Sengketa di Daerah Akibat Pemekaran Wilayah

wilayah yang disengketakan itu memang mengandung sumber minyak. Bahkan sengketa batas wilayah antara kabupaten Ogan Ilir dengan kabupaten Muara Enim pada Januari 2009 juga terkait dengan kepemilikan perkebunana kelapa sawit. 4

2. Sengketa di Daerah Akibat Pemekaran Wilayah

Otonomi daerah ternyata juga “meningkatkan selera” orang-orang didaerah untuk melakukan pemekaran wilayah. 5 Sejak 1999 wacana itu dikumandangkan, kini sudah terdapat 7 provinsi, 129 kabupaten, dan 29 kota baru hasil pemekaran. Pemekaran wilayah yang memiliki efek domino dari berbagai sisi. Apabila suatu kabupaten dimekarkan, akan berpengaruh terhadap jumlah kecamatan kabupaten yang ditinggalkan. Wilayah yang jumlah kecamatannya “dikurangi” kemudian juga melakukan pemekaran untuk menambah jumlah kecamatan yang terlanjur “diambil.” 4 Sekitar 175 warga Dusun III, desa Kayuara Batu Kecamatan Muara Belida, Muara Enim mengungsi ke desa Sungai Menang. Pengungsian itu diduga karena mereka diserang oleh warga desa Pulau Kabal, kecamatan Inderalaya Selatan, Ogan Ilir OI. Sumatera Ekspres, Kamis, 8 Januari 2009, hal 11. 5 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2000 TENTANG PERSYARATAN PEMBENTUKAN DAN KRITERIA PEMEKARAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH Pasal 16 1 Prosedur Pembentukan Daerah sebagai berikut: a ada kemauan politik dari Pemerintah Daerah dan masyarakat yang bersangkutan; b pembentukan Daerah harus didukung oleh penelitian awal yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah; c usul pembentukan Propinsi disampaikan kepada Pemerintah cq Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan dilampirkan hasil penelitian Daerah dan persetujuan DPRD Propinsi dan DPRD KabupatenKota yang berada dalam wilayah Propinsi dimaksud, yang dituangkan dalam Keputusan DPRD; d usul pembentukan KabupatenKota disampaikan kepada Pemerintah cq Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah melalui Gubernur dengan dilampirkan hasil penelitian Daerah dan persetujuan DPRD KabupatenKota serta persetujuan DPRD Propinsi, yang dituangkan dalam Keputusan DPRD; e dengan memperhatikan usulan Gubernur, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah memproses lebih lanjut dan dapat menugaskan Tim untuk melakukan observasi ke Daerah yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah; f berdasarkan rekomendasi pada huruf e, Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah meminta tanggapan para anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dan dapat menugaskan Tim Teknis Sekretariat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah ke Daerah untuk melakukan penelitian lebih lanjut; g para anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah memberikan saran dan pendapat secara tertulis kepada Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah; h berdasarkan saran dan pendapat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, usul pembentukan suatu daerah diputuskan dalam rapat anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah; i apabila berdasarkan hasil keputusan rapat anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah menyetujui usul pembentukan Daerah, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah selaku Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengajukan usul pembentukan Daerah tersebut beserta Rancangan Undang-undang Pembentukan Daerah kepada Presiden; j apabila Presiden menyetujui usul dimaksud, Rancangan Undang-undang pembentukan Daerah disampaikan kepada DPR-RI untuk mendapat persetujuan. 2 Prosedur pemekaran Daerah sama dengan prosedur pembentukan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Efek domino juga terjadi pada penambahan berbagai fasilitas baik fasilitas perkantoran maupun fasilitas kendaraan dinas dan perumahan. Penambahan pegawai sudah pasti terjadi. Kabupaten yang baru dibentuk juga membutuhkan Polres, pengadilan negeri, kejaksaan negeri atau perkantoran sejenis itu yang baru. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, menyebutkan bahwa pemekaran suatu wilayah harus memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Ada diantara daerah pemekaran justru kemudian menjadi beban bagi daerah induk dikarenakan tingginya biaya pemekaran. Sekedar contoh pembentukan Kabupaten Empat Lawang di Sumatera Selatan UU No. 12007. Kabupaten Lahat –sebagai kabupaten induk-- diminta memberikan hibah ‘sesuai kesanggupan’. Kesanggupan itu ditentukan jumlahnya yakni Rp 5 miliar. Sementara, provinsi induk Sumsel harus memberikan bantuan dana Rp10 miliar per tahun selama dua tahun berturut-turut. Bandingkan dengan pembentukan Kabupaten Batu Bara di Sumatera Utara. UU No. 5 Tahun 2007 mengharuskan Pemda Asahan memberikan hibah Rp7,5 miliar per tahun, dan Pemda Sumatera Utara memberikan bantuan dana Rp5 miliar per tahun selama dua tahun berturut-turut. Belum lagi tercipta “lowongan” untuk menjadi anggota DPRD. Mungkin ada kursi lowong antara 40 s.d 45 orang. Ada kesempatan mejadi ketua DPRD. Terbuka juga peluang untuk menjadi kepala daerah. Itu sebabnya banyak daerah di Indonesia tetap berkeinginan memekarkan wilayahnya. Jumlah daerah otonomi baru terus bertambah. Tengok saja Undang-Undang yang disetujui bersama DPR dan Pemerintah selama ini. Pada tahun 2007 saja, 16 UU pertama yang dihasilkan justru mengatur pembentukan daerah otonomi baru lihat tabel . Tabel 1 Pembentukan Daerah Otonomi Baru s.d April 2007 No. UU 2007 Daerah Otonomi Baru yang Dibentuk 1 Kab. Empat Lawang, Sumatera Selatan 2 Kab. Nageleo, Nusa Tenggara Barat 3 Kab. Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur 4 Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara 5 Kab. Batu Bara, Sumatera Utara 6 Kab. Kayong Utara, Kalimantan Barat 7 Kab. Pidie Jaya, NAD 8 Kota Subulussalam, NA 9 Kab. Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara 10 Kab. Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara 11 Kab. Gorontalo Utara, Gorontalo 12 Kab. Bandung Barat, Jawa Barat 13 Kab. Konawe Utara 14 Kab. Buton Utara, Sulawesi Tenggara 15 Kab. Kep. Siau Tegulandang Biaro, Sulut 16 Kab. Sumba Barat Daya, NTT Tabel diatas menunjukkan betapa tingginya minat daerah untuk memekarkan diri. Sepanjang Januari-April 2007 saja terdapat 16 kabupatenkotabaru di Indonesia. Patut diduga bahwa jumlah tersebut terus bertambah sampai dengan akhir tahun 2007. Sengketa di era otonomi daerah juga sebagai akibat terjadinya pemekaran wilayah. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pemekaran wilayah membawa efek domino yang rentan menimbulkan sengketa. Paling tidak ada empat macam sengketa yang terjadi akibat pemekaran wilayah. Ke-empat macam sengketa tersebut adalah: 1 sengketa asset 6 , 2 penentuan ibukota wilayah pemekaran 7 , 3 penolakan pemekaran oleh kepala daerah 8 , 4 penentuan batas wilayah 9 . 6 Persoalan asset seringkali muncul manakala kota yang baru terbentuk berlokasi diwilayah ibukota kabupaten induk kedua daerah berhimpitan. Persoalan asset terjadi dikarenakan kabupaten induk tidak mempersiapkan sedari awal pada saat pengajuan RUU pembentukan daerah baru tersebut. Hasil studi yang saya lakukan bahwa dibeberapa daerah RUU diajukan tanpa melakukan persiapan yang baik melibatkan dua pihak pimpinan tertinggi dikedua pemerintahan yang akan terpisah tersebut. Amzulian Rifai, Beberapa Permasalahan Hukum di Daerah Pada Era Reformasi, Pidato Pengukuhan Guru Besar, 6 September 2005, hal 17. Baca juga Amzulian Rifai, Sengketa Asset Karena Pembentukan Daerah Baru, Penerbit UNSRI, Palembang, 2004. 7 Penentuan ibukota wilayah pemekaran juga terkadang menjadi sumber sengketa. Sebagian pihak menilai bahwa letak ibukota akan membawa dampak luas bagi kemajuan ekonomi suatu daerah karena berbagai fasilitas yang mungkin didirikan.

3. Sengketa Pengelolaan Pertambangan