Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak Dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Polres Kabupaten Labuhan Batu)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Bacan

Andi Hamzah, KUHP &KUHAP, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2004

Bambang poernomo, Hukum Pidana Kumpulan karangan Ilmiah, Bina Aksara Jakarta,1982.

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Fajar Interpratama Offset. Jakarta.

Dartanto , Kmus Bahasa Indonesia, Apollo, Surabaya, 1997.

Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Hukum Pidana, Jakarta : Kantor Pengacara & Konsultasi Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan”, 2002.

Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitap Undang-unang Hukum Pidana Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2003.

Komariah E. Sapardjaja, Ajaran Melawan Hukum Materil dalam Hukum Pidana Indonesia, Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangan dalam Yurisprudensi. Bandung : Alumni, 2002.

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, PT Refika Aditama, 2008. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidan, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hal 160.

P. Warpani. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Mandar Maju,1995 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Dua

Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Jakarta: Aksara Baru, 1983.

---, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana.Jakarta,1986.

R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Politeie, Bogor, 1991.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1851, PT.Pradnya Paramita Jakarta.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986.


(2)

S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta : Alumni AHAEM-PTHAEM, 1986.

Sudarto, Hukum Pidan I, Penerbit Yayasan Sudarto FH Undip, Semarang, 1990. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Eresco

Jakarta-Bandung, 1979.

---, Wirjono Prodjo Dikoro, Asas-Asasa Hukum Pidana Di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2003.

C. Peraturan Perundang-undangan

RUU RI Tentang KUHP, Direktorat Jendral Peraturan Perundang-Undangan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2004,hal 14

Undang-undang No. 23 Tahun 2003, Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 3 Tahun 1997, Tentang Peradilan Anak , Pasal 1 angka 1. Undang-undang No.5 Tahun 1997 Tentang Ketenaga Kerjaan, Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan

Perturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993, Tentang Prasarana dan lalu linta, Pasal 4 ayat (2)Perturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 Tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, Pasal 3

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1992, tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan

D. Internet

Januari 2009


(3)

BAB III

Pengaturan Tentang Kecelakaan Lalu Lintas

Bahwa peraturan hukum yang mengatur kecelakaan lalu lintas di jalan raya dapat menimbulkan kerugian materil, bahkan ada yang sampai dengan meninggal dunia disamping luka berat dan ringan dan/atau cacat seumur hidup. Pengaturan tentang kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam tiga (3) bagian yaitu:

A. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab ini terdiri dari tiga buku, yaitu Buku I, memuat tentang ‘Ketentuan ketentuan umum”(Algemene leerstukken), artinya : ketentuan-ketentuan untuk semua “tindak pidana” (perbuatan yang pembuatnya dapat dikenakan hukuman pidana, baik yang disebut dalam Buku II dan Buku III, maupun yang disebut dalam undang-undang lain.

Buku II, ini menyebutkan tindakan-tindakan pidana yang dinamakan “misdrijven” atau “kejahatan”. Buku III, ini menyebutkan tindakan-tindakan pidana yang dinamakan “overtredingen” atau “pelanggaran’.

Disamping ini ada ajaran-ajaran atau teori-teori dalam ilmu pengetahuan hukum, yang tidak termuat dalam suatu undang-undang, seperti misalnya mengenai “kesengajaan” atau “opzet” dan hal “kurang berhati-hati” atau “culpa”,


(4)

yang diisyratkan dalam berberbagai peraturan hukum pidana, termasuk pasal-pasal dari Kitap Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sendiri.46

“Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan matinya orang dihukum penjara lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun”.

Adakalanya suatu akibat tindak pidana adalah begitu berat merugikan kepentingan seseorang, seperti kematian seorang manusia, sehingga diraskan tidak adil, terutama oleh ahli waris korban, bahwa sipelaku yang dengan kurang berhati-hati menyebabkan orang lain meninggal, tidak diapa-apakan.

Dalam praktek tampak, apabila seorang pengemudi kendaraan bermotor menabrak orang yang mengakibatkan korbannya meninggal, banyak orang mengetahui kecelakaan tersebut maka banyak orang mengeroyok sipelaku, sehingga babak belur, maka timbul adanya beberapa “culpa delicten”, yaitu tindak pidana yang berunsur culpa atau kurang berhati-hati, tetapi dalam kenyataannya hukuman yang dijatuhkan kepada sipelaku tidak seberat seperti hukuman terhadap “doleuze delicten’, yaitu tindak pidana yang berunsur kesengajaan.

Dalam pasal 359 KUHP, yang berbunyi;

47

1. adanya kesalahan atau kelalaian.

Adapun unsur-unsur dari Pasal 459 ini adalah:

Kesalahan merupakan perbuatan sedemikian rupa sehingga perbuatan itu dapat dipertanggungjawabkan. Dalam undang-undang ini dapat dilihat dalam

46

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Eresco Jakarta-Bandung, 1979, hal.3

47


(5)

kesengajaan dan kealpaan. Kesengajaan adalah orang yang menghendaki dan orang yang mengetahui. Kesengajaan ada 3 bentuk yaitu;

1. sengaja sebagai maksud (opzet als oogemerk) 2. segaja sebagai kepastian (opzet bij zekerheids)

3. sengaja sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids)

berbuat salah karena kelalaian disebabkan karena tidak menggunakan kemampuan yang dimilikinya ketika kemampuan itu seharusnya ia gunakan, kurang cermat berpikir, kurang pengetahuan /bertindak kurang terarah dan tidak mendukga secara nyata akibat fatal dari tindakan yang dilakukan.

2. menyebabkan matinya orang lain yang harus dipengaruhi oleh 3 syarat; 1. adanya wujud dari perbuatan.

2. adanya akibat berupa matinya orang lain

3. adanya hubungan klausula antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain.

Matinya orang dalam pasal ini tidak dimaksudkan sama sekali oleh terdakwa, akan tetapi kematian tersebut hanya merupakan akibat dari pada kurang berhati-hati atau lalainya terdakwa (culpa), maka pelaku tidak dikenakan pasal tentang pembunuhan (pasal 338 atau 340 KUHP). Pasal ini menjelaskan bahwa kematian orang lain adalah akibat dari kelalaian sipembuat dengan tidak menyebutkan perbuatan sipembuat tetapi kesalahannya.

Selanjutnya dalam pasal 360, dinyatakan bahwa :

(1) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan hukum penjara selama-lamnya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamnya satu tahun


(6)

(2) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaanya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 4500,-

(K.U.H.P. Pasal 90,194,334,361,L.N.1960 No.1.).48

1. adanya kesalahn

Adapun unsur-unsur dari Pasal 36 KUHP adalah;

Kesalahan merupakan perbuatan sedemikian rupa sehingga perbuatan itu dapat dipertanggungjawabkan. Dalam undang-undang ini dapat dilihat dalam kesengajaan dan kealpaan. Kesengajaan adalah orang yang menghendaki dan orang yang mengetahui. Kesengajaan ada 3 bentuk yaitu;

1. sengaja sebagai maksud (opzet als oogemerk) 2. segaja sebagai kepastian (opzet bij zekerheids)

3. sengaja sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids)

2. menyebabkan orang lain terluka

terlukanya orang lain dapat berupa luka ringan dan luka berat. Luka berat dapat dilihat sebagaiman diatur dalam Pasal 90 KUHP;

1. jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau yang menimbulkan bahaya maut.

2. tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pancarian

3. kehilangan salah satu panca indar

48


(7)

4. mendapat cacat berat 5. menderita sakit lumpuh

6. terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih 7. gugur atau matinya seorang perempuan

B. Menurut UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Liantas dan Angkutan Jalan

Bentuk-bentuk kecelakaan lalu lintas di jalan raya di dalam Undang-undang No.14 Tahun 1992, secara tegas tidak diatur, namun tentang peristiwa kecelakaan lalu lintas secara tegas telah diatur pada bagian keempat dari Undang-undang dimaksud. Undang-Undang-undang ini mengatur tentang asas dan tujuan lalu lintas, pembinaan, Prasarana, terminal, kendaraan, pengemudi, asuransi, angkutan dan ketentuan pidana.

Pasal 27, mengatakan bahwa :

“Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat pertiwa kecelakaan lalu lintas wajib menghentikan kendaraan, menolong orang yang menjadi korban kecelakaan dan melaporkan kecelakaan tersebut kepada pejabat Polisi Negara Republik Indonesia”.49

Disisi lain undang-undang ini memberikan kelonggaran atau dispensasi bagi pengemudi kendaraan yang terlibat peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kewajiban pengemudi untuk menolong korban kecelakaan yang memerlukan perawatan harus diutamakan.

49

Lihat Pasal 27 Undang-Undang No.14 Tahun 1992,Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


(8)

raya, yaitu apabila pengemudi kendaraan bermotor dalam keadaan memaksa artinya suatu keadaan yang dapat membahayakan keselamatan atau jiwa pengemudi apabila menghentikan kendaraan untuk menolong sikorban, namun keadaannya tetap diwajibkan untuk segera melaporkan peristiwa kecelakaan lalu lintas tersebut atau segera melaporkan dirinya kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat.

Lebih lanjut undang-undang ini mengatur secara tegas tentang tanggungjawab pengemudi dan/atau pemilik kendaraan bermotor terhadap peristiwa kecelakaan lalu lintas yang melibatkan mereka, seperti :

1. Apabila korban meninggal dunia, maka pengemudi dan/atau pemilik kendaraan bermotor wajib memberikan bantuan kepada ahli waris dari korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman;

2. Apabila korban cidera, maka pengemudi dan/atau pemilik kendaraan bermotor wajib memberikan biaya pengobatan;

Namun ada pengecualian diberikan undang-undang, yaitu pengemudi dan/atau pemilik kendaraan bermotor tidak wajib memberikan biaya kepada korban dan/atau ahli waris korban, apabila peristiwa kecelakaan lalu lintas itu terjadi karena adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan, disebabkan prilaku korban sendiri atau pihak ketiga, maupun disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil tindakan pencegahan.50

50


(9)

Pengertian keadaan memaksa dalam hal in adalah peristiwa yang tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan pengemudi untuk menelakkan kejadian kecelakaan lalu lintas.

C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63).

Peraturan Pemerintah ini tidak jauh beda dengan undang-undang No.14 Tahun 1992. Peraturan Pemerintah ini selain mengatur secara tegas mengenai lalu lintas di jalan raya, juga mengatur berbagai hal yang bertujuan untuk menghindari akan terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya, seperti manejemen dan rekayasa lalu lintas, serta tata cara berlalu lintas.

Rekayasa lalu lintas dimaksud meliputi kegiatan perencanan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Perencanaan lalu lintas meliputi kegiatan :

1. Inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan; 2. Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan; 3. Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas;

4. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya;51

Sedangkan pengaturan lalu lintas meliputi kegiatan penetapan kebijakan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. Pengawasan lalu lintas meliputi : 1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanan kebijakan lalu lintas di bidang

pengaturan lalu lintas;

51

Selanjutnya Lihat Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993,


(10)

2. Tindakan korektif terhadap pelaksanan kebijakan lalu lintas di bidang pengaturan lalu lintas;

Pengendalian lalu lintas meliputi :

1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanan kebijakan lalu lintas dalam bidang pengaturan lalu lintas;

2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanan kebijakan lalu lintas dalam bidang pengaturan lalu lintas.

Dalam rangka mewujudkan kegiatan-kegiatan sebagaiman diutarakan diatas tadi, dilakukan rekayasa lalu lintas yang meliputi :

1. Perencanan, pembangunan dan pemeliharan jalan;

2. Perencanan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali dan pengaman jalan;52

Selain diatur mengenai kegiatan-kegitan yang harus dilakukan dalam kebijakan manajemen dan rekayasa lalu lintas, juga telah diatur secara terperinci mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan atau dipatuhi oleh setiap pengemudi/pengendara kendaraan bermotor dijalan raya antara lain, menyangkut penggunaan jalur jalan, gerakan lalu lintas kendaraan bermotor, kendaraan berhenti dan parkir, kecepatan maksimum dan/atau minimum kendaraan bermotor.

52

Lihat Pasal 4 ayat (2)Perturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993, Tentang Prasarana dan lalu linta


(11)

Keseluruhan kegiatan-kegiatn yang penulis ketengahkan diatas, adalah merupakan suatu kebijakan yang sangat positif untuk dapat diwujudkan, dalam rangka pemenuhan tertib lalu lintas di jalan raya, sehingga kecelakaan lalu lintas di jalan raya dapat terhindar.

Lebih lanjut penulis kemukakan bahwa masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya memang lebih jelas diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 93, yang menyatakan ;

“Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.”

Korban dimaksud dapat berupa korban meninggal dunia, luka berat, luka ringan, termasuk cacat tetap, yaitu bila sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh/pulih untuk selama-lamanya.

D. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan

Peraturan pemerintah ini berbedah dengan peraturan yang diatas karena pada peraturan ini hanya menekankan pada pemeriksaan kendaraan bermotor saja, meliputi pemriksaan dan ruang lingkup pemeriksaan, wewenang pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan mengenai manjemen dan rekayasa lalu lintas dan prasarana jalan idak ada diatur pemeriksaan kendaraan ini bukan hanya ditujukan pada kendaraan aja tetapi juga pemeriksaan kepada pengguna kendaraan bermotor. Sesuai dengan Pasal 3 yang menyatakan :

“Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan raya dilakukan oleh Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan Pasal 2 huruf a, meliputi


(12)

pemeriksaan persyaratan administrasi pengemudi dan kendaraan, yang terdiri dari pemeriksaan :

1. Surat izin mengemudi;

2. Surat tanda nomor kendaraan bermotor; 3. Surat tanda coba kendaran bermotor; 4. Tanda coba kendaraan bermotor;53

Pasal ini menerangkan bahwa setiap pengemudi dalam mengendarai kendaraan wajib dan harus memiliki surat-surat baik surat izin mengemudi (SIM) dan surat tanda nomor kendaraan bernomor (STNK). Apabila pengemudi tidak membawa surat-surat baik surat izin mengemudi dan surat tanda nomor kendaraan, maka pengemudi tersebut akan ditilang sesuai dengan penjelasan Pasal 211 UU No 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP, Pasal 211 UU No.8 Tahun 1981 sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas jalan, adapun bentuk pelanggaran yang diatur dalam penjelasan Pasal 211 adalah;

1. mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.

2. mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat ijin mengemudi (SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUJ) yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai peraturan yang berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah kadaluwarsa.

3. membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang lain yang tidak memiliki SIM.

4. tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.

5. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan.

6. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan.

53

Lihat Perturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 Tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, Pasal 3


(13)

7. pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar barang.

8. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan yang ditentukan.54

54


(14)

BAB IV

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas

Kesalahan selalu bertalian dengan pembuat tindak pidana. Kesalahan adalah dapat dicelanya pembuata tidak pidana, karena sebenarnya dapat berbuat lain. Dicelanya subjek hukum manusia karena melakukan tindak pidana, hanya dapat dilakukan terhadap mereka yang keadaan batinnya normal. Dengan kata lain, untuk adanya kesalahan pada diri pembuat diperlukan syarat, yang keadaan batin yang normal. Moeljatno mengatakan,”hanya terhadap orang-orang yang keadaan jiwanya normal sajalah, dapat kita harapkan akan mengatur tingkah lakunya sesuai dengan yang telah dianggap baik dalam masyarakat ”55

Keadaan batin yang normal ditentukan oleh faktor akal pembuat. Akalnya dapat membeda-bedakan perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu hanya orang yang keaadaan batinnya normal memenuhi persayratan untuk dinilai, apakah dapat dicela atas suatu tindak pidana yang dilakukannya.

56

55

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidan, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hal 160. 9Selanjuntnya disebut Buku II)

56

Roeslan Saleh, op cit, hal 80.

Kemampuan pembuat untuk membeda-bedakan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, menyebabkan yang bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana, ketika melakukan suatu tindak pidana. Dapat dipertanggungjawabkan karena akalnya yang sehat dapat membimbing kehendaknya menyesuaikan dengan yang


(15)

ditentukan oleh hukum. Padanya diharapkan untuk selalu berbuat sesuai dengan yang ditentukan oleh hukum.

Dapat dipertanggungjawabkan pembuat dalam hal ini berarti pembuat memenuhi syarat untuk tidak dipertanggungjawabkan. Mengingat asas ‘tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan’. Dengan demikian, keadaan batin pembuat yang normal atau akalnya mampu membeda-bedakan perbuatan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, atau dengan kata lain mampu bertanggungjawab, merupakan sesuatu yang berada diluar pengertian kesalahan. Mampu bertanggungjawab adalah syarat kesalahan, sehingga bukan merupakan bagian dari kesalahan itu sendiri. Oleh karena itu, terhadap subjek hukum manusia, mampu bertanggungjawab merupakan unsur pertanggungjawaban pidana, sekaligus syarat adanya kesalahan.

A. Penjatuhan Pidana Kepada Anak

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang mulai berlaku tanggal 3 Januari 1998 atau satu tahun terhitung sejak tanggal diundangkan undang-undang tersebut.

Pengadilan anak dibentuk sebagai upaya pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak secara utuh, serasi, dan seimbang. Oleh karenanya, ketentuan mengenai penyelengaraan pengdilan bagi anak dilakukan secara khusus. Meskipun demikian, hukum acara yang berlaku (KUHAP) diterapkan pula dalam acara pengadilan anak, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang Nomor 3 Tahun 1997.


(16)

Ketentuan mengenai penyelenggaraan pengadilan anak dilakukan secara khusus. Berdasarkan Pasal 15 UU No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dapat diketahui bahwa Pengadilan Khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur dengan undang-undang. Sesuai dengan hai ini Peradilan anak merupakan Peradilan khusus, merupakan spesialisasi dan difensiasinya di bawah Pengadilan umum. Peradilan anak diatur berdasarkan undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tantang Pengadilan Anak, menyatakan bahwa;57

1. Batas umur anak nakal yang dapat dijatuhkan ke sidang anak adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

2. Aparat penegak hukum yang berperan dalam proses persidangan anak yaitu Penyidik adalah Penyidik anak, Penuntut Umum adalah Penuntu Umum Anak , dan Hakim adalah Hakim Anak. (vide Pasal 1 butir 5,6, dan 7)

3. Hakim, Penuntut Umum, Penyidik, dan Penasehat Hukum serta petugas lainnya dalam sidang anak tidak memakai toga ataupun pakaian dinas.(vide Pasal 6)

4. Untu melindungi kepentingan anak pada prinsipnya pemeriksaan perkara anak dilakukan dalam sidang tertutup, kecuali dalam hal tertentu dapat dilakukan dalam sidang terbuka, misalnya perkara pelanggaran lalu lintas dan pemeriksaan perkara ditempat kejadian perkara.( vide Pasal 8 ayat(1) dan (2).

57

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, PT Refika Aditama, 2008, hal 76


(17)

5. Ketentuan pidan yang adapat dijatuhkan kepada anak yang melakukan tindak pidana antara lain sebagai berikut:

a. Pidana penjara yang dapat dijatuhkan paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa (vide Pasal 26 ayat 2) b. Apabila melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau

pidana penjara seumur hidup maka pidan penjara yang dapat dijatuhkan paling lama 10 (sepuluh)tahun.(vide Pasal 26 ayat (2)).

c. Apabila belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup maka anak nakal tersebut dijatuhi pidana berupa ”menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,pembinaan, dan latihan kerja”. (vide Pasal 26 ayat (3) Jo. Pasal 24 ayat (1) huruf b.

d. Apabila belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun, melakukan tindak pidana yang tidaka diancam pidana mati atau tidak diancam pidana penjara seumur hidup maka anak nakal tersebut dijatuhi salah satu tindakan.(vide Pasal 26 ayat (4) Jo.Pasal 24).

e. Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan paling banyak 1/2 (satu perdua) dari makasimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa (vide Pasal 27).

f. Apabila pidana denda tidak dapt dibayara maka diganti dengan wajib latihan kerja paling lama 90 hati kerja dan lama latihan kerja tidak lebih 4 jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari. (vide Pasal 28 ayat (2)).

g. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh Hakim apabila pidan penjara yang dijatuhkan paling lama 2(dua) tahun.(vide Pasal 29 ayat (1)).


(18)

B. Pertanggungjawaban Pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas

Pertangungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindak pidana. Kapan seseorang dikatakan dapat bertanggungjawab? Seseorang dapat bertanggungjawab apabila seseorang itu mampu membedakan perbuatan, mampu menentukan kehendak untuk melakukan suatu perbuatan dan menyadari akan perbuatan yang dilakukannya. Kesalahan bukan hanya menentukan dapat dipertanggungjawabkannya sipembuat, tetapi juga dapt dipidananya pembuat. Kesalahan yang menentukan dapat dipertanggungjawabkannya sipembuat merupakan cara pandang kesalahan yang dilakukan sipembuat. Sedangkan kesalahan yang menentukan dapat dipidananya sipembuat merupakan cara pandang yang bersifat kedepan dalam hal ini masa depan sipembuat.58

Berkaitan dengan ketentuan hukum yang mengatur tentang pengertian anak, tidak terlepas dari kemampuan anak mempertanggungjawabkan kenakalan yang dilakukannya. Pertanggungjawaban pidana anak diukur dari tingkat

Kesalahan harus dapat dikaitkan baik fungsi preventif maupun fungsi represif hukum pidana. Fungsi preventif merujuk pada dapat dipertanggungjawabkannya pembuat. Dalam hal ini merumuskannya kesalahan pembuat (sifat melawan hukum) dalam hukum pidana. Sedangkan dapat dipidananya sipembuat tertuju pada fungsi represif hukum pidana, dalam hal ini kesalahan pembuat menjadi dasar dan ukuran untuk dapat dijatuhkannya pidana terhadap pembuat tindakan pidana.

58

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Fajar Interpratama Offset. Jakarta.hal126


(19)

kesesuaian antar kematangan moral dan kejiwaan anak dengan kenakalan yang dilakukan anak, keadaan kondisi fisik, mental, dan sosial anak menjadi perhatian. Dalam hal ini dipertimbangkan berbagai komponen seperti moral dan keadaan psikologi dan ketajaman pikiran anak dalam menentukan pertanggungjawaban nya atas kenakalan yang diperbuatnya.

Kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak yang menyebabkan hilangnya jiwa orang lain atau luka-luka ini termasuk tindakan pidana dalam katagori pelanggaran yang dapat diselesaikan secara pidana ( diselesaikan oleh negara ) dan dapat ju ga diselesaikan secara damai.

Dibawah ini dapat diperlihatkan bagan kecelakaan sebagai berikut:

Pengendara ditabrak luka Pidana

`A B B B

Anak Pejalan kaki mati perdata

Sumber: wawancara dengan Kanit Laka

Bagan diatas dapat diterangkan bahwa A pengendara, B pejalan kaki. Dalam bagan menerangkan bahwa A pengendara menabrak pejalan kaki sehingga menyebabkan luka-luka baik luka ringan dan luka berat ataupun hilangnya jiwa si B. Dalam kenyataan seperti ini maka timbul suatu perbuatan yaitu perbuatan pidana berupa hilangnya nyawa orang lain dan luka-luka, serta perbuatan perdata kerugian yang diderita korban.59

59

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.


(20)

Perbuatan pidana berupa hilangnya jiwa orang lain dapat diselesaikan dipengadilan, namun sebelum proses pemeriksaan dilakukan pihak Kepolisian terlebih dahulu mempertemukan kedua belah pihak yang terkait untuk melakukan perdamaian. Hal ini dilakukan semata-mata bukan membela pihak pelaku

pelanggaran tersebut namun melihat bagaimana perkembangan fisik, mental dan sosisal serta masa depan sianak apabila diselesaikan secara pidana.60

Dipengadilan Hakim anak tidak menjatuhkan pidana semata-mata sebagai imbalan atas perbuatan anak. Hakim melihat masa depan anak atau mempertimbangkan perkembangan fisik, mental dan sosial anak.

Apabila jalur perdamaian yang dilakukan pihak kepolisian tidak menemukan titik temu antara kedua belah pihak, maka sesuai dengan ketentuan pidana maka pemeriksaan untuk pelimpahan berkas untuk dilimpakan kepengadilan dilakukan.

61

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap peristiwa kecelakaan lalu lintas selalu menimbulkan akibat yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri maupun Seorang anak yang belum sepenuhnya dapat mempertanggungjawabkan kesalahannya. Hukuman percobaan lebih banyak manfaatnya dari pada hukuman bentuk lain, sambil diberikan peringatan keras bahwa orangtua/wali/orangtua asuh akan mempertanggungjawabkan tingkah lakunya. Penanganan yang salah dalam proses pengendalian anak, dapat menimbulkan pertumbuhan mentalitas atau kejiwan anak negatif dan berbahaya bagi penciptaan generasi muda untuk masa mendatang.

60

Ibid

61


(21)

orang lain. Akibat yang timbul dari peristiwa kecelakaan lalu lintas mengandung suatu pelanggaran dimana dapat diselesaikan secara perdata yaitu dengan adanya suatu perdamaian dan ganti rugi atas kerugian yang timbul dari peristiwa kecelakaan lalu lintas tersebut.62

Dipihak orang tua pelaku dalam hal ini 5 orang responden. orang tua anak pelaku, menyatakan timbulnya kecelakaan ini ( pidana menyebabkan luka atau hilangnya nyawa orang lain) bukan karena kesengajaan (opzet). Pada dasarnya anak tersebut tidak meninginkan adanya kecelakaan tersebut bahkan menghindarinya. Oleh karena itu tidak berakar dari sifat jahat yang datang dari dalam diri anak.63

Disisi lain 5 orang responden yaitu orang tua korban kecelakaan mereka menyatakan bahwa penyebab dari kecelakaan itu terletak pada kesalahan dari anak pelaku yang tidak berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor.

64

62

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhanu Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.

63

Wawan cara dengan 5 responden. Orang tua dari anak pelaku, tanggal 15 Mei sampai 18 Mei 2009

64

Wawan cara dengan 5 responden. Orang tua dari anak korban, tanggal 15 Mei sampai 18 Mei 2009

Lain lagi pengakuan dari pelaku (anak) yaitu 5 orang anak, menyatakan 3 (tiga) diantaranya menyatakan bahwa penyebab dari kecelakaan tersebut adalah karena ketidak mampuan mereka dalam menguasai kendaraan ditambah dengan kondisi jalan. Sedangkan 2 (dua) orang anak menyatakan bahwa penyebab kecelakaan tersebut dijatuhkan kepada kesalahan sikorban (pejalan kaki) yang tidak hati-hati. Disisi lain 5 korban kecelakaan lalu lintas menyatakan bahwa semua penyebab


(22)

kecelakaan lalu lintas tersebut adalah salah pelaku. Yang tidak kehati-hatian, ugal-ugalan.

Pasal 99 KUHP disebut bahwa kerugian ini berarti”biaya yang dikeluarkan”. Pengertian ini termasuk diantaranya biaya pengobatan yang diderita oleh korban dan biaya perbaikan kendaraan yang rusak. Pasal 1 butir 22 KUHP jelas menyebutkan bahwa kerugian yang diganti hanya imbalan sejumlah uang sebagai hak seseorang yang dapat di tuntutnya akibat dari keadaan tertentu (secara otentik membatasi hanya hinggah “imbalan sejumlah uang”saja).

Perlu dipahami bahwa masalah ganti kerugian disini adalah meliputi kerugian yang diderita masing-masing atau sekaligus oleh kelompok atau perorangan sehingga terdapat alternatif penyelesaiannya melalui Pasal 98 ayat (1) KUHAP atau menurut ketentuan penyelenggaraan perkara perdata. Adapun ganti kerugian yang menjadi pertanggung jawaban lainnya langsung mengenai ganti rugi dalam perkara pidana dikaitkan dengan kesalahan pelaku

Perdamaian adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak , dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara.t65

65

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1851,

PT.Pradnya Paramita Jakarta.

Dengan dicapainya suatu perdamaian, dalam suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas, perdamaian tidak bersifat putusan yang diambil atas pertanggungjawaban hakim, melainkan bersifat persetujuan antara kedua belah pihak atas pertanggungan mereka sendiri.


(23)

Dari perdamaian tersebut dibuat sebuah akte diman kedua belah pihak diwajibkan memenuhi persetujuannya. Akte perdamaian ini mempunyai kekuatan seperti putusan hakim dan dijalankan pula seperti putusan hakim. Putusan perdamaian mempunyai arti yang sangat baik bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi orang yang mencari keadilan. Sengketa selesai sama sekali, penyelesaiannya cepat dengan ongkosnya sangat ringan, selain dari pada itu permusuhan diantara kedua belah pihak yang berperkara menjadi berkurang.

Oleh karena itu perdamaian bersifat “mau sama mau” dan merupakan persetujuan antara kedua belah pihak maka terhadap putusan perdamaian itu menurut ketentuan ayat 3 Pasal 130 H.I.R yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk mengajukan permohonan banding atau kasasi. Proses selesai sama sekali dan seandainya suatu waktu diajukan kembali persoalan yang sama oleh slah satu pihak tersebut dan mereka yang mendapatkan hak daripadanya, maka gugatan terakhir ini dinyatakan ‘nebis in idem’ dan karenanya tidak dapat diterima.

Berikut ini data rekapitulasi laka lantas yang terjadi sepanjang tahun 2005-2008 yang terjadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu;

Tabel I

Rekapitulasi Laka Lantas Tahun 2006 Polres Resort Labuhan Batu

No Bulan

Jlh Laka Korban Masih

dalam Lidik

Jumalah Selrah

MD LB LR


(24)

2 Februari 8 8 8 4 8

3 Maret 4 5 6 6 4

4 April 4 7 2 3 4

5 Mei 2 2 - - 2

6 Juni 2 3 1 4 2

7 Juli 3 2 1 2 3

8 Agustus 6 5 7 5 1 5

9 September 2 2 1 - 2

10 Oktober 14 15 16 23 1 14

11 November 20 22 4 13 20

12 Desember 21 27 11 17 21

Jumlah 90 104 62 88 2 90

Sumber: Satlantas Polres Labuhan batu, data primer 2006 Keterangan tabel :

Jlh Laka : Jumlah kecelakaan lalu lintas

MD : Meninggal Dunia

LR : Luka Ringan

LB : Luka Berat

SELRA : Selesai Perkara

Jumlah kecelakaan 2006 berjumlah 90 kasus, hal ini menimbulkan kerugian yg besar baik materi maupun non materi. Sesuai dengan data yang diperoleh bahwa kecelakaan yang terjadi didominasi oleh kendaraan mobil umum dan mobil pribadi. Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2006 jika dilihat dari tabel maka, yang paling banyak terjadi peristiwa kecelakan yaitu pada bulan Desember.


(25)

Dimana pada bulan ini banyak orang-orang liburan dan pulang kampung (Mudik) untuk merayakan hari Natal dan Tahun baru di kampung masing-masing sehingga banyak kendaraan yang berlalu lalang yang saling mendahului agar cepat sampai, begitu juga dengan kendaraan umum banyak yang kebut-kebutan dengan angkutan umum lain untuk mengangkut penumpang.

Pada tahun 2006 ini jumlah kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh anak berjumlah 13 kasus. Sementara terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan itu sendiri lebih banyak menimbulkan meninggal dunia (MD).

Tabel II

Rekapitulasi Laka Lantas Tahun 2007 Polres Resort Labuhan Batu

No Bulan

Jlh Laka Korban Masih

dalam Lidik

Jumalah Selrah

MD LB LR

1 Januari 12 15 5 15 12

2 Februari 10 11 4 8 10

3 Maret 9 11 1 4 9

4 April 12 17 5 13 12

5 Mei 8 10 8 20 1 7

6 Juni 5 6 1 4 5

7 Juli 7 8 1 2 7

8 Agustus 33 14 31 31 2 33


(26)

10 Oktober 17 16 12 26 16

11 November 10 12 6 9 10

12 Desember 10 12 11 9 10

Jumlah 153 145 97 156 4 149

Sumber: Satlantas Polres Labuhan batu, data primer 2007

Pada tahun 2007 kecelakaan yang timbul berjumlah 153, pada tahun 2007 ini mengalami peningkatan sebesar 60% dari tahun 2007, pada tahun ini juga jumlah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh anak sebanyak 15 kasus. Sesuai dengan data yang diperoleh bahwa kecelakaan yang terjadi didominasi oleh kendaraan sepeda motor. Kecelakaan lalu lintas pada tahun ini banyak terjadi pada bulan agustus, karena pada bulan ini adalah awal-awal memasuki bangku sekolah yang mana banyak anak-anak yang mengalami paerubahan fisik dan sifat. Dengan menggunakan speda motor mereka menganggap bahwa jalanan adalah milik mereka. Sementara terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan itu sendiri lebih banyak menimbulkan luka ringan (LR).

Tabel III

Rekapitulasi Laka Lantas Tahun 2008 Polres Resort Labuhan Batu

No Bulan

Jlh Laka Korban Masih

dalam Lidik

Jumalah Selrah

MD LB LR


(27)

2 Februari 19 14 21 30 18

3 Maret 20 12 18 16 1 19

4 April 17 8 25 44 1 16

5 Mei 22 16 27 12 1 22

6 Juni 18 15 11 22 18

7 Juli 23 21 21 20 23

8 Agustus 23 12 29 21 23

9 September 19 9 16 11 19

10 Oktober 11 10 11 11 11

11 November 14 8 16 18 14

12 Desember 8 10 6 11 8

Jumlah 203 144 208 221 3 200

Sumber: Satlantas Polres Labuhan batu, data primer 2008

Pada tahun 2008 jumlah kecelakaan lalu lintas semakin meningkat dengan jumlah 203 perkara yang meningkat dari tahun 2007 sekitar 25 %. Pada tahun ini juga jumlah kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak meningkat menjadi 26 kasus yang naik sebesar Ini merupakan pekerjaan yang berat bagi pihak kepolisian khususnya polisi lalu lintas daerah labuhan batu. Sesuai dengan data yang diperoleh bahwa kecelakaan yang terjadi didominasi oleh kendaraan sepeda motor.

Kecelakaan lalu lintas pada tahun ini banyak terjadi pada bulan juli dan agustus, karena pada bulan ini adalah masa libur anak sekolah dan awal-awal memasuki bangku sekolah yang mana banyak anak-anak yang mengalami


(28)

paerubahan fisik dan sifat. Dengan menggunakan sepeda motor mereka menganggap bahwa jalanan adalah milik mereka. Sementara terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan itu sendiri lebih banyak menimbulkan luka berat (LB) dan luka ringan (LR).

Dari ketiga tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas semakin lama semakin bertambah. Terhadap perkara lalu lintas yang telah diselesaikan di pengadilan sifatnya berkelanjutan maksudnya bahwa perkara yang tidak dapat diselesaikan pada bulan ini akan dilanjutkan pada bulan berikutnya dan terhadap peristiwa ataupun perkara yang diselesaikan secara perdamaian sifatnya tidak berkelanjutan artinya penyelesaian cukup hanya sampai perdamaian saja.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa pertanggungjawaban anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas lebih banyak menuju pada penyelesaian perdata dari pada penyelesaian pidana. Hal ini terjadi karena aparat hukum dalam polisi memberi pengecualian terutama pada anak pelaku kecelakaan lalu lintas. Mengapa? Karena anak adalah aset negara yang harus dilindungi haknya, baik hak untuk berkembang, pendidikan, kebebasan dan lain-lain.66 Polisi sebagai pihak penengah yang mempertemukan kedua belah pihak untuk mengambil suatu kesepakatan dalam penyelesaian perkara lalu lintas ini, apabila hal tersebut tidak ada titik temunya atau kesepakatan untuk berdamai maka polisi langsung melanjutkan pemeriksaan dan melimpahkan perkara kepengadilan.67

66

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhanu Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.

67 Ibid


(29)

Pelanggaran lalu lintas sebenarnya tidak dapat diselesaikan secara perdata (perdamaian). Menurut keterangan beberapa anggota polisi lalu lintas Polrest Labuhan Batu hal ini tidak lepas dari pengaruh masihkuatnya adat-istiadat ketimuran di Indonesia, yang mengupayakan segala sesuatu persoalan diatasi secara damai.68

68

Wawancara dengan anggota Kepolisian Satuan Lalu Lintas Polres Labuhan Batu


(30)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hal-hal yang diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, serta saran sebagai akhir dari penulisan skripsi ini ;

A. Kesimpulan

1. Adapun faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah faktor dari dalam diri sipengemudi seperti mengantuk, menghayal, mengobrol,ugal-ugalan, serta belum terampil mengemudikan kendaraan maupun dari luar diri sipengemudi seperti faktor alam, jalan, kendaraan, pejalan kaki,dan penumpang. Dalam hal mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas di Jalan raya yang menimbulkan korban yang harus dilakukan adalah dengan cara melakukan pendekatan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Yang mana pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan persuasif (secara langsung) dan non persuasif (tidak secara langsung). Melalui persuasif dapat dilakukan dengan cara melakukan pendekatan-pendekatan terhadap anak hal ini dapat berupa penyuluhan kesekolah mulai dari Tingkat Kanak-kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA sederajat) dan Sekolah Menengah Atas (SMU sederajat) menjelaskan bagaiman cara disiplin berlalu lintas, mematuhi rambu-rambu lalu lintas serta mnerangkan sanksi-sanksi yang diberikan apabila melanggar peraturan lalu lintas. Sedangkan melalu non persuasif (tidak langsung) dapat dilakukan dengan pemasangan


(31)

rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, perawatan rambu-rambu lalu lintas serta patroli-patroli.

2. Peraturan hukum mengenai perkara kecelakaan lalu lintas di jalan raya sudah cukup jelas mulai dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-undang No. 14 Tahun 1992 serta Pereaturan Pemerintah No.42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaaan Kendaraan Bermotor di Jalan Raya, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas. Namun pada saat perkembangan zaman yang serba teknologi pemerintah didesak untuk membuat suatu peraturan lalu lintas khusus terhadap anak. Berdasarkan hasil penelitian pelaku pelanggaran lalu lintas pada saat ini banyak dilakukan oleh anak yang menyebabkan memakan korban baik luka ringan, luka berat bahkan meninggal dunia.

3. Polisi memegang peran yang sangat penting dalam penanganan kasus kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang menyebabkan luka ringan, luka berat dan bahkan meninggal dunia. Dalam hal ini pelaku dari kecelakaan lalu lintas adalah anak, sebagai seorang polisi dalam menyidik suatu kasus kecelakaan lalu lintas haruslah seimbang dengan penyidikan yang dilakukan oleh pelaku. Karena banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh polisi baik dari segi fisik, mental dan masa depan para pihak. Setiap kesalahan harus dapat dipertanggung jawabkan, mampu bertanggungjawab merupakan masalah dengan keadaan mental pembuat yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana. Dalam hal ini pelakunya adalah anak yang mana seorang anak belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sepenuhnya. Oleh


(32)

sebab itu polisi dalam melakukan dakwaan harus memikirkan bagaimana kondisi sianak apakah pantas dijatukan pidana? Apabila dijatuhi pidana maka masa depan dan kebebasan anak untuk berkembang akan terhenti. Untuk itu polisi harus berpihak kepada anak dalam arti polisi tidak dapat mengenyampingkan kepentingan (keadilan) bagi korban kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak tersebut. Jalan yang dpat dilakukan oleh polisi adalah jalur perdata yaitu Perdamaian.

B. Saran

1. Sebagai aparat penegak hukum yang dalam skripsi ini dikhususkan pada satuan Polisi Lalu Lintas Polres Labuhan Batu agar lebih profesional dalam menangani lebih spesipik pada kasus kecelakaan lalu lintas yang mana pelakunya adalah anak, karena anak merupakan aset bagi negara untuk itu perlu dilindungi agar dapat berkembang memiliki wawasan.

2. Pemerintah harus membentuk suatu peraturan undang-undang lalu lintas khusus terhadap anak-anak yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Agar adanya perbedaan antar hukuman yang dilakukan orang dewasa dengan anak. 3. Penanggulangan kecelakaan lalu lintas di jalan raya pihak pemerintah harus

turut serta dalam penanggulangannya berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1992 ‘Negara mempunyai hak atas penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan raya yang pembinanya dilakukan oleh Pemerintah’. Untuk itu pemerintah turut serta dalam pengaturan berupa perencanaan dan perumusan teentang lalu lintas, pengendalian berupa pengendalian baik dibidang


(33)

pembangunan maupun operasi, serta pengawasan terhadap penyelenggaraan lalu lintas di jalan raya.

4. Disamping itu juga masyarakat turut juga membantu, khususnya pada orang tua sebagai wali anak harus benar-benar memperhatikan keperluan dan kebutuhan anak bukan memberi apa yang dikatakan anak sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


(34)

BAB II

Tinjauan Umum Penyebeb Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

Transportasi mempunyai peranan penting dalam strategis untuk memantapka perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh pertahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.34

Ini berarti jumlah kendaraan semakin meningkat, yang berakibat volume kendaraan bermotor di jalan raya bertambah besar dan menuntut adanya keseimbangan volume jalan raya. Dalam usaha pembangunan jalan-jalan raya yang sudah ada dan membangun yang baru akan membutuhkan waktu yang lama Dengan melajunya usaha pembangunan disegala bidang, termasuk bidang ekonomi, maka perkembangan sarana angkutan jalan raya atau transportasi darat mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini ternyata menimbulkan masalah yang sangat rumit dalam pengaturan lalu lintas, seperti timbulnya masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Peningkatan taraf hidup rakyat akibat pembangunan yang cukup berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat, yang dulu orang pergi ke tempat kerja berjalan kaki, sekarang sudah naik kendaraan, yang dulu naik turun angkutan umum, sekarang sudah memiliki kendaraan sendiri, yang semula naik sepeda motor sekarang sudah berganti dengan mobil pribadi.

34

Undang-undang No.14 Tahun 1992,Tentang Lalu Lintas dan Jalan Raya, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal 1.


(35)

dan modal atau biaya yang besar, sehingga pembangunan jalan-jalan terlambat, sedangkan laju pertumbuhan kendaraan begitu pesat. Hal inilah yang mengakibatkan kemacataan dihampir sepanjang jalan kota, terutama pada waktu-waktu jam-jam sibuk yaitu pagi hari orang pergi kekantor dan anak sekolah berangkat sekolah serta jam-jam pulang kantor yang kadang kala dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas di jalan raya.35

Inilah tantangan yang selalu harus dihadapi di setiap kota yang sarana jalannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan penduduk serta volume kendaraan yang memenuhinya. Mengingat masalah lalu lintas dan transportasi ini sangat erat hubungannya dengan kebutuhan hidup, serta pengaruh kebutuhan ekonomi maupun kelancaran pembangunan, sesuai dengan Program Pembangunan Nasional (Proprnas) yang mana dijelaskan bahwa pembangunan prasarana angkutan dan perhubungan bertujuan untuk memperlancar arus barang, jasa dan manusia keseluruh daerah dan kota sehingga dengan demikian merangsang dan menunjang sasaran pembangunan36

Disamping itu pengangkutan dan perhubungan juga mempunyai peran yang sangat penting dalam membina persatuan bangsa dan negara. Disini jelas kita lihat bahwa angkutan dan perhubungan merupakan alat yang paling utama di dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang selain itu juga dijelaskan bahwa pembangunan jalan mengutamakan peningkatan kondisi jalan yang sudah ada. Pembangunan jalan baru dilakukan apabila dapat meningkatkan serta memeratakan pembangunan terutama jalan yang menghubungkan pusat produksi

.

35

P.Warpani. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Mandar Maju, 1995 36


(36)

dengan daerah pemasarannya. Oleh karena itu semakin tahun masyarakat selalu merasa akan kekurangan dan menuntut penambahan kendaraan angkutan atau transportasi, sebaliknya sarana jalan yang ada sudah tak mampu untuk menampung kendaraan-kendaraan yang hilir mudik dengan jumlah yang bertambah pesat.

Selain itu semakin berkembangnya suatu masyarakat atau daerah dapat dilihat dari lancar atau tidaknya arus lalu lintas di daerah tersebut. Kelancaran lalu lintas dapat menunjang kemajuan suatu daerah khususnya dalam bidang perekonomian. Simpangsiurnya lalu lintas jalan makin hari makin bertambah pesat, sehingga segala akibat-akibatnya juga harus ditanggung oleh masyarakat itu sendirinya. Berbagai peristiwa dalam kecelakaan lalu lintas sudah sering terjadi, khususnya di Kabupaten Labuhan Batu. Dalam peristiwa naas ini selalu memakan korban baik dari segi materil maupun non materil.

Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, hal yang bisa terjadi dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas selalu menimbulkan kerugian. Peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menimpa masyarakat selalu mempersalahkan pihak pengemudia kendaraan, hingga dengan berbagai hujatan dan makian akan selalu ditujukan kepada pengemudi. Namun apabila kita simak dan pelajari secara seksama hal-hal yang menyebabkan timbulnya kecelakaan, ternyata penyebabnya tidak hanya dari pihak sipengemudi saja, tetapi dapat juga disebabkan oleh manusia atau hal-hal dari luar diri sipengemudi

Seperti diketahui bahwa jalan itu digunakan oleh para pejalan kaki beserta bermacam-macam jenis kendaraan seperti : beca, sepeda, sepeda motor,


(37)

mobil, disamping pejalan kaki dan kendaraan sekarang ini jalan juga sudah dipergunakan oleh pedagang untuk menjajahkan dagangannya. Inilah keseluruhan penyebab yang menimbulkan berbagai macam akibat yang tidak diinginkan, disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti pengelolaan jalan yang sudah tidak memadai. Atau berbagai macam jenis kendaraan maupun berbagai macam sebab dan akibat yang menimbulkan atau ditimbulkan, tidak lepas hubungannya dengan manusia, sebab pada dasarnya manusialah yang mengendalikan berbagai macam jenis kendaraan yang memenuhi jalan-jalan tersebut. Dengan berbagai macam cara dan tingkah lakunya dalam menggunakan jalan untuk mencapai keinginan dan tujuan masing-masing, tanpa menghiraukan sarana pemakai jalan lainnya. Jadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa atas terjadinya segala hal yang tidak diinginkan seperti : kemacatan lalu lintas, pelanggaran dan kecelakaan, polusi udara dan lain sebagainya yang mempengaruhi ketidak lancaran transportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan hidup ini, penyebab utamanya adalah manusia itu sendiri, disamping pengaruh alam, jalan atau sarana lain yang belum disesuaikan dengan perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi, merupakan alat atau kendaraan yang dipakai manusia itu sendiri, sudah atau belum memenuhi syarat dengan sarana jalan yang ada.

Salah satu penyebab fatal kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah faktor manusia yang bergerak di belakang mesin. Diluar perhitungan nasib sial, kecelakaan dapat dihindarkan sebab siapapun kita, tidaklah pernah terbayangkan


(38)

untuk menjadi seorang korban, calon korban, seorang pembunuh atau calan terbunuh di jalanan.

Saat ini telah terjadi kemerosotan mental sehingga orang sibuk memperhatikan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Krisis toleransi dijalanan telah meradisi, kita dapat menggambarkannya sebagai arena kekasaran diamana orang satu dengan orang lainnya telah kehilangan toleransi. Dalam satu penyelidikan yang lain disebutkan bahwa kebanyaan peristiwa kecelakaan dijalan-jalan raya disebabkan oleh keteledoran manusia. Manusia adalah penentu, sebab masalah akhlak manusia itu masih berperan penting, benda pasif yang dapat dikendalikan. Kita memang belum bisa menghindarkan berbagai fenomena di dalamnya.

Teknologi, selain membawa manfaat, juga mengundang korban secara dramatis. Jumlah-jumlah korban yang jatuh di jalan raya mengguah kita untuk berfikir bahwa mau tidak mau kita membenamkan diri dalam rangkaian bahaya yang kita guluti setiap saat. Salah satu yang perlu dicatat adalah kesimpulan yang ditonjolkan bahwa 90% dari kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dijalan raya disebabkan oleh faktor pengemudinya, sehingga ditekankan bahwa kondisi jalan raya, berapapun uang dituangkan untuk menambah kendaraan bermotor menjadi tangguh dan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang penting adalah segera harus ditindak tingkah laku dan perbuatan-perbuatan pengemudi yang sembrono, sembarangan, tidak bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kepentingan bersama.


(39)

Sikap mementingkan diri sendiri dapat disaksikan di keseharian dimana seakan-akan seseorang berpendapat, bahwa jika ia tidak berlaku kejam, dia sendiri yang akan dilecehkan orang. Sebuah pendapat yang ada benarnya tapi mengingatkan kita pada semacam perlombaan dan keterbukaan kehidupan yang semakin sibuk dan ruwet serta prespektif sosial yang kompleks dapat menjadikan alasan mengapa orang semakain individualistik di jalanan.37

Mekanisme pelayanan lalu lintas sebegitu jauh belum dapat mengimbangi pola kebutuhan yang sebenarnya. Kita memang dapat merasakan adanya manfaat dari peningkatan sarana-sarana lalu lintas yang ditunjang teknologi mutakhir. Mekanisme justru telah semakin menggantikan likuiditas

Begitulah resikonya sebuah pembaharuan, kita memang tidak dapat menutup mata terhadap kenyataan ini tapi yang harus dipikirkan adalah bagaimana pengaruh tadi dapat diperhitungkan sekecil-kecilnya dengan adanya usaha memperbaiki keadaan, memang boleh dikatakan telah terlambat. Apa yang dapat kita lakukan kini hanyalah tindakan-tindakan dalam intensitas yang tidak bergerak bersamaan dengan pesatnya perkembangan masyarakat. Angka-angka akibat kecelakaan dan kerugian materil bagi sebagian orang, kekerasan dijalan raya menimbulkan phobia tersendiri. Berbagai perasaan terancam meliputi kita, dikala sedang terlihat dalam percaturan di jalanan. Banyak aspek dari penyebab kecelakaan itu dapat diperhitungkan sebelumnya. Akan tetapi ada satu hal yang jelas terlihat, kecelakaan meningkat terus karena jumlah kendaraan bertambah terus.

37


(40)

tenaga manusia dalam mengtur lalu lintas, tenaga manusia selain merupakan era daluarsa, juga secara struktural kebutuhan pelayanan yang serba cepat logis dilangsungkan oleh pola-pola yang lebih tepat, praktis dan efisien.

Pelanggaran-pelanggaran rambu-rambu lalu lintas termasuk juga satu kasus terbanyak penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Satu hal yang cukup tragis sekaligus mengherankan adalah bahwa dijalan-jalan pusat kota yang telah dilayani jembatan penyeberangan, sering terjadi orang tewas, justru karena enggan menggunakan sarana yang telah disediakan tersebut. Ini cuma momen kecil yang bisa dipakai sebagai totalitas, bahwa masyarakat kita cenderung seronok dan tidak menyukai disiplin, terlebih dalam hal-hal terkecil sekalipun.

Bardasarkan uraian diatas penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya antara lain;

a. Volume jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan

b. Petugas pengawas lalu lintas jumlahnya berkurang, serta perlengkapan lalu lintas yang belum lengkap.

c. Para pemakai jalan yang tidak disiplin.

d. Kondisi jalan raya yang kurang baik atau penempatannya yang tidak tepat. e. Tempat parkir kendaraan dijalan yang tidak teratur

Hukum tidak mungkin ditati secara bulat, demikian juga ketertiban lalu lintas di kota selalu dilanggar. Para pemakai jalan dan jembatan seakan-akan tidak mau tahu, bahwa sengaja melakukan pelanggaran terhadapnya akan dapat menimbulkan akibat yang menimpa dirinya sendiri maupun pihak lain, hingga


(41)

sampai melewati batas, dapat dinilai sebagi tindakan melawan hukum baik hukum perdata, maupun hukum pidana, bahkan hukum tata usaha negara.

Berdasarkan ketentuan data diatas penyebab kecelakaan lalu lintas tidak jauh dengan apa yang dikemukakan oleh Kanit Lantas Labuhan Batu faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas baik terhadap kendaraan beroda dua ataupun kendaraan beroda empat dipengaruhi oleh faktor manusia, faktor jalan dan faktor alam38

A. Faktor yang bersumber dari dalam diri sipengemudi

Peranan pengemudi sebagai subyek hukum disini yang dimaksudkan sudah barang tentu apabila terjadi kepentingan yang dilindungi oleh hukum terganggu, baik gangguan yang datangnya dari pihak pengemudi maupun dari pihak luar, dalam hubungannya dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Terjadinya kecelakaan menurut konstruksi hukum pidana, haruslah ditimbulkan oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat, karena tanpa batasan yang demikian itu akan menimbulkan kesulitan pada peranan hukum pidana.

Di dalam hukum pidana telah tumbuh perkembangan tentang penentuan kelakuan seseorang yang menjadi sebab akibat terhadap kejadian yang melarang dan diberi sanksi oleh hukum pidana yaitu kejadian yang dalam hal ini dikhususkan pada kecelakaan

Sikap pengemudi sebagai subyek hukum yang pertama-tama harus menguasai pengertian hukum, pengertian tertip hukum dan kesadaran hukum,

38

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.


(42)

karena tanpa pengertian serta kesadaran tersebut dapat dikatakan sudah mempunyai kecenderungan melakukan pelanggaran hukum.

Banyak sekali faktor penyebab kecelakaan lalu lintas akan tetapi faktor manusia yang mengemudi kendaraan adalah lebih penting bagi hukum pidana, karena melalui keterangan atau keadaan sekitar dari orang yang mengemudi dapat diungkap atas kejadian materil dalam proses perkara pidana. Melalui kelakuan dari pengemudi itu dapat ditentukan apakah hukum pidana dapat berperan atau tidak, dengan cara membuat konsturksi hubungan antara kelakuan itu dengan sifat melawan hukum karena adanya peraturan hukum dan yang terakhir masih diperlukan hubungan antara kelakuan yang berakibat menimbulkan kejadian yang melawan hukum dengan pertanggungjawaban atau kesengajaan atau kelalaian atau unsur subkjek lainnya, yang pelaksanaannyamenurut proses beracara.

Tidak memperhatikan bagian-bagian serta unsur-unsur yang terdapat didalam jalur inti hukum pidana (delik) akan berakibat peranan hukum menjadi merosot kewibawaannya. Bahkan jauh dari tujuan keadilan, dan dimata masyarakat hukum pidana bukan sebagai pengayoman melainkan menakut-nakuti serta tidak mendapat simpati. Keadaan terakhir ini sangat tergantung pada petugas pelaksana hukum, yang disatu pihak harus nyata-nyata dibedakan antara bersikap mengurus kecelakaan semata-mata dan bertindak mengusut kecelakaan yang melanggar hukum dengan dilain pihak mengeterapkan bagian-bagian serta unsur-unsur dari inti hukum pidana secara filosofis, yuridis, sosiologis, yang tujuananya sebagai penganyom. Akan nampak jalinan peranan pengemudi dihadapan peranan hukum apabila terjadi pelanggaran hukum, maka perlu diimbangi secara tepat


(43)

untuk memperlakukan hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis dan imbangan antara peranan ini harus terujud karena dorongan dari falsafah maupun kebudayaan bangsa Indonesia39

Kita tidak sepenuhnya sadar bahwa mengemudikan kendaraan harus dilakukan secara fungsional. Jadi orang yang menolak pendekatan sungguh-sungguh melakukan kegiatan tersebut, entah karena malas atau enggan repot, tidak layak mengeluh jika ia dikoreksi melalui penjatuhan pidana karena kurang hati-hati atau teliti atau memandang remeh resiko yang mungkin muncul sehingga benar-benar tujuan hukum pidana. Di dalam perakteknya tidak ditemukan banyak fiksi berkenaan dengan pendekatan diatas. Lagi pula pengemudi berpenggalaman tidak akan memandang kesalahan diatas sebagai suatu fiksi

.

40

Menjalankan kecepatan kenadaraan di dalam kota yang melampaui kecepatan yang dibolehkan oleh peraturan atau rambu-rambu, memberhentikan atau memparkirkan kendaraan di tempat terlarang oleh peraturan, menggangkut penumpang di luar tempat atau terminal yang ditentukan oleh peraturan, mendahului kendaraan lain tanpa suatu keperluan, tidak memberikan kesempatan dan ruang yang cukup bagi kendaraan lain yang meminta mendahului, tidak mengadakan peneranngan lampu atau isyarat arah yang cukup dari jarak penglihatan dan beberapa hal lainnya itu adalah merupakan tertib lalu lintas maupun sopan santun lalu lintas yang hanya dapat berlaku semata-mata

.

39

Bambang poernomo, Hukum Pidana Kumpulan karangan Ilmiah, Bina Aksara Jakarta,1982, hal 65.

40

Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-unang Hukum Pidana Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2003, hal 176


(44)

tergantung faktor manusia yang berperan di dalam kendaraan itu dengan kedudukannya sebagai pengemudi.

Peranan pengemudi dalam bidang tertib hukum lalu lintas maupun sopan santun lalu lintas, mempunyai kecendrungan untuk kemungkinan besar terjadinya kecelakaan yang melanggar lalu lintas dengan membawa kerugian harta benda dan manusia. Apabila telah sampai pada persoalan ini, bagi seseorang ahli hukum yang mengenal berlakunya hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis. Harus terlebih dahulu berpaling pada suatu pendekatan melalui “Social legal engineering” dalam bidang lalu lintas semua lapisan masyarakat mulai dari pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, mulai dari masyarakat di desa sampai kekota, mulai dari anggota masyarakat biasa sampai pada pemuka masyarakat dengan memperkenalkan kepada mereka apa yang dinamakan traffic education, traffic engeneering, serta treffic law enforeement, sebagai bagian dari pada kesadaran hidup bermasyarakat.

Di dalam masalah lalu lintas yang selalu akan unggul dari tertip lalu lintas pada masa kini dan masa yang akan datang, perlu dibentuk “Traffic board” di daerah yang mampu menampung persoalan-persoalan maupun perkembangan lalu lintas serta merumuskan kebijaksanan-kebijaksanan dalam bidang lalu lintas. Di daerah untuk mewujudkan ketertiban, kelancaran dan keamanan lalu lintas di dalam wilayahnya, terutama untuk turut memecahkan pencegahan kecelakaan yang membawa korban harta benda dan manusia, melalui traffic board

pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan dan selanjutnya cara-cara menghadapi hukum apabila diperlukan karena kecelakaan yang terjadi setelah


(45)

ditentukan secara kausalitas dapat menjadi tanggungjawab dari penggemudi yang bersangkutan.

Barulah kemudian dilanjutkan dengan tindakan represip berupa tindakan hukum dengan norma-norma dan sanksi pidana sebagaiman telah diajarkan aliran “Ultimum Remedium” yakni obat terakhir pabila sanksi atau uapaya-upaya pada cabang hukum lainnya dianggap tidak mempan.41

Oleh karena itu untuk kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat diatur ketentuan-ketentuan mengenai peranan lalu lintas dan angkutan jalan yang meliputi antara lain jaringan lintas angkutan barang-barang, terminal penumpang, fasiliats jalan kaki, fasilitas penyeberangan orang, parkir, rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi syarat lalu lintas, perlindungan keselamatan, keamanan, kemudahan bagi pemakai jalan. Sehubungan dengan betapa pentingnya lalu lintas ditengah-tengah kehidupan masyarakat, maka dalam hal ini pemerintah berusaha untuk mengadakan pembangunan dan perbaikan serta pelebaran jalan-jalan raya terutama jalan yang terdapat di tengah jantung kota yang lalu lintasnya sudah sangat padat.

Pembinaan dalam lalu lintas jalan memiliki aspek-aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas yang bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas disamping aspek kepentingan umum atau masyarakat pemakai jalan, kelestarian lingkungan, teknologi serta koordinasi antar wewenang pembinaan lalu lintas jalan baik di tingkat pusat maupun daerah , serta antar instansi, sektor dan unsur lainnya.

41

Sudarto, Hukum Pidana I, Penerbit Yayasan Sudarto FH Undip, Semarang, 1990, hal 13


(46)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang berasal dari dalam diri sipengemudi, antara lain :

1. Karena Mengantuk

Hal ini terjadi akibat sering sekali para pengemudi kendaraan memaksakan dirinya untuk melanjutkan perjalanannya. Adakalanya seseorang itu sudah lelah dan sudah mengantuk tapi tetap bertahan. Keadaan ini apabila dibiarkan akan cenderung menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Karena sikap yang tidak serius dan tidak setabil terhadap kondisi yang dipaksakan maka pengemudi tersebut tidak dapat mengendalikan kendaraannya.

2. Karena Menghayal

Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia, baik sedih manupun senang, kadang kala dapat mempengaruhi aktifitas manusia itu sendiri. Orang yang sering menghayal akan dominan melalaikan kegiatan yang sering dilakukannya. Sama halnya kebanyakan orang khususnya pengemudi. Yang menjadi bahan pemikirannya sehingga seorang itu harus menghayal sring disebabkan oleh masalah-masalah pribadi. Hal seperti ini juga dapat menjadi penyebab kacelakaan lalu lintas.

3. Karena Mengobrol

Kebiasaan buruk pengemudi dengan teman-temannya atau penumpang adalah keasyikan mengobrol. Ada dua sisi yang ditimbulkan apabila seseorang itu


(47)

bercerita atau mengobrol dengan temannya atau penumpanggnya sambil mengemudikan kendaraannya, antara lain:

1. sisi positip: sipengemudi terlupa akan keletihan atau rasa kantuk yang dialaminya. Sehingga sipengemudi tetap bugar dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemudi.

2. sisi negatif: bahwa karena keasyikan ngobrol, maka sipengemudi dapat melakukan hal-hal refleks yang dapat menggangu keamanan dan keselamatan penumpang.

Obrolan tidak hanya dilakukan pengemudi dengan penumpangnya atau dengan orang yang ada dibelakangnya. Tapi dalam hal ini juga mencakup obrolan yang dilakukan via telepon (handphone). Maraknya alat komunikasi membuat orang gampang memperolehnya.

4. Karena Kurang Hati-hati dalam Mengatur Kecepatan (Ugal-ugalan)

Pengemudi sangat senang bila dapat mendahului kendaraan yang ada didepannya. Kecepatan yang tidak mempunyai keseimbangan dengan kecepatan kendaraan yang didahuluinya dapat menimbulkan suatu kecelakaan. Kecepatan yang sangat tinggi dapat berakibat buruk, karena tidak berhati-hati dapat menabrak yang datang dri arah yang berlainan. Hal ini khususnya terjadi pada remaja, yang mengemudikan kendaraan sesuka hati dijalan pada saat mereka konvoi dengan teman-temannya.


(48)

5. Karena Belum Terampil Mengemudikan Kendaraan

Kemahiran atau keterampilan seseorang dalam mengemudikan sangat dibutuhkan guna mencegah timbulnya kecelakaan lalu lintas. Seseorang yang belum terampil mengemudikan kendaraannya wajar tidak dibenarkan memperoleh SIM. Hal ini telah ditegaskan dalam UULLAJ No.14 Tahun 1992.

B. Faktor yang Bersumber dari Luar diri Sipengemudi42

a. volume jalan yang tidak mendukung dengan jumlah kendaraan yang semakin meningkat.

1. Faktor Jalan

Yang dimaksud dengan jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu kendaraan baik roda dua ataupun roda empat. Karena itu marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu lintas di jalan.

Dalam hal ini faktor jalan penyebab kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh;

b. Kondisi jalan banyak yang berlobang-lobang dan penempataanya tidak tepat. c. Banyak jalan raya yang dipakai sebagai tempat parkir yang tidak beraturan

dan banyak jalan raya yang dipakai para pedagang sehingga terjadinya penyempitan.

42

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.


(49)

2. Faktor Alam

Alam menurut kamus bahasa Indonesia adalah segala yang ada di langit dan bumi, tempat kehidupan, wilayah, negeri, yang bukan buatan manusia.43

Pada umumnya kesalahan pengemudi kendaraan cenderung disimpulkan terhadap peraturan lalu lintas misalnya dalam hal tidak memberikan tanda akan membelok, mengendarai kendaraan tidak dijalur kiri, atau pada persimpangan tidak memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, menjalankan kendaraan terlalu cepat melampaui batas yang ditentukan dalam peraturan lalu lintas. Oleh karena itu salah satu pelanggaran peraturan lalu lintas itu terjadi, maka muda untuk menganggap adanya culpa apabila kemudian kendaraannya menabarak kendaraan lain atau orang yang mengakibatkan luka berat atau mati.

Dalam hal ini kaitannya terhadap kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh cuaca, hujan deras, petir,, kabut yang tebal sehingga mengurangi jarak pandang yang bebas terhadap kendaraan yang melintas. Oleh karena itu selain pengemudi/kendaraan dan keadaan jalan faktor alam juga menentukan penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

44

Dalam lalu lintas juga tidak ada pidana tersendiri berupa membahayakan lalu lintas, seperti mengebut, pengemudi dalam keadaan mabuk terlalu banyak meminum-minuman keras, meskipun tidak ada kesalahan sam sekali.45

43

Dartanto , Kmus Bahasa Indonesia, Apollo, Surabaya, 1997, hal 30. 44

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.

45

Wirjono Prodjo Dikoro, Asas-Asasa Hukum Pidana Di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2003, hal 81


(50)

3. Keadaan Kendaraan

Walaupun sebab-sebab kecelakaan itu dikarenakan oleh kendaraan yang kurang sempurna, maka yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah pengemudi kendaraan tersebut. Mengapa demikian?

Karna sebelum kendaraan itu dipergunakan, sipengemudi kendaraan tersebut tidak terlebih dahulu memeriksa keadaan kendaraannya. Karena kelalaiannya atau kesalahannya dengan tidak disengaja ia berbuat kesalahan. Sebab-sebab terjadinya kecelakaan akibat kendaraan yang tidak beres adalah kerusakan pada mesin atau kurang sempurna sesuatu bagian kendaraan seperti rem, kemudi, lampu muka, lampu send, lampu belakang, klakson tidak dapat dibunyikan dan ban yang bocor secara tiba-tiba.

4. Pejalan Kaki

Orang atau kaki dimana-mana selalu menjadi korban kecelakaan lalu lintas yang makin hari makin berkembang pesat. Sebagian orang pejalan kaki yang ada di Indonesia terdiri dari orang-orang yang masih buta tentang peraturan lalu lintas.

Bila kita perhatikan secara seksama sebab-sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh pejalan kaki dapat dibagi atas tiga tingkatan:

1. Oleh kesalahan pejalan kaki, Yaitu kesalahan-kesalahan teknis yang dibuat oleh orang pejalan kaki yang sehat baadan dan jiwa yang berumur 7 tahun atau lebih;

1. Menyeberang jalan, berjalan atau berdiri di jalan kenderaan dengan tidak memperhatikan lalu lintas.


(51)

2. Berada dijalan kenderaan dengan kurang jaga-jaga. 3. Bermain di jalan seperti main layangan, main bola dll

4. Sekonyong-konyong keluar dari belakang atau muka kendaraan, yang tadinya menyembunyikan orang itu dari pemandangan mata.

5. Kurang minggir, tidak jalan di jalan orang atau waktu menyeberang tidak mempergunakan tempat penyeberangan yang disediakan untuk orang pejalan kaki.

2. Kecelakaan disebabkan cacat badan atau dan jiwa orang pejalan kaki yang berumur 7 tahun atau lebih

1. Karena tiba-tiba sakit, misalnya terpeleset 2. Dalam keadaan mabuk atau pusing.

3. kecelakaan oleh karena anak-anak di bawah umur 7 tahun

1. Tingkah laku anak kecil yang tidak dapat dielakkan lagi sehingga terjadi kecelakaan.

2. Anak-anak kecil tidak dibawah pengawasan atau lepas dari pengawas orang dewasa

3. Keadaan-keadaan lain yang dilakukan oleh anak kecil yang menyebabkan kecelakaan itu.

5. Penumpang

Sebab-sebab yang dapat mengakibatkan peristiwa kecelakan lalu lintas jalan karena penumpang kenderaan, dimana penumpang dapat dibagi atas dua tingkatan:


(52)

1. kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh orang yang berumur 7 tahun atau lebih, sehat badan dan jiwanya:

a). Merintangi pengemudi waktu menjalankan kendaraan

b). Bersandar di pintu, sehingga pintu itu terbuka dan mobil dari belakang menabraknya

c). Mengeluarkan anggota badan dari luar jendela

d). Tidak menuruti petunjuk-petunjuk dari pegawai kenderaan e). Terkejut dan gugup sehingga merintangi pengemudi

f). Dalam keadaan mabuk atau pusing

2. Kecelakaan disebabkan anak-anak di bawah umur 7 tahun:

Tingkah laku anak kecil, sehingga kecelakaan tidak dapat dielakkan. Hal ini terjadi ketika seorang anak bermain dijalan yang tidak mengetahui faktor keamanan dirinya, disamping itu juga banyak rumah-rumah yang berhadapan dengan jalan raya yang mana tempat bermain anak tidak ada.


(53)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan jaman dan iptek, perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multi kompleks. Prilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada prilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada prilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap prilaku yang tidak sesuai dengan norma (hukum) yang beralaku, tidak menjadi masalah. Terhadap prilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat menimbulkan permasalahan dibidang hukum dan merugikan masyarakat.

Selama tahun 2008, terdapat 2.710 kasus kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di sumatera utara dengan korban meninggal dunia sebanyak 1.544 orang, luka berat sebanyak 1.999 orang dan luka ringan sebanyak 2.215 orang, sedangkan jumlah kerugian materi akibat 2.710 kasus lakalantas tersebut mencapai 7,213 miliar.1

Berdasarkan perkembangan pengaruh kemajuan iptek, kemajuan budaya, pada umumnya bukan hanya orang dewasa, tetapi anak-anak juga terjebak melanggar norma terutama norma hukum. Anak-anak terjebak dalam pola konsumerisme dan asosial yang makin lama dapat menjurus ke tindakan kriminal, seperti ekstasi, narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosa,

1

2009


(54)

pelanggaran lalu lintas dan sebagainya. Apalagi dalam era sekarang ini banyak orang tua yang terlalu disibukkan mengurus pemenuhan duniawi (materiil) sebagai upaya mengejar kekayaan, jabatan, ataupun gengsi.

Anak yang kurang atau tidak memperoleh secara fisik, mental maupun sosial seiring berprilaku dan bertindak asosial dan bahkan antisosial yang merugikan dirinya, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu salah satu pertimbangan (consideran) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menyatakan “ bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.

Pertanggung jawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindak pidana. Moeljatno mengatakan “orang tidak mungkin dipertanggung jawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana”2

Tindak pidana tidak berdiri sendiri, baru bermakna manakala terdapat pertanggungjawaban pidana. Ini berarti orang yang melakukan tindak pidana tidak

. Dengan demikian, pertanggung jawaban pertama-tama tergantung pada dilakukannya tindak pidana. Pertanggung jawaban pidana hanya akan terjadi jika sebelumnya telah ada seseorang yang melakukan tindak pidana. Sebaliknya, eksistensi suatu tindak pidana tidak tergantung apakah ada orang-orang yang pada kenyataannya melakukan tindak pidana tersebut

2


(55)

dengan sendirinya harus dipidana. Pertanggungjawaban pidana lahir dengan diteruskannya celaan (vewijtbaar heid) yang objektif terdapat perbuatan yang berlaku, dan secara subjektif kepada sipembuat yang memenuhi persyaratan untuk dapat dikenakan pidana karena perbuatannya. Dasar adanya tindak pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidana adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa sipembuat tindak pidana akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan tidak pidana tersebut. Menurut Pasal 31 Rancangan Kitap Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana karena perbuatannya itu.3

3

RUU RI Tentang KUHP, Direktorat Jendral Peraturan Perundang-Undangan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2004,hal 14

menderita kerugian besar yang tidak dapat diperbaiki bahkan mengkibatkan kematian. Pada dasarnya pengaturan tentang tata tertip berlalu lintas telah diatur didalam Undang-undang nomor 14 tahun1992 tentang lalu lintas dan jalan raya ditambah dengan Peraturan Pemeritah Nomor 41 sampai Nomor 43 tahun 1993 yang mengatur masalah lalu lintas, khususnya pada setiap pengemudi kendaraan bermotor, banyak perintah-perintah dan larangan-larangan yang diberikan bertujuan untuk menyelamatkan lalu lintas dijalan raya terhadap kelalaian tidak menggunakan kemampuan yang dimilikinya ketika kemampuan tersebut harusnya ia gunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban yang berakibat orang lain menderita kerugian besar yang tidak dapat diperbaiki, oleh karena itu ancaman pidannya layak dikenakan pidana.


(56)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk dijadikan bahan pembentukan skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak Dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas”.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di labuhan batu?

2. Bagaimana pengaturan tentang lalu lintas di jalan raya?

3. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas di labuhan batu?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang peraturan lalu lintas di jalan raya.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap anak dalam kecelakaan lalu lintas

D. Manfaat Penulisan

Bertitik tolak dari perumusan diatas maka diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :


(57)

1. Secara teoritis bahwa penelitian ini adalah merupakan sumbangsih penulis kepada ilmu pengetahuan khususnya kepada ilmu Hukum Pidana.

2. Secara praktis bahwa dengan penelitian ini daiharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terutama bagi mahasiswa khususnya, juga bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara dalam pembangunan.

E. Keaslian Penulisan

Adapun judul penulisan dalam skripsi ini yakni mengenai “ Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas“, dimana sepengetahuan penulis belum pernah ada yang membahas ada yang membahas mengenai hal tersebut.

Sebenarnya telah banyak tulisan-tulisan mengenai Kecelakaan Lalu Lintas, namun tidak ada penulisan yang secara khusus membahas mengenai Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas, dan penulis dapat mempertanggungjawabkannya apabila ada masalah-masalah yang timbul dalam penulisan ini.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana.

Pertanggungjawaban pidana merupakan persoalan mendasar dalam ilmu hukum pidana, kesalahan, pertanggungjawaban dan pidana adalah ungkapan dan percakapan sehari-hari dalam moral, agama dan hukum. Ketiga unsur ini saling


(58)

berkaitan satu sama lainnya dan berakar dalam suatu keadaan yang sama yaitu sama-sama meliputi suatu rangkaian aturan tentang tingkah laku yang diikuti oleh suatu kelompok dari kesamaan melahirkan konsepsi kesalahan, pertanggungjawaban dan pidana. Hal ini menunjukkan lahirnya konsepsi yang berdasarkan sistem normatif.

Berpangkal tolak kepada sistim normatif yang melahirkan konsepsi kesalahan, pertanggungjawaban dan pemidanaan, mencoba menganalisa tentang pertanggungjawaban pidana.4

Menurut Rancangan Undang-undang Kitab Hukum Pidana (KUHP) Pasal 31 bagian kedua paragraf I, Pertanggungjawaban Pidana adalah diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana dan secara subjektif kepada seseorang yang memenuhi syarat untuk dapat dijatuhi pidana karena perbuatannya itu.

5

1. Pompe

Adapun beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian pertanggungjawaban pidana adalah;

Menurut Pompe unsur-unsur toerekenbaarheid, adalah:

a). Kemampuan berfikir (psychis) pada pembuatan yang memungkinkan pembuat menguasai pikirannya dan menentukan kehendaknya.

b). Dan oleh sebab itu, pembuat dapat mengerti makna dan akibat perbuatannya.

4

Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana.Jakarta,1986. hal 35 (Selanjutnya disebut Buku I)

5


(59)

c). Dan oleh sebab itu pula, pembuat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya (tentang makna dan akibatnya).6

Kemampuan berpikir itu terdapat pada normal, dan oleh sebab itu kemampuan berfikir dapat diduga pada pembuat. Pendeknya, adanya

toerekenbaarheid, itu berarti bahwa pembuat cukup mampu menginsyafi arti perbuatannya, dan sesuai dengan keinsyafannya itu dapat menentukan kehendaknya

2. Satochid Kartanegara

Menyatakan bahwa toerekeningsvatbaarheid atau dipertanggungjawabkan adalah mengenai keadaan jiwa seseorang, sedangkan toerekenbaarheid (pertangungjawaban) adalah mengenai perbuatan yang dihubungkan dengan si pelaku atau pembuat.

Selanjutnya Satochid Kartanegara, mengatakan seseorang dapat dipertanggungjawabkan, jika;7

a). Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga dia dapat mengerti atau tahu akan nilai dari perbuataanya itu, juga mengerti akan akibatnya.

b). Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga ia dapat menentukan kehendaknya atas perbuatan yang dilakukan.

c). Orang itu harus sadar, insyaf, bahwa perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang atau tidak dibenarkan dari sudut hukum, masyarakat maupun tata susila.

6

Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal. 31.

7


(1)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah ”Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas” (Studi Polres Labuhan Batu).

Penulis telah berusaha mengerahkran segala kemampuan yang dimiliki dalam penulisan skripsi ini. Tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari segala kekurangan dan mungkin jauh dari dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis sadar sejak awal hinggah akhir penulis banyak menerima bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan tulus ihklas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syarifuddin Hasibuan, SH, MH, DFM, Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(2)

5. Bapak Abul Khair, SH, M.Hum, Selaku Ketua Departemen Hukum Pidana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Lukman Hakim, SH Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini;

7. Ibu Dr. Marlina, SH, M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini;

8. Bapak Affan Mukti, SH, M.Hum, Selaku Dosen Wali penulis yang selama ini telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

9. Seluruh Bapak/ibu Dosen dan Staf Administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

10.Kapolres Labuhan Batu yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagaai bahan skripsi ini; 11.Kepala Satuan Lalu Lintas Bapak AKP. Tris L Zeviansyah, SH, SIK, yang

telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagaai bahan skripsi ini;

12.Kanit Laka Bapak IPTU Suhermadi, yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis pada saat melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagai bahan skripsi ini;


(3)

13.IPTU. L. Simbolon, yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian kepada penulis pada saat melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagai bahan skripsi ini;

14.Abangda Yono selaku Pegawai Kesatuan Laka Lantas yang banyak memberikan masukan serta data-data yang penulis butuhkan sebagai bahan skripsi ini;

15. Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat, yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagaai bahan skripsi ini;

16.Abangda Dedi, Selaku Hakim Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis pada saat melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagai bahan skripsi ini; 17.Abangda Rudi Simanjuntak selaku Panitera di Pengadilan Negeri Rantau

Prapat yang banyak membantu penulis saat melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-sebagai bahan skripsi;

18.Buat teman-teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, masukan kepada penulis selama perkuliahan dan dalam penulisan skripsi ini;

19.Spesial buat adik Pratiwi Natalia Harentaon Nainggolan SH yang telah memberikan doa, masukan dan semangat yang besar kepada penulis selama dalam perkuliahan dan dalam penulisan skripsi ini.


(4)

20.Tak terlupakan teman-teman seperjuangan di Satmenwa KP/USU, NBP 2006 yang masih hidup Hendra HS, Edison Purba, Toni Manurung, Serasi, Jayanti, senior-senior dan adik-adik trimakasih atas bantuannya,

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak P. Simanjuntak, BA, dan Ibu A. Simanungkalit, BA, yang telah mendidik dan mengasuh penulis serta tak pernah putus mendoakan penulis, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan sebagaimana yang dicita-citakan, juga kepada kakak, dan adik penulis Erlina Waty Simanjuntak, Spd, MSC, Evanora Lamriama Simanjuntak, SE,AK, dan Eko Sabartu Simanjuntak. Terimakasih atas motifasi dan doanya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua serta dapat memberikan gambaran dan dapat menambah wawasan tentang permasalahan yang penulis bahas serta dapat menambah refrensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, Mei 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... 1

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I : PENDAHULUAN ... 9

A. Latar Belakang Masalah ... 10

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat Penulisan ... 12

E. Keaslian Penulisan ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Metode Penelitian ... 25

H. Sistematika Penulisan ... 28

BAB II :Tinjauan Umum Penyebab Terjadinya kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya ... 29

A. Faktor yang bersumber dari dalam diri Sipengemudi ... 36

B. Faktor yang berasal dari luar diri sipengemudi ... 43

BAB III : Pengaturan Tentang Kecelakaan Lalu Lintas ... 45

A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ... 45

B. Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ... 49


(6)

43 Tahun 1993 tentang Prasarana

dan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1993 Nomor 63) ... 51

D. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan ... 53

BAB IV : Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas ... 59

A. Penjatuhan Pidana Kepada Anak ... 61

B. Pertanggungjawaban Pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas ... 61

BAB V : Kesimpulan dan Saran ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA