Kriteria Perumusan Mekanisme Perumusan

3. Mekanisme Perumusan

Berdasarkan arah dan Kebijakan umum APBD, Pemerintah Daerah menyusun strategi dan Prioritas APBD, dalam Penyusunan strategi dan prioritas APBD, Daerah dapat melaksanakannya melalui Mekanisme sebagai berikut : a. Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD, Pemerintah Daerah melalui Tim Penyusunan Anggaran Eksekutif menyusun Strategi dan Prioritas APBD. b. Tim Penyusunan Anggran Eksekutif dalam menyusun strategi dan Prioritas APBD sedapat mungkin menggunakan berbagai sumber Data dan Metode penyusunan yang memfokuskan pada identifikasi kondisi yang ada, isu strategis, trend ke depan dan analisis SWOT Strenght = Kekuatan, Weaknes = Kelemahan, Opportunity = Peluang, Threat = Tantangan untuk mencapai target yang diharapkan dalam arah dan kebijakan umum APBD. c. Tim Penyusunan Anggaran Eksekutif dalam mengembangkan strategi dan prioritas APBD dapat melibatkan tim ahli. Untuk mempertimbangkan kepraktisan, keterlibatan tim ahli pada saat penyusunan konsep arah dan kebijakan umum APBD dapat juga sekaligus terlibat dalam penyusunan strategi dan prioritas APBD. d. Strategi dan Prioritas APBD yang telah disusun Tim Anggaran Eksekutif, selanjutnya disampaikan kepada Panitia Anggran Legigislatif untuk konfirmasi kesesuaiannya dengan arah dan kebijakan umum APBD yang telah disepakati sebelumnya. e. Arah dan kebijakan umum serta strategi dan prioritas APBD selanjutnya menjadi dasar bagi Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah untuk menyiapkan Rancangan APBD. Renstrada Dokumen Data Historis Pokok-Pokok Pikiran DPRD Arah Dan Kebijakan Umum APBD MASYARAKAT Tokoh Masyarakat , LSM Asosiasi Prof esi, Perguruan Tinggi dan lain-lain PEMDA Jaring Asmara Kebij akan Pemerintah Atasan Gambar 3. Mekanisme Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD 2.6. Partisipasi Masyarakat dan Kriteria 2.6.1. Partisipasi Aktivitas pembangunan senantiasa berkelanjutan sustainable yang membutuhkan biaya yang cukup besar dan tidak terbatas. Pemerintah sebagai fasilitator pembangunan mempunyai sumber daya dan dana yang terbatas untuk membiayai proses pembangunan berkelanjutnya yang merupakan merupakan impian masyarakat. Dalam kondisi krisis nasional ini, seharusnya pemerintah tidak terjerumus dalam lingkaran setan pada bantuan luar negeri untuk membaiayai pembangunan nasional, untuk dapat memperkecil permasalahan pemerintah untuk membiaya Pembangunan Nasional dirasakan perlunya partisipasi masyarakat dan perancanaan strategis dan menentukan skala prioritas agar kegiatan yang dilaksanakan tepat pada sasaran dan keinginan masyarakat. Dengan beban pembangunan yang semakin berat yang ditanggung pemerintah maka diharapkan masyarakat berpartisipasi aktif dan dapat lebih memahami permasalahan pembangunan yang sedang kita hadapi. Pembangunan desakelurahan yang identik dengan pembangunan masyarakat merupakan suatu proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desakelurahan yang merupakan bagian tak terpisahkan serta totalitas dari pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Keberhasilan pembangunan desakelurahan sangat tergantung dari partisipasi masyarakat dan perencanaan pembangunan yang dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya masyarakat. Mubyarto 1984:35 mendefenisikan : partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuiai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Nelson Bryant dan White, 1982:206 menyebutkan partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan dengan partisipasi horizontal, dan partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron, atau antara masyarakat sebagai keseluruhan pemerintah, dengan partisipasi vertikal. Menurut Bryant dan White 983:206: Keterlibatan dalam berbagai kegiatan politik seperti pemberian suara dalam pemilihan, kampanye dan lain sebagainya, disebut partisipasi dalam proses politik, sedangkan keterlibatan dalam kegiatan seperti perencanaan dan pelaksanaan pembangunan disebut partisipasi dalam proses administratif. Sementara itu keterlibatan masyarakat sebagai suatu kesatuan disebut dengan partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok disebut partisipasi individual. Partisipasi vertikal terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat yang terlibat atau yang mengambil bagian dalam suatu program dengan pihak lain. Dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Partisipasi horizontal antara satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Jika masyarakat desa yang bersangkutan tidak berkesempatan berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek di desanya, proyek tersebut pada hakikatnya bukanlah proyek pembangunan desa.

2.6.2. Kriteria Partisipasi

Beberapa kriteria partisipasi yang tersirat dari penggunaan istilah peran serta partisipasi meliputi : a Partisipasi mengacu kepada subjek yang berinteraksi, yaitu individu yang berada dalam suatu unit masyarakat kelompok, organisasi, perekonomian, pemerintah dan bangsa, dimana masing-masing mereka mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusannya sendiri-sendiri, tetapi terikat dalam ikatan solidiritas tertentu untuk mewujudkan kepentingan atau rencana bersama. b Dalam partisipasi terdapat kesadaran dan kesukarelaan individu untuk mewujudkan peranan yang diberikan oleh organisasi secara ikhlas. Anggota masyarakat terlibat dalam proses pembangunan secara sukarela dan atas kemauan sendiri. Gerakan anggota masyarakat yang terjadi tidak ditimbulkan oleh penggunaan kekuasaan yang dipunyai oleh pimpinan formal. c Partisipasi berkonotasi kepada keterlibatan anggota perorangan dalam proses pengelolaan suatu kegiatan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengerahan sumber daya, pengawasan dan penyesuaian. d Kelompok sasaran target group dari partisipasi adalah rakyat banyak yang merupakan lapisan yang selama ini diabaikan oleh kaum elite. Mubyarto 1884 menegaskan bahwa dimensi keberhasilan suatu pembangunan partisipasi berarti membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang dengan tidak berarti mengorbankan kepentingan sesuai dengan kemampuan setiap orang dengan tidak berarti mengorbankan kepentingan pribadi. Memahami beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi itu timbul, tumbuh dan berkembang sebagai akibat adanya perubahan pembangunan dasar manusia yang menjadikan partisipasi sebagai sentral pembangunan Sukanto, 1991. Partisipasi masyarakat bukan hanya ideologi demokrasi tetapi juga mengikutsertakan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan, yang menyangkut dirinya sendiri. Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses keterlibatan warga dalam semua aspek kegiatan pembangunan fisik maupun non fisik lingkungan. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dipusatkan pada usaha mendorong dan memotivasi setiap orang atau kelompok agar berpartisipasi dapat dinilai sebagai salah satu upaya pengembangan kehidupan bersama dalam masyarakat. Selain sebagai suatu ideologi demokratis partisipasi juga mengikut sertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. agar : a Program akan lebih terjamin kesuksesannya karena masyarakat yang berkepentingan ikut ambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaannya. b Proses dan aplikasi partisipasi dapat mengembangkan ketrampilan masyarakat dan memupuk rasa kekeluargaan. c Partisipasi mencerminkan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan. d Partisipasi menumbuhkan saling pengertian, kebersamaan keterpaduan antara golongan dalam masyarakat. e Partisipasi mengindikasikan seseorang tidak lagi sebagai objek di dalam masyarakat, melainkan sebagai subyek yang bertanggung jawab dalam pembangunan. Dari beberapa uraian yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa partisipasi dapat dilihat dalam perubahan sosial sampai dengan memberi tanggapan terhadap informasi baik, dalam arti menerima, mengiakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya. Dalam perencanaan pembangunan tahapan partisipasi berupa pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib mereka dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis. Tahapan partisipasi lainnya dapat dilihat dari pelaksanaan operasional pembangunan, menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan serta dalam menilai pembangunan serta dalam menilai pembangunan sesuai dengan rencana dan hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengelolaan pembangunan pada dasarnya dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian atau pembinaan, sampai dengan pemeliharaan dan tindak lanjut hasil-hasil pembangunan. Inilah yang disebut sebagai fungsi pengelolaan pembangunan secara utuh. Mengingat sifat pengelolaan pembangunan desakelurahan itu meliputi banyak aspek dan memiliki keterkaitan dengan banyak pihak, maka tidak dapat dihindari bilamana metode perencanaan partisipatif yang diperkenalkan di tingkat desakelurahan juga banyak jenisnya. a Dengan penggunaan berbagai alternatif partisipasi masyarakat itu sendiri, maka manfaat yang dapat diperoleh antara lain: Terjadi dialog dua arah antara pemerintah dan masyarakat. b Lingkungan dan budaya lokal dinilai sebagai sumber daya pembangunan. c Dapat mengurangi konflik kepentingan dan konflik sosial. d Percaya diri dan semangat membangun para aparat pemerintah dan masyarakat semakin meningkat. e Masyarakat menjadi lebih aktif dan dinamis. f Inisiatif masyarakat terus tumbuh tanpa dipaksakan. g Pemerintah maupun maupun masyarakat merasakan bahwa keputusan terbaik adalah bila melibatkan masyarakat. 2.7. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah upaya memberdayakan mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Jadi pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengembangkan masyarakat dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan agar masyarakat tersebut dapat mencapaimemperoleh kehidupan yang lebih baik. Payne 1997;266 mengemukakan lebih jauh inti dan tujuan pemberdayaan dilakukan : “ To help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to execising cacily and self-confidence to use power and by transferring power from the environment to clients”. Shardlow 1998:32 melihat bahwa berbagai perngertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok maupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Gagasan Shadlow ini, tidak jauh dengan gagasan yang mengartikan pemberdayaan sebagai upaya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi kreatif sesuai dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping itu secara bertahap masyarakat juga didorong untuk meningkatkan kapasotas dirinya untuk mengambil peran yang sejajar dengan mereka yang lebih berdaya melalui proses penyadaran. Konsep pemberdayaan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan keberdayaan, yaitu kemampuan dan kemandirian. Menurut Kartasasmita 1996:2 keberdayaan merupakan unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan suvive dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Unsur-unsur yang menjadi sumber keberdayaan dimaksud adalah nilai kesehatan, pendidikan, prakarsa, kekeluargaan, kegotongroyongan, kejuangan dan sebagainya. Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata berdaya dan kata berdaya yang berarti kekuatan, berkemampuan, bertenaga Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:189. Menurut Sumodiningrat 1999, pengertian pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian. Perserikatan Bangsa Bangsa untuk program pembangunan United Nations Development Programme mendefenisikan pemberdayaan masyarakat sebagai proses dimana semua usaha swadaya masyarakat digabungkan dengan usaha-usaha yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, social dan budaya. Atau pengertain tersebut dapat disederhanakan menjadi suatu metode atau pendekatan yang menekankan adanya partisipasi umum dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan. Pemberdayaan empowerement dalam studi kepustakaan memiliki kecenderungan dalam dua proses, pertama, prose pemberdayaan yang menekankan pada proses pemberian atau mengalihkan sebaian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya dan kedua, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Menurut Prijono 1996:208-209, pemberdayaan terdiri dari pemberdayaan pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, psikologi dan poltik. Pemberdayaan pendidikan merupak faktor kunci yang ditunjang dan dilengkapi oleh pemberdayaan yang lain, yaitu : 1. Pemberdayaan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan dapat meningkatkan pendapatan, kesehatan, produktivitas. Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi, karena dalam pendidikan itu pendidikan itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak. 2. pemberdayaan ekonomi. Akses dan penghasilan atas pendapatan bagi setiap orang merupakan hal yang penting karena menyangkut otonominya kemandirian. Sehingga dengan faktor ekonomi tersebut memungkinkan manusia

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menurut Moh. Nazir 1999:63, bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Medan Area yang meliputi 12 kelurahan.

3.3. Populasi dan Sampel

Sebagai populasi dari penelitian ini adalah seluruh unsur yang terlibat dalam Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang. Peserta Musrenbang Kecamatan adalah: perwakilan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, unsur Aparat Kecamatan, Kelompok Perempuan, Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki aktivitas di kecamatan tersebut, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM, pengusaha, para pelaku pembangunan stakeholders lainnya yang mewakili individu maupun kelompok yang peduli terhadap pembangunan atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah.

3.4. Rencana Sampling

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Hal ini dilakukan mengingat karena obyek yang akan diteliti sumber data sangat luas, yaitu terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang terkait dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan MUSRENBANG. Adapun sampel dalam penelitian ini mereka yang termasuk terlibat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan MUSRENBANG Kecamatan Medan Area yang secara terperinci adalah sebagai berikut : Tabel 1. Rencana Sampling No Instansi Masyarakat Jumlah Sampel 1 Perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Medan 2 Aparat Kecamatan 3 Aparat Kelurahan 4 Tokoh Masyarakat Agama, pemuda, adat dan perempuan 5 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat 2 orang 4 orang 12 orang 22 orang 3 orang Jumlah 43 orang

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang diperoleh melalui : a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Sedangkan data sekunder, dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu data yang diperoleh telah diolah baik dalam bentuk angka maupun berupa uraian sesuatu hal yang berhubungan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan bahan informasi yang diperoleh yang terkait dalam penelitian ini. b. Kuesioner, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang relevan dari responden melalui daftar pertanyaan tertutup dan terbuka yang diajukan. Dengan menyajikan beberapa alternatif jawaban yang sudah ditentukan.

3.6. Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah terkumpul selanjutnya perlu dianalisis agar dapat memberikan informasi yang jelas. Dengan format penelitian deskriptif kualitatif, maka analisis data dilakukan melalui interpretasi berdasarkan pemahaman intelektual yang dibangun oleh pengalaman empiris. Interpretasi dan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a Pengumpulan data, melalui teknik dokumentasi untuk memperoleh data sekunder serta wawancara dan observasi untuk memperoleh data bersifat primer. b Penilaian data dengan memperhatikan prinsip validitas, obyektivitas dan reliabilitas. Untuk itu ditempuh prosedur: 1. Mengkategorisasikan data primer dan sekunder dengan sistem pencatatan yang relevan. 2. Melakukan kritik atas data yang telah diperoleh dengan tujuan untuk melakukan kontrol apakah data tersebut relevan untuk digunakan. c Interpretasi dan penyajian data, dilakukan dengan membuat analisis data dan fakta melalui pemahaman intelektual yang dibangun atas dasar pengalaman empiris. Untuk itu diperlukan kecermatan dan harus dibekali dengan seperangkat teori yang relevan. Agar penyajian data lebih informatif dan jelas, maka hasil interpretasi dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel, persentase serta membuat deskripsi dalam rangkaian yang logis. d Penyimpulan, yaitu penarikan kesimpulan atas dasar interpretasi dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Uum Kecamatan Medan Area

4.1.1. Kondisi Wilayah

Kondisi wilayah Kecamatan Medan Area adalah sebagai salah satu Wilayah Kecamatan di Kota Medan yang berdiri pada bulan Oktober 1991, dengan luas wilayah 422 Ha. Kecamatan Medan Area terdiri dari 12 Kelurahan dan 173 Lingkungan yang dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat masyarakat. Untuk lebih jelasnya dbawah ini terperinci tabel Kelurahan dan Lingkungan serta Luas Wilayah dan Kepala Kelurahan sebagai berikut: Tabel 2. Kelurahan, Jumlah Lingkungan, Luas Wilayah dan Nama Kepala Kelurahan Kecamatan Medan Area No KELURAHAN LINGKUNGAN LUASHA NAMA KEPALA KELURAHAN 1 TEGAL SARI I 13 25.05 BATARA HARAHAP 2 TEGAL SARI II 8 24 ADIL NASUTION 3 TEGAL SARI III 10 35 IRWAN DANIL NST 4 KOTAMATSUM-I 34 33,07 ZAINAL ABIDIN 5. KOTAMATSUM-II 16 27 AHMAD KOSIM NST 6. KOTAMATSUM-IV 17 27 FAISAL HARAHAP, SSTP 7. SUKARAMAI-I 17 13.07 SYAHRIAL FAHMI HRP 8. SUKARAMAI-II 16 31.02 M. YUNUS 9. SEI RENGAS-II 11 35.78 ALEX SINULINGGA, SSTP 10. PASAR MERAH TIMUR 13 75.02 AHMAD FIKRI LUBIS 11. PANDAU HULU-II 11 47.55 FERRY SUHERY. S.Sos 12. SEI RENGAS PERMATA 8 25.37 ERWINSYAH P. NST, SSTP JUMLAH 173 422 Sumber : Kantor Camat Medan Area, 2010. Batas Wilayah Kecamatan Medan Area : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai Sebelah Barat berba tasan dengan Kecamatan Medan kota

4.1.2. Keadaan Penduduk

Penduduk yang bermukim dikecamatan Medan Area terdiri dari beberapa suku, antata lain: Suku Melayu, Suku Mandailing, Suku Minang, Suku Batak, Suku Karo, Suku aceh, Suku Jawa dan WNI Turunan Cina. Dengan mata pencaharian sebagian besar adalah Pedagang, Pegawai NegeriABRI, Pensiunan, Pegawai Swasta, Buruh serta Wiraswasta. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan WNA Kecamatan Medan Area sd bulan Pebruari Tahun 2010 No KELURAHAN LKJIWA PR JIWA JUMLAH JLH WNA 1. TEGAL SARI I 6.393 6.129 12.522 31 2. TEGAL SARI II 4.572 4.205 8.777 -- 3. TEGAL SARI III 6.991 6.740 13.731 -- 4. KOTAMATSUM-I 9.630 8.915 18.545 -- 5. KOTAMATSUM-II 6.204 5.764 11.968 -- 6. KOTAMATSUM-IV 7.783 7.267 15.050 -- 7. SUKARAMAI-I 6.182 5.916 12.098 -- 8. SUKARAMAI-II 4.690 4.803 9.493 16 9. SEI RENGAS-II 4.059 4.388 8.447 10 10. PSR MERAH TIMUR 8.111 7.864 15.975 -- 11. PANDAU HULU-II 5.362 5.727 11.089 7 12. SEI RENGAS PERMATA 2.734 2.980 5.714 6 JUMLAH 72.711 70.696 143.407 70 Sumber : Kantor Camat Kecamatan Medan Area, 2010 Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah kota Medan, Camat Medan Area adalah perangkat Pemerintah yang langsung berada dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada Wakil Kota Medan. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas sehari- hari , dikantor Camat Medan Area diadakan Evaluasi melalui rapat-rapat koordinasi dengan Instansi Lintas Sektoral antara lain: a Muspika b Polsekta Medan KotaTeladan c Dinas Pendidikan d KUA e PPIKB Kecamatan f Puskesmas Sukaramai, Medan Area Selatan dan Kotamatsum g Mantri Statistik Mantis h PPL Pertanian dan PKK Kecamatan Medan Area

4.1.3. Visi dan Misi Kecamatan Medan area

Sejalan dengan visi Kota Medan, yaitu Terwujudnya Medan sebagai Kota Metropolitan, yang bercirikan masyarakat madani, menguasi imtaq dan berwawasan lingkungan maka Kecamatan Medan Area telah merumuskan visi dan misinya sebagai acuan program yang akan dilaksanakan, yaitu : V I S I “Terwujudnya Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Di Bidang Pemerintahan Pembangunan Dan Kemasyarakatan” M I S I 1. Meningkatkan kualitas jasa Pelayanan Kepada Masyarakat di Kelurahan 2. Meningkatkan Prasarana dan Sarana Pelayanan Kepada Masyarakat 3. Meningkatkan Sumber Daya Aparatur pemberi jasa pelayanan kepada masyarakat 4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan Manajemen pembangunan Kelurahan TUJUAN 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang kependudukan kepada masyarakat 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dibidang jada perizinan kepada masyarakat 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat. 4. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan pelayanan prima kepada masyarakat. SASARAN 1.1 Terwujudnya masyarakat yang memiliki identitas kependudukan 1.1 Terwujudnya adanya standart pelayanan KTPKRT kepada masyarakat 2.1 Terwujudnya penguasa yang taat kepada peraturan yang berlaku 2.2 Terwujudnya standar pelayanan perizinan yang sesuai dengan peraturan pada masyarakat 3.1 Terwujudnya pelaksanaan pendidikan bagi anak-anak yang wajib belajar 3.2 Terwujudnya tingkat kesehatan masyarakat secara menyeluruh TUGAS POKOK Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor:63 Tahun 2001 tanggal 13 Nopember 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, pada pasal 3 disebutkan Tugas Pokok Camat sebagai berikut: Membantu Kepala Daerah dalam penyelenggarakan Pemerintah, Pembangunan, dan Pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah Kecamatan. FUNGSI Sesuai dengan Pasal 4 Surat Keputusan Walikota Medan Nomor : 63 Tahun 2001 Tanggal 13 Nopember 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kota Medan camat mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah 2. Menyelenggarakan pelayanan Pemerintah Kecamatan 3. Menyelenggarakan tugas-tugas pemerintah, pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan. 4. Membantu dan mengendalikan program kerja kelurahan 5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala Daerah 1.1 Rehabilitasi dan Pengaspalan Jalan 1.2 Perbaikan dan Pembangunan Jalan PROGRAM 1.3 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan 1.4 Pengorekan Parit 1.5 Pembetonan Dinding Parit 1.6 Rehabilitasi Titi 2.1. Rehabilitasi Gang 2.2. Pengecetan Trotoar 2.3. Pengerasan Gang 2.4. Peninggian Parit 3.1. Penyemprotan nyamuk demam berdarah 3.2. Pengadaan Mobil Puskesmas keliling 4.1. Pelatihan Jahit Menjahit 5.1. Pemasangan Lampu Penerangan Jalan 6.1. Pembinaan Generasi Muda tentang Bahaya Narkoba 7.1 Pembinaan Usaha Pengerajin Sepatu pada Mutu Pemasaran 7.2 Pembinaan Kepala Lingkungan Tentang Dasawisma

4.1.4. Masalah Yang Dihadapi a. Bidang Pembangunan

Sesuai dengan Pemantauan kami di Wilayah Kecamatan Medan Area bahwa Prasarana Umum pada saat ini seperti saranaprasarana sudah hampir memadai yaitu jaringan-jaringan jalan, Saluran Drainase, Jaringan Air Bersih, Listrik, Telepon, Transportasi, Penghijauan. Namun hal ini merata belum disemua Kelurahan Seperti : yang menjadi Permasalahan Daerah rawan banjir yaitu: 1. Kelurahan Kotamatsum I Yaitu parit di jalan Rahmadsyah Ujung tepatnya arah jalan Laksana, melibatkan kel. Kotamatsum IV, keadaannya sekarang sudah sangat dangkal dan parit tersebut tidak mampu menampung curahan hujan, apabila hujan turun terjadi banjir menggenangi rumah-rumah penduduk. 2. Kelurahan Pasar Merah Timur Parit yang terletak di Jalan Setia Kawan pada saat ini keadaan parit dan gang setia kawan sangat memperhatinkan apabula hujan terjadi banjir menggenangi rumah- rumah penduduk. 3. Kantor Lurah Tegal Sari-I, Tegal Sari-II dan Kantor Lurah Kotamatsum-II. Keadaannya sangat sempit, apabila ada kegiatanpertemuan misalnya Rapat para Pegawai merasa terganggu bekerja karena kantor lurah tidak mempunyai Aula sehingga pelayanan kepada masyarakat kurang, maksimal dan penyimpangan arsip kurang memadai. 4. Di Wilayah Kecamatan Medan Area Pada saat ini terdapat 4 empat Sekolah Dasar yang sudah bocor atapnya yaitu SD. Negeri 060808 dan SD. Negeri 060814 Jalan Rahmadsyah, dua sekolah ini berada dalam 1 satu gedung. SD. Negeri 060806 Jalan Kakap dan SD Negeri 060826 Jalan Megawati. Apabila hujan turun atap gedung sekolah ini bocor sehingga ruangan kelas masuk air hujan mengakibatkan proses belajar mengajar terganggu.

b. Bidang Kemasyarakatan

Pelayanan terhadap masyarakat di Kecamatan Medan Area sudah berjalan dengan baik, namun bidang: Generasi Muda memerlukan pembinaan seperti: Pembinaan Penyuluhan dan Pelatihan misalnya Pelatihan jahit menjahit bagi Ibu-ibu PKK sekaligus menambah pendapatan keluarga. Pemerintah Kecamatan Medan Area selalu menghimbau kepada generasi muda agar para pemuda dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang mengganggu ketertiban dan keamanan di Wilayah Kecamatan Medan Area. Dan untuk mengatasi hal tersebut juga masih diperlukan pembinaan kepada remaha putra seperti: Penyuluhan pembinaan tentang kesadaran Hukum dan Bahaya Narkoba. Dan di bidang Kesehatan Masyarakat, masih memerlukan peningkatan pelayanan masyarakat yang dilaksanakan oleh 3 tiga Puskesmas, di Wilayah Kecamatan Medan Area pelayanan masih kurang memadai, hal ini disebabkan kurangnya fasilitas kesehatan seperti: Kendaraan roda empat Puskesmas keliling sampai saat ini belum ada.

c. Bidang Penertiban Dan Kamtibnas

Di wilayah Kecamatan Medan Area keadaan KAMTIBNAS aman dan terkendali, permasalahan yang ada yaitu: a. Para pedagang kaki lima yang berjualan disekitar lokasi pasar Sukaramai sepanjang Jalan AR Hakim, Jl. Sutrisno sering menghambat arus lalu lintas dan mengakibatkan terjadinya kemacetan jalan, pada saat ini pihak Kecamatan dan Kelurahan.Kepling terus melaksanakan Posko setiap hari, namun para pedagang kurang menghindahkan hal tersebut. untuk itu dimohon kepada Instansi terkait agar tetap turut menertibkan Pasar Sukaramai. b. Untuk menjaga ketertiban dibidang penertiban IMB Izin Mendirikan Bangunan dan Izin usaha diharapkan sebelu ada rekomendasi dari pihak kecamatan agar tidak diproses terlebih dahulu oleh Instansi terkait hal ini adalah untuk menjaga timbulnya permasalahan dilapangan.

d. Bidang Pelayanan Umum

Dalam rangka pelaksanaanpenyelenggaraan roda pemerintah di Kecamatan Medan Area. Camat adalah sebagai Kepala Wilayah dengan tugas sangat luas dan Kompleks dalam hal ini sifatnya tidak diperinci satu persatu. Untuk pelaksanaan tugas sehari harinya harus didukung dibantu oleh unsur staf Kecamatan dan Instansi lintas Sektoral dalam hal ini dijelaskan bahwa jumlah Pegawai yang bertugas di Kantor Camat Medan Area sampai dengan bulan April 2010 sebanyak 18 orang. Untuk memperlancar tugas sehari-harinya perlu penambahan pegawai dan fasilitas kerja seperti: Penambahan Mesin Tik, seperangkat Komputer, file KabinetLemari Arsip, kursi Pegawai. Tabel 4. Jumlah Pegawai Kantor Kecamatan Medan Area Tahun 2010 No GOLRUANG JUMLAH 1. III d 2 Orang 2. III c 7 Orang 3. III b 4 Orang 4. III a 1 Orang 5. II d 3 Orang 6. II c - Orang 7. II b 1 Orang Jumlah 18 Orang Sumber : Kantor Camat Kecamatan Medan Area, 2010. BAGAN STRUKTUR PEMERINTAH KECAMATAN MEDAN AREA Berdasarkan PERDA KOTA MEDAN : No. 3 Tahun 2009 Tanggal 4 Maret 2009 CAMAT M. SOFYAN S.Sos NIP. 197002081991021001 SEKCAM PAHRI,S.Sos, MAP NIP. 196608101987121002 KASUBBAG KEU RANGGA KARFIKA S NIP. 19840201200312001 KASUBBAG PROG ZULKARNAEN NIP.195810061981011001 KASUBBAG UMUM JAMILAH NIP.196706091990112001 KASI PEMERINTAHAN DRS. SYAHRUL SRG NIP.196006261980031002 KASI PMBERDAYAAN MASY DRS.ROLAN SIMANJUMTAK NIP.195810041979032001 KASUBBAG UMUM JAMILAH NIP.196706091990112001 KASUBBAG UMUM JAMILAH NIP.196706091990112001 Tegal Sari I Suka Rame II S.Rengas II S.Rengas Permata Pandau Hulu II Suka Rame I Kota Matsum I Kota Matsum II Kota Matsum IV P.Merah Timur Tegal Sari II Tegal Sari III KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL GAMBAR 4. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KECAMATAN MEDAN AREA 58

4.1.5. Alternatif Pemecahan Masalah

1. Di Kecamatan Medan Area Pelaksanaan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan Pelayanan Masyarakat dan Ketertiban dapat berjalan dengan baik, namun tidak tertutup kemungkinan pembenahan-pembenahan agar Pembangunan lebih merata baik di bidang fisik maupun non fisik hal ini dapat tercapai sekaligus di tingkatkan melalui pemberdayaan kelurahan. 2. Parit yang terletak di Jl. Rahamadsyah Ujung arah Jl. Laksana keadaannya sekarang ini kurang berfungsi, karena parit tersebut tidak mampu menampung curahan hujan, untuk menghindari banjir perlu diadakan pendalamanpengorekan parit sekaligus pemborosan parit di sepanjang Jl. Rahmadsyah kiri dan kanan sehingga saluran air lancar mengalir ke Parit Jl. Ismaliyah. 3. Di kelurahan Pasar Merah Timur yaitu di Jl. Setia Kawan pada saat ini paritnya sangat dangkal dan apabila hujan turun sepanjang Jl. Setia Kawan banjir menggenangi rumah penduduk untuk itu diharapkan memperdalampengorekan parit sekaligus pengaspalan Jl. Setia Kawan. 4. Dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di Puskesmas di Wilayah Kecamatan Medan Area pada saat ini sangat membutuhkan fasilitas seperti Mobil Puskemsas keliling untuk tiga puskesmas di Medan Area. Hal ini adalah untuk mempercepat pertolonganpelayanan kepada masyarakat. 5. Di Kecamatan Medan area ada tiga Kantor Lurah yang sangat mengharapkan perbaikanrehap yaitu Kantor Lurah Tegal Sari I, Tegal Sari II dan Kotamatasum 59 II untuk tahun 2010 sangat diharapkan pembangunannya hal ini adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

4.1.6. Arah Dan Kebijakan Umum Dan Skala Prioritas Di bidang

Pembangunan Yang Dikelola a. Pemerintahan Umum Berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Medan Nomor 63 Tahun 2001 tentang tugas pokok dan fungsi Kecamatan di lingkungan pemerintah Kota Medan bahwa Camat sebagai perangkat Daerah Kecamatan, Camat adalah berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah. Camat mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat dalam wilayah kecamatan. Tugas-tugas sehari-hari melaksanakan pelimpahan wewenang pemerintah pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, memantau dan mengendalikan program kerja Pemerintahan Kelurahan serta melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah. Berdasarkan evaluasi Kecamatan pada tahun 2009 terhadap pelaksanaan tugas-tugas pada bidang Pemerntahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan di Kecamatan Medan Area telah terlaksana dengan baik walaupun masih perlu adanya peningkatan. Namun secara umum perbaikanperubahan-perubahan dikaitkan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah harus lebih terlaksana lagi untuk 60 meningkatkan Otonomi Daerah yang menjadi tumpuan untuk pengambilan keputusan, penentuan dan manfaat sumber dana APBD dan APBN, alokasi umum DAU untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga terwujudnya proses percepatan dalam pemberdayaan masyarakat dalam mensukseskan pembangunan.

b. Bidang Pembangunan

Arah pembangunan masyarakat adalah merupakan kegiatan pembangunan yang berlangsung di Kelurahan Kecamatan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat yang dilaksanakan secara merata dan terpadu, terprogram berdasarkan kebutuhan kondisi suatu wilayah, Kecamatan Medan area merupakan Tipe Kecamatan Jasa dan Perdagangan dengan beranekaragam corak kehidupan masyarakat. Kebijakan pemerintah Daerah Kota Medan dalam membersihkan pembangunan khususnya di Kecamatan Medan Area dalam membersihkan Kota Medan di berbagai sektor seperti: Peningkatan Sarana Jalan, Drainase Parit Skunder dan Tertier dalam pencegahan banjir serta penanggulangan berjangkitnya penyakir Demam Berdarah. Hal ini harus ditopang oleh peningkatan kualitas keberhasilan lingkungan tempat tinggal warga masyarakat serta sarana-sarana umum lainnya. Untuk itu dalam melaksanakan pembangunan ke 12 Kecamatan Kelurahan di Medan area harus di dukung oleh partisipasi masyarakat seperti yang telah di programkan ditahun 2009, apabila hal ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan terencana diiringi dengan keterpaduan ole berbagai instansi terkait sebagai penggerak 61 dan pelaku pembangunan dengan keikut sertaan dukungan oleh masyarakat untuk dapat aktif berperan demi mensukseskan pembangunan. Dalam perencanaan tahun 2009 kebijaksanaan usulan-usulan proyek yang diajukan oleh berdasarkan penjaringan aspirasi masyarakat yang telah dimajukan dalam pelaksanaan Rapat Forum Pembangunan di tingkat Kecamatan Medan Area telah tersusun Skala Prioritas dari pemerintah kelurahan Kecamatan Medan Area, untuk itu usulan tersebut sudah sesuai dengan evaluasi dan monitoring pihak kecamatan di lapangan.

4.2. Hasil Penelitian

Disini akan diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan kedudukan dalam Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang Kecamatan Medan Area. Di samping itu juga akan dijelaskan tentang variabel penelitian yaitu implementasi kebijakan yang meliputi tentang : Komunikasi, Sumber-sumber, Kecenderungan-kecenderungan, Struktur birokrasi dan Hasil yang diperoleh.

4.2.1. Karakteristik Responden

Penyajian karakteristik responden bertujuan untuk mengenal ciri-ciri khusus yang dimiliki responden sehingga memudahkan peneliti untuk mengadakan analisis. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini : 62 Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1. Laki-laki 36 83,72 2. Perempuan 7 16,28 JUMLAH 43 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Dari Tabel 5 terlihat bahwa sebahagian besar responden 83,72 persen adalah laki-laki, dan responden yang perempuan 16,28 persen. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Umur No Umur Tahun Frekuensi Persentase 1. 20 – 30 7 16,28 2. 31 – 40 22 51,16 3. 41 – 50 12 27,91 4. 51 – 60 2 4,65 JUMLAH 43 100,00 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Dari tabel 6 dapat dilihat dari umur responden secara keseluruhan, sebahagian responden 51,16 persen adalah mereka yang berusia 31-40 tahun, sedangkan yang berusia 50 tahun ke atas sebanyak 4,65 persen. Namun apabila dilihat dari kelompok umur, yang terbanyak adalah mereka yang berada pada kelompok umur 31-40 tahun sebesar 51,16 persen dan kelompok umur 41-50 tahun sebesar 27,91 persen, sedangkan untuk kelompok umur 20-30 tahun sebanyak 16,28 persen. Data ini menunjukkan bahwa pengambilan data dari responden sebagian besar dari yang 63 berumur 31-40 tahun dimana pada usia ini penulis menganngggap pola pikirnya sudah matang dan masih segar. Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SLTP 7 16,28 2. SLTA 26 60,47 3. Perguruan Tinggi 10 23,26 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Pada uraian sebelumnya dijelaskan bahwa menurut Prijono 1996:208-209, pemberdayaan terdiri dari pemberdayaan pendidikan, ekonomi, sosial budaya, psikologi dan politik. Adapun pemberdayaan pendidikan yang merupakan kunci pemberdayaan masyarakat. Oleh karena pendidikan dapat meningkatkan pendapatan, kesehatan dan produktivitas. Seringkali masyarakat yang berpendidikan rendah dimana salah satu faktornya adalah ekonomi, karena dalam pendidikan itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak. Di lihat dari segi tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden, yang terbanyak adalah mereka yang berpendidikan SLTA 60,47 persen, berpendidikan SLTP sebesar 16,28 persen. Sedangkan bagi mereka yang pendidikannya sampai perguruan tinggi mencapai 9,30 persen. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dan mungkin sebagian besar masyarakat Kecamatan Medan Area adalah berpendidikan sampai dengan SLTA Dilihat dari kedudukannya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area, sebahagian besar responden adalah Tokoh Masyarakat 64 Agama, pemuda, adat dan perempuan sebagai peserta sebesar 51,16 persen kemudian diiukti oleh aparat kelurahan 27,91 persen dan aparat kecamatan sebesar 9,30 persen, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebesar 6,98 serta Perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Medan 4,65 persen, sebagaimana terlihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Kedudukan dalam Musrenbang No Asal Peserta Musrenbang Frekuensi Persentase 1. Perwakilan Satuan Kerja Perangkat 2 4,65 Daerah Kota Medan 2. Aparat Kecamatan 4 9,30 3. Aparat Kelurahan 12 27,91 4. Tokoh Masyarakat 22 51,16 Agama, pemuda, adat dan perempuan 5. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat 3 6,98 LPM Jumlah 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Pada uraian sebelumnya dijelaskan ada beberapa kriteria partisipasi antara lain Mubyarto:1984: a. Partisipasi yang mengacu kepada subyek yang berinteraksi yaitu individu yang berada dalam satu unit masyarakat kelompok, organisasi, perekonomian, pemerintah dan bangsa, dimana masing-masing mereka mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusannya sendiri-sendiri tetapi terikat dalam solidaritas tertentu untuk mewujudkan kepentingan bersama atau rencana bersama. b. Dalam partisipasi terdapat kesadaran dan kesukarelaan individu untuk mewujudkan peranan yang diberikan oleh organisasi secara ikhlas. c. Partisipasi konotasi kepada keterlibatan anggota perorangan dalam proses pengelolaan suatu kegiatan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengerahan sumber daya, pengawasan dan penyesuaian. d. Kelompok sasaran target group dari partisipasi adalah rakyat banyak yang merupakan lapisan yang selama ini diabaikan oleh kaum elite. 65 Dari data jumlah peserta pada Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar unsur masyarakat sudah terlibat dan ikut dalam Musyawarah Rencana Pembangunan di Kecamatan Medan Area dan ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat sudah cukup baik.

4.2.2. Variabel Penelitian

Faktor-faktor yang diukur dalam Implementasi Masyarakat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan di Kecamatan Medan Area adalah meliputi komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan, struktur birokrasi, dan hasil yang diperoleh Edward III 1980:17. Tabel 9. Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Mengetahui 39 90,70 2. Kurang mengetahui 4 9,30 3. Tidak mengetahui 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber : Angket Penelitian, 2010 Selain sebagai suatu ideologi demokratis partisipasi juga mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan agar program agar lebih terjamin kesuksesannya karena masyarakat yang berkepentingan ikut ambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaannya Sukanto:1991. Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa sebahagian besar 90,70 persen responden menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan 66 Medan Area yang dilaksanakan di wilayah mereka, sedangkan yang kurang mengetahui sebesar 9,3 persen dan tidak ada seorang responden pun yang menyatakan tidak mengetahui. Hal ini berarti bahwa secara umum masyarakat sudah mengetahui adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area yang dilaksanakan sekali dalam setahun tentang adanya program pemerintah yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan dalam setahun kedepan. Tabel 10. Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Tujuan Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Mengetahui 22 91,7 2. Kurang mengetahui 2 8,3 3. Tidak mengetahui 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber : Angket Penelitian, 2010 Pengetahuan mereka tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area terkait dengan pengetahuan tentang tujuan Program tersebut. Seperti terlihat pada Tabel 10 menunjukan bahwa besarnya mereka yang mengetahui tujuan program adalah sama besarnya dengan mereka yang mengetahui adanya program tersebut, yaitu sebesar 91,7 persen. Demikian juga halnya dengan yang kurang mengetahui, yaitu sebesar 9,3 persen. Seperti diketahui bahwa Musrenbang tingkat kecamatan tahun 2010 diselenggarakan untuk mensinkronkan berbagai kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari forum musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya sehingga 67 menjadi suatu usulan yang terpadu untuk dilaksanakan di Kelurahan danatau dibahas kembali ke tingkat Kecamatan. Dengan adanya bantuan fasilitator dan pendampingan dari Bappeda Kota Medan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan, diharapkan dapat merumuskan rencana pembangunan, bersama antara masyarakat dan semua stakeholder yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal dengan memperhatkan aspirasi masyarakat yang berkembang. Hasil akhir dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan berisi beberapa keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah: Daftar usulan kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan untuk dibahas pada Musrenbang Kota Medan, yang akan didanai melalui APBD dan sumber pendanaan lainnya. Usulan kegiatan ini merupakan hasil kesepakatan serta pemaduserasian antara usulan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Medan disosialisasikan kepada masing-masing Kelurahan oleh para wakilnya yang mengikuti Musrenbang Kecamatan; serta terpilihnya wakil Kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kota Medan. 68 Tabel 11. Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Adanya Perangkat Aturan dalam Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Mengetahui 37 86,05 2. Kurang mengetahui 6 13,95 3. Tidak mengetahui 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Seperti yang dikemukakan oleh Edward III 1980:17 mengenai Interpretasi yang maksudnya adalah bahwa program dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang telah dikeluarkan oleh pejabata yang berwenang. Dalam kaitannya dengan tingkat pengetahuan responden tentang adanya perangkat aturan dalam program Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area, sebesar 86,05 persen responden menyatakan mengetahui dan 13,95 persen lainnya menyatakan kurang mengetahui serta tidak ada seorangpun responden yang tidak mengetahuinya, seperti terlihat pada tabel 11. 69 Tabel 12. Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Adanya Peraturan Tertulis dalam Pelaksanaan Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Mengetahui 40 93,02 2. Kurang mengetahui 3 6,98 3. Tidak mengetahui 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber : Angket Penelitian, 2010 Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya 95,8 persen responden menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang adanya aturan tertulis dalam Program Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area, dan hanya 6,98 persen atau tiga orang responden saja yang menyatakan kurang mengetahui serta tidak seorang pun yang menyatakan tidak mengetahui tentang adanya aturan tertulis dalam program tersebut. Hal ini berarti bahwa secara umum responden telah mengetahui adanya aturan yang tertulis dalam pelaksanaan program tersebut. Tabel 13. Pendapat Responden Tentang Pemahaman Peraturan dalam Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Mengetahui 40 93,02 2. Kurang mengetahui 6 6,98 3. Tidak mengetahui 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 70 Salah satu hal penting untuk keberhasilan suatu program adalah adanya peraturan yang dapat dipahami oleh baik aparat pelaksana maupun oleh masyarakat itu sendiri. Menurut Bryan and White 983:206 ; Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan politik seperti pemberian suara dalam pemilihan, kampanye dan lain sebagainya disebut partisipasi dalam politik, sedangkan keterlibatan dalam kegiatan seperti perencanaan dan pelaksanaan kegiatan disebut partisipasi dalam proses administratif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebahagian besar responden 93,02 persen menyatakan telah telah dapat memahami tentang aturan yang ada sebagai salah satu bentuk dalam patisipasi administratif, sedangkan yang kurang memahami sebesar 6,98 persen lihat Tabel 13. Demikian juga halnya dengan pengetahuan tentang hak dan kewajiban dalam program, sebahagian besar responden 88,37 persen responden menyatakan telah mengetahuinya. Bagi responden yang menyatakan menyatakan kurang mengetahui sebesar 9,30 persen dan 2,33 persen atau satu orang responden lainnya yang menyatakan tidak mengetahui tentang hak dan kewajiban dalam program tersebut lihat Tabel 14. 71 Tabel 14. Pendapat Responden Tentang Hak dan Kewajiban dalam Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Memahami 38 88,37 2. Kurang memahami 4 1 3. Tidak memahami 1 2,33 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Setiap peserta dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan memiliki hak dan kewajiban yang harus mereka pahami untuk mengikuti rapat tersebut. Dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area, dinyatakan bahwa setiap komponen pelaksana program fasilitator, aparat pemerintah dan masyarakat masing-masing mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya masing-masing dalam program tersebut. Tabel 15. Pendapat Responden Tentang Perkembangan Kegiatan Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Mengetahui 38 88,37 2. Kurang mengetahui 5 11,63 3. Tidak mengetahui 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Van Master dan Van Horn dalam Wahab,1990 :51, merumuskan proses Implementsi atau pelaksanaan sebagai berikut: “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok 72 pemerintahswasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tunuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelli Wibawa, 1994: 19, Implementasi adalah sebagai berikut : “Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan. Dan dijelaskan bahwa suatu proses interaksi diantara merancang dan menentukan sasaran yang diinginkan. Partisipasi mengindikasikan seseorang tidak lagi sebagai objek didalam masyarakat, melainkan sebagai subjek yang ikut bertanggung jawab dalam pembangunan Sukanto:1991. Perkembangan kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area merupakan hal penting yang sangat menentukan dalam keberhasilan program tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebesar 88,37 persen responden menyatakan mengetahui tentang perkembangan kegiatan tersebut dan 11,63 persen yang menyatakan kurang mengetahuinya. Keadaan ini menunjukkan bahwa masih terdapat sebahagian responden yang kurang mengetahui tentang perkembangan kegiatan-kegiatan dalam Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area tersebut. Hal lain yang penting dalam pelaksanaan program perencanaan pembangunan adalah berkaitan dengan pengaturan sumber-sumber dalam program tersebut. Sumber-sumber yang penting dalam suatu pelaksanaan meliputi staf-staf dengan keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas dan informasi, wewenang dan fasilitas- fasilitas di dalam menerjemahkan suatu peraturan dalam pelaksanaannya. Staf 73 tersebut haruslah memadai jumlahnya dalam melaksanakan sesuatu program, namun tidak hanya jumlah tetapi juga harus didukung oleh keahlian yang baik dalam tugas tersebut. Informasi menyangkut bagaimana melaksanakan sesuatu hal dan ketaatan dari personil-personil lain terhadap peraturan-peraturan pemerintah. Peranan pemerintah dalam penentuan cara pengelolaan seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 16. Pendapat Responden Tentang Pengaturan Pengelolaan Dana dan Penentuan Kegiatan dalam Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Ditentukan oleh masyarakat 36 38,72 2. Diatur pemerintah 4 9,30 3. Diatur bersama 3 6,98 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Guna mencapai tujuan implementasi program secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan, sementara aksi yang kedua disebut sebagai proses implementasi kebijakan Wibawa,1994:4. Pengelolaan pembangunan pada dasarnya dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian atau pembinaan, sampai dengan pemeliharaan dan tindak lanjut hasil-hasil pembangunan. Inilah yang disebut sebagai fungsi pengelolaan secara utuh Sukanto:1991. Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa sebahagian besar responden responden 87,72 persen menyatakan bahwa dalam menentukan 74 cara pengelolaan dana dan penentuan jenis kegiatan semuanya ditentukan oleh masyarakat sendiri, sedangkan yang menyatakan diatur pemerintah sebesar 9,30 persen dan 6,98 persen lainnya menyetakan diatur bersama. Hal ini berarti peranan pemerintah dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area tersebut adalah masih relatif kecil sedangkan peranan masyarakat adalah cukup menentukan. Tabel 17. Pendapat Responden Tentang Bentuk Aturan Pemerintahdalam Musrenbang No Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase 1. Membimbingmengarahkan 39 90,70 2. Mempersilahkan memilih sendiri 4 9,30 3. Memaksamenekan 0 0,0 JUMLAH 43 100,0 Sumber: Angket Penelitian, 2010 Untuk keberhasilan suatu program hal penting yang harus diketahui oleh aparat pelaksana adalah tentang kejelasan aturan yang ada Jones:1991. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program tesebut telah dimuat berbagai aspek antara lain: 1. Adanya tujuan yang ingin dicapai. 2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu. 3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan Manila, 1996: 43.

75 Seperti terlihat pada tabel 17 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden 90,70 persen menyatakan bahwa bentuk aturan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area bersifat membimbing atau mengarahkan sehingga aparat pelaksana dapat dengan mudah melaksanakannnya. Hanya terdapat satu responden saja yang menyatakan bahwa aturan tersebut menunjukkan pada pelaksanaan untuk memepersilahkan memilih sendiri dalam pelaksanaan program peningkatan kualitas lingkungan dan permukiman tersebut. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang telah dibuat oleh pemerintah dalam rangka implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area telah dapat dipahami sebagai petunjuk dan pedoman dalam pelaksanaan program tersebut. Maksudnya disini agar Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Medan Area dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Sesuai dengan peraturan berarti setiap pelaksanaan kebijaksanaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik Peraturan Tingkat Pusat, Propinsi, Kota, juga sesuai dengan ketentuan yang dibuat pada tingkat teknis dan operasional Jones:1991.