6.0 PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

Balitbang Depdagri dan UGM 1991 kinerja fiskal provinsi pertanian tergolong kurang mandiri, sedangkan provinsi pertanian tergolong cukup mandiri. Secara rata-rata provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD memiliki kemandirian fiskal paling rendah yaitu 6.9 yang berarti peran PAD dalam membiayai belanja daerah di seluruh wilayah di provinsi NAD hanya 6.9. Sementara provinsi Bali memiliki kemandirian fiskal paling tinggi yaitu 33.4. Kondisi ini sejalan dengan fakta yang menunjukkan pengumpulan PAD di provinsi NAD paling rendah, sementara di provinsi Bali paling tinggi. Selain itu, pertumbuhan belanja daerah di provinsi NAD lebih besar dari pada rata-rata pertumbuhan belanja daerah seluruh provinsi penelitian, sementara pertumbuhan belanja daerah di provinsi Bali lebih rendah. Rendahnya tingkat kemandirian fiskal daerah di provinsi pertanian mendukung fakta tingginya ketergantungan keuangan daerah pada DAU. Tabel 13 Perkembangan Kemandirian Fiskal Daerah, 2006-2011 Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata PROVINSI PERTANIAN 1 NAD 7.6 7.1 7.4 6.4 6.4 6.7 6.9 2 Sumut 18.7 15.8 17.8 15.3 17.8 21.9 17.9 3 Sumbar 13.5 12.7 13.2 12.2 13.3 15.8 13.5 4 Jambi 13.2 11.7 13.2 10.9 12.7 16.5 13.0 5 Lampung 12.9 11.4 13.8 12.6 14.3 14.5 13.3 6 NTB 11.2 10.3 11.4 11.6 11.6 16.4 12.1 7 NTT 7.9 7.0 7.1 6.9 7.2 7.7 7.3 8 Kalbar 10.0 10.3 10.3 9.8 11.1 14.6 11.0 9 Kalteng 7.3 7.3 8.1 7.6 9.0 12.7 8.6 10 Kalsel 17.3 16.4 18.3 15.0 17.0 22.5 17.7 11 Sulteng 7.3 6.7 7.9 7.8 9.2 10.1 8.2 12 Sulsel 14.3 13.9 13.7 13.5 15.2 16.8 14.6 Rata-rata 11.8

10.9 11.9

10.8 12.1

14.7 12.0

PROVINSI NON PERTANIAN 13 Riau 12.9 12.6 16.2 13.2 12.7 17.8 14.2 14 Sumsel 12.4 10.6 12.5 12.5 13.9 15.8 13.0 15 Kepri 19.6 17.4 21.4 16.1 16.4 18.6 18.2 16 Jabar 26.1 23.1 24.6 22.8 25.2 28.5 25.0 17 Jateng 20.7 19.0 19.1 20.4 21.7 22.1 20.5 18 DIY 21.0 21.0 19.4 21.3 22.0 24.6 21.6 19 Jatim 23.0 22.2 22.8 22.4 23.8 29.3 23.9 20 Banten 28.4 29.3 30.5 29.3 32.2 39.9 31.6 21 Bali 28.3 27.3 33.2 31.9 35.8 43.9 33.4 22 Kaltim 11.8 10.3 13.0 13.8 15.3 22.1 14.4 23 Sulut 9.1 8.9 10.5 8.7 9.4 10.5 9.5 Rata-rata 19.4

18.3 20.3

19.3 20.8

24.8 20.5

Sumber: Kemenkeu RI., data diolah Profil Perekonomian Daerah PDRB dan Tenaga Kerja Kinerja perekonomian daerah seringkali digambarkan dengan PDRB dan tenaga kerja. Tabel 14 menunjukkan share PDRB dan tenaga kerja pertanian dan industri di provinsi pertanian tahun 2006-2011 berkurang, sebaliknya share PDRB dan tenaga kerja perdagangan meningkat. Hal ini mengindikasikan pergeseran struktur ekonomi provinsi pertanian dari sektor tradisional yaitu pertanian ke sektor modern terutama perdagangan. Hal serupa terjadi di provinsi non- pertanian kecuali share tenaga kerja industri yang meningkat meskipun share PDRB industri turun. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja industri di provinsi non-pertanian cenderung berkurang padahal sektor tersebut merupakan sektor yang mendominasi struktur ekonomi provinsi non-pertanian. Rendahnya produktivitas tenaga kerja industri selanjutnya akan berdampak menurunkan upah riil yang diterima tenaga kerja industri sehingga berpotensi meningkatkan jumlah penduduk miskin industri. Tabel 14 Rata-rata Share PDRB dan Tenaga Kerja Sektoral, 2006-2011 Tahun Pertanian Industri Perdagangan PDRB Tenaga Kerja PDRB Tenaga Kerja PDRB Tenaga Kerja PROVINSI PERTANIAN 2006 30.0 56.5 11.6 6.2 15.8 15.3 2007 29.5 54.7 11.5 6.4 15.8 16.0 2008 29.2 54.4 11.3 6.2 16.0 16.0 2009 28.9 53.1 11.2 6.1 16.2 16.2 2010 28.3 51.9 11.0 6.0 16.6 16.2 2011 28.0 49.7 10.7 6.1 17.0 16.7 Rata-rata 29.0

53.4 11.2

6.1 16.3

16.1 PROVINSI NON PERTANIAN 2006 14.8 38.0 29.4 12.8 17.0 20.2 2007 14.6 36.3 28.5 13.0 17.5 21.0 2008 14.2 35.6 28.0 13.2 17.7 21.2 2009 14.4 34.8 27.2 13.1 18.4 21.5 2010 14.2 33.0 26.5 14.2 18.8 21.6 2011 13.8 30.3 26.1 14.1 18.9 22.7 Rata-rata 14.3

34.7 27.6

13.4 18.0

21.4 Sumber: BPS, data diolah Rata-rata share PDRB dan serapan tenaga kerja per tahun pada Gambar 32 menunjukkan tingginya peran tenaga kerja dalam menghasilkan output PDRB pertanian dimana tambahan 2 serapan tenaga kerja pertanian akan menghasilkan 1 share PDRB pertanian. Sebaliknya peran tenaga kerja pada PDRB industri hanya sekitar 0.5 untuk menambah 1 share PDRB industri. Hal ini berarti tenaga kerja memberi peran lebih besar dalam menciptakan nilai tambah produk pertanian dibandingkan produk industri. Rendahnya peran tenaga kerja pada sektor industri dapat terjadi karena faktor kapital dimana salah satunya adalah