapat memberikan pengetahuan dalam proses pembuatan sebutret dan meningkatkan pengelolaan usaha yang berupa peningkatan produk yang akan dihasilkan, manajemen produksi dan tenaga kerja, administrasi dan keuangan, pemasaran produk, serta tentang pemeliharaan mesin dan peralatan produksi. Kegiatan pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan, seminar, diskusi maupun dengan melakukan studi banding ke tempat-tempat yang telah memproduksi produk yang sama agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing tinggi. Hasil dari pelatihan dan pembinaan tersebut diharapkan akan menciptakan tenaga kerja yang terampil dan bisa diandalkan dalam manajemen organisasi dan menghasilkan produk yang bermutu dan mampu bersaing dengan produk-produk sejenis yang berbahan baku dari sintetis baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Persediaan sumber daya alam diarahkan untuk pengembangan industri hulu agar ketersediaan bahan baku tetap untuk industri pengolahan sebutret tetap terjaga keberlanjutannya dengan meningkatkan produktifitas kerja petani karet dan kelapa. Selain meningkatkan produktifitas kerja petani, hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah dalam pengumpulan bahan baku tersebut. Proses pengumpulan bahan baku, khusus untuk komoditas kelapa dapat dilakukan dengan membeli langsung kepada petani melalui kelompok tani, pedagang pengumpul kelapa ataupun ke industri kopra atau pengolahan minyak kelapa yang ada di daerah yang bersangkutan. Sedangkan proses pengumpulan lateks karet melalui kelompok tani yang ada ataupun mendatangi langsung kepetani karet, jika ingin mendapatkan lateks karet dan bukan kepedagang pengumpul karet karena pedagang pengumpul hanya membeli produk dalam bentuk bokar dan sheet-sheet tipis yang telah melalui proses penggilingan manual. Selain itu, hal-hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kegiatan pembangunan infrastruktur yang berupa jalan karena dari total 842,15 km jalan yang ada sekitar 64,52 jalan yang masih berbentuk jalan tanah dan berkerikil. Pembangunan jembatan yang menghubungkan antara kecamatan Tekarang dengan Perigi Piyai di Kecamatan Tebas dan jembatan yang merupakan akses dari ibu kota Kecamatan Teluk Keramat dengan ibu kota Kabupaten yaitu antara Teluk Keramat dengan Tanjung Harapan. Penyediaan tenaga listrik yang masih terjadi pemadaman bergilir disemua wilayah Kabupaten Sambas dan jaringan telekomunikasi yang masih belum terjangkau dan masih belum dapat dinikmati oleh semua masyarakat Kabupaten Sambas sebagai faktor penunjang untuk akses pembangunan industri pengolahan serat sabut kelapa berkaret di daerah-daerah yang menjadi sentra produksi karet dan kelapa. Agar pengembangan agroindustri sebutret dapat berjalan diperlukan sumber pendanaan. Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu usaha dapat dijalankan atau tidak. Usaha tersebut dapat didanai baik dengan modal sendiri, modal asing, ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang ekonomis. Bagaimana struktur modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya modal cost of capital, sehingga akan optimal penggunaannya. Sumber dana yang didapat dari modal asing yaitu: sumber dana yang didapatkan dari luar perusahaan kreditur yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank, perusahaan asing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek. Sumber dana dari internal perusahaan yang akan melakukan aktivitas usaha. Sumber dana ini disebut juga sebagai sumber dana modal sendiri. Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham. Jika usaha pengembangan sebutret tersebut dijalankan dalam bentuk koperasi maka modal koperasi diperoleh dari simpanan pokok, wajib dan sukarela dari anggota. e. Membangun industri pengolahan sebutret yang berbasis kerakyatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani dan peningkatan ekonomi daerah, baik melalui pendirian Koperasi, BUMD, maupun dengan melakukan kerjasama mitra dengan pihak swasta. Kemitraan yang dilakukan dengan pihak swasta diharapkan akan menciptakan: a Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. b Saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperkuat kedudukan masing-masing dalam meningkatkan daya saing usahanya. c Saling menguntungkan, yaitu kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha. Adapun bentuk kerjasama atau kemitraan dapat dilakukan dengan berbagai pola kerjasama, antara lain: a Pola Sub-kontrak, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang dilakukan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi barang-barang yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. b Pola Dagang umum, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang dilakukan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan mitra. c Pola Keagenan, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan mitra. d Pola Kerjasama Operasional Agribisnis KOA, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal danatau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan komoditas kelapa dan karet. Tabel 29. Alternatif lokasi pembangunan agroindustri sebutret berdasarkan keunggulan dan kelemahan dari masing-masing daerah Kecamatan Keunggulan Kelemahan Teluk Keramat - Memiliki luas lahan karet terbesar. - Memiliki jumlah penduduk kedua terbesar. - Berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil kelapa terbesar di kab. Sambas. - Tidak memiliki lahan perkebunan kelapa. - Akses transportasi ke jalan utama kabupaten kurang mendukung karena harus menggunakan kapal penyeberangan sungai Sambas besar. Jawai - Memilliki luas lahan kelapa terbesar. - Berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil karet terbesar di kab. Sambas. - Lahan perkebunan karet yang ada masih belum berproduksi. - Akses transportasi ke jalan utama kabupaten kurang mendukung karena harus menggunakan kapal penyeberangan sungai Sambas besar. Tebas -. Memiliki jumlah penduduk terbesar. - Memiliki akses transportasi yang strategis karena dilewati oleh jalan utama yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kab. Sambas. - Dekat dengan pelabuhan laut Sintete yang dimiliki oleh kab. Sambas. - Luas perkebunan karet hanya menempati urutan ke 13 terbesar dari 19 kec. yang ada di kab. Sambas. - Luas perkebunan kelapa hanya menempati urutan ke 10 terbesar terbesar dari 19 kec. yang ada di kab. Sambas. Susunan organisasi dalam suatu usaha disesuaikan dengan kebutuhan, karena susunan organisasi dalam setiap perusahaan akan berbeda yang didasarkan pada besar kecilnya usaha yang dijalankan. Jika usaha tersebut dalam bentuk koperasi, secara umum bentuk organisasinya meliputi Rapat Anggota Tahunan RAT, pembina, pengurus, pengawas, unit usaha dan anggota. Sedangkan bentuk organisasi dalam badan usaha atau perusahaan secara umum meliputi direkturketua, sekretaris, bendahara, divisi pengolahan, divisi pengendalian mutu, divisi pengadaan bahan baku dan divisi pemasaran. Dimana setiap divisi-divisi tersebut memiliki staf atau karyawan yang menjalankan tugasnya masing-masing yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing divisi. Gambar 12. Peta administrasi Kabupaten Sambas Berdasarkan pada ketersedian bahan baku, jumlah tenaga kerja dan kemudahan akses transportasi, menurut analisis dari peneliti ada beberapa alternatif lokasi yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat pembangunan agroindustri serat sabut kelapa berkaret yang didasarkan pada keunggulan dan kelemahan dari masing-masing daerah kecamatan tersebut. Adapun yang menjadi keunggulan dan kelemahannya adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 29. Mengenai letak kecamatan yang akan direkomendasikan sebagai alternatif untuk menjadi lokasi berdirinya usaha agroindustri dapat dilihat pada Gambar 12. f. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkompeten dalam bidang pengolahan sebutret seperti dengan Balai peneltian Teknologi Karet Bogor BPTK Bogor ataupun dengan pengusaha sebutret yang ada di Cilacap dan lain-lain dalam rangka proses alih teknologi. Kerjasama yang dilakukan tersebut dapat dalam bentuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut tentang proses pengolahan sebutret agar tercipta produk yang berkualitas dengan memodifikasi bentuk dan jenis produk diversifikasi produk sehingga tercapai tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah sehingga mampu bersaing baik dalam negeri maupun luar negeri dan dapat bersaing dengan produk rumah tangga yang berbahan baku dari sintetis. g. Menyediakan peralatan dan mesin proses produksi untuk menghasilkan produk sebutret. Adapun peralatan dan mesin yang digunakan dalam proses tersebut Sinurat et al, 2001 antara lain seperti: a Bak perendam yang berfungsi untuk merendam sabut kering. b Mesin pemisah serat yang berfungsi untuk memisahkan antara serat halus dan serat kasar. Menurut Sinurat 2000 mesin pemisah serat sabut kelapa terdiri dari dua unit utama, yaitu unit penggilas dan unit pemisah seperti pada Gambar 13. Adapun cara kerja mesin pemisah serat sabut kelapa adalah motor listrik penggerak 1 Gambar 13a. berfungsi untuk menggerakkan poros rotor unit pemisah 2 dengan V-belt, dan poros rotor menggerakkan poros unit penggilas 3 dengan V-belt dan gigi-gigi pengubah reducing gear. Unit penggilas yang terdiri dari dua buah rol berfungsi untuk menekan, menggeser dan memecahkan gabus pengikat serat sabut kelapa. Unti pemisah 2 terdiri atas stator dan rotor. Sabut yang telah digilas dalam unit penggilas jatuh dan diumpankan ke dalam unit pemisah melalui saluran pengumpan 7. Selanjutnya di dalam stator 1 pada Gambar 13a. sabut akan dibanting, digeser, dicabik dan diceraiberaikan oleh sudu-sudu rotor yang terdiri atas sudu-sudu pemukul 6 dan pemindah 7. Stator 1 dilengkapi dengan sudu-sudu penyangga 5 yang berfungsi sebagai penahan sabut. Serat yang terpisah dikeluarkan melalui saluran serat 6 pada Gambar 13b. sedangkan gabus dan serat-serat pendek dikeluarkan melaui saluran gabus 5. Mesin akan digerakkan oleh motor listrik yang bertenaga 5 Hp horsepower dengan putaran 1440 rpm rotasi permenit dapat menghasilkan serat panjang dan sedang sebanyak 35,3, 6,9 serat pendek, 49 gabus debu sabut kelapa dan 16,8 bagian yang hilang. Gambar tentang alat pemisah serat dapat dilihat pada Gambar 13a dan Gambar 13b. Gambar 13a. Mesin pemisah serat sabut kelapa tampak depan Sinurat, 2000 Gambar 13b. Mesin pemisah serat sabut kelapa tampak samping kanan Sinurat, 2000 Keterangan: 1. Motor 5.Saluran gabus 2. Unit pemisah 6. Saluran serat 3. Unit penggilas 7. Hopper 4. Kerangka c Mesin pemintal yang berfungsi untuk pemintalan serat. Menurut Sinurat 2000 mesin pemintal serat terdiri dari empat unit utama, yaitu motor listrik 1, corong pemuntir 8, rangka pemutar 9, dan rol penggulung 13 seperti pada Gambar 15. Adapun cara kerja dari mesin pemintal serat sabut kelapa adalah mesin pemintal serat digerakkan oleh motor listrik yang bertenaga 1 Hp dengan laju putaran 1470 rpm. Motor listrik 1 menggerakkan poros pulley 3 dan pulley 6 dengan transmisi B-velt atau pulley 2, selanjutnya dengan transmisi atau pulley 6 menggerakkan poros 7 yang juga sebagai poros roda gigi penggerak kedua corong pemuntir 8. Demikian juga dengan pulley 3 yang menggerakkan poros 4 berfungsi sebagai poros penggerak rangka pemutar 9. Rangka pemutar 9 menggerakkan poros 10, dan selanjutnya menggerakkan rol penggulung 13 dengan transmisi roda- roda gigi 11 dan roda friksi 12. Serat yang akan dipintal akan ditumpuk di atas pengumpan 14. Serat-serat tersebut dimasukan secara manual melalui lobang pengumpan ke dalam corong pemuntir 8. Serat yang telah dipuntir oleh corong pemuntir 8 dimasukan lagi ke dalam corong tetap hingga ke lobang poros berongga 10 dan selanjutnya dipuntir dan ditekan dilemaskan lagi oleh rol pemuntir. Pintalan serat yangkeluar dari roll pemuntir digulung oleh rol penggulung 13. Setelah rol penggulung 13 terisi penuh, pintalan serat akan dipindahkan atau digulung pada rol yang lain dan akan dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan tali dengan cara menggabungkan beberapa pintalan serat. Hasil dari pemintalan dengan tenaga 1 Hp dengan laju putaran 1470 rpm dapat menghasilkan 109,86 mjam. Gambar tentang alat pemintal serat dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini: Tampak atas Gambar 14. Alat pemintal serat Sinurat, 2000 d Alat pemintal tali. Alat pemintal ini berfungsi untuk membentuk tali dengan menggabungkan 2-4 pintalan serat. Alat ini terdiri dari dua unit utama, yaitu rak dan palang pemutar. Rak berfungsi sebagai dudukan rol-rol penggulung, dan palang berputar yang dilengkapi dengan tiga buah roda dan dapat bergerak maju mundur yang berfungsi untuk menggabungkan dan memuntir pintalan serat hingga terbentuk tali dengan 2-4 lilitan pintalan serat. Gambar tentang alat pemintal tali dapat dilihat pada Gambar 15. Tampak depan Tampak kanan Keterangan: 1. Motor 2. Pulley 3. Pulley 4. Poros 5. Poros 6. Pulley 7. Poros 8. Corong pemuntir 9. Rangka pemutar 10. Poros 11. Roda gigi 12. Roda friksi 13. Roll penggulung 14. Pengumpan 15. Rangka mesin Gambar 15. Alat pemintal tali Sinurat, 2000 e Pelengkapan pemeraman seperti kompor, bak pemanas dan bak pemeraman yang berfungsi untuk pemeraman tali. Perlengkapan pemeraman tali berfungsi sebagai tempat memeram tali setelah mengalami penguapan atau perebusan di dalam air mendidih selama 15-20 menit. Perlengkapan pemeraman tali terdiri dari tiga unit utama, yaitu kompor minyak tanah, tangkibak pemanas air dan tangkibak pemeraman tali. Kompor minyak tanah berfungsi untuk memanaskan bak pemanas, tangki pemanas berfungsi sebagai tempat untuk mendidihkan air dan bak pemeraman berfungsi sebagai tempat untuk memeram dan mengeringkan pada suhu kamar tumpukan tali yang sudah diuapi dengan air mendidih. Perlengkapan pemeraman dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Perlengkapan pemeraman Sinurat, 2000 Keterangan: 1. Roll 4. Palang pemutar 2. Pintalan 5. Pegangan 3. Tali 6. roda f Alat pencetak. Alat pencetak berfungsi untuk mencetak serat keriting dengan ketebalan awal yang seragam sekitar 2-4 cm untuk membentuk sheet-sheet tipis yang akan disemprot dengan kompon lateks. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah yang terbuat dari kawat kasa atau pelat berlobang-lobang. Peralatan pencetak dapat dilihat pada Gambar 17 berikut in: Gambar 17. Peralatan pencetak Sinurat, 2000 g Alat pembuat kompon lateks. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah seperti lateks dadih, larutan borax-kasein, disperse belerang, larutan kalium hidroksida, disperse dietil-ditiokarbamat seng, disperse oksida seng, disperse 2,6 Ditertier buti-4 methil phenol, disperse merkapto-benzotiazole seng, larutan emulfin serta air pengencer bila diperlukan, dan alat pengolah kompon lateks seperti mesin sentrifusi, perlengkapan pendadihan drum plastik, mesin ball-mill, mixer dan bak pemeraman. Pendadihan tersbut merupakan suatu proses pemisahan antara lateks air menjadi lateks berkadar karet kering KKK 60. Adapun proses pembuatan kompon lateks menurut Sinurat et al 2001 adalah dengan cara lateks diolah dengan menggunakan mesin setrifugasi untuk menghasilkan lateks pekat pusingan dan menggunakan perlengkapan pendadihan atau drum plastik Kawat kasa Pelat berlubang untuk menghasilkan lateks pekat pendadihan. Bahan kimia berfase serbuk padat ditimbang dan diolah dalam mesin ball mill dan mengubahnya menjadi bahan dispersi. Selanjutnya lateks pekat dan bahan disperse dicampur dengan menggunakan mixer dan diperam selama 72 jam untuk menghasilkan kompon lateks. Formulasi kompon untuk pembuatan sebutret menurut Martini 2007, yaitu sebagai pada Tabel 30. Tabel 30. Formulasi kompon untuk pembuatan sebutret Bahan Jumlah ww gram Lateks dadih A Lateks sentrifusi B Lateks pekat, KKK 60 167 167 Kalium laurat, larutan 20 4 4 Kalium hidroksida, larutan 10 3 3 Dispersi ZDEC 50 3 3 Dispersi ZMBT 50 2 2 Dispersi ZnO 50 10 10 BHT, dispersi 50 2 2 Sulfur, dispersi 50 5 5 Sumber: Martini, 2007 Menurut Maspanger dkk 2001 proses pengolahan lateks dadih dibuat berdasarkan prosedur yang telah dilalukan oleh Simowibowo 1988b dan Handoko 1998 yaitu dari lateks kebun dengan penambahan bahan pengawet larutan amoniak dan bahan pendadih Na-CMC natrium karboksil metal selulosa lateks kebun di dalam sebuah drum plastik. Dengan operasi secara batch selama masa pemeraman 12-18 hari. Selanjutnya dilakukan pormulasi kompon lateks dengan komposisi terdiri dari lateks dadih, bahan pemvulkanisasi belerang bahan pencepat ZDC dan MBT, bahan pemutih dan bahan pendispersi. Kompon didispersikan dengan gilingan peluru, selanjutnya dikocok dengan berbagai kecepatan 100-150 rpm. Hasil kocokan divulkanisasi dengan uap air pada rentang suhu 80-100 C, dan terakhir dikeringkan pada suhu 40-60 C. Sarana yang digunakan dalam proses pendadihan menurut Maspanger et al 2001, yaitu alat dibuat dari drum plastik yang dilengkapi dengan pengaduk manual, tabung gelas untuk pengontrol pemisahan fasa serum dan lateks, keran pemasukan lateks kebun, keran pengeluaran serum, keran pengeluaran lateks dadih dan tangki atau bak penampung lateks dadih. Sedangkan gilingan yang digunakan untuk mendispresi kompon adalah alat berupa gilingan peluru ball-mill yang terbuat dari guci porcelain, berisi bola-bola porcelain yang akan menggerus bahan-bahan kimia kompon, menghasilkan campuran dispersi. Proses dispersi ini memerlukan waktu selama 3-4 jam, untuk memutar ball-mill digunakan motor listrik dengan kekuatan ½ Hp. Adapun alat yang digunakan sebagai pengocok mixer dalam pembuatan kompon karet adalah daun pengocok blade yang telah dirancang berbentuk bola dunia yang tersusun dari barisan kawat-kawat membujur untuk menghasilkan gelembung-gelembung mikro. Proses pengocokan harus dalam keadaan stabil yang digerakkan dengan electromotor 1 Hp di dalam bejana penampung lateks yang berputar sekitar 20-30 rpm, sedangkan putaran spiral pengocok 200-250 rpm yang berlangsung selama 1 jam. Gambar peralatan pembuatan lateks dadih dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Tangki pendadihan lateks Maspanger et al, 2001 h Alat penyemprot. Alat yang digunakan terdiri dari unit-unit injector kompresor, dudukan injektor dan meja yang berfungsi untuk penyemprotan kompon lateks dan pembubuhan perekat pada sheet serat di dalam pencetak. Alat penyemprot kompon lateks dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Alat penyemprot kompon lateks Sinurat et al, 2001 i Alat kempa manual dan baut penjepit yang berfungsi untuk pengempaan pada tumpukan sheet yang telah disusun. Adapun pengempaan tersebut adalah dengan cara menumpukan sheet-sheet tipis dan ditekan di dalam cetakan penjepit secara perlahan dengan tangan atau alat tekan guna merapatkan permukaan sheet yang saling bersinggungan hingga diperoleh kerapatan atau ketebalan sheet yang diinginkan. Selanjutnya cetakan- cetakan tersebut dikunci atau diikat dengan baut atau kawat pengikat yang Keterangan: 1. Pegangan 2. Kerangka 3. Distributor kompon 4. Distributor udara 5. Injektor 6. Pengatur 7. Pembawa 8. Roda terpasang pada cetakan, lalu cetakan yang berisi sheet tebal di masukan ke dalam oven pemvulkanisasi. j Alat pemvulkanisasi seperti alat pengering oven pengering yang berfungsi untuk pengeringan produk. Menurut Sinurat 2000 oven pemvulkanisasi terdiri atas empat unit utama, yaitu tungku atau ruang pembakaran 9, heat exchanger 7, kamar vulkanisasi 3 dan sistem sirkulasi udara panas 12 seperti pada Gambar 20. Proses pemvulkanisasi dilakukan pada suhu 100-110 C selama 60-75 menit, dengan kecepatan aliran udara panas dalam oven vulkanisasi antara 0,125-0,213 mdt. Adapun sistem kerja dari masing- masing unit tersebut adalah: a Sistem pembakaran. Ketika membuka pintu ruang pembakaran 5, bahan bakar kayu bakar dapat dimasukan secara manual ke dalam ruang pembakaran 9. Selama proses pembakaran pintu 5 dalam keadaan terbuka dan udara akan mengalir secara alami ke dalam ruang pembakaran melalui pintu 5. Gas hasil pembakaran asap panas yang terjadi dalam ruang pemabakaran 9 mengalir berturut-turut melalui kotak api 13 dan keluar melalui cerobong asap 6. Selama pengaliran gas hasil pemabakaran, dinding ruang pembakaran 9, dinding kotak api 13, dinding pipa-pipa heat exchanger 7, serta dinding cerobong asap mengalami pemanasan. Panas yang terkandung di dalam dinding-dinding selanjutnya dipindahkan secara konduksi, konveksi dan radiasi ke lingkungan atau udara sekitarnya. Pemberian kayu bakar ke dalam ruang pembakaran 9 selalu dilakukan secara bertahap atau sedikit demi sedikit agar kenaikan suhu udara di dalam kamar vulkanisasi 3 berlangsung secara berangsur-angsur. b Sistem aliran udara panas. Jika pintu 4 dibuka udara segar dapat mengalir secara alami ke dalam ruang udara 8 dan menerima panas dari dinding-dinding ruang pembakaran 9 dan kotak api 13. Selanjutnya udara tersebut akan mengalir dan akan dipanasi lagi di dalam celah-celah pipa-pipa heat exchanger 7 hingga suhunya cukup tinggi pada saat masuk ke dalam kamar vulkanisasi 3. Di dalam kamar 3 udara panas akan mengeringkan dan memvulkanisasi serat sabut kelapa berkaret, sedangkan udara bekas yang masih panas akan keluar dari kamar vulkanisasi melalui cerobong udara. c Sistem sirkulasi udara bekas. Ketika menghidupkan motor listrik 1 untuk menggerakkan kipas angin 2, maka udara bekas yang masih bersuhu tinggi di dalam kamar vulkanisasi 3 akan dihisap dan disirkulasikan melalui pipa- pipa 12 dan akan mengalir menuju saluran 14 hingga ke ruang udara 8. Sirkulasi udara bekas ini akan menyerap panas dari dinding- dinding kotak api 13 dan dinding ruang pemabakaran 9, sert akan memanasi udara segar di dalam ruang 8. Dengan memenafaatkan udara segar tersebut, suhu udara yang masuk ke dalam kamar vulkanisasi 3 melalui heat exchanger 7 akan meningkat dan konsumsi atau pemakaian bahan bakar akan menjadi lebih hemat, serta beban termal atau panas yang dialami oleh dinding kotak api 14 dan ruang pembakaran 9 akan menjadi berkurang. d Persiapan vulkanisasi. Serat sabut kelapa berkaret akan dimasukan ke dalam kamar vulkanisasi 3 melalui pintu 13 untuk divulkanisasi jika suhu yang ada pada thermometer yang telah dipasang pada dinding kamar vulkanisasi 3 telah menunjukan suhu udara panas sekitar 100-110 C. sheet-sheet yang akan divulkanisasi diletakkan secara bersusun di atas empat buah rak bertingkat di dalam kamar vulkanisasi. Setelah serat- sabut kelapa berkaret berada di dalam kamar vulkanisasi 3, kipas angin 2 dioperasikan untuk menarik atau menghisap udara bekas dan zat-zat menguap dari kamar vulkanisasi. Suhu udara di dalam kamar vulkanisasi dikendalikan dengan mengatur pengumpanan atau pemberian bahan bakar dan aliran udara melalui pintu 4 dan 11. Peralatan vulkanisasi dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 20. Alat vulkanisasi Sinurat, 2000 Keterangan: 1. Motor listrik 2. Kipas angin 3. Kamar vulkanisasi 4. Pintu udara segar 5. Pintu ruang pembakaran 6. Cerobong asap 7. Pintu kamar vulkanisasi 8. Ruang udara segar 9. Ruang pembakaran 10. Cerobong udara 11. Pintu kamar vulaknisasi 12. Pipa sirkulasi 13. Kotak api 14. Saluran udara sirkulasi : Arah aliran asap : Arah aliran udara k Alat pemotong. Alat ini berfungsi untuk pemotongan sisi sebelum pengepakan dan penggudangan pada produk sebutret yang telah dihasilkan. Alat ini terdiri dari unit-unit pisau pemotong dan meja. Perlatan pemotongan sheet dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21. Alat pemotong sheet Sinurat, 2000 Penggunaan alat tersebut menurut Sinurat 2001 bahwa dalam pengolahan sebutret keriting mampu menghasilkan 1,5 kgjam dengan empat buah bantal berukuran panjang 500 mm, lebar 500 mm dan dengan ketebalan 100 mmjam dengan kerapatan produk 0,06 gramcm 3 . Perbandingan berat antara serat sabut dengan karet kering untuk pembuatan 100 gram sebutret keriting, yaitu sekitar 50 gram serat dan 50 gram karet kering. Harga bahan baku serat dan karet yang terkandung dalam produk sebutret keriting denga kompon lateks pusingan, yaiut sekitar Rp 6.750,-kg atau Rp 40.500,- untuk pembuatan bantal yang berukuran 100 cm x 100 cm x 10 cm. demikian juga dengan pengolahan produk dari sebutret alami, dapat menghasilkan sebutret alami dengan kapasitas empat buah padjam, yang berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm. Komposisi bahan baku untuk pembuatan 100 gram sebutret terdir atas 90 gram serat alami dan 10 gram karet kering dengan kerapatan 0,1 gramcm 3 . Untuk pembuatan pad dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 1 cm yang diperlukan untuk pembuatan sebutret 2 kg dengan harga bahan baku serat dan karet dari kompon pusingan yang terkandung di dalamnya, yaitu sekitar Rp 2.500,- atau Rp 2.750,-kg. Perbedaan harga untuk kedua jenis produk tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan jumlah karet kering dan jenis serat yang terkandung di dalam sebutret. Untuk pembuatan bantal diperlukan sebutret yang mempunyai kepegasan yang baik dengan cara menyelingi serat dengan lapisan karet dan titik-titik singgung atau perpotongan serat keriting diharapkan dapat bersatu dan terikat dengan baik agar cukup kuat untuk menahan beban mekanis. Sedangkan pad yang terbuat dari sebutret alami biasanya hanya digunakan untuk menahan beban mekanis yang tidak memerlukan kepegasan namun agak kaku dan nyaman serta dapat meredam atau menyerap getaran dan bahannya tidak memerlukan jumlah karet yang banyak. h. Menyediakan tenaga ahli dibidang pengolahan sebutret dan bisnis agroindustri sebagai tenaga pendamping di lapangan untuk mengadakan kegiatan tindak lanjut follow-up secara berkelanjutan terhadap kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan, agar pelatihan tersebut tidak terkesan sia-sia, karena selama ini industri rumah tangga seperti citrus centre yang memproduksi minuman sirup jeruk yang ada di Kabupaten Sambas mengalami kesulitan dalam menigkatkan mutu dan pemasaran produknya sehingga usaha yang dijalankan tidak mengalami kemajuan. Artinya bahwa penyediaan pendampingan yang dilakukan tidak hanya dalam proses produksi bahan baku tetapi juga diharapkan pada industri pengolahan produk khususnya sebutret dan bisnis produk agroindustri. Karena permasalahan yang ada selama ini khususnya di Kabupaten Sambas penyediaan pendampingan melalui penyuluh-penyuluh pertanian hanya terfokus pada bagaimana meningkatkan jumlah produksi bahan baku, tetapi pendampingan juga dilakukan pada proses pengolahan dan bisnis agroindustri. i. Melakukan promosi produk sebutret yang dihasilkan, baik di daerah kabupaten sambas itu sendiri, daerah KabupatenKota yang ada disekitarnya sampai pada mancanegara. Khusus untuk di Kabupaten Sambas, pemerintah daerah melalui Bupati, salah satunya dapat melalukan intervensi kepada jajarannya untuk menggunakan produk sebutret sebagai oleh-oleh atau buah tangan apabila mengadakan kegiatan seperti rapat-rapat di pemerintahan, workshop, pelatihan- pelatihan dan lain-lain. Sedangkan bentuk promosi yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan produk yang telah dihasilkan yaitu dengan seringnya mengikuti pameran-pameran baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Selain itu juga dapat memanfaatkan teknologi informasi yang ada seperti jaringan internet melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, Myspace dan Youtube yang saat ini banyak digunakan oleh anak-anak muda di dunia, televisi, radio dan lain-lain. Bentuk-bentuk promosi yang akan digunakan pastinya akan disesuaikan dengan target pasar yang akan dituju. Bentuk promosi lain yang juga dapat digunakan adalah dengan melakukan relasi bisnis dengan toko-toko atau tempat-tempat penjualan lainnya seperti tenaga pengecer atau penjualan dari rumah ke rumah, kois-kios penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga dengan sistem bagi hasil ataupun pengusaha menjual langsung produk sebutret kepada toko-toko pengecer, dan kios-kios penjualan. 6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Faktor yang menjadi kekuatan utama, yaitu tersedianya pasar produk sebutret dengan jumlah nilai sebesar 0,32, sedangkan faktor kelemahan terbesarnya terletak pada produk masih belum dikenal oleh masyarakat dengan nilai 0,089. Faktor yang menjadi peluang terbesar, adalah teknologi pembuatan sebutret sudah ada dengan nilai 0,286, sedangkan faktor ancaman terbesarnya terletak pada pemerintah belum konsisten dalam mengaplikasikan kebijakan dengan nilai 0,089. Implikasi secara teknisnya berpengaruh terhadap manajemen organsisasi seperti dalam perencanaan, pengendalian, pengelolaan keuangan, pemasaran dan rendahnya kreatifitas untuk mengembangkan produk. Secara non-teknis berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani kelapa dengan menjual sabutnya dan akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta akan mengurangi pengangguran dan akan meningkatkan nilai tambah pada produk, sehingga kebijakan-kebijakan untuk pengembangan agroindustri harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 2. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang tepat untuk pengembangan agroindustri sebutret di Kabupaten Sambas ada sembilan strategi yaitu: 1 Melakukan pendataan ulang tentang kepemilikan, fungsi dan tataguna lahan. 2 Melakukan studi kelayakan investasi usaha sebutret. 3 Memproduksi barang sebutret yang sesuai dengan citarasa konsumen dengan melakukan segmentasi pasar, targeting dan positioning. 4 Melakukan kegiatan persiapan sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur dan sumber pendanaan. 5 Membangun industri pengolahan sebutret yang berbasis kerakyatan. 6 Melakukan kerjasama dengan lembaga yang berkompeten dalam bidang pengolahan sebutret dalam proses alih teknologi dan penelitian lebih lanjut tentang proses pengolahan sebutret. 7 Menyediakan peralatan dan mesin proses produksi untuk menghasilkan produk sebutret. 8 Menyediakan tenaga ahli dibidang pengolahan sebutret dan bisnis agroindustri. Melakukan promosi produk sebutret. 9 Strategi yang telah disebutkan di atas merupakan hasil dari analisis pada faktor internal dan eksternal.