KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

commit to user xxiii

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori meliputi Produk Oriflame, Teori Penerjemahan khususnya tentang Transposisi dan Modulasi serta hubungannya dengan keakuratan dan keberterimaan. Selain itu untuk menggambarkan alur berpikir peneliti, akan disajikan kerangka pikir yang mencakup analisis dan hubungannya dengan teori.

1. Sekilas tentang Produk Oriflame

Oriflame adalah sebuah perusahaan kosmetika yang didirikan di Stockholm Swedia tahun 1967 oleh dua orang bersaudara yaitu Jonas dan Robert af Jochnick. Visi mereka adalah menciptakan sebuah perusahaan kosmetika yang menawarkan rangkaian perawatan kulit yang berbeda dibandingkan dengan produk lainnya yang ada saat itu, yaitu terbuat dari bahan-bahan alami dan tidak diujicobakan pada hewan. Mereka berkomitmen untuk menawarkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Mereka juga hendak memperkenalkan metode baru dan inovatif dalam menjual produk dari individu ke individu dengan membebaskan kepada para pelanggan untuk memperoleh saran dari orang yang mereka kenal konsultan sehingga membuat para pelanggan lebih percaya, commit to user xxiv nyaman dan puas. Para konsultan pun dapat memperoleh penghasilan dan peluang karier yang tak terbatas. Konsultan adalah seseorang yang mendaftar menjadi anggota member Oriflame dengan keuntungan yang luar biasa dan dengan syarat yang sangat mudah yaitu dengan hanya membayar empat puluh ribu rupiah saja dan mengumpulkan kartu identitas maka secara otomatis ia telah menjadi member konsultan. Disebut konsultan karena dia dituntut untuk dapat diajak konsultasi seputar produk yang akan digunakan oleh konsumen yaitu dengan memberikan saran atau masukan tentang produk apa yang seharusnya digunakan oleh konsumen yang sesuai dengan jenis kulit dan usianya. Perusahaan Oriflame ini telah memiliki 1.600.000 konsultan yang tersebar diseluruh dunia. Indonesia adalah pangsa pasar pertamanya di kawasan Asia. Oriflame masuk ke Indonesia pada tahun 1987 di bawah PT. Orindo Alam Ayu Jakarta. Dalam setahun Oriflame mencetak 72 juta katalog dalam 35 bahasa dengan jumlah produk kurang lebih 600 produk dalam satu katalog yang di terbitkan satu bulan sekali. Saat ini Oriflame telah terdaftar di bursa Stockholm yang terkemuka dan telah beroperasi di 55 negara dengan penjualan yang sangat pesat bahkan mengalami pertumbuhan tercepat di dunia yakni mencapai total penjualan 700 juta Euro. Produk-produk Oriflame meliputi kosmetika, produk wewangian, parfum, make-up, perawatan tubuh dan perawatan rambut. Produk Oriflame mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya: commit to user xxv a. Produk-produknya tidak diujikan pada hewan melainkan pada sukarelawan dengan menjamin keamanan, kecocokan, serta efektifitas termasuk bagi kulit yang sensitif. b. Menekankan penggunaan bahan-bahan dan sari pati alami. c. Produk-produknya dijamin murni dan berkualitas tinggi dibawah pengawasan mutu dan lingkungan yang ketat. d. Menggunakan aerosol yang akrab dan aman terhadap ozon e. Kemasannya dapat didaur ulang dan aman terhadap lingkungan. Selain mempunyai keunggulan produk, Oriflame juga mempunyai keunggulan lain yaitu dari segi bisnis bagi para konsultannya. Mereka akan menemukan peluang yang tak terbatas untuk mewujudkan impiannya. Karena dengan sistem penjualan bertingkat dan dengan menjual produk dengan cara yang sangat mudah, para konsultan akan mendapatkan beberapa keuntungan, seperti keuntungan langsung dari penjualan sebesar 23, mendapatkan reward penghargaan berupa cash award uang tunai dan kesempatan mengikuti Konferensi Nasional dan Interrnasional bagi mereka yang mencapai level tertentu dalam penjualan. Oleh karenanya Oriflame mempunyai motto “Make Money Today and Fulfill Your Dreams Tomorrow”. Sedangkan bagi konsumen keunggulan yang akan dirasakan berupa saran pribadi mengenai produk-produk yang sesuai, menghemat waktu dan nyaman karena diantar langsung ke rumah- rumah mereka dan adanya jaminan produk bergaransi. Aerosol adalah partikel sebagian atau keseluruhan yang mengandung mikroorganisme. commit to user xxvi

2. Penerjemahan

2.1. Pengertian Penerjemahan Ketika seseorang dihadapkan pada komunikasi baik lisan maupun tulisan dengan dua bahasa dimana seseorang tadi tidak bisa akses ke dalam salah satu bahasa tersebut maka ia akan membutuhkan penerjemah atau interpreter. Kegiatan penerjemahan telah terjadi sejak jaman kuno yaitu sejak abad 2 SM. Oleh karenanya sudah banyak definisi yang berbeda-beda yang dikemukakan oleh para ahli. Namun pada dasarnya semua menyatakan hal yang sama bahwa yang disebut dengan penerjemahan adalah suatu upaya untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Sebagaimana dinyatakan oleh Nida dan Taber 1969:12, bahwa penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran padanan alami yang paling mendekati pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya. Sedangkan menurut Larson 1999 penerjemahan merupakan proses pemindahan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa hal yang paling penting dalam penerjemahan adalah masalah pemahaman makna. 2. 2. Proses penerjemahan Dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tentulah akan melalui sebuah proses. Begitupun dalam melakukan aktifitas penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Proses Penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah dalam commit to user xxvii memproses pengalihan informasi yang ada dalam bahasa sumber Bsu kedalam bahasa sasaran Bsa. Nababan, 2008:24 menyatakan bahwa “Proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian yang dilakukan oleh seorang penerjemah dari bahasa sumber Bsu ke dalam bahasa sasaran Bsa. Sedangkan menurut Nida dan Taber 1969:33 Penerjemahan merupakan proses yang kompleks karenanya penerjemahan berlangsung dalam tiga tahap yakni : A Source B Receptor Analysis Restructuring X Transfer Y Gambar 1: Proses penerjemahan. a. Analisis Analysis Dalam menganalisa sebuah teks, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menganalisa teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Nida and Taber 1969: 33-35 menyatakan bahwa: commit to user xxviii “There are three major steps in analysis : 1 determining the meaningful relationships between the words and combinations of words, 2 the referential meaning of the words and special combinations of words, 3 the connotative meaning i.e. how the user of the language react, whether positively or negatively to the words and combinations of them”. Jadi pada tahap ini penerjemah harus mengetahui makna meliputi hubungan makna, referensi makna dan konotatif makna dan struktur dalam bahasa sumber. b. Pengalihan Transfer Setelah penerjemah benar-benar memahami makna yang terkandung dalam bahasa sumber dan juga struktur bahasa sumber, langkah berikutnya dalam proses penerjemahan adalah pengalihan makna. Pada tahapan ini penerjemah harus dapat mencari padanan kata yang tepat dari Bsu ke dalam Bsa. Pada tahap ini juga seorang penerjemah memutuskan ideologi mana yang akan digunakan foreignization atau domestication, metode apa yang akan dipakai dan teknik apa yang akan diaplikasikan dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu keakuratan accuracy, kewajaran naturalness, dan keterbacaan readability. c. Penyelarasan Restructuring Tahapan terakhir dalam proses penerjemahan adalah restructuring atau penyusunan, yaitu penyesuaian hasil penerjemahan dengan kaidah dan pemikiran pembaca Bsa dalam bentuk bahasa yang sewajar mungkin. Nababan 2008:28 menyatakan “Pada tahap penyelarasan, seorang penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan teks yang diterjemahkan”. Dalam tahapan ini seorang penerjemah commit to user xxix membuat hasil terjemahannya mudah dipahami agar pembaca tidak merasa seperti merasa membaca teks terjemahan. Beberapa penerjemah menyatakan bahwa tujuan dari restructuring adalah ; - Mengecek penggunaan istilah-istilah teknis secara konsisten. - Meyakinkan struktur kalimat terjemahan dengan tata bahasa Indonesia. - Mempertimbangkan apakah kalimat-kalimat kompleks seharusnya ditulis kembali menjadi kalimat yang lebih sederhana agar mudah dimengerti. Berbeda dengan Nida, ahli penerjemahan lain, Larson 1984: 477, menyatakan bahwa proses penerjemahan meliputi beberapa langkah berikut: 1. Preparation Persiapan Pada tahap awal penerjemahan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh seorang penerjemah seperti materi yang akan diterjemahkan, kamus Bsu dan kamus istilah, alat-alat tulis serta keperluan lainnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah sorang penerjemah sebaiknya sudah terbiasa menulis dalam Bsa. Larson juga menyatakan bahwa “Good writers make good translator. They are used to putting the forms of the language on paper”, “Penulis yang baik dapat menjadi penerjemah yang baik”, karena ia terbiasa meletakkan bentuk bahasa dalam kertas”. Dengan terbiasa menulis seorang penerjemah akan dengan mudah menuliskan pesan yang telah didapat dari Bsu ke dalam Bsa. 2. Analysis Analisis commit to user xxx Pada tahap analisis ini yang harus dilakukan seorang penerjemah adalah membaca teks Bsu secara keseluruhan, apabila diperlukan dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar pesan yang ada dalam Bsu dapat ditangkap secara utuh dan konteksnya pun dapat dipahami dengan baik. Kemudian seorang penerjemah juga harus mengetahui informasi yang tentang sasaran hasil terjemahan translation brief; siapa konsumen dari terjemahannya, untuk keperluan apa digunakan, untuk dipresentasikan dimana. Disamping itu dengan membaca seorang penerjemah akan dapat memahami gaya bahasa penulisnya. Cara lain untuk memahami gaya penulisan seseorang bisa juga dengan mengetahui latar belakang si penulis dengan membaca biografinya. Larson 1999: 478 menyatakan bahwa “As the translator reads through the text, he should note down any lexical items which seem to be key words. These will be words which are crucial to an understanding the text”. “Ketika penerjemah membaca teks yang akan diterjemahkan, ia harus mencatat unsur leksikal yang sepertinya merupakan kata-kata kunci, yaitu kata-kata penting untuk memahami teks tersebut”. Dengan mencatat kata-kata kunci dan kata- kata sulit yang muncul dalam sebuah teks dan mencari padanan yang tepat akan memudahkan penerjemah dalam melakukan pekerjaannya karena dalam sebuah teks mungkin saja kata yang sama muncul lebih dari satu kali, jadi penerjemah bisa merujuk kepada padanan kata yang telah ditemukannya diawal untuk kata yang sama selanjutnya. Selanjutnya menurut Bell 1991: 45-54 dalam menganalisa teks Bsu ada tiga hal yang perlu dianalisa, yang pertama adalah analisa sintaksis yaitu commit to user xxxi dengan menentukan MOOD system, theme dan rheme dari sebuah kalimat. Yang kedua adalah analisa semantik yaitu mencari makna dari hubungan antar kata, hubungan yang logis antara partisipan dengan proses dan bagaimana bahasa mengungkapkan pengalaman dan logika. Yang terakhir adalah analisa pragmatik yaitu yang berhubungan dengan analisis domain the field covered by the text; the role it is playing in the communicative activity; what the clause is for; what the sender intended to convey and its communicative value, Tenor the relationship with the receiver which the sender indicates through the choices made in the text, dan mode the medium selected for realizing the text. Dengan kata lain analisa pragmatik yaitu memahami makna berdasarkan konteksnya. Sejalan dengan itu Nababan 2008: 26 mengatakan bahwa: “Analisa kebahasaan yang dilakukan terhadap teks bahasa menyentuh berbagai tataran, seperti tataran kalimat, klausa, frasa dan kata. Analisis pada tataran-tataran itu dianggap perlu karena pada hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran-tataran tersebut.” Jadi untuk mendapatkan terjemahan yang baik semua aspek kebahasaannya harus dianalisa, mulai dari kata, frase, klausa, kalimat, makna semantik, makna pragmatik, dan lain sebagainya. Seorang penerjemah juga diperbolehkan memotong kalimat yang terlalu panjang dengan menjadikannya beberapa kalimat atau merekonstruksi kalimat yang dirasa terlalu berbelit-belit agar lebih mudah dimengerti selama makna yang terdapat dalam teks Bsu tidak ada yang hilang atau berubah. 3. Transfer Pengalihan commit to user xxxii Setelah melakukan analisa pada teks Bsu dan memahami makna yang terdapat dalam Bsu maka langkah selanjutnya yang dilakukan penerjemah adalah mengalihkan pesan atau makna yang terdapat dalam teks Bsu kedalam Bsa dengan padanan kata yang tepat. 4. Initial draft Konsep Awal Konsep awal ini biasanya dimulai dari tingkat paragraf karena apabila suatu konsep paragraf sudah dipahami maka penerjemahan akan mudah dilakukan. Sewaktu membuat konsep awal tidak tertutup kemungkinan akan adanya gerakan maju mundur dari teks Bsu ke Bsa. Penerjemah tidak boleh mengabaikan bentuk teks Bsu sewaktu mengalihkan makna karena ada kalanya padanan yang terbaik dalam Bsa sama dengan bentuk teks Bsu atau sebaliknya. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tingkat keterbacaan terjemahannya oleh konsumen, karena pada umumnya konsumen berasal dari latar belakang ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang berbeda. 5. Reworking the Initial Draft Pengerjaan Kembali Konsep Awal Larson 1984: 482 mengatakan bahwa: “The reworking of an initial draft should not be undertaken until a larger section is completed. It is best if the draft has been left untouched for a week or two. In this way the translator comes with a fresh look at it and is able to be more objective in his evaluation and reworking of it. The reworking of the initial draft includes checking for naturalness and for accuracy”. Menurut Larson akan lebih baik bila pengerjaan kembali konsep awal dilakukan setelah konsep awal tidak disentuh selama satu atau dua minggu, hal ini bertujuan agar penerjemah bisa mengerjakannya kembali dengan pandangan commit to user xxxiii yang baru dan lebih objektif dalam mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukannya. Pengerjaan kembali ini juga memeriksa dua hal yaitu kewajaran mencakup bentuk gramatikal yang salah atau konstruksi yang tidak jelas, bagian yang terlalu berbelit-belit, bagian yang urutannya salah atau frase yang janggal, bagian yang penghubungnya salah atau tidak lancar, adanya pertentangan kolokasi, makna yang kedengaran asing dan gaya dan ketepatan dari makna. Dan ketepatan yang mencakup sesuatu yang dihilangkan, sesuatu yang ditambahkan, makna yang berbeda dan makna yang nihil dalam artian bentuk yang digunakan tidak menyampaikan makna sama sekali. 6. Test the Translation Pengujian Terjemahan Untuk menguji terjemahan hendaknya dilihat keakuratan terjemahan tersebut, dapat dipahami, adanya kesepadanan kata dan lain sebagainya. Penerjemah juga bisa meminta tolong kepada yang lebih ahli untuk membaca terjemahannya proof reader sebelum diserahkan ke penerbit. Kritik, masukan dan saran dari pembaca sangat berpengaruh terhadap baik atau tidaknya sebuah terjemahan. 7. Polishing the Initial Draft Penyempurnaan Terjemahan Setelah selesai melakukan tes terhadap sebuah terjemahan maka langkah selanjutnya adalah menulis kembali pada terjemahan tersebut dengan memperbaiki semua kesalahan-kesalahan berupa padanan kata, gaya bahasa, pemilihan kata, makna yang kurang tepat, penulisan tanda baca dan lain sebagainya yang terdapat pada terjemahan ketika dilakukan pengujian. 8. Preparation to the Publisher Persiapan Naskah Untuk Penerbit commit to user xxxiv Naskah terjemahan yang telah selesai ditulis kembali dengan rapi sesuai dengan kaidah penulisan yang benar dapat diserahkan pada penerbit untuk diterbitkan.

3. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan yang digunakan untuk mengungkapkan tujuan penerjemah. Newmark 1988:45 membagi metode penerjemahan menjadi 8 berdasarkan tujuan dan pertimbangan ‘untuk siap’ penerjemahan dilakukan. Empat dari delapan metode berorientasi pada Bsu, dan empat yang lainnya berorientasi pada Bsa. Kedelapan metode itu diagramkan dalam diagram yang disebut diagram V. Berikut adalah diagram yang dimaksud: SL emphasis TL emphasis Word-for-word translation Adaptation Literal translation Free translation Faithful translation Idiomatic translation Semantic translation Communicative translation Gambar 2: Diagram V a. Word- for - Word Translation Penerjemahan Kata demi Kata Metode penerjemahan ini merupakan penerjemahan yang dilakukan kata demi kata dimana urutan kata dalam Bsu tetap dipertahankan tanpa melihat konteks katanya.Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memahami mekanisme Bsu dan menafsirkan teks yang sulit pada proses awal penerjemahan. commit to user xxxv Contoh : Bsu = Saya akan pergi ke Bali besok Bsa = I will go to Bali tomorrow. b. Literal Translation Penerjemahan Harfiah Pada penerjemahan harfiah struktur gramatikal Bsu dicari padanannya yang paling dekat dengan Bsa, namun penerjemahan kata-kata leksikal diterjemahkan tersendiri diluar konteks. Hal ini sangat berbeda dengan Catford 1974: 25 dimana dalam penerjemahan harfiah yang pada awalnya diterjemahkan secara kata demi kata, di beberapa bagian lain dilakukan perubahan sepenuhnya dengan beradaptasi pada Bsa yang bertujuan untuk menghasilkan penerjemahan yang alami dalam Bsa. Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Nababan 2008: 9 menyatakan bahwa Penerjemahan Harfiah literal translation terletak antara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Kegiatan penerjemahan dilakukan dengan cara menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan kata dalam kalimat Bsa setelah melakukan penerjemahan kata demi kata terlebih dahulu. Penerjemah melakukan jenis penerjemahan ini jika struktur kalimat Bsu berbeda dengan struktur kalimat Bsa. Sebagai contoh adalah: Kalimat Bsu Terjemahan kata demi kata Terjemahan Harfiah Terjemahan Bebas commit to user xxxvi c. Faithful Translation Penerjemahan Setia Penerjemahan setia berusaha untuk menghasilkan kembali makna kontekstual penulis asli pada struktur gramatikal Bsa. Dalam hal ini penerjemah lebih memihak penulis asli dalam Bsu meskipun kadang- kadang hasil terjemahan dalam Bsa masih terasa kaku karena kewajaran dalam penyampaian pesan tidak begitu diperhatikan. Contoh : Bsu = It’s raining cats and dogs Bsa = Hujan kucing dan anjing Contoh tersebut sangat kaku dalam Bsu karena dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal konsep seperti itu, oleh karenanya kalimat tersebut diterjemahkan menjadi “Hujannya seperti suara kucing dan anjing” namun tetap saja masih terasa janggal karena orang Indonesia tidak merasakan suara tersebut menyerupai suara hujan. d. Semantic Translation Penerjemahan Semantik Berbeda dengan penerjemahan setia yang terkesan kaku, penerjemahan semantik merupakan penerjemahan yang lebih fleksibel dimana penerjemah dapat menggunakan empatinya pada penulis asli selain itu aspek keindahan dalam penerjemahan ini mula diperhatikan. Sebagai Every one needs a shoulder to cry on Setiap orang membutuhkan pundak untuk menangis Semua orang membutuhkan tempat bersandar Semua orang membutuhkan tempat untuk mengadu commit to user xxxvii contoh adalah kalimat sapaan dalam bahasa jawa ‘Badhe tindak pundhi, pakde?’ Kalimat tersebut bisa diungkapkan oleh dua orang pembicara yang berbeda yaitu oleh seorang anak kepada pakdenya kakak dari ayah si anak atau bisa diungkapkan oleh siapa saja yang menyapa seorang laki- laki setengah baya yang usianya lebih tua dari si pembicara sebagai ungkapan kesopanan. Jika hal inilah yang dimaksud, maka kata ‘pakde’ jika diterjemahkan kedalam bahasa Inggris tidak bisa diterjemahkan menjadi ‘uncle’ karena konteksnya berbeda. Kata tersebut cukup diterjemahkan menjadi sir pak. e. Adaptation Saduran Saduran merupakan sebuah metode penerjemahan yang bentuknya paling bebas. Biasanya digunakan untuk drama, komedi, dan puisi dimana tema, dan alur cerita, tetap dipertahankan, tapi tokoh-tokohnya disulih dengan tokoh-tokoh lokal, misalnya ‘rubah’ disulih menjadi ‘kancil’. Perubahan terjadi hanya pada aspek-aspek budaya agar sesuai dengan budaya yang terdapat pada Bsa. f. Free Translation Penerjemahan Bebas Penerjemahan bebas menghasilkan terjemahan yang tidak terlalu mengidahkan aturan-aturan bentuk bahasa yang terdapat pada teks Bsu namun lebih mengutamakan pada isi atau makna dari Bsu tersebut. Biasanya terjadi pada penerjemahan ungkapan atau peribahasa. Contoh dari jenis penerjemahan ini adalah: Ungkapan: Bsu : Hanging out commit to user xxxviii Bsa : Nongkrong Peribahasa : Bsu : Make hay while the sun shines Bsa : Sedia payung sebelum hujan g. Idiomatic Translation Penerjemahan Idiomatis Penerjemahan idiomatis menghasilkan pesan yang sesungguhnya dari penulis asli namun cenderung merubah sedikit maknanya karena adanya ungkapan-ungkapan idiomatis yang tidak terdapat dalam teks. h. Communicative Translation Penerjemahan komunikatif Pada metode yang terakhir ini penerjemah berusaha untuk menerjemahkan makna kontekstual dari teks Bsu sedemikian rupa agar isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh para pembacanya. Penerjemahan komunikatif sangat memperhatikan keefektifan bahasa penerjemahan. Kalimat ‘Keep off the grass’ misalnya, diterjemahkan menjadi ‘Dilarang menginjak rumput’. Kata ‘keep off’ yang bermakna ‘tahan’ tidak diterjemahkan sebagai mestinya melainkan diubah menjadi dilarang menginjak karena dari segi pembaca kalimat tersebut lebih berterima. Sementara itu ahli penerjemahan lain, Jacobson dalam Suryawinata dan Hariyanto 2003: 33, menggunakan istilah metode dengan jenis. Menurutnya jenis penerjemahan terbagi menjadi tiga, yaitu: a. Intra Bahasa Intralingual Translation Adalah sebuah jenis penerjemahan yang mengubah suatu teks yang menjadi teks lain berdasarkan interpretasi penerjemah. Namun jenis commit to user xxxix penerjemahan ini belum bisa dikatakan penerjemahan sesungguhnya karena dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sama. Sebagai contoh adalah cerita yang berjudul ‘Romeo and Juliet’ karya Shakespeare yang ditulis dalam bentuk novel berbahasa Inggris. Namun oleh penerjemah ditulis ulang dalam bentuk dialog pada sebuah naskah film. b. Antar Bahasa Interlingual Translation Yaitu penerjemahan yang melibatkan dua bahasa dengan tujuan untuk mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa. c. Intersemiotik Intersemiotic Translation Jenis penerjemahan ini merupakan suatu penerjemahan yang meliputi penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sistem tanda lain. Sebagai contoh adalah penafsiran novel ‘Harry Potter’ menjadi film dengan judul yang sama.

4. Teknik Penerjemahan

Dalam penerjemahan kita dituntut memecahkan persoalan-persoalan penerjemahan pada tataran kata, kalimat atau paragraf. Cara penanggulangannya disebut ‘teknik’ Hoed, 2006:12. Hoed membaginya menjadi 9 teknik, yaitu: a. Transposisi Transposisi yaitu suatu teknik penerjemahan yang mengubah struktur kalimat agar dapat memperoleh terjemahan yang betul. Contoh : Trade secrets and confidential rahasia dagang. commit to user xl b. Modulasi Teknik modulasi memberikan padanan yang secara semantik berbeda artinya atau cakupan maknanya, tetapi dalam konteks yang bersangkutan memberikan pesan yang dimaksud. Contoh: The laws of Germany govern this agreement Perjanjian ini diatur oleh hukum Jerman. c. Penerjemahan Deskriptif Dalam teknik ini penerjemah membuat uraian yang berisi makna kata yang bersangkutan, karena tidak menemukan padanan kata Bsu, baik karena tidak tahu maupun karena tidak ada atau belum ada dalam Bsa. Contoh: Licensed software Perangkat lunak yang dilisensikan. d. Penjelasan Tambahan Contextual Conditioning Teknik penerjemahan dengan memberi penjelasan tambahan adalah suatu teknik yang memberikan kata-kata khusus untuk menjelaskan suatu kata yang tidak dapat difahami, misalnya nama makanan dan minuman yang dianggap asing oleh khalayak pembaca Bsa. Contoh: He is fond of sushi with wasabi Ia suka sekali sushi dengan bumbu wasabi. e. Catatan Kaki Teknik penerjemahan ini memberikan keterangan dalam bentuk catatan kaki untuk memperjelas makna kata terjemahan, sebab tanpa kata penjelasan tersebut kata terjemahan diperkirakan tidak akan dipahami dengan baik oleh pembaca. commit to user xli Contoh: All the software in your phone semua perangkat lunak dalam telepon seluler. Ini adalah teks tentang Perjanjian Lisensi yang mengandung pengertian bahwa perangkat lunak itu dimasukkan ke dalam telepon sekluler dan bukan telepon biasa. Tanpa penjelasan ini mungkin orang akan menganggap telepon biasa. f. Penerjemahan Fonologis Dalam teknik penerjemahan ini dibuat kata baru dengan mengambil bunyi kata yang bersangkutan dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi fonologi dan ejaan grafologi Bsa. Contoh: emitent miten; democratie Belanda demokrasi g. Penerjemahan Resmi Baku Teknik penerjemahan resmi langsung menggunakan sejumlah istilah, nama dan ungkapan yang sudah baku atau resmi dalam Bsa. Contoh: input masukan umum, asupan kedokteran, input ekonomi, teknik listrik. h. Tidak diberikan Padanan Teknik ini untuk sementara tidak mengutip bahasa aslinya karena belum ditemukan terjemahannya dalam bsa. Contoh: An on line “clip-wrap” licence suatu lisensi “on-line clip wrap”. i. Padanan Budaya Teknik penerjemahan padanan budaya merupakan suatu teknik menerjemahkan dengan memberikan padanan berupa unsur kebudayaan yang ada pada Bsu. commit to user xlii Contoh: “A” level exam Inggris ujian SPMB Diplome de baccalaureat Perancis ijazah SMA 4.3.2 Sementara itu Molina dan Albir 2002: 498 - 512 memberikan 18 klasifikasi teknik yang bisa diterapkan oleh seorang penerjemah. Teknik- teknik tersebut meliputi : a. Adaptasi Adaptation Teknik ini bertujuan untuk mengganti unsur budaya pada Bsu ke dalam Bsa. Contoh: ‘Football’ dalam Bsu yang diterjemahkan menjadi bal- balan dalam Bsa Bahasa Jawa. b. Amplifikasi Amplification Teknik ini mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrase suatu frase yang implisit dalam Bsu. Contoh: ‘Spaghetti’ Italian food yang di terjemahkan menjadi makanan italia berupa mie yang di sajikan dengan saus daging tomat dan ditaburi dengan keju. c. Peminjaman Borrowing Borrowing merupakan suatu teknik menerjemahkan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber, baik sebagai peminjaman murni pure borrowing atau peminjaman yang telah dinaturalisasikan naturalized borrowing. Contoh: Blender menjadi blender pure borrowing Calculator menjadi kalkulator naturalized borrowing commit to user xliii d. Calque Calque Teknik ini merujuk pada penerjemahan secara literal, baik kata maupun frasa dari bahasa sumber. Contoh: ‘Formal Education’ diterjemahkan menjadi pendidikan formal. e. Kompensasi Compensation Teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan unsur- unsur pesan atau informasi atau pengaruh stilistika teks Bsu di tempat lain dalam teks Bsa. Contoh: Bsu : Enter, stranger, but take heed. Of what awaits the sin of the greed. Bsa : Masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah Terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah f. Deskripsi Description Teknik ini diterapkan untuk menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi baik dalam bentuk maupun fungsinya. Contoh: ‘Jaipong’ Sundanese menjadi ‘a Traditional Sundanese dance performed in some traditional event’. g. Kreasi Discursive Discursive Creation Teknik ini dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar konteks. Teknik ini biasanya dipakai dalam menerjemahkan judul buku, novel atau judul film. commit to user xliv Contoh: Bsu : The Black Swan Nassim Nicholas Taleb Bsa : Rahasia Terjadinya Peristiwa-Peristiwa Langka Yang Tak Terduga. h. Pemadanan yang Lazim Established Equivalent Lebih cenderung untuk menggunakan istilah atau ekspresi yang sudah dikenal baik di dalam kamus maupun penggunaan kata sehari- hari. Teknik ini mirip dengan penerjemahan secara harfiah. Contoh: Bsu : Red rose Bsa : Mawar merah i. Generalisasi Generalization Teknik ini lebih cenderung menggunakan istilah yang lebih umum atau yang lebih netral dari istilah asing yang bersifat khusus. Contoh: Bsu : Arcade Bsa : Kanopi j. Amplifikasi linguistik Linguistic Amplification Teknik ini ditambah untuk menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa agar lebih sesuai dengan kaidah Bsa. Teknik ini biasa digunakan dalam ‘consecutive interpreting’ atau ‘dubbing’ sulih suara. Contoh: Bsu : I get it Bsa : Biar saya saja yang mengangkat telepon. commit to user xlv k. Kompresi Linguistik Linguistic Compression Merupakan teknik penerjemahan dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa yang biasanya diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan film sub-titling. Contoh: Bsu : You must find out Bsa : Carilah l. Modulasi Modulation Dalam teknik ini penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan dengan Bsu. Contoh: Bsu : I cut my finger Bsa : Jariku teriris m. Partikulasi Particularization Teknik ini lebih memfokuskan pada penggunan istilah yang lebih kongkrit atau persis. Contoh: Bsu : I meet the leader to confirm the campaign. Bsa :Saya menemui pemimpin partai untuk mengkonfirmasi kampanye. n. Reduksi Reduction Teknik ini memfokuskan pada pemadatan teks dari Bsu ke dalam Bsa. Teknik ini merupakan kebalikan dari amplifikasi. Contoh: Bsu : Keep fighting spirit Bsa : Bersemangatlah. commit to user xlvi o. Subtitusi Subtitution Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik ke paralinguistik yang berhubungan dengan intonasi dengan isyarat tubuh dan sebaliknya. Teknik ini biasanya dipakai dalam pengalihbahasaan secara lisan. Contoh : Bsu : He shakes his head Bsa : Dia tidak setuju. p. Transposisi Transposition Teknik ini adalah mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Contoh: Bsu : You must get the money Bsa : Uang itu harus kamu dapatkan. q. Variasi Variation Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik perubahan tone secara tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Biasanya teknik ini diterapkan dalam penerjemahan drama. Contoh: Bsu : Hello, babe? Bsa : Halo, cewek?

5. Transposisi

Transposisi merupakan pergeseran bentuk. Catford menyebutnya sebagai ‘shift’, sedangkan Vinay dan Darbelnet dalam Newmark 1988: 85 commit to user xlvii menyebutnya sebagai ‘transposition’. Pergeseran atau ‘shift’ yang dimaksud adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari Bsu ke Bsa. Seperti yang dinyatakan oleh Newmark 1988: 85- 89 “a translation procedure involving in the grammar from SL to TL”. Sedangkan Catford 1965: 73 menyatakan “By shift we mean departures from formal correspondence in the process of going from the SL to the TL”. Newmark membagi transposisi menjadi beberapa tipe yaitu: a. Perubahan dari bentuk tunggal menjadi jamak. Contoh: Bsu : Clean the furniture, please Bsa : Tolong bersihkan mebel-mebel tersebut b. Pergeseran terjadi ketika struktur gramatika Bsu tidak terdapat dalam Bsa. Contoh: Bsu : The grass needs cutting Bsa :Rumput itu harus di potong. c. Pergeseran tipe ketiga adalah pergeseran dimana penerjemahan harfiah dilakukan secara gramatikal. Namun tidak sesuai dengan penggunaan yang wajar dalam Bsa. Contoh: Bsu : The situation remains critical Bsa : Situasinya masih genting. Sementara itu, Vinay dan Darbelnet yang terdapat dalam Newmark 1988: 86 menawarkan beberapa kemungkinan pergeseran yang berbeda dalam penerjemahan. Berikut beberapa versi transposisi menurut Vinay dan Darbelnet: a. Kata kerja dalam Bsu berubah menjadi kata benda dalam Bsa. commit to user xlviii Contoh: Bsu : I attempt to be the winner Bsa : Usaha saya untuk menjadi juara b. Konjungsi dalam Bsu berubah menjadi Kata sifat dalam Bsa. Contoh: Bsu : The book is such an exclusive one that I like it. Bsa :Saya menyukai buku yang begitu ekslusif tersebut. c. Klausa dalam Bsu berubah menjadi kelompok nomina dalam Bsa. Contoh: Bsu : I got a nice vacation. Bsa : Liburan yang menyenangkan. d. Kelompok verbal dalam Bsu berubah menjadi verba. Contoh: Bsu : I have just got the bag washed by my sister. Bsa : Tas saya dicuci adik saya. e. Kelompok nomina dalam Bsu berubah menjadi nomina dalam Bsa. Contoh: Bsu : I drink a cup of bitter hot green Chinese tea. Bsa : Saya minum secangkir teh. f. Kalimat kompleks dalam Bsu berubah menjadi kalimat sederhana dalam Bsa. Contoh: Bsu : I was swimming with my daughter in the swimming pool at 5.pm yesterday when you called me. Bsa : Saya kemarin berenang. g. Tipe transposisi terakhir adalah pergeseran untuk mengisi kekosongan kosa kata dengan menggunakan struktur gramatikal. Transposisi tertentu muncul dengan menggunakan linguistik yang commit to user xlix berbeda dapat dianggap sebagai pilihan gaya bahasa. Oleh karenanya kalimat yang kompleks dapat diubah secara normal menjadi kalimat koordinat atau diubah menjadi dua kalimat sederhana. Contoh: Bsu : He is may be very pleasant, but his wife is arrogant. Bsa : Dia menyenangkan tapi istrinya tidak. Sementara itu Machali 2000: 63-68 membagi trasposisi menjadi empat jenis, yaitu: a. Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya.  Beberapa nomina jamak dalam bahasa Inggris menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia.Contoh: Bsa : a pair of trousers Bsu : sebuah celana  Pengulangan adjektiva atau kata sifat dalam bahasa Indonesia yang maknanya menunjukkan variasi yang tersirat dalam adjektiva menjadi penjamakan nominanya dalam Bahasa Inggris. Contoh: Bsu : Rumah di Jakarta bagus-bagus Bsa : The houses in Jakarta are built beautifully.  Adjektiva + nomina menjadi nomina + pemberi sifat. Contoh: commit to user l Bsu : beautiful woman Bsa : wanita yang cantik b. Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal dalam Bsu tidak ada dalam Bsa.  Peletakkan objek di latar depan dalam bahasa Indonesia tidak ada dalam konsep struktur grammatikal bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat pasif atau struktur khusus, sehingga terjadi pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat berita biasa. Contoh: Bsu : Buku itu harus kita bawa Bsa : We must bring the book  Peletakkan verba di latar depan dalam bahasa Indonesia tidak lazim dalam struktur bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat imperatif. Maka padanannya menjadi struktur kalimat berita biasa. Contoh: Bsu : Telah disahkan penggunaanya Bsa : Its usage has been approved. c. Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran pengungkapan.  Nominafrase nomina dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa. Contoh: Bsu : …to train intellectual men for the persuits of an intellectual life. commit to user li Bsa : …untuk melatih para intelektual untuk mengejar kehidupan intelektual.  Gabungan adjektiva bentukan dengan nomina atau frasa nominal dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa. Contoh: Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Adj + nomina nomina + nomina Medical student mahasiswa kedokteran  Klausa dalam bentuk partisipium bergaris bawah dalam Bsu dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam Bsa. Contoh: Bsu : The approval signed by the doctor is valid Bsa : Persetujuan yang ditandatangani oleh…..  Frase nominal dengan adjektiva bentukan dari verba tak transitif dalam Bsu menjadi nomina + klausa dalam Bsa. Contoh: Adjektiva + nomina nomina + klausa Thinking person orang yang berpikir  Semua struktur yang oleh Catford 1965: 8 disebut pergeseran kelas adalah transposisi. Contoh: Bsu : The neighbours were hostile to the family. Bsa : Para tetangga itu memusuhi keluarga tersebut adjektiva verba commit to user lii d. Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosa kata termasuk perangkat tekstual seperti -pun dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan suatu struktur grammatikal.  Suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam Bsu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa. Contoh: Bsu : Perjanjian inilah yang diacu. Bsa : It is this agreement which is referred to not anything else  Pergeseran unit dalam ‘istilah’ Catford 1965 termasuk dalam transposisi jenis ini yaitu misalnya dari kata menjadi klausa, frase menjadi klausa, dan sebagainya, yang sering kita jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas bahasa Inggris. Contoh: - Adept : sangat terampil - Amenity : sikap ramah tamah, tata karma, sopan santun. - Deliberate : dengan sengaja, tenang dan berhati-hati.

6. Modulasi

Modulasi adalah sebuah variasi terhadap perubahan sudut pandang dan perspektif atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan Bsu. Hal ini senada dengan Viney dan Darbelnet dalam Newmark 1988: 88 bahwa modulasi commit to user liii adalah “a variation through a change of view point, of perspektifve éclairage and very often of category of thought.” Sedangkan menurut Hoed 2006: 74 modulasi merupakan pemberian padanan oleh penerjemah secara semantik berbeda sudut pandang artinya cakupan maknanya, tetapi dalam konteks yang bersangkutan memberikan pesan maksud yang sama. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut: Bsu : The laws of Germany govern this Agreement. Bsa : Perjanjian ini diatur oleh hukum Jerman. Dalam contoh diatas kita melihat makna pasif menerjemahkan makna aktif atau sudut pandang aktif diterjemahkan menjadi pasif. Sementara itu Suryawinata dan Hariyanto 2003: 75 menyatakan bahwa modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan kata, frase atau kalimat. Hal ini dilakukan jika penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar dan luwes. Sebagai contoh adalah: Bsu : Tiada banding Bsa : There was no comparison Pada contoh diatas penerjemah memandang makna kalimat secara keseluruhan berbeda dengan penulisnya. Kalimat Bsu mementingkan orang yang diajak berbicara, yang diperintah. Akan tetapi terjemahannya mementingkan kenyataan yang dibicarakan, yaitu tidak ada bandingannya. Disini frase verba diganti dengan frase nomina. Ahli penerjemahan lain, Machali 2000:69 mengambil konsep modulasi berdasarkan pandangan commit to user liv Newmark 1998 yang menamai modulasi menjadi modulasi wajib dan modulasi bebas. Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata, frase ataupu struktur tidak ada padanannya dalam Bsa sehingga perlu dimunculkan. Berikut beberapa contohnya: a. Pasangan kata dalam Bsu yang salah satunya saja ada dalam Bsa. Contoh: Kata lessor dan lessee dalam bahasa Inggris. Biasanya kata lessee diterjemahkan sebagai ‘penyewa’ tetapi padanan untuk kata lessor tidak ada. Maka padanannya dapat dicari dengan mengubah sudut pandangnya atau dicari kebalikannya: ‘Orangpihak yang menyewakan atau pemberi sewa’. b. Struktur aktif dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan sebaliknya. Contoh:  Infinitive of purpose dalam bahasa Inggris: Bsu : The problem is hard to solve Bsa : Masalah itu sukar untuk dipecahkan kaya ‘untuk’ bersifat manasuka  Konstruksi pasif nol dalam bahasa Indonesia menjadi konstruksi aktif dalam bahasa Inggris. Bsu : laporan itu akan saya sampaikan besok pagi Bsa : I will submit the report tomorrow morning c. Struktur subjek yang dibelah dalam bahasa Indonesia perlu modulasi dengan menyatukannuya dalam bahasa Inggris. commit to user lv Contoh:  Bsu : Buku tersebut telah disahkan penggunaannya oleh Dikti. Bsa : The use of the book has been approved by Dikti.  Bsu : Gerakan Nonblok dituntut peranannya. Bsa : The role of the Non-aligned Movement has been persued. Sedangkan modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna menimbulkan kesetalian dalam Bsa, dan sebagainya. Berikut beberapa contohnya: a. Menyatakan secara tersurat dalam Bsa apa yang tersirat dalam bsu. Bsu : ‘These conflicts, which more often that not have regional causes…’ perhatikan kata-kata yang bergaris bawah. Bsa : Konflik-konflik ini yang lebih sering disebabkan oleh sebab-sebab regional … perhatikanlah bahwa penerjemah tidak menerjemahkan kata than not. b. Frase prepositional sebab-akibat dalam Bsu menjadi Klausa sebab akibat dalam Bsa. Bsu : We all suffer from the consequences of environmental degradation. Bsa :Kita semua menderita karena adanya penurunan mutu lingkungan. c. Bentuk negatif ganda dalam Bsu menjadi positif dalam Bsa. commit to user lvi Contoh: Bsu : Conflicts are bound to occur. Bsa : Konflik militer tak urung terjadi juga.

7. Penilaian Kualitas Terjemahan

Penilaian penerjemahan sangatlah penting namun penilaian tersebut dianggap betul ataupun salah sangatlah relatif. Seperti yang dinyatakan oleh Ivir dalam House Meta: 2001 bahwa “Equivalence is…relative and not absolute,…”.Oleh karenanya penilaian dalam suatu penerjemahan sangatlah sulit untuk dilakukan. Newmark dalam Hoed 2006: 92-98 menyebutkan ada empat jenis penilaian dalam penerjemahan, yaitu: a. Translation as a science Penilainan ini melihat suatu hasil terjemahan betul-salahnya berdasarkan kriteria kebahasaan. Misalnya menerjemahkan ‘Uncle Tom’s cabin’ menjadi ‘Kabin Paman Tom’. Ini sebuah kesalahan yang tidak ‘relatif’ karena ‘cabin’ disini berati ‘gubug’ atau ‘pondok’ sedangkan ‘kabin’ dalam bahasa Indonesia berarti ‘kamar di kapal’ atau ‘bagian pesawat terbang tempat penumpang’. Dengan demikian kesalahan seperti ini sifatnya mutlak. Dalam hal ini kita berbicara mengenai ‘betul-salah’. b. Translation as a Craft commit to user lvii Disini penerjemahan dianggap suatu kiat, yakni upaya penerjemahan untuk mencapai padanan yang cocok dan memenuhi aspek kewajaran dalam Bsa. Rekayasa kebahasaan menjadi penting dan berakibat menyimpang jauh dari kesejajaran formal. Disisni sudah tidak membicarakan ‘betul-salah’, namun mana yang dianggap lebih baik dalam penarjemahan. Sebagai contoh adalah kalimat ‘passangers can enjoy ride’ yang diterjemahkan menjadi ‘para penumpang dapat menikmati perjalanan’. Kata ‘passanger’ jamak diterjemahkan menjadi ‘para penumpang’ bukan penumpang-penumpang dan ‘ride’ diterjemahkan ‘perjalanan’ Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa upaya ini bukan hanya pengalihbahasaan tetapi suatu kiat agar hasil terjemahan dapat diterima oleh pembaca sebagai bahasa Indonesia yang ‘wajar’. Dalam penerjemahan ini kita tidak berbicara ‘betul- salah’ melainkan ‘baik-buruk’. c. Translation as an Art Panerjemahan ini menyangkut estetis, yakni apabila penerjemahan tidak hanya merupakan proses pengalihan pesan tetapi juga ‘penciptaan’ yang biasanya terjadi pada penerjemahan sastra atau tulisan yang bersifat liris. Misalnya dalam menerjemahkan ‘to be or not to be’ milik Shakespeare yang oleh sebagian penerjemah tidak diterjemahkan menjadi ‘ada atau tiada’. Ungkapan yang sudah sangat begitu kenal di kalangan peminat sastra itu menurut mereka sebaiknya commit to user lviii tidak diterjemahkan karena maknanya lebih dari sekedar apa yang tertulis. Disini kita sudah berbicara ‘baik-buruk’ bukan ‘betul-salah’. d. Translation as a Test Ini menyangkut pilihan terjemahan yang bersifat pribadi, yakni apabila pilihan terjemahan merupakan hasil pertimbangan berdasarkan selera. Misalnya kata ‘however’ yang bisa diterjemahkan menjadi ‘namun’ atau ‘akan tetapi’ sesuai dengan selera penerjemah. Disini masalah ‘baik-buruk’ makin menonjol dan mempunyai warna subjektif yang kuat. Larson 1984: 489-501 mengatakan bahwa untuk menguji sebuah terjemahan ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu: a. Comparison With The Source Language Perbandingan dengan Teks Bsu Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk memeriksa apakah padanan informasi dalam teks Bsu sudah dimasukkan semua kedalam Bsa, tidak ada yang tertinggal, dihilangkan, ditambahkan atau yang berbeda. b. Back-Translation Terjemahan Balik Penerjemahan balik ini hendaknya dilakukan dengan meminta orang lain yang juga menguasai teks Bsu dan teks Bsa. Orang ini diminta untuk menulis dalam teks Bsu apa yang didapatnya dari Bsa tanpa memperlihatkan kepadanya teks Bsu yang diterjemahkan oleh penerjemah. c. Comprehension Test Tes Pemahaman commit to user lix Tujuan dari tes ini adalah untuk melihat apakah terjemahan itu dapat dimengerti secara tepat oleh konsumen yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu. Pengujian ini hendaknya dilakukan oleh orang yang lancar menggunakan bahasa sasaran. Apabila terjemahan diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat, maka hendaknya orang tua, muda, orang terpelajar diikutsertakan menjadi responden. Seandainya terjemahan ini diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja maka yang jadi respondennya juga kalangan tertentu tersebut. d. Naturalness Test Test Kewajaran Tes ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk terjemahan itu wajar dan apakah gaya bahasanya juga sesuai. Pengujian ini hendaknya dilakukan oleh mereka yang mengerti Bsu dan Bsa, juga mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang prinsip penerjemahan. Pemeriksa yang sudah terlatih akan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk sebuah terjemahan. e. Readability Test Test Keterbacaan Keterbacaan teks merupakan seberapa mudahnya sebuah teks dipahami oleh pembaca. Tes ini bisa dilakukan dengan meminta seseorang membaca terjemahan ini dengan bersuara. Sewaktu orang itu membaca, penguji harus memperhatikan dan mencatat bagian mana yang membuat pembaca ragu-ragu, atau berhenti dan membaca ulang dan tidak mengerti mengapa teks itu mengatakan demikian. Pembaca yang terpelajar akan dapat dengan mudah memahami struktur kalimat yang commit to user lx agak rumit sedangkan pembaca yang kurang terpelajar akan kesulitan. Inilah alasan kenapa tes keterbacaan sangat perlu dilakukan. f. Consistency Test Test Konsistensi Tes konsistensi digunakan untuk menguji sebuah terjemahan yang pengerjaannya memakan waktu yang lama. Bisa saja penerjemah tidak konsisten dalam menggunakan padanan sebuah istilah. Kalaupun harus menggunakan padanan kata yang berbeda seorang penerjemah harus tahu alasannya mengapa menggunakan istilah yang berbeda tersebut. Selain itu Larson 1984: 485 juga menyatakan bahwa “There are three main reasons for testing a translation. The translator wants to be sure his translation is accurate, clear and natural”. Sementara itu Nababan 2008: 85-92 menyatakan bahwa kritik terhadap suatu karya terjemahan bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam terjemahan. Penelitian terhadap mutu terjemahan tersebut terfokus pada tiga hal, yaitu ketepatan pengalihan pesan accuracy, ketepatan pengungkapan pesan dalam Bsu clarity, dan kealamiahan bahasa terjemahan naturalness. Selanjutnya Nababan juga menjelaskan bahwa kualitas suatu terjemahan pada umumnya dikaitkan dengan tingkat keakuratan pengalihan pesan dan tingkat keterbacaan teks Bsa. Dari pernyatan-pernyataan para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kualitas suatu karya terjemahan melibatkan tiga komponen yakni kekuratan accuracy, keterbacaan readibility dan keberterimaan acceptability. commit to user lxi A. Keakuratan accuracy Keakuratan adalah ketepatan penyampaian pesan dari Bsu ke Bsa. Seperti yang dinyatakan oleh Nababan 2004: 61 bahwa keakuratan terjemahan berhubungan dengan seberapa jauh isi teks Bsu tersampaikan dengan benar dalam Bsa. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Sadtono 1985: 12 bahwa pada dasarnya ada dua hal yang menyebabkan pentingnya ketepatan pada segi arti yang harus diutamakan dalam penerjemahan, yaitu: - setiap bahasa menyatakan suatu pengalaman dengan menggunakan simbol-simbol perkataan tertentu, dan - terdapat perbedaan antara satu bahasa dengan bahasa yang lain dalam cara menyusun dan mengatur simbol-simbol untuk menyatakan suatu pengalaman B. Keterbacaan Teks Tercapainya derajat keterbacaan teks yang memadai seharusnya menjadi tujuan dari penerjemahan. Keterbacaan readability teks menurut Richard et al dalam Nababan 2008: 62 adalah ‘how easily written materials can be read and understood’. Sedangkan Sakri berpendapat bahwa keterbacaan adalah derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Dari kedua definisi itu tersirat bahwa faktor pembaca menjadi penentu tingkat keterbacaan suatu teks. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keterbacaan suatu teks, Richard et al dalam Nababan 2008: 63 menyebutkan antara lain commit to user lxii panjang rata-rata kalimat, jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas gramatikal dari bahasa yang digunakan. Sementara itu Nababan 2008:68 menambahkan beberapa faktor lain dalam keterbacaan yaitu: a. Penggunaan kata-kata baru Kata baru adalah kata yang tidak lazim atau bahkan asing bagi pembaca sebuah teks. Hal ini akan mengakibatkan keterbacaan teks menjadi rendah. Sebagai contoh adalah kata ‘nirlandas” yang berarti ‘kata kerja’ intransitif’ yang mungkin hanya ketahui oleh orang-orang yang bergelut di bidang kebahasaan. b. Penggunaan kata asing dan daerah Saat ini sering sekali kata asing atau daerah yang muncul dalam berbagai teks bahkan dalam surat kabar ataupun majalah. Hal ini akan membuat pembaca kebingungan ketika mereka tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kata asing atau daerah tersebut. Sebagai contoh adalah ketika sebuah surat kabar harian yang ada di kota Solo Solopos pada tanggal 18 Mei 2009 yang memuat artikel berjudul “Butet Ngunduh Mantu”. Bagi mereka yang bukan orang Jawa akan sangat sulit memahami kata tersebut, sehingga diperlukan catatan kaki dalam artikel tersebut karena seperti kita ketahui bahwa di kota Solo banyak sekali pendatang dari berbagai daerah. c. Penggunaan kalimat bahasa asing Penggunaan kalimat asing kadang-kadang muncul pada sebuah teks, terutama pada cerita pendek ataupun novel yang biasanya menunjukkan commit to user lxiii suatu lokasi dimana terjadinya sebuah percakapan ataupun dengan siapa percakapan tersebut berlangsung. Sebagai contoh ketika diceritakan seseorang yang pergi ke suatu negara untuk menimba ilmu lalu terjadi suatu percakapan dalam bahasa negara tersebut. Tentu saja pembaca tidak mampu untuk memahami kalimat asing tersebut. d. Penggunaan kata taksa, Kata taksa adalah kata yang memiliki lebih dari satu makna. Kalimat ‘The truck driver stopped at the pub and drained the dragon’ akan mengakibatkan dua makna yang berbeda yaitu, ‘Supir truk tersebut berhenti di pub dan mengeringkan radiatornya’ atau ‘Supir truk tersebut berhenti di pub dan pergi ke toilet’. Karena ‘drained the drago’n adalah idiom yang dipakai di Australia yang merupakan ‘euphemism’ penghalusan kata untuk kata ‘toilet’ buang air kecil. e. Penggunaan kalimat tidak lengkap Kalimat lengkap menunjuk pada unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek dan keterangan. Jika salah satu unsur tersebut tidak terdapat dalam satu kalimat maka kalimat tersebut bisa dikatakan kalimat tidak lengkap. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan kesulitan bagi pembaca untuk memahami pesan yang dimaksudkan oleh penulis. Sebagai contoh ‘Sasha, the cleverest student in this class’. Kalimat ini belum lengkap karena tidak memiliki predikat. f. Panjang rata-rata kalimat commit to user lxiv Panjang rata-rata kalimat menunjuk pada jumlah rata-rata kalimat dalam suatu teks. Namun tidak semua kalimat yang panjang selalu sulit dipahami atau sebaliknya kalimat pendek juga belum tentu mudah dipahami. Hal ini tergantung pada pemahaman pembaca dalam setiap makna kata pada kalimat tersebut. g. Alur pikiran yang tidak runtut dan tidak logis Kadang-kadang teks Bsu yang akan diterjemahkan belum tentu memiliki kalimat atau paragraf yang baik dilihat dari sisi gramatikal dan juga tidak memilii alur pikiran yang tidak runtut sehingga hal ini akan mengakibatkan kesulitan untuk dipahami. h. Penggunaan kalimat kompleks Penggunaan kalimat kompleks juga akan menentukan tinggi rendahnya tingkat keterbacaan suatu teks karena kalimat kompleks memiliki lebih dari satu gagasan yang dirangkum dalam satu kalimat. C. Keberterimaan Keberterimaan teks terjemahan berhubungan dengan pembaca teks tersebut. Pembaca akan mengerti penggunaan bahasa secara alamiah sesuai dengan situasi yang melingkupi teks tersebut melalui rangkaian kalimat yang membentuk teks. Jika rangkaian kalimat tersebut tidak bisa saling berhubungan dan bahkan tidak lazim bagi pembaca teks tersebut maka teks terjemahan yang dihasilkan itu bisa dikatakan tidak berterima. Oleh karenanya, dalam suatu teks terjemahan penerjemah sudah seharusnya mampu untuk merangkai kalimat sedemikian rupa tanpa mengurangi commit to user lxv makna yang terkandung didalamnya agar maksud dari kalimat tersebut bisa diterima oleh pembacanya.

8. Kerangka Pikir

Diagram kerangka pikir berikut digunakan dengan tujuan agar alur berpikir peneliti akan terarah. Dari diagram kerangka pikir tersebut terlihat bahwa materi utama adalah bahasa sumber yakni terjemahan petunjuk pamakaian produk-produk Oriflame yang diterjemahkan kedalam Berbagai bahasa yang salah satunya adalah Bahasa Indonesia. Pertama peneliti mengidentifikasi kata, frase ataupun kalimat yang berhubungan dengan bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang kemudian hasil dari analisa yang diperoleh diuji kualitasnya oleh informan yang telah di pilih dan oleh peneliti sendiri dengan cara pengujian melalui keakuratan dan keberterimaan. Berikut diagram kerangka pikir dari peneliti: commit to user lxvi Gambar 3 : Diagram Kerangka Pikir Teks Bsa Penerjemah Teks Bsu Kualitas Terjemahan Informan Keberterimaan Transposisi dan Modulasi Keakuratan Penelit i commit to user lxvii

BAB III METODE PENELITAN