Dengan pembatasan dalam Pasal 115 KUHAP bahwa peranan penasehat hukum hanya melihat dan mendengar jalannya proses penyidikan
ini, penulis ingin mengetahui peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Boyolali. Selain itu juga untuk mengetahui
Kendala – kendala yang dihadapi penasehat hukum dalam melaksanakan pembelaan pada proses penyidikan di Kepolisian Resor Boyolali.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis ingin mencoba menganalisa secara ilmiah untuk kemudian selanjutnya
dituangkan dalam sebuah skripsi. Dari apa yang telah terurai di atas, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PERANAN PENASEHAT HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN DI
KEPOLISIAN RESOR BOYOLALI STUDI IMPLEMENTASI PASAL 115 KUHAP”.
B. Rumusan Masalah
Dalam pencapaian tujuan penelitian, maka terlebih dahulu akan dilakukan perumusan masalah yang akan diteliti dan dibahas. Adapun
perumusan masalah yang akan dibahas adalah : 1.
Bagaimanakah peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Boyolali?
2. Kendala – kendala yang dihadapi penasehat hukum dalam melaksanakan
pembelaan pada proses penyidikan di Kepolisian Resor Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan
judul skripsi
ini yaitu
“PERANAN PENASEHAT HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN DI
KEPOLISIAN RESOR BOYOLALI STUDI IMPLEMENTASI PASAL 115 KUHAP”
maka peneliti dalam melaksanakan penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
a. Untuk memperoleh serta mengumpulkan data – data yang berhubungan dengan masalah penasehat hukum dalam proses
penyidikan. b. Mengetahui peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan.
c. Mengetahui bagaimana kendala – kendala yang dihadapi penasehat hukum dalam melaksanakan pembelaan dalam proses penyidikan.
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah pengetahuan ilmu hukum, khususnya yang berhubungan dengan masalah peranan penasehat hukum dalam
proses penyidikan.
D. Manfaat Penelitian
Di dalam penelitian sangat diharapkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut, adapun manfaat yang diharapkan dari
adanya penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
a. Dapat mengembangkan ilmu penulisan hukum khususnya hukum acara pidana dengan mempraktekkannya di lapangan.
b. Memberikan gambaran serta sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah yang timbul dari penasehat hukum dalam
melaksanakan proses penyidikan. c. Memberikan dasar – dasar serta landasan guna penelitian lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir
yang dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.
b. Memberikan masukan dan manfaat bagi semua pihak terutama sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi para penasehat
hukum ketika dalam proses penyidikan oleh Aparat Penyidik, sehingga dapat berjalan lebih efektif, efisien dan lebih berhasil
guna.
E .
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah dan sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
tentang suatu objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan, yaitu dengan cara mengumpulkan, menyusun dan
menginterpretasikan data-data untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya akan dimasukkan
kedalam penulisan ilmiah serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah Soerjono Soekanto, 1986 : 5
Metode penelitian merupakan saran yang paling penting guna menemukan, mengembangkan, serta menguji kebenaran suatu pengetahuan,
oleh karena itu sebelum kita melakukan penelitian hendaknya menentukan terlebih dahulu metode yang akan dipakai Guna mendapatkan data dan
pengolahan data yang diperlukan dalam kerangka penyusunan penulisan hukum ini, penyusunan menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian secara umum dapat digolongkan dalam beberapa jenis, dan pemilihan jenis penelitian tersebut tergantung pada perumusan
masalah yang ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum empiris karena untuk
mengidentifikasi pelaksanaan hukum di masyarakat.
2. Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala – gejala lainnya Soerjono Soekanto, 1986:10 . Dalam penelitian
ini, penulis akan mendiskripsikan mengenai Peranan Penasehat Hukum Dalam Proses Penyidikan Studi Implementasi Pasal 115 KUHAP.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam pembuatan skripsi ini dilakukan di Kantor Kepolisian Resor Boyolali. Di samping itu juga penulis juga
mengadakan penelitian di Kantor Penasehat Hukum yang mendampingi tersangka dalam proses penyidikan yaitu di kantor Advokat-Penasehat
Hukum Joko Mardiyanto di jalan Tumbar No. 17 Anggorosari Pulisen Boyolali.
4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini bersifat kualitatif yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, tindakan, persepsi dan lain – lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata – kata dan naratif dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
5. Jenis Data
Data-data yang akan digunakan oleh penulis dalam penulisan ini adalah: a
Data Primer adalah “data dasar“ data asli yang diperoleh peneliti dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama, yang belum
diolah dan diuraikan orang lain. . Dalam hal ini data yang diperoleh penulis dari penelitian lapangan
atau riset secara langsung di Kantor Kepolisian Resor Boyolali, dan kemudian juga ke Penasehat Hukum yang mendampingi tersangka
untuk mengetahui peranannya dalam proses penyidikan.. b. Data Sekunder adalah data – data yang diperoleh peneliti dari
penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam
bentuk buku – buku atau dokumentasi yang biasanya disediakan di Perpustakaan.
6. Sumber Data
Sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka yang menjadi sumber data adalah :
a Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama atau diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam
penelitian ini sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan penyidik dan penasehat hukum yang mendampingi
tersangka pada proses penyidikan di Kepolisian Resor Boyolali. b
Sumber Data Sekunder Merupakan sumber data yang diperoleh melalui studi pustaka
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data dibidang hukum dapat diperoleh dari bahan-bahan yang dibedakan menjadi :
1 Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini adalah :
a Undang – Undang Dasar 1945
b Peraturan Perundang-Undangan :
1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
3 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Undang-
Undang Kepolisian b. Bahan hukum sekunder
Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu buku-
buku atau literatur lainnya yang berkaitan dengan peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan, berupa buku-buku literatur, buku-
buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian.
c. Bahan hukum tersier Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya bahan dari internet, kamus dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah tahap yang penting dalam melakukan penelitian. Alat pengumpul data instrumen menentukan kualitas data
dan kualitas data menentukan kualitas penelitian, karena itu alat pengumpul data harus mendapat penggarapan yang cermat. Agar data
penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi, alat pengumpul datanya harus dapat mengukur secar cermat, harus dapat mengukur yang
hendak diukur, dan harus dapat memberikan kesesueian hasil pada pengulangan pengukuran Amiruddin, 2006:65-66.
Dalam rangka mendapatkan data yang tepat, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut :
A. Interview wawancara
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka face-to-face, ketika seseorang yakni pewawancara
mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban – jawaban yang relevan dengan masalah
penelitian kepada seorang responden.Amirruddin, 2006 : 82 Wawancara dilakukan terhadap narasumber, yaitu Penyidik
Kepolisian Resor Boyolali dan Penasehat Hukum yang mendampingi tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian
Resor Boyolali.. 2. Studi Kepustakaan
Cara memperoleh data dengan mempelajari data dan menganalisa atas keseluruhan isi pustaka dengan mengaitkan pada
permasalahan yang ada. Adapun pustaka yang menjadi acuan adalah, buku – buku literatur, buku – buku ilmiah, peraturan
perundang – undangan, dokumen – dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan hukum.
8. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpulkan persoalan – persoalan yang diajukan
dalam pengajuan penulisan hukum ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu suatu tatacara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif analitis, yakni apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang
nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Soerjono Soekanto,1986 : 250.
Analisis data tersebut tidak hanya terbatas pada pengumpulan data yang diperoleh, tetapi juga menganalisa, dan menginterpretasikan
data ataupun pemikiran logis, kemudian membuat kesimpulan yang didasarkan pada penelitian data metode kualitatif sebagai penjabaran
data terhadap data – data berdasar literatur dan keterangan di lapangan. Data yang diperoleh kemudian disusun dalam bentuk pengumpulan data,
kemudian reduksi data, pengolahan, dan verifikasinya dilakukan untuk saling menjalin dengan proses pengumpulan data. Dan apabila dirasakan
kesimpulannya kurang, maka perlu ada verifikasi kembali untuk mengumpulkan data dari lapangan. Untuk lebih jelasnya, maka akan
penulis uraikan model analisis tersebut dalam suatu bagan atau skema sebagai berikut :
Skema cara kerja analisis dan interaktif HB. Sutopo.
Komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1.
Pengumpulan Data adalah masa dimana penulis mencari data dan mencatat semua data yang masuk.
2. Reduksi Data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan di lapangan.
3. Sajian Data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Reduksi Data
Sajian Data
4. Penarikan Kesimpulan adalah menyimpulkan apa yang sudah
diketahui pada awal.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Agar dapat memahami arah dan ruang lingkup dari penulisan hukum ini, maka perlu peneliti sajikan sistematika skripsi ini secara garis
besarnya sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini, peneliti menguraikan tentang latar belakang masalah yaitu mengenai. Hak tersangka dalam proses
penyidikan sebab sebelum adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap tersangka berhak untuk didampingi
penasehat hukum, akan tetapi penasehat hukum dalam proses penyidikan dibatasi hanya melihat dan mendengar Pasal 115
KUHAP, rumusan masalah membahas mengenai peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan dan kendala-kendala
yang dihadapi penasehat hukum dalam melaksanakan pembelaan pada proses penyidikan. Tujuan penelitian yaitu meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus. Manfaat penelitian yaitu meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, sifat penelitian, lokasi penelitian, pendekatan penelitian, jenis data dan sumber data penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi,
pengertian penasehat
hukum, pengertian
penyidik dan
penyidikan, hak-hak dan kewajiban tersangka, tata cara
pemeriksaan tersangka, pengertian implementasi, dan tinjauan tentang ketentuan Pasal 115 KUHAP.
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian
dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu mengenai peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan dan kendala-
kendala yang dihadapi penasehat hukum dalam melaksanakan pembelaan pada proses penyidikan di Kepolisian Resor Boyolali.
BAB IV. PENUTUP Dalam
bab ini
peneliti menguraikan
mengenai kesimpulan secara singkat dan jelas dalam menjawab rumusan
masalah, juga menguraikan mengenai saran yang merupakan alternatif solusi atas masalah yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Penasehat Hukum
Istilah penasehat hukum adalah istilah baru, sebelumnya dikenal istilah pembela, advokat, procureur pokrol dan pengacara. Istilah
penasehat hukum dan bantuan hukum memang lebih tepat dan sesuai dengan fungsinya sebagai pendamping tersangka atau terdakwa dalam
pemeriksaan daripada istilah pembela. Istilah pembela seakan – akan berfungsi sebagai penolong tersangka dan terdakwa bebas atau lepas dari
pemidanaan walaupun ia jelas bersalah melakukan yang didakwakan itu. Padahal fungsi dari pembela atau penasehat hukum itu adalah membantu
hakim dalam usaha menemukan kebenaran materiil, walaupun bertolak dari sudut pandangan subjektif, yaitu berpihak kepada kepentingan
tersangka atau terdakwa. Meskipun demikian, penasehat hukum itu berdasarkan legitimasi yang berpangkal pada etika, ia harus mempunyai
penilaian yang objektif terhadap kejadian – kejadian di sidang Pengadilan Andi Hamzah, 2000:86.
Pengertian penasehat hukum sebagimana yang diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana Nomor 8 Tahun 1981
dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 13 adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan undang – undang untuk
memberi bantuan hukum. Di dalamnya tercakup legal aid dan legal asistance, yang berarti bantuan hukum secara profesional dan formal,
dalam bentuk pemberian jasa bantuan hukum bagi setiap orang yang terlibat dalam kasus tindak pidana baik secara cuma-cuma bagi mereka
yang tidak mampu dan miskin, maupun memberi bantuan kepada mereka