Salinitas Sedimentasi Sirkulasi Arus dan Gelombang

2.2.2. Suhu

Terumbu karang berkembang optimal di perairan dengan rata-rata satu tahunan 23-25 C Nybakken 1992. Penaikan dan penurunan suhu secara drastis dapat menghambat pertumbuhan hewan karang bahkan dapat menyebabkan kematian. Binatang karang pada daerah tropis selalu dihadapkan pada suhu yang relatif konstan dan semua proses metabolisme berlangsung pada suhu relatif tetap, sehingga perubahan suhu yang hanya 1-3 C akan mengganggu proses metabolisme binatang karang. Binatang karang yang mempunyai tingkat metabolisme dan kecepatan tumbuh yang tinggi akan lebih sensitif terhadap kenaikan suhu dibandingkan dengan binatang karang yang metabolisme lambat dan tingkat perubahannya rendah Suharsono 1996. Suharsono 1996 melaporkan bahwa indikasi peningkatan suhu 2-3 C selama 6 bulan terakhir dengan nilai terbesar 33 C menyebabkan 80-90 binatang karang pada rataan terumbu karang mati dengan kematian utama pada jenis bercabang yaitu Acropora spp dan Pocillopra spp.

2.2.3. Salinitas

Terumbu karang dapat tumbuh dengan optimal pada kisaran salinatas 32 PSU sampai 35 PSU dan karang hermatipik juga dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas normal yaitu 32-35 PSU Nybakken 1992. Menurut Suharsono 1996, umumnya terumbu karang tumbuh dengan baik di sekitar areal pesisir pada salinitas 30-35 PSU. Meskipun terumbu karang mampu bertahan pada salinitas di luar kisaran tersebut, namun pertumbuhannya kurang baik dibandingkan pada salinitas normal Dahuri et al. 1996. Daya tahan terhadap salinitas setiap jenis karang tidak sama. Sebagai contoh Kinsman 1964 in Supriharyono 2007 mendapatkan bahwa Acropora dapat bertahan pada salinitas 40 PSU hanya beberapa jam di West Indiesm sedangkan Porites dapat bertahan dengan salinitas 48 PSU.

2.2.4. Sedimentasi

Endapan baik di air maupun diatas karang mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Endapan dalam air mempunyai akibat sampingan negatif sampingan yang negatif, yaitu mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang Nybakken 1992. Kemampuan karang dalam menangkal pengaruh sedimen berkaitan dengan ukuran fisik diameter hewan karang. Semakin besar ukurannya, semakin kecil peluang partikel sedimen menutupinya. Selain itu, sedimen yang kaya akan unsur hara akan menyebabkan peningkatan kesuburan di perairan sekitar terumbu karang dan mempercepat laju pertumbuhan makroalga. Biomassa makroalga yang besar dapat menutupi karang sehingga memiliki efek seperti halnya penutupan karang oleh partikel sedimen yang besar Rachmawati 2001.

2.2.5. Sirkulasi Arus dan Gelombang

Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang. Koloni karang dengan kerangka-kerangka yang padat dan masif dari kalsium karbonat tidak akan rusak oleh gelombang yang kuat. Pada saat yang sama, gelombang-gelombang itu memberikan sumber air yang segar, memberi oksigen dalam air laut dan menghalangi pengendapan pada koloni. Gelombang ini juga memberi plankton yang baru bagi koloni karang Nybakken 1992. Rachmawati 2001 menyatakan bahwa gelombang yang cukup kuat akan menghalangi pengendapan sedimen pada koloni karang. Struktur terumbu karang yang masif, cukup kuat menahan gelombang yang besar. Pada daerah yang terkena gelombang yang cukup kuat, bagian ujung sebelah luar terumbu akan membentuk karang masif atau bentuk bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan ujung yang datar. Sebaliknya pada perairan yang lebih tenang akan berbentuk koloni yang berbentuk memanjang dan bercabang yang lebih ramping.

2.2.6. Nutrient nitrat, amonia, ortofosfat

Dokumen yang terkait

Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Transplantasi Karang Porites nigrescel~sd an Montiporn digitata di Pulau tari, Kepulauan Seribu, DKI. Jakarta.

0 6 100

Tingkat Kelangsungan Hidup, Laju Pertumbuhan Dan Rasio Pertumbuhan Beberapa Jenis Karang Batu Dan Karang Api Yang Ditransplantasikan Di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 8 99

Studi Pertumbuhan Dan Tingkat Keberhasilan Hidup Karang Batu Spesies Acropora Nobilis Dan Acropora Formosa Pada Dua Kedalaman Yang Berbeda Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu

0 8 90

Analisis Kecepatan Pertumbuhan dan Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu

1 14 153

Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu

0 11 77

Laju pertumbuhan dan sintasan karang jenis Montipora sp. Hasil transplantasi di gugusan Pulau Karya, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

0 4 58

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Hydnophora rigida (Dana 1846), Acropora nobilis (Dana 1846), dan Acropora microphthalma (Verrill 1859) yang Ditransplantasikan di Perairan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu.

0 3 124

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Transplantasi Jenis Acropora humilis (Dana 1846), Acropora brueggemanni (Brook 1893), dan Acropora austera (Dana 1846) di Perairan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 1

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang Pocillopora damicornis dan Acropora millepora yang Ditransplantasikan dengan Teknik Rubble Stabilization di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

0 8 31

Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Transplantasi Karang Masif Favia rotundata (Veron, 2000) di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 31