Keseluruhan kegiatan-kegiatn yang penulis ketengahkan diatas, adalah merupakan suatu kebijakan yang sangat positif untuk dapat diwujudkan, dalam
rangka pemenuhan tertib lalu lintas di jalan raya, sehingga kecelakaan lalu lintas di jalan raya dapat terhindar.
Lebih lanjut penulis kemukakan bahwa masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya memang lebih jelas diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, hal ini
sesuai dengan bunyi Pasal 93, yang menyatakan ; “Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.”
Korban dimaksud dapat berupa korban meninggal dunia, luka berat, luka ringan, termasuk cacat tetap, yaitu bila sesuatu anggota badan hilang atau tidak
dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuhpulih untuk selama-lamanya.
D. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan
Peraturan pemerintah ini berbedah dengan peraturan yang diatas karena pada peraturan ini hanya menekankan pada pemeriksaan kendaraan bermotor saja,
meliputi pemriksaan dan ruang lingkup pemeriksaan, wewenang pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan mengenai manjemen dan rekayasa lalu
lintas dan prasarana jalan idak ada diatur pemeriksaan kendaraan ini bukan hanya ditujukan pada kendaraan aja tetapi juga pemeriksaan kepada pengguna kendaraan
bermotor. Sesuai dengan Pasal 3 yang menyatakan : “Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan raya dilakukan oleh Polisi
Negara Republik Indonesia sesuai dengan Pasal 2 huruf a, meliputi
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan persyaratan administrasi pengemudi dan kendaraan, yang terdiri dari pemeriksaan :
1. Surat izin mengemudi;
2. Surat tanda nomor kendaraan bermotor;
3. Surat tanda coba kendaran bermotor;
4. Tanda coba kendaraan bermotor;
53
Pasal ini menerangkan bahwa setiap pengemudi dalam mengendarai kendaraan wajib dan harus memiliki surat-surat baik surat izin mengemudi SIM
dan surat tanda nomor kendaraan bernomor STNK. Apabila pengemudi tidak membawa surat-surat baik surat izin mengemudi dan surat tanda nomor
kendaraan, maka pengemudi tersebut akan ditilang sesuai dengan penjelasan Pasal 211 UU No 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP, Pasal 211 UU No.8 Tahun 1981
sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas jalan, adapun bentuk pelanggaran yang diatur dalam penjelasan Pasal 211 adalah;
1. mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi,
membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.
2. mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan
surat ijin mengemudi SIM, STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan STUJ yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai peraturan yang
berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah kadaluwarsa.
3. membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan
oleh orang lain yang tidak memiliki SIM. 4.
tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan,
pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.
5. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi
plat tanda nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan.
6. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur
lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan.
53
Lihat Perturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 Tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, Pasal 3
Universitas Sumatera Utara
7. pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan
yang diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar barang.
8. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan
beroperasi di jalan yang ditentukan.
54
54
Andi Hamzah, KUHP KUHAP, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2004
Universitas Sumatera Utara
BAB IV Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara