commit to user
xxiii
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
Dalam  bab  ini  dikemukakan  beberapa  kajian  teori  yang  berhubungan dengan  penelitian  ini.  Kajian  teori  meliputi  Produk  Oriflame,  Teori
Penerjemahan khususnya
tentang  Transposisi dan  Modulasi  serta
hubungannya  dengan  keakuratan  dan  keberterimaan.  Selain  itu  untuk menggambarkan  alur  berpikir  peneliti,  akan  disajikan  kerangka  pikir  yang
mencakup analisis dan hubungannya dengan teori.
1. Sekilas tentang Produk Oriflame
Oriflame  adalah  sebuah  perusahaan  kosmetika  yang  didirikan  di Stockholm  Swedia  tahun  1967  oleh    dua  orang    bersaudara    yaitu  Jonas  dan
Robert  af  Jochnick.  Visi  mereka  adalah  menciptakan  sebuah  perusahaan kosmetika  yang  menawarkan    rangkaian  perawatan  kulit  yang  berbeda
dibandingkan  dengan  produk  lainnya  yang  ada  saat  itu,  yaitu  terbuat  dari bahan-bahan alami dan tidak diujicobakan pada hewan.
Mereka berkomitmen untuk menawarkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Mereka juga  hendak memperkenalkan metode
baru  dan  inovatif  dalam  menjual  produk  dari  individu  ke  individu  dengan membebaskan kepada para pelanggan untuk memperoleh saran dari orang yang
mereka  kenal  konsultan  sehingga  membuat  para  pelanggan  lebih  percaya,
commit to user
xxiv
nyaman  dan  puas.  Para  konsultan  pun  dapat  memperoleh  penghasilan  dan peluang karier yang tak terbatas.
Konsultan  adalah  seseorang  yang  mendaftar  menjadi  anggota  member Oriflame  dengan  keuntungan  yang  luar  biasa  dan  dengan  syarat  yang  sangat
mudah  yaitu  dengan  hanya  membayar  empat  puluh  ribu  rupiah  saja  dan mengumpulkan kartu identitas maka secara otomatis  ia telah menjadi member
konsultan. Disebut konsultan  karena dia dituntut untuk dapat diajak  konsultasi seputar produk yang akan digunakan oleh konsumen yaitu dengan memberikan
saran  atau  masukan  tentang  produk  apa  yang  seharusnya  digunakan  oleh konsumen yang sesuai dengan jenis kulit dan usianya.
Perusahaan Oriflame ini telah memiliki 1.600.000 konsultan yang tersebar diseluruh  dunia.  Indonesia  adalah  pangsa  pasar    pertamanya  di  kawasan  Asia.
Oriflame  masuk  ke  Indonesia  pada  tahun  1987  di  bawah      PT.  Orindo  Alam Ayu  Jakarta.  Dalam  setahun  Oriflame  mencetak  72  juta  katalog  dalam  35
bahasa  dengan  jumlah  produk  kurang  lebih  600  produk  dalam  satu  katalog yang di terbitkan satu bulan sekali.
Saat  ini  Oriflame  telah  terdaftar  di  bursa  Stockholm  yang  terkemuka  dan telah  beroperasi  di  55  negara  dengan  penjualan  yang  sangat  pesat  bahkan
mengalami pertumbuhan tercepat di dunia yakni mencapai  total  penjualan 700 juta Euro.
Produk-produk Oriflame meliputi kosmetika, produk wewangian, parfum, make-up,  perawatan  tubuh  dan  perawatan  rambut.  Produk  Oriflame
mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya:
commit to user
xxv
a. Produk-produknya  tidak  diujikan  pada  hewan  melainkan    pada
sukarelawan  dengan  menjamin  keamanan,  kecocokan,  serta efektifitas termasuk bagi kulit yang sensitif.
b. Menekankan penggunaan bahan-bahan dan sari pati alami.
c. Produk-produknya  dijamin  murni  dan  berkualitas  tinggi  dibawah
pengawasan mutu dan lingkungan yang ketat. d.
Menggunakan aerosol yang akrab dan aman terhadap ozon e.
Kemasannya dapat didaur ulang dan aman terhadap lingkungan. Selain  mempunyai  keunggulan  produk,  Oriflame  juga  mempunyai
keunggulan  lain  yaitu  dari  segi  bisnis  bagi  para  konsultannya.  Mereka  akan menemukan peluang  yang  tak  terbatas  untuk  mewujudkan  impiannya.  Karena
dengan  sistem  penjualan  bertingkat  dan  dengan  menjual  produk  dengan  cara yang  sangat  mudah,  para  konsultan  akan  mendapatkan  beberapa  keuntungan,
seperti keuntungan langsung dari penjualan sebesar 23, mendapatkan reward penghargaan    berupa  cash  award  uang  tunai  dan  kesempatan  mengikuti
Konferensi  Nasional  dan  Interrnasional    bagi  mereka  yang  mencapai  level tertentu  dalam  penjualan.  Oleh  karenanya  Oriflame  mempunyai  motto  “Make
Money Today and Fulfill Your Dreams Tomorrow”. Sedangkan bagi konsumen keunggulan yang akan dirasakan berupa saran pribadi mengenai produk-produk
yang sesuai, menghemat waktu dan nyaman karena diantar langsung ke rumah- rumah mereka dan adanya jaminan produk bergaransi.
Aerosol adalah partikel sebagian atau keseluruhan yang mengandung mikroorganisme.
commit to user
xxvi
2. Penerjemahan
2.1. Pengertian Penerjemahan
Ketika  seseorang  dihadapkan  pada  komunikasi  baik  lisan  maupun tulisan  dengan  dua  bahasa  dimana  seseorang  tadi  tidak  bisa  akses  ke  dalam
salah  satu  bahasa  tersebut  maka  ia  akan  membutuhkan  penerjemah  atau interpreter.
Kegiatan penerjemahan telah terjadi sejak jaman kuno yaitu sejak abad 2 SM.  Oleh  karenanya  sudah  banyak  definisi  yang  berbeda-beda  yang
dikemukakan  oleh  para  ahli.  Namun  pada  dasarnya    semua  menyatakan  hal yang    sama  bahwa  yang  disebut  dengan  penerjemahan  adalah  suatu  upaya
untuk  mengalihkan  pesan  dari  suatu  bahasa  ke  dalam  bahasa  lain. Sebagaimana  dinyatakan  oleh  Nida  dan  Taber  1969:12,  bahwa
penerjemahan  adalah  menciptakan  kembali  makna  dalam  bahasa  sasaran padanan  alami  yang  paling  mendekati  pesan  dalam  bahasa  sumber,  pertama
dalam  makna  dan  kedua  dalam  gaya.  Sedangkan  menurut  Larson  1999 penerjemahan  merupakan  proses  pemindahan  makna  dari  bahasa  sumber  ke
dalam  bahasa  sasaran.  Dari  pernyataan  tersebut  kita  tahu  bahwa  hal  yang paling penting dalam penerjemahan adalah masalah pemahaman  makna.
2. 2.  Proses penerjemahan Dalam  melakukan  suatu  kegiatan  untuk  mencapai  suatu  tujuan  tentulah
akan  melalui  sebuah  proses.  Begitupun  dalam  melakukan  aktifitas penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Proses Penerjemahan adalah
serangkaian  kegiatan  yang  dilakukan  oleh  seorang  penerjemah  dalam
commit to user
xxvii
memproses  pengalihan  informasi  yang  ada  dalam  bahasa  sumber  Bsu kedalam  bahasa  sasaran  Bsa.  Nababan,  2008:24  menyatakan  bahwa
“Proses  penerjemahan  dapat  diartikan  sebagai  serangkaian  yang  dilakukan oleh  seorang  penerjemah  dari  bahasa  sumber  Bsu  ke  dalam  bahasa  sasaran
Bsa.  Sedangkan  menurut  Nida  dan  Taber  1969:33  Penerjemahan merupakan  proses  yang  kompleks  karenanya  penerjemahan  berlangsung
dalam tiga tahap yakni :
A Source B Receptor
Analysis Restructuring
X Transfer
Y
Gambar 1: Proses penerjemahan.
a. Analisis Analysis
Dalam  menganalisa  sebuah  teks,  langkah  pertama  yang  harus  dilakukan adalah  menganalisa  teks  yang  akan  diterjemahkan  dengan  tujuan  untuk
mengetahui  apa  yang  ingin  disampaikan  oleh  si  penulis  asli  dan  untuk mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Nida
and Taber 1969: 33-35 menyatakan bahwa:
commit to user
xxviii
“There are three major steps in analysis : 1 determining the meaningful relationships between the words and combinations of words, 2 the referential
meaning of the words and special combinations of words, 3 the connotative meaning  i.e.  how  the  user  of  the  language  react,  whether  positively  or
negatively to the words and combinations of them”.
Jadi  pada  tahap  ini  penerjemah  harus  mengetahui  makna  meliputi hubungan  makna,  referensi  makna  dan  konotatif  makna    dan  struktur  dalam
bahasa sumber. b.
Pengalihan Transfer Setelah  penerjemah  benar-benar  memahami  makna  yang  terkandung
dalam  bahasa  sumber  dan  juga  struktur  bahasa  sumber,  langkah  berikutnya dalam  proses  penerjemahan  adalah  pengalihan  makna.  Pada    tahapan  ini
penerjemah  harus  dapat  mencari  padanan  kata  yang  tepat  dari  Bsu  ke  dalam Bsa.    Pada  tahap  ini  juga  seorang  penerjemah  memutuskan  ideologi  mana
yang  akan  digunakan  foreignization   atau   domestication,  metode  apa  yang akan  dipakai
dan teknik
apa yang
akan diaplikasikan  dengan
mempertimbangkan  tiga  aspek  yaitu  keakuratan  accuracy,  kewajaran naturalness, dan keterbacaan readability.
c. Penyelarasan Restructuring
Tahapan terakhir dalam proses penerjemahan adalah restructuring atau penyusunan,  yaitu  penyesuaian  hasil  penerjemahan  dengan  kaidah  dan
pemikiran pembaca Bsa dalam bentuk bahasa yang sewajar mungkin. Nababan 2008:28  menyatakan  “Pada  tahap  penyelarasan,  seorang  penerjemah  perlu
memperhatikan  ragam  bahasa  untuk  menentukan  gaya  bahasa  yang  sesuai dengan  teks  yang  diterjemahkan”.  Dalam  tahapan  ini  seorang  penerjemah
commit to user
xxix
membuat  hasil  terjemahannya  mudah  dipahami  agar  pembaca  tidak  merasa seperti  merasa  membaca  teks  terjemahan.    Beberapa  penerjemah  menyatakan
bahwa tujuan dari restructuring adalah ; -
Mengecek penggunaan istilah-istilah teknis secara konsisten. -
Meyakinkan struktur kalimat terjemahan dengan tata bahasa Indonesia. -
Mempertimbangkan  apakah  kalimat-kalimat  kompleks  seharusnya  ditulis kembali menjadi kalimat yang lebih sederhana agar mudah dimengerti.
Berbeda  dengan  Nida,  ahli  penerjemahan  lain,  Larson  1984:  477, menyatakan bahwa proses penerjemahan meliputi beberapa langkah berikut:
1. Preparation  Persiapan
Pada  tahap  awal  penerjemahan  ada  beberapa  hal  yang  harus  dipersiapkan oleh  seorang  penerjemah  seperti  materi  yang  akan  diterjemahkan,  kamus  Bsu
dan  kamus  istilah,  alat-alat  tulis  serta  keperluan  lainnya.  Yang  tidak  kalah pentingnya adalah sorang penerjemah sebaiknya sudah terbiasa menulis dalam
Bsa.  Larson  juga  menyatakan  bahwa  “Good  writers  make  good  translator. They  are  used  to  putting  the  forms  of  the  language  on  paper”,  “Penulis  yang
baik  dapat  menjadi  penerjemah  yang  baik”,  karena  ia  terbiasa  meletakkan bentuk  bahasa  dalam  kertas”.  Dengan  terbiasa  menulis  seorang  penerjemah
akan  dengan  mudah  menuliskan  pesan  yang  telah  didapat  dari  Bsu  ke  dalam Bsa.
2. Analysis  Analisis
commit to user
xxx
Pada  tahap  analisis  ini  yang  harus  dilakukan  seorang  penerjemah  adalah membaca  teks  Bsu  secara  keseluruhan,  apabila  diperlukan  dilakukan  secara
berulang-ulang dengan tujuan agar pesan  yang ada dalam Bsu dapat ditangkap secara  utuh  dan  konteksnya  pun  dapat  dipahami  dengan  baik.  Kemudian
seorang  penerjemah  juga  harus  mengetahui  informasi  yang  tentang  sasaran hasil terjemahan translation brief; siapa konsumen dari terjemahannya, untuk
keperluan apa digunakan, untuk dipresentasikan dimana. Disamping itu dengan membaca seorang penerjemah akan dapat memahami  gaya bahasa penulisnya.
Cara  lain  untuk  memahami  gaya  penulisan  seseorang  bisa  juga  dengan mengetahui latar belakang si penulis dengan membaca biografinya.
Larson  1999:  478  menyatakan  bahwa  “As  the  translator  reads  through the  text,  he  should  note  down  any  lexical  items  which  seem  to  be  key  words.
These  will  be  words  which are  crucial  to an understanding  the  text”.  “Ketika penerjemah  membaca  teks  yang  akan  diterjemahkan,  ia  harus  mencatat  unsur
leksikal  yang  sepertinya  merupakan    kata-kata  kunci,  yaitu  kata-kata  penting untuk  memahami    teks  tersebut”.    Dengan  mencatat kata-kata  kunci  dan  kata-
kata  sulit  yang  muncul  dalam  sebuah  teks  dan  mencari  padanan  yang  tepat akan  memudahkan  penerjemah  dalam  melakukan  pekerjaannya  karena  dalam
sebuah  teks  mungkin  saja  kata  yang  sama  muncul  lebih  dari  satu  kali,  jadi penerjemah  bisa  merujuk  kepada  padanan  kata  yang  telah  ditemukannya
diawal untuk kata yang sama selanjutnya. Selanjutnya  menurut  Bell  1991:  45-54 dalam  menganalisa  teks  Bsu  ada
tiga  hal  yang  perlu  dianalisa,  yang  pertama  adalah  analisa  sintaksis  yaitu
commit to user
xxxi
dengan  menentukan  MOOD  system,  theme  dan  rheme  dari  sebuah  kalimat. Yang kedua adalah analisa semantik  yaitu mencari makna dari hubungan antar
kata,  hubungan  yang  logis  antara  partisipan  dengan  proses  dan  bagaimana bahasa  mengungkapkan  pengalaman  dan  logika.  Yang  terakhir  adalah  analisa
pragmatik  yaitu  yang  berhubungan  dengan  analisis  domain  the  field  covered by the text; the role it is playing in the communicative activity; what the clause
is for; what the sender intended to convey and its communicative value, Tenor the  relationship  with  the  receiver  which  the  sender  indicates  through  the
choices  made  in  the  text,  dan    mode  the  medium  selected  for  realizing  the text. Dengan  kata  lain analisa pragmatik  yaitu memahami makna berdasarkan
konteksnya.  Sejalan dengan itu Nababan 2008: 26 mengatakan bahwa: “Analisa  kebahasaan  yang  dilakukan  terhadap  teks  bahasa
menyentuh  berbagai  tataran,  seperti  tataran  kalimat,  klausa,  frasa dan  kata.  Analisis  pada  tataran-tataran  itu  dianggap  perlu  karena
pada hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran-tataran tersebut.”
Jadi  untuk  mendapatkan  terjemahan yang  baik  semua  aspek
kebahasaannya  harus  dianalisa,  mulai  dari  kata,  frase,  klausa,  kalimat,  makna semantik,  makna  pragmatik,  dan  lain  sebagainya.  Seorang  penerjemah  juga
diperbolehkan memotong  kalimat  yang terlalu panjang  dengan menjadikannya beberapa kalimat atau merekonstruksi kalimat  yang dirasa terlalu berbelit-belit
agar lebih mudah dimengerti selama makna yang terdapat dalam teks Bsu tidak ada yang hilang atau berubah.
3. Transfer  Pengalihan
commit to user
xxxii
Setelah  melakukan  analisa  pada  teks  Bsu  dan  memahami  makna  yang terdapat  dalam  Bsu  maka  langkah  selanjutnya  yang  dilakukan  penerjemah
adalah  mengalihkan  pesan  atau  makna  yang  terdapat  dalam  teks  Bsu  kedalam Bsa dengan padanan kata yang tepat.
4. Initial draft  Konsep Awal
Konsep  awal  ini  biasanya  dimulai  dari  tingkat  paragraf  karena  apabila suatu  konsep  paragraf  sudah  dipahami  maka  penerjemahan  akan  mudah
dilakukan.  Sewaktu  membuat  konsep  awal  tidak  tertutup  kemungkinan  akan adanya  gerakan  maju  mundur  dari  teks  Bsu  ke  Bsa.  Penerjemah  tidak  boleh
mengabaikan bentuk teks Bsu sewaktu mengalihkan makna karena ada kalanya padanan yang terbaik dalam Bsa sama dengan bentuk teks Bsu atau sebaliknya.
Hal  lain  yang  perlu  diperhatikan  oleh  penerjemah  adalah  tingkat  keterbacaan terjemahannya  oleh  konsumen,  karena  pada  umumnya  konsumen  berasal  dari
latar belakang ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang berbeda. 5.
Reworking the Initial Draft  Pengerjaan Kembali Konsep Awal Larson 1984: 482 mengatakan bahwa:
“The  reworking  of  an  initial  draft  should  not  be undertaken  until  a  larger  section  is  completed.  It  is  best  if  the
draft  has  been  left  untouched  for  a  week  or  two. In  this  way  the translator  comes  with  a  fresh  look  at  it  and  is  able  to  be  more
objective  in his evaluation and  reworking of it. The reworking of the  initial  draft  includes  checking  for  naturalness  and  for
accuracy”.
Menurut  Larson  akan  lebih  baik  bila  pengerjaan  kembali  konsep  awal dilakukan setelah konsep awal tidak disentuh selama satu atau dua minggu, hal
ini bertujuan agar penerjemah bisa mengerjakannya kembali dengan pandangan
commit to user
xxxiii
yang  baru  dan  lebih  objektif  dalam  mengevaluasi  pekerjaan  yang  telah dilakukannya. Pengerjaan kembali ini juga memeriksa dua hal  yaitu kewajaran
mencakup  bentuk  gramatikal  yang  salah  atau  konstruksi  yang  tidak  jelas, bagian  yang terlalu berbelit-belit, bagian  yang urutannya salah atau frase  yang
janggal,  bagian  yang  penghubungnya  salah  atau  tidak  lancar,  adanya pertentangan  kolokasi,  makna  yang  kedengaran  asing dan  gaya  dan  ketepatan
dari makna.  Dan ketepatan  yang mencakup sesuatu yang dihilangkan, sesuatu yang  ditambahkan,  makna  yang  berbeda  dan  makna  yang  nihil  dalam  artian
bentuk yang digunakan tidak menyampaikan makna sama sekali. 6.
Test the Translation  Pengujian Terjemahan Untuk  menguji  terjemahan  hendaknya  dilihat  keakuratan  terjemahan
tersebut,  dapat  dipahami,  adanya  kesepadanan  kata  dan  lain  sebagainya. Penerjemah  juga  bisa  meminta  tolong  kepada  yang  lebih  ahli  untuk  membaca
terjemahannya proof reader sebelum diserahkan ke penerbit. Kritik, masukan dan saran dari pembaca sangat berpengaruh terhadap baik atau tidaknya sebuah
terjemahan. 7.
Polishing the Initial Draft Penyempurnaan Terjemahan Setelah  selesai  melakukan  tes  terhadap  sebuah  terjemahan  maka  langkah
selanjutnya  adalah  menulis  kembali  pada  terjemahan  tersebut  dengan memperbaiki  semua  kesalahan-kesalahan  berupa  padanan  kata,  gaya  bahasa,
pemilihan  kata,  makna  yang  kurang  tepat,  penulisan  tanda  baca  dan  lain sebagainya yang terdapat pada terjemahan ketika dilakukan pengujian.
8. Preparation to the Publisher  Persiapan Naskah Untuk Penerbit
commit to user
xxxiv
Naskah  terjemahan  yang  telah  selesai  ditulis  kembali  dengan  rapi  sesuai dengan  kaidah  penulisan  yang  benar  dapat  diserahkan  pada  penerbit  untuk
diterbitkan.
3. Metode Penerjemahan
Metode  penerjemahan  merupakan  suatu  proses  penerjemahan  yang
digunakan  untuk  mengungkapkan  tujuan  penerjemah.  Newmark  1988:45 membagi  metode  penerjemahan  menjadi  8  berdasarkan  tujuan  dan
pertimbangan  ‘untuk  siap’  penerjemahan  dilakukan.  Empat  dari  delapan metode berorientasi pada Bsu, dan empat yang lainnya berorientasi pada Bsa.
Kedelapan  metode  itu  diagramkan  dalam  diagram  yang  disebut  diagram  V. Berikut adalah diagram yang dimaksud:
SL emphasis TL emphasis
Word-for-word translation Adaptation
Literal translation Free translation
Faithful translation                     Idiomatic translation Semantic translation   Communicative translation
Gambar 2: Diagram V
a. Word- for - Word Translation Penerjemahan Kata demi Kata
Metode  penerjemahan  ini  merupakan  penerjemahan  yang  dilakukan  kata demi  kata  dimana  urutan  kata  dalam  Bsu  tetap  dipertahankan  tanpa
melihat  konteks  katanya.Tujuan  utama  dari  metode  ini  adalah  untuk memahami  mekanisme  Bsu  dan  menafsirkan  teks  yang  sulit  pada  proses
awal penerjemahan.
commit to user
xxxv
Contoh : Bsu = Saya akan pergi ke Bali besok Bsa = I will go to Bali tomorrow.
b. Literal Translation Penerjemahan Harfiah
Pada  penerjemahan  harfiah  struktur  gramatikal  Bsu  dicari  padanannya yang  paling  dekat  dengan  Bsa,  namun  penerjemahan  kata-kata  leksikal
diterjemahkan  tersendiri  diluar  konteks.  Hal  ini  sangat  berbeda  dengan Catford  1974:  25  dimana  dalam  penerjemahan  harfiah  yang  pada
awalnya  diterjemahkan  secara  kata  demi  kata,  di  beberapa  bagian  lain dilakukan  perubahan  sepenuhnya  dengan  beradaptasi  pada  Bsa  yang
bertujuan  untuk  menghasilkan  penerjemahan  yang  alami  dalam  Bsa. Berbeda  dengan  kedua  pendapat  diatas,  Nababan  2008:  9  menyatakan
bahwa  Penerjemahan  Harfiah  literal  translation  terletak  antara penerjemahan  kata  demi  kata  dan  penerjemahan  bebas.  Kegiatan
penerjemahan  dilakukan  dengan  cara  menyesuaikan  susunan  kata  dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan kata dalam kalimat Bsa setelah
melakukan  penerjemahan  kata  demi  kata  terlebih  dahulu.  Penerjemah melakukan  jenis  penerjemahan  ini  jika  struktur  kalimat  Bsu  berbeda
dengan struktur kalimat Bsa. Sebagai contoh adalah:
Kalimat Bsu Terjemahan kata
demi kata Terjemahan
Harfiah Terjemahan Bebas
commit to user
xxxvi
c. Faithful Translation Penerjemahan Setia
Penerjemahan  setia  berusaha  untuk  menghasilkan  kembali  makna kontekstual  penulis  asli  pada  struktur  gramatikal  Bsa.  Dalam  hal  ini
penerjemah  lebih  memihak  penulis  asli  dalam  Bsu  meskipun  kadang- kadang  hasil  terjemahan  dalam  Bsa  masih  terasa  kaku  karena  kewajaran
dalam penyampaian pesan tidak begitu diperhatikan. Contoh : Bsu = It’s raining cats and dogs
Bsa = Hujan kucing dan anjing Contoh  tersebut  sangat  kaku  dalam  Bsu  karena  dalam  Bahasa  Indonesia
tidak  mengenal  konsep  seperti  itu,  oleh  karenanya  kalimat  tersebut diterjemahkan menjadi “Hujannya seperti suara kucing dan anjing” namun
tetap  saja  masih  terasa  janggal  karena  orang  Indonesia  tidak  merasakan suara tersebut menyerupai suara hujan.
d. Semantic Translation Penerjemahan Semantik
Berbeda  dengan  penerjemahan  setia  yang  terkesan  kaku,  penerjemahan semantik  merupakan  penerjemahan  yang  lebih  fleksibel  dimana
penerjemah  dapat  menggunakan  empatinya  pada  penulis  asli  selain  itu aspek  keindahan  dalam  penerjemahan  ini  mula  diperhatikan.  Sebagai
Every one
needs a
shoulder to cry on
Setiap orang
membutuhkan pundak
untuk menangis
Semua  orang membutuhkan
tempat bersandar
Semua orang
membutuhkan tempat
untuk mengadu
commit to user
xxxvii
contoh  adalah  kalimat  sapaan  dalam  bahasa  jawa  ‘Badhe  tindak  pundhi, pakde?’  Kalimat  tersebut  bisa  diungkapkan  oleh  dua  orang  pembicara
yang berbeda yaitu oleh seorang anak kepada pakdenya kakak dari ayah si anak  atau  bisa  diungkapkan  oleh  siapa  saja  yang  menyapa  seorang  laki-
laki  setengah  baya  yang  usianya  lebih  tua  dari  si  pembicara  sebagai ungkapan  kesopanan.  Jika  hal  inilah  yang  dimaksud,  maka  kata  ‘pakde’
jika  diterjemahkan  kedalam  bahasa  Inggris  tidak  bisa  diterjemahkan menjadi  ‘uncle’  karena  konteksnya  berbeda.  Kata  tersebut  cukup
diterjemahkan menjadi sir pak. e.
Adaptation Saduran Saduran  merupakan  sebuah  metode  penerjemahan  yang  bentuknya  paling
bebas. Biasanya digunakan untuk drama, komedi, dan puisi dimana tema, dan  alur  cerita,  tetap  dipertahankan,  tapi  tokoh-tokohnya  disulih  dengan
tokoh-tokoh  lokal,  misalnya  ‘rubah’  disulih  menjadi  ‘kancil’.  Perubahan terjadi  hanya  pada  aspek-aspek  budaya  agar  sesuai  dengan  budaya  yang
terdapat pada Bsa. f.
Free Translation Penerjemahan Bebas Penerjemahan  bebas  menghasilkan  terjemahan  yang  tidak  terlalu
mengidahkan  aturan-aturan  bentuk  bahasa  yang  terdapat  pada  teks  Bsu namun  lebih  mengutamakan  pada  isi  atau  makna  dari  Bsu  tersebut.
Biasanya  terjadi  pada  penerjemahan  ungkapan  atau  peribahasa.    Contoh dari jenis penerjemahan ini adalah:
Ungkapan: Bsu : Hanging out
commit to user
xxxviii
Bsa : Nongkrong Peribahasa :  Bsu : Make hay while the sun shines
Bsa : Sedia payung sebelum hujan g.
Idiomatic Translation Penerjemahan Idiomatis Penerjemahan  idiomatis  menghasilkan  pesan  yang  sesungguhnya  dari
penulis  asli  namun  cenderung  merubah  sedikit  maknanya  karena  adanya ungkapan-ungkapan idiomatis yang tidak terdapat dalam teks.
h. Communicative Translation Penerjemahan komunikatif
Pada metode yang terakhir ini penerjemah berusaha untuk menerjemahkan makna  kontekstual  dari  teks  Bsu  sedemikian  rupa agar  isi  dan  bahasanya
berterima  dan  dapat  dipahami  oleh  para  pembacanya.  Penerjemahan komunikatif  sangat  memperhatikan  keefektifan  bahasa  penerjemahan.
Kalimat  ‘Keep  off  the grass’  misalnya,  diterjemahkan  menjadi  ‘Dilarang menginjak  rumput’.  Kata  ‘keep  off’  yang  bermakna  ‘tahan’  tidak
diterjemahkan  sebagai  mestinya  melainkan  diubah  menjadi  dilarang menginjak karena dari segi pembaca kalimat tersebut lebih berterima.
Sementara  itu  ahli  penerjemahan  lain,  Jacobson  dalam  Suryawinata  dan Hariyanto  2003:  33,  menggunakan  istilah  metode  dengan  jenis.  Menurutnya
jenis penerjemahan terbagi menjadi tiga, yaitu: a.
Intra Bahasa Intralingual Translation Adalah  sebuah  jenis  penerjemahan  yang  mengubah  suatu  teks  yang
menjadi  teks  lain  berdasarkan  interpretasi  penerjemah.  Namun  jenis
commit to user
xxxix
penerjemahan  ini  belum  bisa  dikatakan  penerjemahan  sesungguhnya  karena dilakukan  dengan  menggunakan  bahasa  yang  sama.  Sebagai  contoh  adalah
cerita yang berjudul ‘Romeo and Juliet’ karya Shakespeare yang ditulis dalam bentuk novel berbahasa Inggris. Namun oleh penerjemah ditulis ulang dalam
bentuk dialog pada sebuah naskah film. b.
Antar Bahasa Interlingual Translation Yaitu  penerjemahan  yang  melibatkan  dua  bahasa  dengan  tujuan  untuk
mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa. c.
Intersemiotik Intersemiotic Translation Jenis  penerjemahan  ini  merupakan  suatu  penerjemahan  yang  meliputi
penafsiran  sebuah  teks  ke  dalam  bentuk  atau  sistem  tanda  lain.  Sebagai contoh  adalah  penafsiran  novel  ‘Harry  Potter’  menjadi  film  dengan  judul
yang sama.
4. Teknik Penerjemahan
Dalam  penerjemahan  kita  dituntut  memecahkan  persoalan-persoalan penerjemahan
pada tataran
kata, kalimat
atau paragraf.
Cara penanggulangannya  disebut  ‘teknik’  Hoed,  2006:12.  Hoed  membaginya
menjadi 9 teknik, yaitu: a.
Transposisi Transposisi  yaitu  suatu  teknik  penerjemahan  yang  mengubah  struktur
kalimat agar dapat memperoleh terjemahan yang betul. Contoh : Trade secrets and confidential
rahasia dagang.
commit to user
xl
b. Modulasi
Teknik  modulasi  memberikan  padanan  yang  secara  semantik  berbeda artinya  atau  cakupan  maknanya,  tetapi  dalam  konteks  yang  bersangkutan
memberikan pesan yang dimaksud. Contoh: The laws of Germany govern this agreement
Perjanjian ini diatur oleh hukum Jerman.
c. Penerjemahan Deskriptif
Dalam teknik ini penerjemah membuat uraian yang berisi makna kata yang bersangkutan,  karena  tidak  menemukan  padanan  kata  Bsu,  baik  karena
tidak tahu maupun karena tidak ada atau belum ada dalam Bsa. Contoh: Licensed software
Perangkat lunak yang dilisensikan. d.
Penjelasan Tambahan Contextual Conditioning Teknik  penerjemahan  dengan  memberi  penjelasan  tambahan  adalah  suatu
teknik  yang  memberikan  kata-kata  khusus  untuk  menjelaskan  suatu    kata yang  tidak  dapat  difahami,  misalnya  nama  makanan  dan  minuman  yang
dianggap asing oleh khalayak pembaca Bsa. Contoh: He  is  fond of  sushi  with wasabi            Ia  suka  sekali  sushi  dengan
bumbu wasabi. e.
Catatan Kaki Teknik  penerjemahan  ini  memberikan  keterangan  dalam  bentuk  catatan
kaki  untuk  memperjelas  makna  kata  terjemahan,  sebab  tanpa  kata penjelasan  tersebut  kata  terjemahan  diperkirakan  tidak  akan  dipahami
dengan baik oleh pembaca.
commit to user
xli
Contoh: All the software in your phone      semua perangkat lunak dalam telepon seluler.
Ini  adalah  teks  tentang  Perjanjian  Lisensi  yang  mengandung  pengertian  bahwa perangkat lunak itu dimasukkan ke dalam telepon sekluler dan bukan telepon biasa.
Tanpa penjelasan ini mungkin orang akan menganggap telepon biasa. f.
Penerjemahan Fonologis Dalam teknik penerjemahan ini dibuat kata baru dengan mengambil bunyi
kata yang bersangkutan dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi fonologi dan ejaan grafologi Bsa.
Contoh: emitent         miten; democratie Belanda          demokrasi g.
Penerjemahan Resmi Baku Teknik  penerjemahan  resmi  langsung  menggunakan  sejumlah  istilah,
nama dan ungkapan yang sudah baku atau resmi dalam Bsa. Contoh: input      masukan umum, asupan kedokteran, input ekonomi,
teknik listrik. h.
Tidak diberikan Padanan Teknik  ini  untuk  sementara  tidak  mengutip  bahasa  aslinya  karena  belum
ditemukan terjemahannya dalam bsa. Contoh:  An  on  line  “clip-wrap”  licence                  suatu  lisensi  “on-line  clip
wrap”. i.
Padanan Budaya Teknik  penerjemahan  padanan  budaya  merupakan  suatu  teknik
menerjemahkan  dengan  memberikan  padanan  berupa  unsur  kebudayaan yang ada pada Bsu.
commit to user
xlii
Contoh: “A” level exam Inggris          ujian SPMB Diplome de baccalaureat Perancis        ijazah SMA 4.3.2
Sementara  itu  Molina  dan  Albir  2002:  498  -  512  memberikan  18 klasifikasi  teknik  yang  bisa  diterapkan  oleh  seorang  penerjemah.  Teknik-
teknik tersebut meliputi : a.
Adaptasi Adaptation Teknik  ini  bertujuan  untuk  mengganti  unsur  budaya  pada  Bsu  ke
dalam Bsa. Contoh:      ‘Football’  dalam  Bsu  yang  diterjemahkan  menjadi  bal-
balan dalam Bsa Bahasa Jawa. b.
Amplifikasi  Amplification Teknik ini mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrase
suatu frase yang implisit dalam Bsu. Contoh:    ‘Spaghetti’  Italian  food  yang  di  terjemahkan  menjadi
makanan  italia  berupa  mie  yang  di  sajikan  dengan  saus daging tomat dan ditaburi dengan keju.
c. Peminjaman Borrowing
Borrowing  merupakan  suatu  teknik  menerjemahkan  dimana penerjemah  meminjam  kata  atau ungkapan  dari  bahasa  sumber, baik
sebagai  peminjaman  murni  pure  borrowing  atau  peminjaman  yang telah dinaturalisasikan naturalized borrowing.
Contoh:   Blender menjadi blender pure borrowing Calculator menjadi kalkulator naturalized borrowing
commit to user
xliii
d. Calque Calque
Teknik  ini  merujuk  pada  penerjemahan  secara  literal,  baik  kata maupun frasa dari bahasa sumber.
Contoh:    ‘Formal  Education’  diterjemahkan  menjadi  pendidikan formal.
e. Kompensasi Compensation
Teknik  penerjemahan  dimana  penerjemah  memperkenalkan  unsur- unsur pesan atau informasi atau pengaruh stilistika teks Bsu di tempat
lain dalam teks Bsa. Contoh:
Bsu : Enter, stranger, but take heed.
Of   what awaits the sin of the greed. Bsa
: Masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah Terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah
f. Deskripsi Description
Teknik  ini  diterapkan  untuk  menggantikan  sebuah  istilah  atau ungkapan dengan deskripsi baik dalam bentuk maupun fungsinya.
Contoh:  ‘Jaipong’  Sundanese  menjadi  ‘a  Traditional  Sundanese dance   performed in some traditional event’.
g. Kreasi Discursive Discursive Creation
Teknik  ini dimaksudkan untuk menampilkan  kesepadanan sementara yang  tidak  terduga  atau  keluar  konteks.  Teknik  ini  biasanya  dipakai
dalam menerjemahkan judul buku, novel atau judul film.
commit to user
xliv
Contoh:   Bsu : The Black Swan Nassim Nicholas Taleb
Bsa : Rahasia Terjadinya Peristiwa-Peristiwa Langka
Yang Tak Terduga. h.
Pemadanan yang Lazim Established Equivalent Lebih  cenderung  untuk  menggunakan  istilah  atau  ekspresi  yang
sudah dikenal baik di dalam kamus maupun penggunaan kata sehari- hari. Teknik ini mirip dengan penerjemahan secara harfiah.
Contoh:   Bsu :  Red rose
Bsa : Mawar merah
i. Generalisasi Generalization
Teknik  ini  lebih  cenderung  menggunakan  istilah  yang  lebih  umum atau yang lebih netral dari istilah asing yang bersifat khusus.
Contoh:    Bsu : Arcade
Bsa : Kanopi
j. Amplifikasi linguistik Linguistic Amplification
Teknik  ini  ditambah  untuk  menambah  unsur-unsur  linguistik  dalam teks  Bsa  agar  lebih  sesuai  dengan  kaidah  Bsa.  Teknik  ini  biasa
digunakan  dalam  ‘consecutive  interpreting’  atau  ‘dubbing’  sulih suara.
Contoh:    Bsu : I get it
Bsa : Biar saya saja yang mengangkat telepon.
commit to user
xlv
k. Kompresi Linguistik Linguistic Compression
Merupakan teknik penerjemahan dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik  dalam  teks  Bsa  yang  biasanya  diterapkan  penerjemah
dalam pengalihbahasaan film sub-titling. Contoh:    Bsu
: You must find out Bsa
: Carilah l.
Modulasi Modulation Dalam  teknik  ini  penerjemah  mengubah  sudut  pandang,  fokus  atau
kategori kognitif dalam kaitannya dengan dengan Bsu. Contoh:   Bsu
: I cut my finger Bsa
: Jariku teriris m.
Partikulasi Particularization Teknik  ini  lebih  memfokuskan  pada  penggunan  istilah  yang  lebih
kongkrit atau persis. Contoh:  Bsu
: I meet the leader to confirm the campaign. Bsa
:Saya menemui
pemimpin partai
untuk mengkonfirmasi kampanye.
n. Reduksi Reduction
Teknik  ini  memfokuskan  pada  pemadatan  teks  dari  Bsu  ke  dalam Bsa. Teknik ini merupakan kebalikan dari amplifikasi.
Contoh:   Bsu : Keep fighting spirit
Bsa : Bersemangatlah.
commit to user
xlvi
o. Subtitusi Subtitution
Teknik  ini  adalah  mengubah  unsur-unsur  linguistik  ke  paralinguistik yang  berhubungan  dengan  intonasi  dengan  isyarat  tubuh  dan
sebaliknya.  Teknik  ini  biasanya  dipakai  dalam  pengalihbahasaan secara lisan.
Contoh :  Bsu : He shakes his head
Bsa : Dia tidak setuju.
p. Transposisi Transposition
Teknik  ini  adalah  mengubah  kategori  gramatikal.  Teknik  ini  sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit.
Contoh:   Bsu : You must get the money
Bsa : Uang itu harus kamu dapatkan.
q. Variasi Variation
Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik perubahan tone secara tekstual,
gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Biasanya teknik ini diterapkan dalam penerjemahan drama.
Contoh:   Bsu : Hello, babe?
Bsa : Halo, cewek?
5. Transposisi
Transposisi  merupakan  pergeseran  bentuk.    Catford  menyebutnya  sebagai ‘shift’,  sedangkan  Vinay  dan  Darbelnet  dalam  Newmark  1988:  85
commit to user
xlvii
menyebutnya  sebagai  ‘transposition’.  Pergeseran  atau  ‘shift’  yang  dimaksud adalah  suatu  prosedur  penerjemahan  yang  melibatkan  pengubahan  bentuk
gramatikal dari  Bsu  ke  Bsa. Seperti  yang dinyatakan oleh Newmark 1988: 85- 89  “a  translation  procedure  involving  in  the  grammar  from  SL  to  TL”.
Sedangkan  Catford 1965: 73 menyatakan  “By shift we mean departures from formal correspondence in the process of going from the SL to the TL”.
Newmark membagi transposisi menjadi beberapa tipe yaitu: a.
Perubahan dari bentuk tunggal menjadi jamak. Contoh:    Bsu  : Clean the furniture, please
Bsa  : Tolong bersihkan mebel-mebel tersebut b.
Pergeseran  terjadi  ketika  struktur  gramatika  Bsu  tidak  terdapat dalam Bsa.
Contoh:    Bsu  : The grass needs cutting Bsa  :Rumput itu harus di potong.
c. Pergeseran  tipe  ketiga  adalah  pergeseran  dimana  penerjemahan
harfiah  dilakukan  secara  gramatikal.  Namun  tidak  sesuai  dengan penggunaan yang wajar dalam Bsa.
Contoh:     Bsu  : The situation remains critical Bsa  : Situasinya masih genting.
Sementara itu,  Vinay dan Darbelnet yang terdapat dalam Newmark 1988: 86  menawarkan  beberapa  kemungkinan  pergeseran  yang  berbeda  dalam
penerjemahan. Berikut beberapa versi transposisi menurut Vinay dan Darbelnet: a.
Kata kerja dalam Bsu berubah menjadi kata benda dalam Bsa.
commit to user
xlviii
Contoh:    Bsu  : I attempt to be the winner Bsa  : Usaha saya untuk menjadi juara
b. Konjungsi dalam Bsu berubah menjadi Kata sifat dalam Bsa.
Contoh:    Bsu  : The book is such an exclusive one that I like it. Bsa    :Saya  menyukai  buku  yang  begitu  ekslusif
tersebut. c.
Klausa dalam Bsu berubah menjadi kelompok nomina dalam Bsa. Contoh:   Bsu  : I got a nice vacation.
Bsa : Liburan yang menyenangkan.
d. Kelompok verbal dalam Bsu berubah menjadi verba.
Contoh:   Bsu  : I have just got the bag washed by my sister. Bsa
: Tas saya dicuci adik saya. e.
Kelompok nomina dalam Bsu berubah menjadi nomina dalam Bsa. Contoh:    Bsu  : I drink a cup of bitter hot green Chinese tea.
Bsa  : Saya minum secangkir teh. f.
Kalimat  kompleks  dalam  Bsu  berubah  menjadi  kalimat  sederhana dalam Bsa.
Contoh:  Bsu  : I was swimming with my daughter in the    swimming pool at 5.pm yesterday when you called me.
Bsa   : Saya kemarin berenang.
g. Tipe  transposisi  terakhir  adalah  pergeseran  untuk  mengisi
kekosongan  kosa  kata  dengan  menggunakan  struktur  gramatikal. Transposisi  tertentu  muncul  dengan  menggunakan  linguistik  yang
commit to user
xlix
berbeda dapat dianggap sebagai pilihan gaya bahasa. Oleh karenanya kalimat  yang kompleks dapat diubah secara  normal menjadi kalimat
koordinat atau diubah menjadi dua kalimat sederhana. Contoh:    Bsu  :  He  is  may  be  very  pleasant,  but  his  wife  is
arrogant. Bsa
: Dia menyenangkan tapi istrinya tidak. Sementara  itu  Machali  2000:  63-68  membagi  trasposisi  menjadi  empat
jenis, yaitu: a.
Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem dan  kaidah  bahasa.  Dalam  hal  ini  penerjemah  tidak  mempunyai
pilihan lain selain melakukannya. 
Beberapa  nomina  jamak  dalam  bahasa  Inggris  menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia.Contoh:
Bsa : a pair of trousers
Bsu : sebuah celana
 Pengulangan  adjektiva  atau  kata  sifat  dalam  bahasa
Indonesia  yang  maknanya  menunjukkan  variasi  yang tersirat  dalam  adjektiva  menjadi  penjamakan  nominanya
dalam Bahasa Inggris. Contoh: Bsu
: Rumah di Jakarta bagus-bagus Bsa
: The houses in Jakarta are built beautifully. 
Adjektiva  +  nomina  menjadi  nomina  +  pemberi  sifat. Contoh:
commit to user
l
Bsu : beautiful woman
Bsa : wanita yang cantik
b. Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal dalam
Bsu tidak ada dalam Bsa. 
Peletakkan  objek  di  latar  depan  dalam  bahasa  Indonesia tidak  ada  dalam  konsep  struktur  grammatikal  bahasa
Inggris,  kecuali  dalam  kalimat  pasif  atau  struktur  khusus, sehingga terjadi pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat
berita biasa. Contoh: Bsu
: Buku itu harus kita bawa Bsa
: We must bring the book 
Peletakkan  verba  di  latar  depan  dalam  bahasa  Indonesia tidak  lazim  dalam  struktur  bahasa  Inggris,  kecuali  dalam
kalimat  imperatif.  Maka  padanannya  menjadi  struktur kalimat berita biasa. Contoh:
Bsu : Telah disahkan penggunaanya
Bsa : Its usage has been approved.
c. Pergeseran
yang dilakukan
karena alasan
kewajaran pengungkapan.
 Nominafrase nomina dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa.
Contoh: Bsu
:  …to  train  intellectual  men  for  the  persuits  of  an intellectual life.
commit to user
li
Bsa :  …untuk  melatih  para  intelektual  untuk  mengejar
kehidupan intelektual. 
Gabungan  adjektiva  bentukan  dengan  nomina  atau  frasa nominal  dalam  Bsu  menjadi  nomina  +  nomina  dalam  Bsa.
Contoh: Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia Adj + nomina
nomina + nomina Medical student
mahasiswa kedokteran 
Klausa  dalam  bentuk  partisipium  bergaris  bawah  dalam Bsu  dinyatakan  secara  penuh  dan  eksplisit  dalam  Bsa.
Contoh: Bsu
: The approval signed by the doctor is valid Bsa
: Persetujuan yang ditandatangani oleh….. 
Frase  nominal  dengan  adjektiva  bentukan  dari  verba  tak transitif  dalam  Bsu  menjadi  nomina  +  klausa  dalam  Bsa.
Contoh: Adjektiva + nomina
nomina + klausa Thinking person
orang yang berpikir 
Semua  struktur  yang  oleh  Catford  1965:  8  disebut pergeseran kelas adalah transposisi. Contoh:
Bsu :   The neighbours were hostile to the family.
Bsa :  Para  tetangga  itu  memusuhi  keluarga  tersebut
adjektiva           verba
commit to user
lii
d. Pergeseran  yang  dilakukan  untuk  mengisi  kerumpangan  kosa  kata
termasuk  perangkat  tekstual  seperti  -pun  dalam  Bahasa Indonesia dengan menggunakan suatu struktur grammatikal.
 Suatu  perangkat  tekstual  penanda  fokus  dalam  Bsu  yang
dinyatakan  dengan  konstruksi  gramatikal  dalam  Bsa. Contoh:
Bsu :  Perjanjian inilah yang diacu.
Bsa :  It  is  this  agreement  which  is  referred  to  not
anything else 
Pergeseran  unit  dalam  ‘istilah’    Catford  1965  termasuk dalam transposisi jenis ini  yaitu misalnya dari kata menjadi
klausa,  frase  menjadi  klausa,    dan  sebagainya,  yang  sering kita  jumpai  dalam  penerjemahan  kata-kata  lepas  bahasa
Inggris. Contoh: -
Adept      : sangat terampil -
Amenity      :  sikap  ramah  tamah,  tata  karma,  sopan santun.
- Deliberate : dengan sengaja, tenang dan berhati-hati.
6. Modulasi
Modulasi  adalah  sebuah  variasi  terhadap  perubahan  sudut  pandang  dan perspektif atau kategori kognitif dalam  kaitannya  dengan  Bsu.  Hal  ini senada
dengan  Viney  dan  Darbelnet  dalam  Newmark  1988:  88  bahwa  modulasi
commit to user
liii
adalah “a variation through a change of view point, of perspektifve éclairage and  very  often  of  category  of  thought.”  Sedangkan  menurut  Hoed  2006:  74
modulasi  merupakan  pemberian  padanan  oleh  penerjemah  secara  semantik berbeda  sudut pandang  artinya  cakupan  maknanya,  tetapi  dalam  konteks  yang
bersangkutan memberikan pesan maksud yang sama. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut:
Bsu : The laws of Germany govern this Agreement. Bsa : Perjanjian ini diatur oleh hukum Jerman.
Dalam contoh diatas kita melihat makna pasif menerjemahkan makna aktif atau sudut pandang aktif diterjemahkan menjadi pasif.
Sementara  itu  Suryawinata  dan  Hariyanto  2003:  75  menyatakan  bahwa modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan kata, frase atau kalimat. Hal ini
dilakukan  jika  penerjemahan  kata-kata  dengan  makna  literal  tidak menghasilkan terjemahan yang wajar dan luwes. Sebagai contoh adalah:
Bsu : Tiada banding
Bsa : There was no comparison
Pada  contoh  diatas  penerjemah  memandang  makna  kalimat  secara keseluruhan  berbeda  dengan  penulisnya.  Kalimat  Bsu  mementingkan  orang
yang  diajak  berbicara,  yang  diperintah.  Akan  tetapi  terjemahannya mementingkan  kenyataan  yang  dibicarakan,  yaitu  tidak  ada  bandingannya.
Disini  frase  verba  diganti  dengan  frase  nomina.  Ahli  penerjemahan  lain, Machali  2000:69  mengambil  konsep  modulasi  berdasarkan  pandangan
commit to user
liv
Newmark  1998  yang  menamai  modulasi  menjadi  modulasi  wajib  dan modulasi bebas.
Modulasi  wajib  dilakukan  apabila  suatu  kata,  frase  ataupu  struktur  tidak ada  padanannya  dalam  Bsa  sehingga  perlu  dimunculkan.  Berikut  beberapa
contohnya: a.
Pasangan kata dalam Bsu yang salah satunya saja ada dalam Bsa. Contoh: Kata lessor dan lessee dalam bahasa Inggris.
Biasanya  kata  lessee  diterjemahkan  sebagai  ‘penyewa’  tetapi padanan untuk kata lessor tidak ada. Maka padanannya dapat dicari
dengan  mengubah  sudut  pandangnya  atau  dicari  kebalikannya: ‘Orangpihak yang menyewakan atau pemberi sewa’.
b. Struktur aktif dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan sebaliknya.
Contoh: 
Infinitive of purpose dalam bahasa Inggris: Bsu
:  The problem is hard to solve Bsa
:  Masalah  itu  sukar  untuk  dipecahkan  kaya ‘untuk’ bersifat manasuka
 Konstruksi  pasif  nol  dalam  bahasa  Indonesia  menjadi
konstruksi aktif dalam bahasa Inggris. Bsu
:  laporan itu akan saya sampaikan besok pagi Bsa
:  I will submit the report tomorrow morning c.
Struktur  subjek  yang  dibelah  dalam  bahasa  Indonesia  perlu modulasi dengan menyatukannuya dalam bahasa Inggris.
commit to user
lv
Contoh: 
Bsu        :  Buku  tersebut  telah  disahkan  penggunaannya  oleh Dikti.
Bsa :  The use of the book has been approved by Dikti.
 Bsu
:  Gerakan Nonblok dituntut peranannya. Bsa
:  The  role  of  the  Non-aligned  Movement  has  been persued.
Sedangkan modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan  yang dilakukan karena  alasan  linguistik,  misalnya  untuk  memperjelas  makna  menimbulkan
kesetalian dalam Bsa, dan sebagainya. Berikut beberapa contohnya: a.
Menyatakan secara tersurat dalam Bsa apa yang tersirat dalam bsu. Bsu  :  ‘These  conflicts,  which  more  often  that  not  have  regional
causes…’ perhatikan kata-kata yang bergaris bawah. Bsa  :  Konflik-konflik  ini  yang  lebih  sering  disebabkan  oleh
sebab-sebab  regional  …  perhatikanlah  bahwa  penerjemah tidak menerjemahkan kata than not.
b. Frase  prepositional  sebab-akibat dalam  Bsu  menjadi  Klausa  sebab
akibat dalam Bsa. Bsu  :  We  all  suffer  from  the  consequences  of  environmental
degradation. Bsa  :Kita  semua  menderita  karena  adanya  penurunan  mutu
lingkungan. c.
Bentuk negatif ganda dalam Bsu menjadi positif dalam Bsa.
commit to user
lvi
Contoh: Bsu
: Conflicts are bound to occur. Bsa
: Konflik militer tak urung terjadi juga.
7. Penilaian Kualitas Terjemahan
Penilaian  penerjemahan  sangatlah  penting  namun  penilaian  tersebut dianggap betul ataupun salah sangatlah relatif. Seperti yang dinyatakan oleh Ivir
dalam  House  Meta:  2001  bahwa  “Equivalence  is…relative  and  not absolute,…”.Oleh karenanya penilaian dalam suatu penerjemahan sangatlah sulit
untuk dilakukan. Newmark  dalam  Hoed  2006:  92-98  menyebutkan  ada  empat  jenis
penilaian dalam penerjemahan, yaitu: a.
Translation as a science Penilainan  ini  melihat  suatu  hasil  terjemahan  betul-salahnya
berdasarkan  kriteria  kebahasaan.  Misalnya  menerjemahkan  ‘Uncle Tom’s cabin’ menjadi ‘Kabin Paman Tom’. Ini sebuah kesalahan yang
tidak  ‘relatif’  karena  ‘cabin’  disini  berati  ‘gubug’  atau  ‘pondok’ sedangkan    ‘kabin’  dalam  bahasa  Indonesia  berarti  ‘kamar  di  kapal’
atau  ‘bagian  pesawat  terbang  tempat  penumpang’.  Dengan  demikian kesalahan  seperti  ini  sifatnya  mutlak.  Dalam  hal  ini  kita  berbicara
mengenai ‘betul-salah’. b.
Translation as a Craft
commit to user
lvii
Disini  penerjemahan  dianggap  suatu  kiat,  yakni  upaya  penerjemahan untuk mencapai  padanan  yang  cocok  dan  memenuhi  aspek  kewajaran
dalam  Bsa.  Rekayasa  kebahasaan  menjadi  penting  dan  berakibat menyimpang  jauh  dari  kesejajaran  formal.  Disisni  sudah  tidak
membicarakan  ‘betul-salah’,  namun  mana  yang  dianggap  lebih  baik dalam  penarjemahan.  Sebagai  contoh  adalah  kalimat  ‘passangers  can
enjoy  ride’  yang  diterjemahkan  menjadi  ‘para  penumpang  dapat menikmati  perjalanan’.  Kata  ‘passanger’  jamak  diterjemahkan
menjadi ‘para penumpang’ bukan penumpang-penumpang dan ‘ride’ diterjemahkan  ‘perjalanan’  Dari  contoh  tersebut  dapat  dilihat  bahwa
upaya  ini  bukan  hanya  pengalihbahasaan  tetapi  suatu  kiat  agar  hasil terjemahan  dapat  diterima  oleh  pembaca  sebagai  bahasa  Indonesia
yang  ‘wajar’.  Dalam  penerjemahan  ini  kita  tidak  berbicara  ‘betul- salah’ melainkan ‘baik-buruk’.
c. Translation as an Art
Panerjemahan  ini  menyangkut  estetis,  yakni  apabila  penerjemahan tidak  hanya  merupakan  proses  pengalihan  pesan  tetapi  juga
‘penciptaan’  yang  biasanya  terjadi  pada  penerjemahan  sastra  atau tulisan  yang  bersifat  liris.  Misalnya  dalam  menerjemahkan  ‘to  be  or
not  to  be’  milik  Shakespeare  yang  oleh  sebagian  penerjemah  tidak diterjemahkan  menjadi ‘ada atau tiada’. Ungkapan  yang sudah sangat
begitu kenal di kalangan peminat sastra itu menurut mereka sebaiknya
commit to user
lviii
tidak  diterjemahkan  karena  maknanya  lebih  dari  sekedar  apa  yang tertulis. Disini kita sudah berbicara ‘baik-buruk’ bukan ‘betul-salah’.
d. Translation as a Test
Ini menyangkut pilihan terjemahan yang bersifat pribadi, yakni apabila pilihan  terjemahan  merupakan  hasil  pertimbangan  berdasarkan  selera.
Misalnya  kata  ‘however’  yang  bisa  diterjemahkan  menjadi  ‘namun’ atau  ‘akan  tetapi’  sesuai  dengan  selera  penerjemah.  Disini  masalah
‘baik-buruk’  makin  menonjol  dan  mempunyai  warna  subjektif  yang kuat.
Larson  1984:  489-501  mengatakan  bahwa  untuk  menguji  sebuah terjemahan ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Comparison  With  The  Source  Language  Perbandingan  dengan  Teks
Bsu Tujuan dari perbandingan  ini  adalah untuk memeriksa  apakah padanan
informasi dalam teks Bsu sudah dimasukkan semua kedalam Bsa, tidak ada yang tertinggal, dihilangkan, ditambahkan atau yang berbeda.
b. Back-Translation Terjemahan Balik
Penerjemahan  balik  ini  hendaknya  dilakukan  dengan  meminta  orang lain  yang  juga  menguasai  teks  Bsu  dan  teks  Bsa.  Orang  ini  diminta
untuk  menulis  dalam  teks  Bsu  apa  yang  didapatnya  dari  Bsa  tanpa memperlihatkan  kepadanya  teks  Bsu  yang  diterjemahkan  oleh
penerjemah. c.
Comprehension Test Tes Pemahaman
commit to user
lix
Tujuan  dari  tes  ini  adalah  untuk  melihat  apakah  terjemahan  itu    dapat dimengerti  secara  tepat  oleh  konsumen  yang  sebelumnya  tidak  pernah
melihat  terjemahan  itu.  Pengujian  ini  hendaknya  dilakukan  oleh  orang yang  lancar  menggunakan  bahasa  sasaran.  Apabila  terjemahan
diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat, maka hendaknya orang tua,  muda,  orang  terpelajar  diikutsertakan  menjadi  responden.
Seandainya  terjemahan  ini  diperuntukkan  bagi  kalangan  tertentu  saja maka yang jadi respondennya juga kalangan tertentu tersebut.
d. Naturalness Test  Test Kewajaran
Tes ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk terjemahan itu wajar dan apakah gaya bahasanya juga sesuai. Pengujian ini hendaknya dilakukan
oleh mereka yang mengerti Bsu dan Bsa, juga mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang prinsip penerjemahan. Pemeriksa yang
sudah terlatih akan dapat memberikan masukan  yang bermanfaat untuk sebuah terjemahan.
e. Readability Test Test Keterbacaan
Keterbacaan teks merupakan seberapa mudahnya sebuah teks dipahami oleh  pembaca.  Tes  ini  bisa  dilakukan  dengan  meminta  seseorang
membaca terjemahan ini dengan bersuara. Sewaktu orang itu membaca, penguji  harus  memperhatikan  dan  mencatat  bagian  mana  yang
membuat  pembaca  ragu-ragu,  atau  berhenti  dan  membaca  ulang  dan tidak  mengerti  mengapa  teks  itu  mengatakan  demikian.  Pembaca  yang
terpelajar  akan  dapat  dengan  mudah  memahami  struktur  kalimat  yang
commit to user
lx
agak  rumit  sedangkan  pembaca  yang  kurang  terpelajar  akan  kesulitan. Inilah alasan kenapa tes keterbacaan sangat perlu dilakukan.
f. Consistency Test Test Konsistensi
Tes  konsistensi  digunakan  untuk  menguji  sebuah  terjemahan  yang pengerjaannya memakan waktu  yang  lama.  Bisa saja  penerjemah tidak
konsisten dalam menggunakan padanan  sebuah istilah. Kalaupun harus menggunakan  padanan  kata  yang  berbeda  seorang  penerjemah  harus
tahu alasannya mengapa menggunakan istilah yang berbeda tersebut. Selain itu  Larson  1984: 485 juga  menyatakan bahwa “There are three
main  reasons  for  testing  a  translation.  The  translator  wants  to  be  sure  his translation is accurate, clear and natural”.
Sementara  itu  Nababan  2008:  85-92  menyatakan  bahwa  kritik  terhadap suatu  karya  terjemahan  bertujuan  untuk  mengetahui  kekuatan  dan  kelemahan
dalam  terjemahan.  Penelitian  terhadap  mutu  terjemahan  tersebut  terfokus  pada tiga  hal,  yaitu  ketepatan  pengalihan  pesan  accuracy,  ketepatan  pengungkapan
pesan  dalam  Bsu  clarity,  dan  kealamiahan  bahasa  terjemahan  naturalness. Selanjutnya  Nababan  juga  menjelaskan  bahwa  kualitas  suatu  terjemahan  pada
umumnya  dikaitkan  dengan  tingkat  keakuratan  pengalihan  pesan  dan  tingkat keterbacaan teks Bsa.
Dari  pernyatan-pernyataan  para  ahli  diatas,  dapat  ditarik  kesimpulan bahwa  penilaian  kualitas  suatu  karya  terjemahan  melibatkan  tiga  komponen
yakni  kekuratan  accuracy,  keterbacaan  readibility  dan  keberterimaan acceptability.
commit to user
lxi
A. Keakuratan accuracy
Keakuratan adalah  ketepatan penyampaian pesan  dari Bsu ke Bsa. Seperti  yang  dinyatakan  oleh  Nababan  2004:  61  bahwa  keakuratan
terjemahan  berhubungan  dengan  seberapa  jauh  isi  teks  Bsu  tersampaikan dengan  benar  dalam  Bsa.  Pernyataan  tersebut  senada  dengan  pernyataan
Sadtono 1985: 12 bahwa pada dasarnya  ada dua hal  yang menyebabkan pentingnya  ketepatan  pada  segi  arti  yang  harus  diutamakan  dalam
penerjemahan, yaitu: -
setiap bahasa menyatakan suatu pengalaman dengan menggunakan simbol-simbol perkataan tertentu, dan
- terdapat  perbedaan  antara  satu  bahasa  dengan  bahasa  yang  lain
dalam  cara  menyusun  dan  mengatur  simbol-simbol  untuk menyatakan suatu pengalaman
B. Keterbacaan Teks
Tercapainya  derajat  keterbacaan  teks  yang  memadai  seharusnya menjadi tujuan dari penerjemahan. Keterbacaan readability teks menurut
Richard  et  al  dalam  Nababan  2008:  62  adalah  ‘how  easily  written materials  can  be  read  and  understood’.  Sedangkan  Sakri  berpendapat
bahwa  keterbacaan  adalah  derajat  kemudahan  sebuah  tulisan  untuk dipahami maksudnya. Dari kedua definisi itu tersirat bahwa faktor pembaca
menjadi penentu tingkat keterbacaan suatu teks. Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  tingkat  keterbacaan  suatu
teks,  Richard  et  al  dalam  Nababan  2008:  63  menyebutkan  antara  lain
commit to user
lxii
panjang  rata-rata  kalimat,  jumlah  kata-kata  baru,  dan  kompleksitas gramatikal  dari  bahasa  yang  digunakan.  Sementara  itu  Nababan  2008:68
menambahkan beberapa  faktor lain dalam keterbacaan yaitu: a.
Penggunaan kata-kata baru Kata baru adalah kata yang tidak lazim atau bahkan asing bagi pembaca
sebuah  teks.  Hal  ini  akan  mengakibatkan  keterbacaan  teks  menjadi rendah.  Sebagai  contoh  adalah  kata  ‘nirlandas”  yang  berarti  ‘kata
kerja’  intransitif’  yang  mungkin  hanya  ketahui  oleh  orang-orang  yang bergelut di bidang kebahasaan.
b. Penggunaan kata asing dan daerah
Saat  ini  sering  sekali  kata  asing  atau  daerah  yang  muncul  dalam berbagai  teks  bahkan  dalam  surat  kabar  ataupun majalah.  Hal  ini  akan
membuat  pembaca  kebingungan  ketika  mereka  tidak  mengetahui  apa yang dimaksud dengan kata asing atau daerah tersebut. Sebagai contoh
adalah ketika sebuah surat kabar harian yang ada di kota Solo Solopos pada  tanggal  18  Mei  2009  yang  memuat  artikel  berjudul  “Butet
Ngunduh  Mantu”.  Bagi  mereka  yang  bukan  orang  Jawa  akan  sangat sulit  memahami  kata  tersebut,  sehingga  diperlukan  catatan  kaki  dalam
artikel  tersebut  karena  seperti  kita  ketahui  bahwa  di  kota  Solo  banyak sekali pendatang dari berbagai daerah.
c. Penggunaan kalimat bahasa asing
Penggunaan  kalimat  asing  kadang-kadang  muncul  pada  sebuah  teks, terutama pada cerita pendek ataupun novel yang biasanya menunjukkan
commit to user
lxiii
suatu  lokasi  dimana  terjadinya  sebuah  percakapan  ataupun  dengan siapa  percakapan  tersebut  berlangsung.  Sebagai  contoh  ketika
diceritakan  seseorang  yang pergi  ke  suatu negara  untuk menimba ilmu lalu  terjadi  suatu percakapan  dalam  bahasa  negara  tersebut.  Tentu  saja
pembaca tidak mampu untuk memahami kalimat asing tersebut. d.
Penggunaan kata taksa, Kata  taksa  adalah  kata  yang  memiliki  lebih  dari  satu  makna.  Kalimat
‘The  truck  driver  stopped  at  the  pub  and  drained  the  dragon’  akan mengakibatkan  dua  makna  yang  berbeda  yaitu,  ‘Supir  truk  tersebut
berhenti di pub dan mengeringkan radiatornya’ atau ‘Supir truk tersebut berhenti di pub dan pergi ke toilet’. Karena ‘drained the drago’n adalah
idiom  yang  dipakai  di  Australia  yang  merupakan  ‘euphemism’ penghalusan kata untuk kata ‘toilet’ buang air kecil.
e. Penggunaan kalimat tidak lengkap
Kalimat  lengkap  menunjuk  pada  unsur-unsur  kalimat  seperti  subjek, predikat,  objek  dan  keterangan.  Jika  salah  satu  unsur  tersebut  tidak
terdapat  dalam  satu  kalimat  maka  kalimat  tersebut  bisa  dikatakan kalimat  tidak  lengkap.    Jika  hal  ini  terjadi  akan  mengakibatkan
kesulitan  bagi  pembaca  untuk  memahami  pesan  yang  dimaksudkan oleh penulis. Sebagai contoh ‘Sasha, the cleverest student in this class’.
Kalimat ini belum lengkap karena tidak memiliki predikat. f.
Panjang rata-rata kalimat
commit to user
lxiv
Panjang  rata-rata  kalimat  menunjuk  pada  jumlah  rata-rata  kalimat dalam suatu teks. Namun tidak semua kalimat yang panjang selalu sulit
dipahami  atau  sebaliknya  kalimat  pendek  juga  belum  tentu  mudah dipahami.  Hal  ini  tergantung  pada  pemahaman  pembaca  dalam  setiap
makna kata pada kalimat tersebut. g.
Alur pikiran yang tidak runtut dan tidak logis Kadang-kadang  teks  Bsu  yang  akan  diterjemahkan  belum  tentu
memiliki  kalimat  atau  paragraf  yang  baik  dilihat  dari  sisi  gramatikal dan  juga  tidak  memilii  alur  pikiran  yang  tidak  runtut  sehingga  hal  ini
akan mengakibatkan kesulitan untuk dipahami. h.
Penggunaan kalimat kompleks Penggunaan kalimat kompleks juga akan menentukan tinggi rendahnya
tingkat keterbacaan suatu teks karena kalimat kompleks  memiliki lebih dari satu gagasan yang dirangkum dalam satu kalimat.
C. Keberterimaan
Keberterimaan  teks  terjemahan  berhubungan  dengan  pembaca  teks tersebut. Pembaca akan mengerti penggunaan bahasa secara alamiah sesuai
dengan  situasi  yang  melingkupi  teks  tersebut  melalui  rangkaian  kalimat yang  membentuk  teks.  Jika  rangkaian  kalimat  tersebut  tidak  bisa  saling
berhubungan dan bahkan tidak lazim bagi pembaca teks tersebut maka teks terjemahan  yang  dihasilkan  itu  bisa  dikatakan  tidak  berterima.  Oleh
karenanya,  dalam  suatu  teks  terjemahan  penerjemah  sudah  seharusnya mampu  untuk  merangkai  kalimat  sedemikian  rupa  tanpa  mengurangi
commit to user
lxv
makna yang terkandung didalamnya agar maksud dari kalimat tersebut bisa diterima oleh pembacanya.
8. Kerangka Pikir
Diagram  kerangka  pikir  berikut  digunakan  dengan  tujuan  agar  alur berpikir  peneliti  akan  terarah.  Dari  diagram  kerangka  pikir  tersebut  terlihat
bahwa  materi  utama  adalah  bahasa  sumber  yakni  terjemahan  petunjuk pamakaian  produk-produk  Oriflame  yang  diterjemahkan  kedalam  Berbagai
bahasa  yang  salah  satunya  adalah  Bahasa  Indonesia.  Pertama  peneliti mengidentifikasi  kata,  frase  ataupun  kalimat  yang  berhubungan  dengan
bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang kemudian hasil dari analisa yang diperoleh diuji kualitasnya oleh informan  yang telah di pilih dan oleh peneliti
sendiri dengan cara pengujian melalui keakuratan dan keberterimaan.  Berikut diagram kerangka pikir dari peneliti:
commit to user
lxvi
Gambar 3 : Diagram Kerangka Pikir
Teks Bsa
Penerjemah
Teks Bsu
Kualitas Terjemahan
Informan
Keberterimaan
Transposisi dan Modulasi
Keakuratan
Penelit i
commit to user
lxvii
BAB III METODE PENELITAN