Balitbang Depdagri dan UGM 1991 kinerja fiskal provinsi pertanian tergolong kurang mandiri, sedangkan provinsi pertanian tergolong cukup mandiri. Secara
rata-rata provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD memiliki kemandirian fiskal paling rendah yaitu 6.9 yang berarti peran PAD dalam membiayai belanja
daerah di seluruh wilayah di provinsi NAD hanya 6.9. Sementara provinsi Bali memiliki kemandirian fiskal paling tinggi yaitu 33.4. Kondisi ini sejalan dengan
fakta yang menunjukkan pengumpulan PAD di provinsi NAD paling rendah, sementara di provinsi Bali paling tinggi. Selain itu, pertumbuhan belanja daerah di
provinsi NAD lebih besar dari pada rata-rata pertumbuhan belanja daerah seluruh provinsi penelitian, sementara pertumbuhan belanja daerah di provinsi Bali lebih
rendah. Rendahnya tingkat kemandirian fiskal daerah di provinsi pertanian mendukung fakta tingginya ketergantungan keuangan daerah pada DAU.
Tabel 13 Perkembangan Kemandirian Fiskal Daerah, 2006-2011
Provinsi 2006
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
PROVINSI PERTANIAN 1 NAD
7.6 7.1
7.4 6.4
6.4 6.7
6.9 2 Sumut
18.7 15.8
17.8 15.3
17.8 21.9
17.9 3 Sumbar
13.5 12.7
13.2 12.2
13.3 15.8
13.5 4 Jambi
13.2 11.7
13.2 10.9
12.7 16.5
13.0 5 Lampung
12.9 11.4
13.8 12.6
14.3 14.5
13.3 6 NTB
11.2 10.3
11.4 11.6
11.6 16.4
12.1 7 NTT
7.9 7.0
7.1 6.9
7.2 7.7
7.3 8 Kalbar
10.0 10.3
10.3 9.8
11.1 14.6
11.0 9 Kalteng
7.3 7.3
8.1 7.6
9.0 12.7
8.6 10 Kalsel
17.3 16.4
18.3 15.0
17.0 22.5
17.7 11 Sulteng
7.3 6.7
7.9 7.8
9.2 10.1
8.2 12 Sulsel
14.3 13.9
13.7 13.5
15.2 16.8
14.6
Rata-rata 11.8
10.9 11.9
10.8 12.1
14.7 12.0
PROVINSI NON PERTANIAN 13 Riau
12.9 12.6
16.2 13.2
12.7 17.8
14.2 14 Sumsel
12.4 10.6
12.5 12.5
13.9 15.8
13.0 15 Kepri
19.6 17.4
21.4 16.1
16.4 18.6
18.2 16 Jabar
26.1 23.1
24.6 22.8
25.2 28.5
25.0 17 Jateng
20.7 19.0
19.1 20.4
21.7 22.1
20.5 18 DIY
21.0 21.0
19.4 21.3
22.0 24.6
21.6 19 Jatim
23.0 22.2
22.8 22.4
23.8 29.3
23.9 20 Banten
28.4 29.3
30.5 29.3
32.2 39.9
31.6 21 Bali
28.3 27.3
33.2 31.9
35.8 43.9
33.4 22 Kaltim
11.8 10.3
13.0 13.8
15.3 22.1
14.4 23 Sulut
9.1 8.9
10.5 8.7
9.4 10.5
9.5
Rata-rata 19.4
18.3 20.3
19.3 20.8
24.8 20.5
Sumber: Kemenkeu RI., data diolah
Profil Perekonomian Daerah PDRB dan Tenaga Kerja
Kinerja perekonomian daerah seringkali digambarkan dengan PDRB dan tenaga kerja. Tabel 14 menunjukkan share PDRB dan tenaga kerja pertanian dan
industri di provinsi pertanian tahun 2006-2011 berkurang, sebaliknya share PDRB dan tenaga kerja perdagangan meningkat. Hal ini mengindikasikan pergeseran
struktur ekonomi provinsi pertanian dari sektor tradisional yaitu pertanian ke sektor modern terutama perdagangan. Hal serupa terjadi di provinsi non- pertanian
kecuali share tenaga kerja industri yang meningkat meskipun share PDRB industri turun. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja industri
di provinsi non-pertanian cenderung berkurang padahal sektor tersebut merupakan sektor yang mendominasi struktur ekonomi provinsi non-pertanian. Rendahnya
produktivitas tenaga kerja industri selanjutnya akan berdampak menurunkan upah riil yang diterima tenaga kerja industri sehingga berpotensi meningkatkan jumlah
penduduk miskin industri.
Tabel 14 Rata-rata Share PDRB dan Tenaga Kerja Sektoral, 2006-2011
Tahun Pertanian
Industri Perdagangan
PDRB Tenaga
Kerja PDRB
Tenaga Kerja
PDRB Tenaga
Kerja PROVINSI PERTANIAN
2006 30.0
56.5 11.6
6.2 15.8
15.3 2007
29.5 54.7
11.5 6.4
15.8 16.0
2008 29.2
54.4 11.3
6.2 16.0
16.0 2009
28.9 53.1
11.2 6.1
16.2 16.2
2010 28.3
51.9 11.0
6.0 16.6
16.2 2011
28.0 49.7
10.7 6.1
17.0 16.7
Rata-rata 29.0
53.4 11.2
6.1 16.3
16.1
PROVINSI NON PERTANIAN
2006 14.8
38.0 29.4
12.8 17.0
20.2 2007
14.6 36.3
28.5 13.0
17.5 21.0
2008 14.2
35.6 28.0
13.2 17.7
21.2 2009
14.4 34.8
27.2 13.1
18.4 21.5
2010 14.2
33.0 26.5
14.2 18.8
21.6 2011
13.8 30.3
26.1 14.1
18.9 22.7
Rata-rata 14.3
34.7 27.6
13.4 18.0
21.4
Sumber: BPS, data diolah
Rata-rata share PDRB dan serapan tenaga kerja per tahun pada Gambar 32 menunjukkan tingginya peran tenaga kerja dalam menghasilkan output PDRB
pertanian dimana tambahan 2 serapan tenaga kerja pertanian akan menghasilkan 1 share PDRB pertanian. Sebaliknya peran tenaga kerja pada PDRB industri
hanya sekitar 0.5 untuk menambah 1 share PDRB industri. Hal ini berarti tenaga kerja memberi peran lebih besar dalam menciptakan nilai tambah produk
pertanian dibandingkan produk industri. Rendahnya peran tenaga kerja pada sektor industri dapat terjadi karena faktor kapital dimana salah satunya adalah