Bahan pemantap digunakan untuk menjaga kompon lateks tetap stabil atau tidak terpisah. Bahan pemantap yang dapat digunakan adalah Kalium laurat,
Kalium hidroksida, dan jenis surfaktan lainnya. 5. Antioksidan
Antioksidan berfungsi mencegah karet dari kerusakan karena pengaruh ozon maupun oksigen dan melindungi karet dari suhu tinggi, sinar matahari, serta
ion prooksidan. Antioksidan yang biasa digunakan adalah golongan fenil dan turunan fenol.
6. Bahan Pengisi Bahan pengisi berfungsi meningkatkan kekerasan dan tegangan putus
vulkanisat sehingga kekuatan dan kekakuan karet dapat bertambah. Bahan pengisi yang digunakan antara lain Aluminium silikat, Magnesium silikat, dan
carbon filler karbon hitam.
2.2. Serat Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan bagian terluar dari buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa, mempunyai ketebalan berkisar 5-6 cm yang
terdiri atas lapisan luar exocarpium dan lapisan dalam endocarpium, serta memiliki komposisi kimia seperti selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang,
ter, tannin, dan potassium Rindengan et al, 1995, Ferry dan Mahmud, 2005. Kelapa merupakan bahan baku untuk menghasilkan serat sabut. Umur produktif
tanaman kelapa berada pada usia tanaman 15-50 tahun. Lokasi penanaman sangat menentukan produksi atau buah kelapa yang dihasilkan dalam satu pohon.
Pada lokasi dataran rendah atau pesisir dapat menghasilkan buah antara 35-50 biji permusim panen. Hasil panen pada daerah perbukitan dan daerah-daerah
dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti di beberapa wilayah kepulauan hanya menghasilkan 15-35 biji kelapa permusim. Musim panen
dilakukan setiap tiga bulan dengan produksi rara-rata 30 biji per-pohon, sehingga dalam satu hektar dapat menghasilkan biji kelapa sebanyak 4.140 perpanen.
Serat fiber adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Serat dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis Sanjay Kindo,
2010. Adapun klasifikasi dari serat alami, yaitu serat hewan, seperti: rambutbulu hewan, serat sutera dan serat avian; serat mineral, seperti: asbes, serat keramik
dan serat logam; dan serat tanama, seperti: serat biji, serat daun, serat kulit, serat buah dan serat tangkai. Serat sintetis terbagi dalam tiga bagian, yaitu pertama,
yang bahan bakunya berasal dari alam tetapi kemudian mengalami proses polimerisasi lanjutan seperti: viskosa, asetat, kuproamonium, dan lain-lain.
Kedua, yang bahan bakunya berasal dari hasil sintesis polimerisasi misalnya: polyester, nilon, poliuretan, polivinil, dan lain-lain. Ketiga yaitu yang berbahan
dasar anorganik misalnya serat logam, gelas, dan lain-lain. Serat sabut kelapa merupakan serat alami yang dihasilkan dari sabut
kelapa. Rendemen serat kelapa adalah berkisar antara 80-90 gram serat per-butir Van Dam, 1997 dan Pujiastuti, 2007. Serat sabut kelapa memiliki panjang 15-30
cm, bahkan bisa mencapai 40 cm. Setiap butir buah kelapa rata-rata mempunyai berat sekitar 1,8 kg yang terdiri dari sabut 35, tempurung 28, daging buah
12, dan air 25. Serat dapat dipisahkan dari sabut kelapa dengan menggunakan mesin pemisah serat. Dari sabut kelapa dapat diperoleh 227,8 gram serat kering,
yang terdiri dari 62,6 gram serat panjang bristle, 38,2 gram serat pendek dan medium mattress, dan 127 gram debu sabut. Dengan kata lain, kandungan sabut
kelapa terdiri atas 35,3 serat panjang dan sedang, 6,9 serat pendek, 49 gabus serbuk sabut, dan 16,8 bagian yang hilang Van-Dam, 1997 dan Pujiastuti,
2007. Menurut Martini 2007 serat sabut kelapa memiliki panjang antara 150- 350 mm, bahkan ada yang mencapai 400 mm dengan diameter serat sekitar 0,1-
1,5 mm Djatmiko et al, 1990. Hasil pengolahan sabut kelapa dari 1000 butir kelapa yang setara dengan 227,8 kg kg sabut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengolahan 1000 butir kelapa setara dengan 227,8 kg sabut Komposisi
Bobot kg Rendemen
1. Bristle fibre 62,6
27,5 2. Mattress fibre
38,2 16,8
3. Coir fibre a. Epicarp
42,6 18,7
b. Fibrous dust serat yang sangat pendek 6,2
2,7 c. Pith gabus
78,2 34,3
Jumlah 227,8
100,0
Sumber: Djatmiko et al 1990; Martini 2007
Serat kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainya anonym, 2005; Martini, 2007. Serat sabut kelapa sangat
elastis dan tahan terhadap pembusukan Awang, 1991; Martini, 2007. Adapun komposisi kimia sabut dan serat sabut kelapa adalah seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi kimia sabut dan serat sabut kelapa
Komponen Sabut
Serat sabut Air
26,00 5,25
Pektin 14,25
3,00 Hemiselulosa
8,50 0,25
Lignin 29,23
45,84 Selulosa
21,07 43,44
Sumber : Joseph dan Kindangen 1993; Martini 2007
Menurut Wildan 2010 rasio antara serat panjang, serat medium dan serat pendek yang dihasilkan berkisar antara 60 serat panjang, 30 serat
medium dan 10 serat pendek. Panjang serat panjang adalah lebih dari 150 mm dapat mencapai 350 mm, panjang serat medium antara 50 sampai 150 mm dan
panjang serat pendek adalah kurang dari 50 mm. Ukuran diameter serat kelapa adalah antara 50
hingga 300 μm. Serat kelapa terdiri dari sel serat kelapa dengan ukuran panjang 1 mm dan ukuran diameter 5-
8 μm Van Daam, 2002. Serat sabut tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan perendaman
pada sabut. Menurut Awang 1991 dan Pujiastuti 2007, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pembuatan serat, yaitu:
1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa. 2. Perendaman dalam bak berisi air, diusahakan di dalam air yang mengalir
supaya terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud perendaman adalah untuk melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi pemisahan serat-
serat dari gabus dalam sabut kelapa. Apabila lapisan epicarpium dihilangkan, maka lama proses perendaman hanya 3-5 hari dan bila tidak dihilangkan maka
proses perendaman antara 3-6 minggu. 3. Pemisahan serat sabut kelapa dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
pemisahan serat menggunakan rol berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5 cm. Rol pemecah breaker roll akan berputar dan pakunya
merobek sabut kelapa tanpa merusak serat. Tahap ini menghasilkan serat yang berukuran besar, panjang dan kasar yang disebut bristle fiber.
4. Tahap kedua adalah tahap membersihkan serat kasar melalui proses penggilingan dengan rol pembersih yang permukaannya terpasang paku-paku
yang lebih halus dari rol pemecah. Tahap ini menghasilkan serat yang lebih halus yang disebut matress fiber.
Selain itu proses pengolahan serat sabut kelapa dilakukan dengan cara sabut kelapa digiling dengan menggunakan mesin pemecah kulit kelapa untuk
memperoleh serat. Setelah itu coco fiber dipisahkan dari debu sehingga benar- benar bersih. Kemudian serat sabut yang sudah bersih dipuntir atau dipintal baik
secara manual ataupun dengan mesin. Setelah itu pintalan tersebut digiling, digilas dan dioven selama 2-3 jam dengan suhu 80
C, lalu pintalan hasil pemanasan akan didinginkan atau diperam selama 1-2 hari. Kemudian tambang serat dibuka
kembali, sehingga diperoleh serat sabut kelapa berbentuk keriting, selanjutnya serat sabut yang sudah dalam bentuk keriting coir kemudian ditebar rata di
dalam kotak cetakan kayu yang beralas ram kawat. Proses pengolahan serat sabut kelapa menurut Sinurat 2003 dan Pujiastuti 2007 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir persiapan pengolahan serat sabut kelapa keriting Awang, 1991 dan Pujiastuti, 2007
Serat dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile, karpet, dan produk-produk kerajinan ataupun industri rumah tangga lainnya. Matras dan serat
Serat kelapa lurus Pembersihan serat
Pemintalan Pengeringan pemintalan serat
Pintalan kering Penguraian pintalan
Serat keriting
berkaret banyak digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas. Debu sabut dapat diproses jadi kompos dan cocopeat, dan particle board atau
hardboard. Cocopeat digunakan sebagai substitusi gambut alam untuk industri bunga dan pelapis lapangan golf. Di samping itu, bersama bristle dapat diolah
menjadi hardboard. Produk dari serat secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Produk yang berasal dari sabut kelapa
2.3. Serat Sabut Kelapa Berkaret Rubberized Coir