Tafsiran Teks Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ancaman dari Istri Bukan Yahudi: suatu tinjauan sosio-feminis terhadap kewajiban menceraikan perempuan asing menurut Ezra 9-10 T2 752013026 BAB IV

8 dari keluarga komunitas golah sebagai cara untuk memperkuat kesetian kelompok kepada Persia. Karena pernikahan dengan anggota kelompok etnis lokal lainnya akan memperluas kekayaan dan pengarug masyarakat golah di luar perbatasan Yehud dan diluar kendali Persia. Larangan kawin campur dengan orang-orang asing secara tidak langsung telah melayani kepentinagan Persia. 19

B. Tafsiran Teks

Beragamnya pandangan terhadap orang-orang negeri dan status keasaingan yang dilekatkan terhadap diri perempuan, dalam kisah Ezra 9-10 memperlihatkan adanya kesenjangan antara kelompok istimewa mereka yang termasuk dalam komunitas dan kelompok non istimewa orang-orang diluar komunitas. Sebagai bagian dari orang-orang diluar komunitas, status perempuan semakin terperuk dalam berbagai aspek kehidupan, ia tidak lagi diperhitungkan dan terkadang kehadirannya dikaburkan oleh kekuasaan laki-laki. Melihat kembali kisah yang disajikan oleh Ezra 9-10, keasingan perempuan membuat mereka diceraikan bahkan terjadi pengusiran perempuan asing dan anak-anaknya. Muncul pertanyaan dari teks ini adalah tentang mengapa perempuan tidak diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dalam masyarakat. Selain itu penulis juga mempertanyakan motivasi perceraian dan pengusiran perempuan asing. Apakah pengusiran itu bermotif untuk menjahuhkan laki-laki Israel dari kemurtadan, tujuan ekonomi politik, atau untuk menjaga identitas mereka. Ezra 9-10 membentuk unit yang berkiatan dengan perkawinan rakyat Israel dan orang-orang negeri serta pengusiran perempuan asing, dengan demikian setengah dari cerita Ezra berpusat pada kedua kisah ini. Sosok Ezra yang tampil dalam kedua pasal ini tampaknya berbeda dengan sosok Ezra yang diberikan kekuasan oleh raja Ezra 7. Menurut Kitab Ezra 9:1, keberadaan Ezra dengan kelompoknya yang baru saja tiba di Yehuda, 19 Lisbeth Freid, The Priest and the Great King: Temple-Palace Relations in the Persian Empire Winona Lake, Ind: Eisenbarauns, 2004, 211. 9 memastikan bahwa masalah yang terjadi tidak bisa menjadi milik mereka. Hal ini menunjukan bahwa sekelompok besar orang-orang Israel, para imam, dan orang-orang Lewi sudah menetap terlebih dahulu di sekitar Yerusalem. 20 Kelompok tersebut yang dituduh tidak memisahkan diri dengan bangsa-bangsa asing Ezra:9; Smith-Christopher mencatat teks Perjanjian Lama yang menyajikan pandangan yang lebih menguntungkan dari orang asing. Dia juga menegaskan bahwa istilah dimana asing diidentifikasi merupakan istilah lama yang hampir pasti telah menjadi penghinaan stereotip merendahkan yang mengacu kepada kelompok-kelompok etnis yang sudah lama hilang atau berasimilasi. 21 Melihat kemarahan pemimpin dalam Ezra 9:1-2 dan juga dari langkah-langah yang diambil oleh Ezra, menonjol peringatan yang diberikan oleh Musa; agar tidak menikah dengan penduduk asli Kanaan karena perkawinan campur hampir dipastikan akan menyebabkan sinkrestisme dan kemurtadan. Namun ada perbedaan larangan yang dikeluarkan Ezra dan Musa, menurut Blenkinsopp teks-teks Alkitab seperti Kel 34:15-16 dan Ul 7:5-6, hanya memperingatkan dan melarang perkawinan campur, tetapi tidak memberikan ketentuan atau kewajiban untuk membubarkan dan mengirim perempuan dan anak-anak dari penduduk Kanaan. Oleh sebab itu aturan-aturan yang dipakai oleh Ezra hanya terjadi dalam periode pasca- pembuangan, dengan kata lain kepercayaan dalam gagasan „benih suci‟ sepertinya mengabaikan aturan moral dari Musa. 22 Menggunakankan kerangka analisis dari Julia Kristeva, Washington berpendapat bahwa motivasi pengusiran perempuan-perempuan asing dari komunitas Israel disebabkan karena perempuan tersebut dapat mengacam kekudusan komunitas Israel dan membuat mereka menjadi tercemar. Penggunaan istilah „zera haqqodes‟ atau „benih suci‟ merujuk pada 20 Lester L. Grabbe, Ezra-Nehemiah London and New York: Routledge, 1998, 30. 21 Smith-Christopher, The Mixed, 257 22 Joseph Blenkinsopp, “Temple and Society in Achaemenid Judah” In Second Temple Studies . Ed. By Philip R. Davies Sheffiield Academic Press 1991, 50-53 10 penggambaran Israel sebagai umat kudus Ezra 9:2 dan istilah „nidda‟ atau „menstruasiketidakmurnian‟. 23 Benih beruhubungan dengan lambang kemurnian laki-laki dan kenajisan menstruasi adalah lambang dari pencamaran perempuan, sehingga menandakan perempuan sebagai orang asing dalam komunitas yang harus dikeluarkan. Dalam sudut pandang yang luas, Washington menguhubungkan kata nidda untuk mendiskripsikan tanah yehuda sebagai „ eres nidda atau tanah haram‟ Ezra 9:11, sehingga secara tidak langsung orang-orang yang mendiami tanah Yehuda merupakan bagian dari bangsa-bangsa asing yang harus dikeluarkan. 24 Menurut Becking, penggunaan istilah „benih suci‟ dalam Ezra 9:2 harus dilihat sebagai gabungan dua gambaran dari Israel tradisional. Dalam kitab Ulangan, Israel sering disebut sebuah bangsa yang kudus atau “holly seed”; dan ditempat lainnya Israel disebut sebagai keturunan Abraham atau „holly nation‟. Kedua penggambaran ini berkaitan dengan pemahaaman diri sebagai bangsa pilihan Allah menyiratkan bahwa kelompok tersebut tidak dapat dikotori oleh unsur-unsur asing. 25 Selaras dengan pemikiran Becking, Louis Epstein melihat penggunaan kalimat „benih suci‟ mencerminkan mentalitas rasial dari mereka yang kembali dari pembuangan. Perkawinan eksogami atau menikah dengan orang lain selain orang Yahudi merupakan bentuk pencemaran bangsa. Menurtnya, pandangan Ezra terhadap kemurnian darah berhubungan erat dengan kemurnian agama monotestik Ibrani, dengan kata lain percampuran darah Ibrani dengan yang orang-orang asing sama artinya dengan memalsukan agama leluhur. 26 Dengan membandingkan kitab Ulangan dan Ezra, ia menyimpulkan bahwa; Kitab 23 Harold Washington, Israel‟s Holly Seed and the Foreign Women of Ezra – Nehemiah: A Kristeva n Reading Saint Paul: Saint Paul Of Theology, 2003, 431. 24 Washington, Israel‟s Holly, 431-434 25 Becking, Continuity, 270-271 26 Louis M. Epstein, Marriage La ws in the Bible and the Talmud New York: Johnson Reprint Corporation, 1968, 162 11 Ulangan berusaha mempertahankan kemurnian komunitas agama dan disisi lain Ezra ada dalam pemikiran kemurnian agama leluhur. 27 Hayes dan Bossman, berpendapat bahwa Ezra melihat perkawinan dengan perempuan asing akan mencemarkan status suci Allah yang dianugerahkan kepada Israel di Sinai. Oleh karena itu, berbeda dengan larangan Musa terhadap perkawinan dengan perempuan asing yang dimaksudkan untuk menjaga Israel dari penyembahan berhala, sebaliknya Ezra melarang pernikahan dengan bangsa-bangsa lain karena mereka tidak suci 28 Menurut Christine Hayes, impuirtasketidakmurnian terdiri dari dua jenis yakni, ketidakmurnian ritual Im 12-15 dan moral Im 18- 20 yang memungkinkan yang „asing‟ untuk menyatu dengan komunitas. Ketidakmurnian ritual dan moral dapat hapuskan dengan menggunakan tata cara pemurnian ritual atau pembaharuan moral. Untuk ketidakmurnian silsil ah atau “genealogical impurity” bersifat tertutup dari mereka yang asing. Lebih lanjut Hayes menambahkan bahwa, Ezra adalah orang pertama yang medefenisikan istilah silsilah secara khusus bahwa semua orang Israel bukan hanya kelas imam adalah „benih suci‟ yang berbeda dengan „benih tidak suci‟ dari bangsa-bangsa lain. Kemurnian silsilah diwajibkan untuk semua orang Israel untuk mencegah „pecemaran‟ dari benih suci, bahkan penodaan suatu aset yang kudus dilihat sebagai pelanggaran serius terhadap Allah. 29 Kemurnian silsilah yang diperkenalkan oleh Ezra mengacu pada keturunan biologis dari orang tua Israel sebagai benih suci. Maka kemurnian silsiah tidak berdasarkan ras tetapi berdasarkan agama, karna itu hasil dari pemisahan Allah terhadap keturunan Abraham. 30 Melengkapi pendapat Wolak, Edward Dobson menyatakan bahwa perhatian utama Ezra 27 Epstein, Marriage La ws, 162 28 David Bossman, Ezra‟s Marriage Reform: Israel Redefined Loudonville N.Y: Siean Collage, 1979, 32-38 29 Christine E. Hayes, Gentile Impurities and Jewish Identities: Intermarriage and Conversion from the Bible to the Talmud Oxford: Oxford University, 2002, 10-11. 30 Arthur J. Wolak, “Ezra Radical Solution To Judean Assimilation”, dalam bq.jewishbible.org40-2- april-june-201, diakses Selasa, 1 September 2015 pukul 22.00WIB 12 adalah pelestarian garis mesianis. garis Mesias, didirikan ketika Allah berjanji kepada Abraham bahwa melalui benihnya semua bangsa di bumi akan diberkati. 31

C. Analisa Teks Ezra 9-10