88
sendiri . Wawancara tanggal 08 April 2016 pukul 10.00-12.00 WIB.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh E
sebagai nasabah : Kalau sekarang ada momongan, jadi kadang tidak sempat untuk
memilah sampah dan mengantarkan sampah untuk ditabung, jadi sekarang lebih sering disedekahkan karena kalau sedekah kan
sampahnya dijemput Wawancara tanggal 03April 2016 pukul 10.00-12.00 WIB.
Selain itu EW juga memberikan pernyataan mengenai hambatan
yang dihadapi selama menjadi nasabah di Bank Sampah Kartini : Pernah berlangganan tukang sampah, jadi kalau mau memutuskan
langganan jadi kurang enak rasanya Wawancara tanggal 08 April 2016 pukul 09.00-13.30 WIB..
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui penabungan sampah yang dilaksanakan di Bank Sampah Kartini terdapat beberapa faktor
penghambat, yaitu : 1
Kesadaran dan kemauan masyarakat masih ada yang rendah meski sudah mengetahui program bank sampah yang disampaikan saat
sosialisasi. Masih ada warga yang cenderung tak mau tahu dan kurang peduli dengan kegiatan lingkungan, terutama yang dilaksanakan di
Bank Sampah Kartini; 2
Kendala waktu dan kesibukan masing-masing nasabah sehingga tidak bisa maksimal dalam mengikuti kegiatan di bank sampah.
89
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Bank
Sampah Kartini
Masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna dan memberi nilai sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Hal ini menjadikan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi minim. Salah satu inovasi yang dilakukan
untuk mengubah masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah yaitu dengan adanya pelaksanaan bank sampah. Bank Sampah Kartini resmi
berdiri sejak tahun 2013. Program bank sampah bertujuan untuk mengajak masyarakat Dusun Randugunting agar lebih giat dalam mengelola sampah
yang mereka hasilkan di rumah tangga masing-masing. Program bank sampah merupakan suatu kegiatan membelajarkan masyarakat untuk
mengelola sampah dengan baik dan benar sehingga mereka peduli terhadap lingkungan karena intensitas pembakaran dan pembuangan
sampah liar berkurang serta dapat menambah penghasilan keluarga dari tabungan sampah, penjualan kompos dan hasil penjualan kerajinan daur
ulang sampah. Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan Reduce, Reuse,
Recycle 3R dalam mengelola sampah pada sumbernya ditingkat masyarakat. Sistem pengelolaan sampah dengan tabungan sampah
melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola
90
sampah. Dalam kegiatan pengelolaan sampah dengan bank sampah terkandung upaya memandirikan masyarakat untuk mengurangi sampah
yang mereka hasilkan, memanfaatkan sampah dan mendaurulang sampah. Program bank sampah tidak terlepas dari pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayan masyarakat menurut Sunyoto Usman 2008: 31 adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat kemandirian.
Pemberdayaan merupakan
usaha untuk
memperbaiki kehidupan
masyarakat dengan cara memberikan pemahaman pengendalian tentang kekuatan sosial, ekonomi, dan politik. Pemberdayaan masyarakat tidak
bersifat selamanya, dengan kata lain pemberdayaan masyarakat berlangsung melalui suatu proses belajar yang dilakukan secara bertahap
hingga mencapai kemandirian. Proses dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Menurut Hempri
Suparjan 2003: 44, dalam rangka pemberdayaan masyarakat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain:
a. Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat dalam struktur
sosial politik; b.
Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat masyarakat mampu membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi
serta sekaligus membuat pemutusan terhadap hal tersebut; c.
Peningkatan kapasitas masyarakat; d.
Pemberdayaan juga perlu mengkaitkan dengan pembangunan sosial dan budaya masyarakat.