2.3 Prolaktin dan Psoriasis
Beberapa dekade terakhir ini terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa prolaktin berperan dalam etiopatogenesis terjadinya psoriasis.
Hal ini berdasarkan berbagai pengamatan yang menemukan bahwa terdapat peningkatan kadar serum prolaktin pada penderita psoriasis
dibandingkan dengan subjek normal.
11-14
Giasuddin et al. 1998 meneliti kadar serum prolaktin pada 12 pasien dengan psoriasis vulgaris dan membandingkan hasilnya dengan 9
orang pasien dermatitis atopik serta 20 subjek normal, didapatkan hasil kadar serum prolaktin pada psoriasis vulgaris lebih tinggi secara
signifikan dibanding dengan kedua kelompok lainnya.
11
Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian oleh Sanchez dan Millet 2000.
Beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa peran prolaktin ini terutama terjadi melalui kerja prolaktin sebagai sebuah sitokin
dengan berbagai efek imunomodulator pada sistem imun.
8
Prolaktin akan menstimulasi sel-sel dalam sistem imun dengan cara berikatan
dengan reseptor prolaktin. Peran prolaktin dalam biologi dan patologi kulit dapat dilihat pada gambar 2.1.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.1. Fungsi prolaktin dalam biologi dan patologi kulit dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan No. 5
Penelitian pertama yang mengamati efek prolaktin pada keratinosit manusia dilakukan oleh Girolomoni et al. 1993. Dalam
penelitian ini mereka menilai efek prolaktin pada keratinosit yang dikultur dari bayi baru lahir dengan menggunakan lingkungan yang
bebas serum. Didapatkan hasil bahwa prolaktin dapat menstimulasi proliferasi keratinosit yang dikultur dari manusia meskipun tanpa
adanya epidermal growth factor EGF.
32
Yu-Lee 2001 menyatakan bahwa prolaktin meningkatkan proliferasi dan proteksi sel limfosit T terhadap apoptosis, sehingga akan
menyebabkan peningkatan survival sel limfosit T. Selain itu prolaktin juga akan menginhibisi fungsi limfosit T-supresor yang berperan dalam
perkembangan plak psoriasis.
33
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
De Bellis et al. 2005 dan Biswas et al. 2006 menyatakan bahwa prolaktin meningkatkan sintesis IFN-
γ dan IL-2 oleh limfosit Th1, induksi ekspresi molekul kostimulator misalnya major
histocompatibility complex-II MHC-II, cluster of differentiation 40 CD40, CD80 pada sel penyaji antigen serta IFN regulatory factor-1
IRF-1, dimana hasil akhir peningkatan sitokin-sitokin ini akan menyebabkan hiperproliferasi keratinosit.
34,35
Peran prolaktin sebagai imunomodulator juga tampak pada sel dendritik. Pada penelitian yang dilakukan pada sel dendritik timus yang
berasal dari tikus menunjukkan bahwa prolaktin meningkatkan sejumlah sitokin proinflamasi yaitu IL-12, TNF-
α, dan IL-1β.
36
Matera et al. 2001 menyatakan bahwa prolaktin dalam konsentrasi fisiologis dan
suprafisiologis meningkatkan reseptor granulocyte macrophage stimulating factor GM-CSF yang nantinya secara sinergis bersama
dengan prolaktin akan menginduksi permatangan sel dendritik yang imatur.
37
Prolaktin memiliki peran yang potensial dalam modulasi sel natural killer NK. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya reseptor
prolaktin pada sel NK manusia. Prolaktin bersama dengan faktor pertumbuhan sel NK yaitu IL-12 dan IL-15 akan menstimulasi
proliferasi sel NK. Sel NK memproduksi IFN- γ dan TNF-α yang
berperan dalam proses terjadinya inflamasi pada psoriasis.
38
Pada monositmakrofag yang dikultur dari manusia, prolaktin meningkatkan produksi vascular endothelial growth factor VEGF. Hal
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
ini menunjukkan bahwa prolaktin mungkin berperan dalam pengaturan terjadinya angiogenesis.
39
Pada lesi psoriasis ditemukan peningkatan ekspresi dan produksi CXC Ligand CXCL9, CXCL10, dan CXCL11 oleh keratinosit, yang
memiliki fungsi kemotaktis terhadap sel Th1 ke tempat terjadinya inflamasi. Peningkatan ekspresi dan produksi ketiga kemokin ini
terutama diinduksi oleh IFN- γ yang dihasilkan oleh sel Th1. Naoko
Kanda et al. 2007 meneliti secara invitro efek prolaktin terhadap produksi CXCL9, CXCL10, dan CXCL11 oleh keratinosit manusia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun prolaktin sendiri tidak memberikan efek yang signifikan pada produksi ketiga kemokin ini
namun prolaktin meningkatkan produksi CXCL9, CXCL10, dan CXCL11 yang diinduksi oleh IFN-
γ melalui aktivasi faktor transkripsi signal transducer and activator of transcription 1 STAT1, nuclear
factor- κβ NF- κβ, dan IRF-1.
40
Aktivasi ketiga faktor transkripsi tersebut menggunakan jalur janus kinase 2 JAK2 dan MEKERK.
Selain itu, akhir-akhir ini jalur Th17 yang memproduksi IL-23, IL- 17, IL-22 serta TNF-
α telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam proses inflamasi pada psoriasis.
17
Lowes et al. 2008 menemukan adanya infiltrasi Th17 secara agresif ke dalam dermis pada lesi
psoriasis. Infiltrasi Th17 yang mengekspresikan CCR6 kedalam lesi psoriasis disebabkan oleh karena efek kemotaksis dari CCL20. Naoko
Kanda et al. 2009 melakukan pengamatan secara in vitro efek prolaktin terhadap produksi basal dan produksi CCL20 yang diinduksi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
oleh IL-17 pada keratinosit manusia.
41
Pada penelitian ini ditemukan bahwa prolaktin sendiri meningkatkan sekresi CCL20 sampai dengan
9,7 kali dibandingkan dengan kontrol. Sementara IL-17 sendiri meningkatkan sekresi CCL20 sampai dengan 12,9 kali dibanding
dengan kontrol serta prolaktin secara sinergis akan meningkatkan sekresi CCL20 yang diinduksi oleh IL-17. Peningkatan ini terjadi
melalui aktivasi faktor transkripsi activation factor-1 AP-1 dan NF- κβ.
Hasil penelitian ini secara invitro menunjukkan gambaran in vivo yaitu; prolaktin dapat menginduksi sekresi CCL20 oleh keratinosit epidermal
pada lesi psoriasis dan CCL20 yang disekresikan akan menarik sel Th17 yang mengekspresikan CCR6. Selanjutnya sel Th17 akan
melepaskan IL-17 yang nantinya secara bersama-sama dengan prolaktin akan menginduksi sekresi CCL20 oleh keratinosit sehingga
menyebabkan kembali penarikan sel Th17. Mekanisme umpan balik positif dari prolaktin dengan IL-17 dan CCL20 dapat memperluas
inflamasi yang diperantarai oleh sel Th17 pada lesi psoriasis. Pada wanita hamil yang menderita psoriasis ditemukan bahwa
selama kehamilan 55 penderita mengalami perbaikan, 21 tidak mengalami perubahan, dan 23 mengalami perburukan. Sementara itu
saat postpartum hanya 9 mengalami perbaikan, 26 tidak mengalami perubahan, dan 65 mengalami perburukan penyakit. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadinya hiperprolaktinemia fisiologis selama masa postpartum laktasi akan menyebabkan perburukan psoriasis.
42,43
Hal ini sejalan dengan adanya laporan bahwa psoriasis berhubungan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dengan prolaktinoma. Sanchez et al. 2000 melaporkan terjadinya peningkatan derajat dan perluasan psoriasis tipe plak pada tiga kasus
prolaktinoma yang terjadi pada wanita. Pada ketiga kasus ini pemberian terapi bromokriptin, sebuah agonis dopamin yang menekan sekresi
prolaktin, memberikan respon terapeutik yang baik.
14
Pengamatan ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar prolaktin berhubungan dengan
derajat keparahan psoriasis. Dalam hal pengobatan psoriasis, siklosporin A merupakan salah
satu pengobatan yang efektif dengan berbagai efek pada beberapa tipe sel tertentu. Salah satunya yaitu siklosporin A berperan dalam
menghambat ikatan prolaktin dengan prolaktin reseptor pada limfosit T dan limfosit B manusia. Selain itu siklosporin A juga secara selektif
menghambat peningkatan aktivitas ornithin dekarboksilase pada limfosit yang distimulasi oleh prolaktin.
44
Hal ini menunjukkan bahwa efek anti proliferasi pada obat ini dapat diperantarai oleh kemampuan antagonis
terhadap prolaktin. Beberapa penelitian terakhir tidak hanya mengamati peran
prolaktin dalam etiopatogenesis psoriasis namun juga hubungannya dengan derajat keparahan psoriasis. Maryam et al. 2009 melakukan
pengukuran kadar prolaktin serum pada 30 orang pasien psoriasis vulgaris dan 30 orang subjek sehat sebagai kontrol. Ditemukan
peningkatan yang cukup signifikan pada kadar prolaktin serum penderita psoriasis dibanding kelompok kontrol. Selain itu dengan
menggunakan uji regresi Pearson tampak adanya hubungan positif
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
diantara kadar prolaktin serum dengan derajat keparahan psoriasis yang dinilai dengan menggunakan skor PASI.
12
Sementara Dilme et al. 2010 melakukan pengukuran kadar prolaktin serum pada 20 orang
pasien dengan psoriasis tipe plak sebelum dan sesudah terapi topikal dengan tacalcitol, didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan pada kadar prolaktin serum penderita psoriasis dibanding dengan kelompok kontrol P 0.001 serta terdapatnya hubungan yang
signifikan diantara kadar prolaktin serum sebelum pengobatan dengan derajat keparahan psoriasis.
13
Berbagai penelitian yang dijelaskan sebelumnya mengindikasikan bahwa prolaktin mempunyai peranan yang penting dalam etiopatogenesis
psoriasis. Namun demikian masih terdapat beberapa kontroversi mengenai hal ini. Seperti yang tampak pada sebuah studi oleh
Gorpelioglu et al. 2008 yang meneliti kadar prolaktin pada 39 pasien dengan psoriasis kemudian membandingkannya dengan 36 orang kontrol.
Pada studi ini tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada kadar seum prolaktin diantara pasien dan kontrol.
1
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.4 Kerangka Teori