Hubungan Kadar Asam Urat Serum Penderita Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity Index

(1)

HUBUNGAN KADAR ASAM URAT SERUM

PENDERITA PSORIASIS VULGARIS DENGAN SKOR

PSORIASIS AREA AND SEVERITY INDEX

TESIS

Oleh

dr. Surya Nola

NIM : 080140001

Program Pendidikan Dokter Spesialis

Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulitdan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

M e d a n

2014


(2)

HUBUNGAN KADAR ASAM URAT SERUM

PENDERITA PSORIASIS VULGARIS DENGAN SKOR

PSORIASIS AREA AND SEVERITY INDEX

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Dokter Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Oleh

dr. Surya Nola

NIM : 080140001

Program Pendidikan Dokter Spesialis

Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulitdan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

M e d a n

2 0 1 4


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Hubungan Kadar Asam Urat Serum Penderita Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity Index

Nama : Surya Nola Nomor Induk : 080143001

Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis

Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Kristo A. Nababan, SpKK)

NIP.196302081989031004 NIP.194712241976032001

(Prof.Dr.dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K))

Ketua Program Studi Kepala Departemen

(dr. Chairiyah Tanjung. Sp.KK(K)) (Prof.Dr.dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K) NIP.195012111978112001 NIP.194712241976032001

)


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : dr. Surya Nola

NIM : 080140001


(5)

Hubungan kadar Asam urat Serum Penderita Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity index

Surya Nola

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Irma D. Roesyanto,Kristo A Nababan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan

Abstrak

Latar belakang

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik yang ditandai dengan hiperproliferasi keratinosit.Etiologi psoriasis belum dimengerti sepenuhnya, namun tampaknya faktor genetik, lingkungan, hormonal dan kelainan metabolisme tubuh berperan pada terjadinya penyakit ini. Terdapat hipotesis yang menyatakan kadar asam urat serum dapat mepengaruhi turn over epidermis sehingga dapat terlibat dalam patogenesis psoriasis.

Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam urat serum pada penderita psoriasis vugaris dengan skor Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity index(PASI).

Metode

Dua puluh lima orang pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H.Adam Malik Medan diikutsertakan dalam penelitian ini. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan Klinis.Derajat keparahan psorisis diukur dengan menggunakan skor PASI. Pemeriksaan kadar asam urat serum dilakukan dengan menggunakan metode urikase.

Hasil

Terdapat korelasi yang positif sedang antara kadar asam urat serum dengan skor PASI (r=0,593;P=0.002).

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI.

Kata kunci


(6)

The Relation between Serum Uric acid Levels of Psoriasis VulgarisPatients with the Score of Psoriasis Area and Severity Index

Surya Nola

Department of Dermatology and Venereal Diseases ,Irma D. Roesyanto,Kristo A Nababan

Faculty of Medicine University of North Sumatera/H.Adam Malik Central General Hospital Medan

Abstract Background

Psoriasis is a chronic inflammatory disease of the skin which is characterized by hyperproliferation of keratinocytes. The etiology of psoriasis has not been completely understood, however it seems that factors like genetics, surroundings, hormones, and disorder of body metabolism contribute to the occurence of this disease. There is a hypothesis that suggests serum uric acid levels may affect the turn over of epidermis so that it can be involved in the pathogenesis of psoriasis.

Obective

To understand the relation between serum uric acid levels of psoriasis vulgarispatients with the score of Psoriasis Area and Severity index(PASI).

Method

Twenty five patients with psoriasis vulgaris that came for treatment to the polyclinic of Dermatology and Venereal Diseases H.Adam Malik Central General Hospital Medan were participated in this research. History taking and clinical examination were done. The severity degree of psorisis was measured using the score of PASI. The examination of serum uric acid levels was performed using uricase methods.

Result

There was a moderate positive correlation between serum uric acid levels and the score of PASI (r=0,593;P=0.002).

Conclusion

There is a significant relation between serum uric acid levels and the score of PASI.

Keywords


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan spesialis ini, berbagai pihak telah turut berperan serta dalam terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. dr. Kristo A. Nababan, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing dan memberikan masukan-masukan, koreksidan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

2. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K), sebagai pembimbing kedua tesis inidan juga sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru besar, yang juga telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing dan memberikan masukan-masukan, koreksidan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini, serta banyak membantu dan senantiasa memberikan dorongan kepada saya selama menjalani pendidikan sehari-hari.

3. dr. Chairiyah Tanjung. Sp.KK(K), sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan bersedia meluangkan waktudan


(8)

pikiran untuk membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.

4. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu' SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

5. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Ketua Program Studi Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K), sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

8. dr. Kamaliah Muis, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan koreksi kepada saya dalam penyusunan tesis ini.

9. dr.Kristina Nadeak, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

10. Para Guru Besar, Prof. dr. Diana Nasution, SpKK (K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK (K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pringadi Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

11. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU Dr. Pringadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

12. Dr.dr. ArlindaSari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.


(9)

13. Seluruh staf pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

14. Kedua orang tua saya yang tersayang, alm H. Buchari Saman dan alm Hj.Nuraida, tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang untuk saya semasa hidup mereka, hanya doa yang dapat saya panjatkan semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan ditempatkan ditempat yang terbaik disisiNya.

15. Kepada mertua sayaHj. Dra. Nurjdani yang telah banyak membantu untuk senantiasa mendoakan dan ikut mendukung dalam masa pendidikan saya.

16. Suami saya tercinta, H.Muhammad Rahjuni, ST terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

17. Kedua buah hati saya tercinta, Sarah Arrayan, alm. Ramadhan Rizki Arrayan dan Akram Habibi. Kalian bertiga selalu menjadi semangat dan kekuatan bunda. 18. Abang dan adik-adik saya, Hasmuzir, SH, Emil Ardiansyah, SE, Nelly Eva Yanti

SH, Nurmala Desriyanti SE dan Mirza Fuadi ST. Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.

19. Prof. Dr. Dja’far Siddik SpOG (K) dan keluarga yang telah mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 20. Teman-teman seangkatan saya, dr. Zikri Adriman, dr. Oliviti Natali,M.Ked.KK,

SpKK, dr Erlinta Sembiring M.Ked.DV. SpDV, dr Nancy Nora SitohangM.Ked.DV. SpDV, dr.Trisna Chaira wati, dr.Cut Yunita, dan juga semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya


(10)

selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

21. Seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat selama masa pendidikan saya ini.

22. Kapada seluruh staf Laboratorium Prodia Medan yang telah memberi kesempatan dan membantu saya untuk menyelesaikan penelitian saya ini.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan hidayahNya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Oktober 2014 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... .i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.4.1 Tujuan Umum ... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Untuk Bidang Akademik/Ilmiah ………. .. 4

1.5.2 Untuk Pelayanan Masyarakat ………4

1.5.3 Untuk Pengembangan Penelitian ……… .. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Psoriasis ... 5

2.1.1 Epidemiologi……… .. 5

2.1.2 Etiologi dan Patogenesis ... 5

2.1.3 Gambaran Klinis ... 6

2.1.4 Diagnosis ... 7

2.1.5 Diagnosis Banding ... 8

2.1.6 Pengukuran Derajat Keparahan Psoriasis ... 9

2.1.7 Terapi……… ……….12

2.2 Asam Urat ... 13

2.3 Asam Urat dan Psoriasis ... 15

2.4 Kerangka Teori ... 19

2.5 Kerangka Konsep ... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3.2.1 Waktu Penelitian ... 21

3.2.2 Tempat Penelitian ... 21


(12)

3.3.1 Populasi Target ... 21

3.3.2 Populasi Terjangkau ... 22

3.3.3 Sampel Penelitian ... 22

3.4 Besar Sampel ... 22

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 23

3.5.1 Identifikasi variabel ...23

a .Variabel bebas ………… ………... .. ... 23

b. Variabel terikat...23

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 23

3.6.1 Kriteria Inklusi ... 23

3.6.2 Kriteria Eksklusi ... 23

3.7 Alat, Bahan dan Cara Kerja ... 24

3.7.1 Alat dan Bahan ... 24

3.7.2 Cara kerja ... 25

a. Pencatatan Data Dasar ... 25

b. Pemeriksaan Derajat Keparahan Psoriasis ... 25

c. Pemeriksaan Kadar Asam Urat ... 26

3.8 Definisi Operasional ... 28

3.9 Kerangka Operasional ... 32

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.11 Ethical Clearance ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 34

4.1 Karakteristik Subyek penelitian...34

4.2 Hubungan antara Kadar Asam Urat Serum dengan skor PASI..36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 40

5.1 Kesimpulan... 40

5.2 Saran... 40

Daftar Pustaka ... 41 Lampiran


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur... 34 Tabel 4.2 Rerata kadar asam urat serum.... ... 36 Tabel 4.3Hubungan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI.... ... 36


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram kerangka teori ... 19 Gambar 2.2 Diagram kerangka konsep ... 20 Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional ... 32 Gambar 4.1 Grafik scatter plot hubungan antara kadar asam urat serum dengan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Naskah penjelasan kepada pasien / orangtua / keluarga pasien Lampiran 2 Persetujuan ikut serta dalam penelitian

Lampiran 3 Status penelitian

Lampiran 4 Lembar penilaian skorPsoriasis Area and Severity Index

Lampiran 5 Skor keparahan psoriasis Lampiran 6 Komite etik

Lampiran 7 Data penelitian Lampiran 8 Hasil analisis statistik


(16)

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

AMP : Adenine Monophosphat

ATP : Adenosine Triphosphat

AU : Asam Urat

GMP : Guanine Monophosphat

HLA : Human Leucocyte Antigen

IFN : Interferon

IL : Interleukin

IMP : Inosine Monophosphat

mg/ml : Miligram / Mililiter

PASI : Psoriasis Area and Severity Index

PRPP : 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat

RSUP :Rumah Sakit Umum Pusat SMF :Satuan Medis Fungsional

Th 1 : T helper 1

TNF : Tumor Necrosing Factor

UVB : Ultraviolet B

μL : Mikroliter


(17)

Hubungan kadar Asam urat Serum Penderita Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity index

Surya Nola

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Irma D. Roesyanto,Kristo A Nababan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan

Abstrak

Latar belakang

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik yang ditandai dengan hiperproliferasi keratinosit.Etiologi psoriasis belum dimengerti sepenuhnya, namun tampaknya faktor genetik, lingkungan, hormonal dan kelainan metabolisme tubuh berperan pada terjadinya penyakit ini. Terdapat hipotesis yang menyatakan kadar asam urat serum dapat mepengaruhi turn over epidermis sehingga dapat terlibat dalam patogenesis psoriasis.

Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam urat serum pada penderita psoriasis vugaris dengan skor Psoriasis Vulgaris dengan Skor Psoriasis Area and Severity index(PASI).

Metode

Dua puluh lima orang pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H.Adam Malik Medan diikutsertakan dalam penelitian ini. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan Klinis.Derajat keparahan psorisis diukur dengan menggunakan skor PASI. Pemeriksaan kadar asam urat serum dilakukan dengan menggunakan metode urikase.

Hasil

Terdapat korelasi yang positif sedang antara kadar asam urat serum dengan skor PASI (r=0,593;P=0.002).

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI.

Kata kunci


(18)

The Relation between Serum Uric acid Levels of Psoriasis VulgarisPatients with the Score of Psoriasis Area and Severity Index

Surya Nola

Department of Dermatology and Venereal Diseases ,Irma D. Roesyanto,Kristo A Nababan

Faculty of Medicine University of North Sumatera/H.Adam Malik Central General Hospital Medan

Abstract Background

Psoriasis is a chronic inflammatory disease of the skin which is characterized by hyperproliferation of keratinocytes. The etiology of psoriasis has not been completely understood, however it seems that factors like genetics, surroundings, hormones, and disorder of body metabolism contribute to the occurence of this disease. There is a hypothesis that suggests serum uric acid levels may affect the turn over of epidermis so that it can be involved in the pathogenesis of psoriasis.

Obective

To understand the relation between serum uric acid levels of psoriasis vulgarispatients with the score of Psoriasis Area and Severity index(PASI).

Method

Twenty five patients with psoriasis vulgaris that came for treatment to the polyclinic of Dermatology and Venereal Diseases H.Adam Malik Central General Hospital Medan were participated in this research. History taking and clinical examination were done. The severity degree of psorisis was measured using the score of PASI. The examination of serum uric acid levels was performed using uricase methods.

Result

There was a moderate positive correlation between serum uric acid levels and the score of PASI (r=0,593;P=0.002).

Conclusion

There is a significant relation between serum uric acid levels and the score of PASI.

Keywords


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Psoriasis adalah suatu penyakit kulit inflamasi kronik dan bersifat relaps serta mempunyai gambaran klinis bervariasi, dengan lesi khas berupa eritroskuamosa. Pada keadaan normal, sel germinativum yang terletak di epidermis bagian basal membelah diri dan bergerak ke lapisan tanduk secara teratur, kemudian menjadi keratin yang dilepas serta diganti menjadi sel baru.Proses ini disebut epidermal turn over, dan berlangsung selama 14-21 hari. Pada psoriasis proses tersebut hanya berlangsung 3-4 hari, sehingga terbentuk skuama tebal, kering dan kemerahan yang terkadang juga menimbulkan rasa nyeri.

Dari beberapa studi diperkirakan prevalensi psoriasis bervariasi antara 1,5 – 2,6%. Di AS prevalensi psoriasis antara 2-2,6%, atau hampir mencapai 5,8-7 juta orang, sedangkan di Eropa Tengah sekitar 1,5 %.

1-3

1-2

Di rumah sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari-Desember 2011, dari total 5.644 orang yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 46 pasien (0.81%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah tersebut 25 pasien (54.3%) berjenis kelamin pria dan 21 pasien (45.6%) berjenis kelamin wanita.

Psoriasis merupakan suatu penyakit yang tidak hanya menyebabkan gangguan fisik tetapi juga memberikan dampak psikologis pada penderitanya yaitu


(20)

rasa malu, rendah diri dan depresi. Hal ini menyebabkan percobaan bunuh diri pada lebih dari 5% penderita psoriasis.

Etiopatogenesis dari psoriasis bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.Penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik, defek pada sistem imun, lingkungan, dan gangguan metabolisme salah satunya asam urat.

5,6

7

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh.Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekresikan asam urat. Apabila terjadi kelebihan pembentukan dan penurunan ekskresi atau keduanya maka akan terjadi peningkatan konsentrasi asam urat darah yang disebut dengan hiperurisemia.

Pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa dugaan bahwa asam urat berperan dalam etiopatogenesis psoriasis dengan derajat keparahan psoriasis. Penelitian yang dilakukan oleh H.H Kwon dkk, Isha V.K dkk, menyatakan bahwa asam urat berperan dalam patogenesis psoriasis yang mana dikatakan peningkatan katabolisme purin dapat menyebabkan pergantian sel epidermis yang cepat, sehingga terjadi korelasi peningkatan asam urat dalam serum dengan luas keterlibatan kulit pada psoriasis.

8,9

Beberapa laporan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar asam urat serum pada pasien dengan psoriasis dibandingkan dengan populasi normal. Meskipun demikian hasil dari berbagai penelitian mengenai kadar asam urat pada psoriasis masih bersifat kontroversial.Seperti yang tampak pada sebuah studi oleh Robert Walton dkk, yang meneliti kadar asam urat pada 48 pasien dengan psoriasis


(21)

kemudian membandingkannya dengan 48 orang kontrol. Pada studi ini tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada kadar serum asam urat diantara pasien dan kontrol.18

Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar asam urat pada penderita psoriasis serta hubungannya dengan derajat keparahan psoriasis belum menunjukkan hasil yang konsisten. Oleh karena itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai kadar asam urat dan hubungannya dengan derajat keparahan psoriasis.

Demikian juga pada sebuah studi yang dilakukan oleh Walker A dkk, yang meneliti 17 pasien dengan psoriasis kemudian membandingkan dengan 23 orang kontrol, pada studi ini tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kadar asam urat serum yang diamati diantara kedua kelompok.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara kadar asam urat serum penderita psoriasis vulgaris dengan skor Psoriasis Area and Severity Index(PASI)?.

1.3 Hipotesis

Semakin tinggi kadar asam urat serum penderita psoriasis vulgaris maka semakin meningkat skor PASI.

1.4 Tujuan Penelitian


(22)

Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI.

1.4.2.Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui kadar asam urat serum pada penderita psoriasis vulgaris.

b. Untuk mengetahui nilai skor PASI penderita psoriasis vulgaris.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Untuk bidang akademik/ilmiah: membuka wawasan mengenai etiopatogenesis psoriasis terutama hubungannya dengan kadar asam urat serum.

1.5.2 Untuk pelayanan masyarakat: hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat dan petugas medis tentang perlunya pemeriksaan kadar asam urat serum pada penderita psoriasis agar bermanfaat untuk tujuan pengobatan atau mengurangi keparahan pada masa yang akan datang.

1.5.3 Untuk pengembangan penelitian: hasil penelitian ini dapat menjadi landasan teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psoriasis

Psoriasis adalah suatu penyakit kulit inflamasi kronik dan relaps yang mempunyai gambaran klinis bervariasi. Lesi khas psoriasis berupa plak tertutup skuama tebal berlapis yang berwarna putih keabu-abuan dan melekat erat pada bagian sentral, biasanya simetris dengan lokasi pada siku dan lututjuga pada kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital. Psoriasis tidak hanya menyerang kulit saja tetapi juga dapat mengenai kuku dan sendi.

2.1.1 Epidemiologi

1-3

Psoriasis terjadi secara universal. Namun menurut laporan yang dipublikasikan prevalensinya pada populasi yang berbeda bervariasi dari 0,1 hingga 11,8 persen. Insidensi tertinggi di Eropa yaitu di Denmark 2,9 persen. Prevalensi berkisar antara 2,2 persen hingga 2,6 persen di Amerika Serikat dan sekitar 150.000 kasus yang baru terdiagnosis per tahunnya. Insidensi psoriasis rendah di Asia (0,4 persen).1,5,6

2.1.2 Etiologi dan patogenesis

Etiopatogenesis dari psoriasis bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik, defek pada


(24)

sistem imun, lingkungan, dan dari beberapa penelitian dikatakan bahwa gangguan metabolisme asam urat juga berkaitan dengan penyakit ini.

Psoriasis awalnya dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat gangguan keratinosit, tapi saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun.Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis ditemukan sel T CD8+ di epidermis, sementara makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat ditemukan didermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun yang ditandai dengan adanya sel Th1 yang predominan pada lesi kulit dengan peningkatan kadar interferon-γ, TNF-α, IL-12 dan IL-18.

7

19

Baru-baru ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam mengatur proses inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya didukung oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel penyaji antigen (sel dendritik dermal).20 Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22 yang berperan pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi dan proliferasi epidermal.16-20

2.1.3 Gambaran klinis

Gambaran klinis psoriasis bervariasi dalam morfologi, distribusi, serta derajat keparahan.Lesi klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan


(25)

yang berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi.Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang luas.Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat. Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner.

Ada beberapa tipe klinis psoriasis.Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang paling sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, dengan skuama berwarna keputihan.Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, juga pada kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital. Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular, psoriasis linier dan psoriasis eritroderma.

1,2

1

2.1.4 Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis psoriasis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis lesi kulit.Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.1


(26)

Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum.Stratum korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis.Tampak neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis.Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskular dan peningkatan ukuran (dilatasi) serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast.

Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit.Peningkatan inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2 makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita psoriasis juga menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein-A1).

21


(27)

Pada beberapa studi yang dilakukan akhir-akhir ini, tampak peningkatan kadar asam urat serum pada penderita psoriasis dibandingkan dengan kelompok kontrol.14-17

2.1.5 Diagnosis banding

Gambaran klinis psoriasis secara klasik umumnya mudah dibedakan dengan penyakit kulit lainnya.Namun lesi yang atipikal atau bentuk lesi selain plak yang klasik dapat menimbulkan tantangan bagi diagnosis psoriasis.

Psoriasis yang kronis seringkali mempunyai gambaran plak yang menyerupai dermatitis kronis dengan likenifikasi pada daerah ekstremitas. Tetapi biasanya pada dermatitis kronis lesinya tidak berbatas tegas serta skuama yang terdapat pada permukaan lesi tidak setebal pada psoriasis.

Pada psoriasis gutata, dapat di diagnosis banding dengan pityriasis rosea serta sifilis sekunder.Pityriasis rosea biasanya ditandai dengan makula eritematosa berbentuk oval dengan skuama tipis yang tersusun seperti pohon cemara pada daerah badan, lengan atas serta tungkai atas.Sebagian besar kasus diawali dengan lesi inisial yang disebut herald patch. Pada sifilis sekunder biasanya disertai dengan adanya keterlibatan telapak tangan dan kaki serta riwayat chancre oral atau genital yang tidak terasa nyeri.

1,22,23


(28)

Psoriasis yang timbul pada skalp biasanya sulit dibedakan dengan dermatitis seboroik. Pasien dengan skuama keputihan yang kering serta menebal seperti mika, walaupun terdapat pada predileksi seboroik, biasanya merupakan psoriasis skalp.

Psoriasis inversa/fleksural harus dibedakan dengan eritrasma dan infeksi jamur.Pada eritrasma, lesi berupa makula berbatas tegas berwarna merah kecoklatan yang biasanya terdapat pada daerah aksila dan genital. Infeksi jamur oleh kandida, lesi berupa makula eritematosa berbatas tegas dengan lesi satelit disekelilingnya.

23

Eritroderma perlu dibedakan dengan limfoma kutaneus sel T. Lesi pada limfoma kutaneus sel T biasanya berupa lesi diskoid eritematosa yang disertai skuama dengan distribusi yang tidak simetris.

23,24

22

2.1.6 Pengukuran derajat keparahan psoriasis

Pengukuran derajat keparahan psoriasis sering dianggap mudah, tetapi pada kenyataannya hal ini menimbulkan banyak kesulitan.Diperlukan pengukuran yang objektif yang terpercaya, valid dan konsisten.Untungnya lesi pada psoriasis biasanya cukup jelas secara klinis dan oleh sebab itu relatif mudah untuk melakukan kuantifikasi tetapi sayangnya kuantifikasi sederhana pada lesi bukan merupakan suatu penilaian yang lengkap pada derajat keparahan, oleh karena dampak lesi psoriasis berbeda pada penderita yang satu dengan lainnya. Konsensus oleh

American Academy of Dermatology menyatakan bahwa setiap penentuan keparahan


(29)

penderita.26 Salah satu tehnik yang digunakan untuk mengukur derajat keparahan psoriasis yaitu dengan menggunakan Psoriasi Area and Severity Index (PASI).

PASI adalah cara pengukuran derajat keparahan yang paling sering digunakan. PASI merupakan suatu rumus kompleks yang diperkenalkan pertama kali dalam studi penggunaan retinoid pada tahun 1978.PASI menggabungkan elemen pada presentasi klinis yang tampak pada kulit; eritema, indurasi dan skuama. Setiap elemen tersebut dinilai secara terpisah menggunakan skala 0-4 untuk setiap bagian tubuh: kepala dan leher, batang tubuh, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Penilaian dari masing-masing tiga elemen kemudian dijumlahkan, selanjutnya hasil penjumlahan masing-masing area tubuh dikalikan dengan skor yang didapat dari skala 1-6 yang merepresentasikan luasnya area permukaan yang terlibat pada bagian tubuh tersebut. Skor ini kemudian dikalikan dengan faktor koreksi yang terdapat berdasarkan tiap area tubuh (0.1 untuk kepala dan leher, 0.2 untuk ekstremitas atas, 0.3 untuk batang tubuh, dan 0.4 untuk ekstremitas bawah). Akhirnya skor dari keempat area tubuh ditambahkan sehingga menghasilkan skor PASI. Kemungkinan nilai tertinggi PASI adalah 72 tetapi nilai ini secara umum dianggap hampir tidak mungkin untuk dicapai.

26,27

26

Oleh karena kompleksitas skor PASI tersebut, maka bukan merupakan suatu hal yang mengejutkan jika skor ini jarang digunakan pada praktek klinis. Skor PASI merupakan suatu sistem penilaian yang digunakan untuk tujuan penelitian.Pada uji klinis, persentase perubahan pada PASI dapat digunakan sebagai titik akhir penilaian terapi psoriasis.The United States


(30)

Food and DrugAdministration (FDA) menggunakan 75% perbaikan pada skor PASI sebagai penilaian respon terapi pada pasien psoriasis.

Berbagai kendala penerapan skor PASI diantaranya; kesulitan dalam menentukan skor serta kurangnya korelasi dengan hasil akhir yang dilaporkan oleh pasien sendiri. Pengukuran luas permukaan tubuh bersifat tidak konsisten diantara para peneliti, sehingga menyebabkan variabilitas intra-observer yang signifikan.Hal terpenting lainnya, skor PASI tidak secara jelas memperkirakan dampak dari penyakit terhadap pasien. Beberapa penelitian yang menilai korelasi antara PASI dengan kualitas hidup penderita telah menunjukkan konsistensi yang rendah.

25

26

Berbagai variasi dari PASI telah ditemukan untuk memperbaiki kelemahan ini serta untuk mengurangi waktu dan usaha yang diperlukan dalam melakukan penilaian. Salah satu variasi yang menarik adalah meminta pasien melakukan PASI modifikasi terhadap dirinya sendiri.Penilaian ini disebut Self Administered PASI (SAPASI). SAPASI memiliki korelasi yang baik dengan PASI serta responsif terhadap terapi. SAPASI khususnya memberikan manfaat pada studi epidemiologi berskala besar dimana penilaian oleh dokter terhadap semua pasien dianggap tidak praktis.26,27

2.1.7 Terapi

Pengobatan psoriasis dengan spektrum yang luas dapat dilakukan secara topikal ataupun sistemik. Kebanyakan dari obat-obatan ini mempunyai efek sebagai imunomodulator. Sebelum memilih regimen pengobatan, penting untuk menilai perluasan serta derajat keparahan psoriasis.1


(31)

Sebagian besar kasus psoriasis terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu gutata, eritrodermik/pustular, dan plak kronis yang merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Psoriasis gutata biasanya mengalami resolusi spontan dalam waktu 6 sampai 12 minggu. Kasus psoriasis gutata ringan seringkali tidak membutuhkan pengobatan, tetapi pada lesi yang meluas fototerapi dengan menggunakan sinar ultraviolet (UV) B dengan terapi topikal dikatakan memberikan manfaat.28 Psoriasis eritrodermik/pustular biasanya disertai dengan gejala sistemik, oleh karena itu diperlukan obat-obatan sistemik yang bekerja cepat. Obat yang paling sering digunakan pada psoriasis eritrodermik/pustular adalah asitretin. Pada beberapa kasus psoriasis pustular tertentu, penggunaan kortikosteroid sistemik mungkin diperlukan.

Pada kasus psoriasis dengan plak yang kronis, pengobatan diberikan berdasarkan perluasan penyakit.Pada psoriasis plak yang ringan (<10% luas permukaan tubuh), terapi topikal lini pertama dapat digunakan emolien, glukokortikoid atau analog vitamin D3 sedangkan lini kedua dapat dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar UVB. Pada psoriasis plak yang sedang (>10% luas permukaan tubuh) dapat diberikan terapi lini pertama seperti pada psoriasis ringan sedangkan lini keduanya dapat berupa pengobatan sistemik misalnya metotreksat, asitretin, serta agen-agen biologi seperti alefacept dan adalimubab. Untuk plak psoriasis berat (>30% luas permukaan tubuh), terapi terutama menggunakan obat-obat sistemik.

29


(32)

2.2 Asam Urat

Asam urat merupakan hasil dari katabolisme adenin yang berasal dari pemecahan nukleotida purin.Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah menjadi asam urat secara langsung. Pemecahan nukleotida purin terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang mengandung

xhantine oxidase terutama di hepar dan usus kecil. Rerata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600mg per hari, dari diet 600 mg per hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200mg per hari.Dua pertiga total asam urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 umol/L (7,0 mg/dL). Kadar asam urat tergantung jenis kelamin, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan yang mengandung diet purin yang tinggi. Kadar asam urat mulai meninggi selama pubertas pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek urikosurik estrogen. Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidaseatau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.

Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl- 1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosine triphodphate) dan merupakan sumber gugus


(33)

ribosa. Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibasilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini di katalisis oleh PRPP glutamil

amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida inosine

monophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine monophosphat

(GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP.

Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin yang pertama

dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosinemonophosphat

berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosine

monophosphat (AMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino

glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.

33

Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian

IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa

hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh

xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan mengalami deaminase untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat.

9

Asam urat diginjal akan mengalami empat tahap yaitu: asam urat dari plasma kapiler masuk ke glomerulus dan mangalami filtrasi di glomerulus, sekitar 98-100% akan direabsorbsi pada tubulus proksimal, selanjutnya disekresikan kedalam lumen distal tubulus proksimal dan direabsorbsi kembali pada tubulus distal. Asam akan diekskresikan kedalam urine sekitar 6% -12% dari jumlah filtrasi. Setelah filtrasi


(34)

asam urat di glomerulus, hampir semua direabsorbrsi lagi di tubuli proksimal pH urin yang rendah di traktus urinarius menjadi asam urat dieksresikan dalam bentuk asam urat.

Peningkatan asam urat atau hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 5,7 mg/dL pada wanita. Hiperurisemia bisa juga tidak menampakkan gejala klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak menampakkan gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi atau sering merupakan kombinasi keduanya.Hiperurisemia akibat peningkatan produksi hanya sebagian kecil dari pasien biasanya disebabkan oleh diet tinggi purin (eksogen) ataupun proses endogen (pemecahan asam nukleat yang berlebihan).

33

33,34

2.3 Asam urat dan psoriasis

Beberapa penelitian terakhir tidak hanya mengamati peran asam urat dalam etiopatogenesis psoriasis namun juga hubungannya dengan derajat keparahan psoriasis. H.H. Kwon dkk , melakukan pengukuran kadar asam urat serum pada 198 orang pasien psoriasis vulgaris diKorea, ditemukan peningkatan yang cukup signifikan pada kadar asam urat serum penderita psoriasis. Selain itu dengan menggunakan metode urikase peroksidase tampak adanya korelasi positif antara kadar asam urat serum dengan derajat keparahan psoriasis yang dinilai dengan menggunakan skor PASI.6 Sementara Isha. V.K dkk, melakukan pengukuran kadar asam urat serum pada 25 orang pasien dengan psoriasis sebelum dan sesudah terapi


(35)

selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kadar asam urat serum penderita psoriasis dibanding dengan kelompok kontrol, hampir 25 % pasien ini mempunyai kadar asam urat serum lebih dari 10 mg/dL. Setelah 12 minggu pengobatan, nilai rata-rata asamurat ditemukan secara signifikan berkurang (P<0,05). Penururan kadar asam urat dalam serum ini ditemukan pada 80% pasien yang diteliti, sehingga terdapatnya korelasi yang signifikan antara kadar asam urat serum sebelum pengobatan dengan derajat keparahan psoriasis.

Etiopatogenesis dari psoriasis bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik, defek pada sistem imun, lingkungan, dan dari beberapa penelitian dikatakan bahwa gangguan metabolisme asam urat juga berkaitan dengan penyakit ini.

34

Keterlibatan genetik pada psoriasis vulgaris telah banyak diteliti.Adanya hubungan keluarga yang positif dijumpai pada 40% pasien. Bila kedua orangtua menderita psoriasis vulgaris maka kemungkinan 50% dari keturunannya akan menderita penyakit yang serupa, bila hanya salah satu dari orangtuanya yang menderita psoriasis vulgaris maka kemungkinan 16% dari keturunannya akan menderita penyakit tersebut.

7

6

Beberapa alel Human Leucocyte Antigen (HLA)

dilaporkan berhubungan dengan psoriasis vulgaris yaitu B13, B37, HLA-B46, HLA-B57, HLA-Cwl, HLA-Cw6, HLA-DR7 dan HLA-DQ9.1 Saat ini telah ditemukan 9 lokus kromosom yang berhubungan dengan psoriasis vulgaris yaitu PSORS1-9. PSORS-1 merupakan kromosom utama yang berperan pada psoriasis vulgaris, sekalipun gen yang pasti belum dapat diidentifikasi. 14, 16,17


(36)

Psoriasis vulgaris telah dinyatakan sebagai penyakit yang diperantarai oleh sistem imun.Peran dari sel T, sel penyaji antigen, keratinosit, sel langerhan, makrofag, sel Natural killer (NK) dan sekresi sitokin diduga berperan dalam patogenesis psoriasis vulgaris.Dijumpainya aktivitas sel-sel imun pada pasienpsoriasis vulgaris mendukung peranan patogenesis tersebut. Penemuan ini meliputipeningkatan sel dendritik dan sel T pada lesi psoriasis vulgaris, peningkatan sitokin-sitokin sel T dan dijumpainya efektifitas terapi dari obat-obat yang menargetkan sistem imun.17,18 Aktivasi sel T, hiperproliferasi keratinosit, angiogenesis dan pelepasan mediator-mediator sitokin merupakan hal-hal yang berperan pada imunopatogenesis psoriasis vulgaris. Aktivasi sel T melibatkan 3 tahap yaitu pengikatan sel T melalui molekul adhesi Leucocyte Activating Factor (LFA)-l dan CD2 dengan sel penyaji antigen melalui molekul Intercellular Adhesion Molecule (ICAM)-1 dan LFA-3, diferensiasi sel Tnaive menjadi sel T spesifik yang juga membentuk sel T memori yang bersirkulasi, dan interaksi sel T dengan peptida antigen melalui molekul ko-stimulator.

Pada psoriasis vulgaris terjadi hiperproliferasi keratinosit dimana siklus sel pada keratinosit memendek.Pada keadaan normal, epidermal turn overberlangsung selama 14-21 hari.Pada psoriasis proses tersebut hanya berlangsung 3-4 hari, sehingga terbentuk skuama tebal, kering dan kemerahan.

1,19

1-3

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh. Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekresikan asam urat. Apabila terjadi kelebihan pembentukan dan


(37)

penurunan ekskresi atau keduanya maka akan terjadi peningkatan konsentrasi asam urat darah yang berperan dalam patogenesis psoriasis yang mana dikatakan peningkatan katabolisme purin ini dapat menyebabkan pergantian sel epidermis yang cepat, sehingga terjadi korelasi peningkatan asam urat dalam serum dengan luas keterlibatan kulit pada psoriasis.8-10,14

Berbagai penelitian yang dijelaskan sebelumnya mengindikasikan bahwa kadar asam urat dalam serum mempunyai peranan yang penting dalam etiopatogenesis psoriasis. Namun demikian masih terdapat beberapa kontroversi mengenai hal ini. Seperti yang tampak pada sebuah studi oleh Robert Walton dkk, yang meneliti kadar asam urat pada 48 pasien dengan psoriasis kemudian membandingkannya dengan 48 orang kontrol. Pada studi ini tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada kadar serum asam urat diantara pasien dan kontrol.17 Demikian juga pada sebuah studi yang dilakukan oleh Walker A dkk, yang meneliti 17 pasien dengan psoriasis kemudian membandingkan dengan 23 orang kontrol, pada studi ini tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kadar asam urat serum yang diamati diantara kedua kelompok.33,34


(38)

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Diagram kerangka teori

produk akhir dari pemecahan nukleotida purin

Proliferasi keratinosit Pergantian sel epidermis yang cepat

Peningkatan katabolisme purin  Hiperurisemia:

kadar AU serum >7 mg/dL(laki-laki) dan > 5,7 mg/dL( wanita)

Genetik Imunologi

Lingkungan Sel dendritik

Hormonal Sel T

Keratinosit

Asam

Urat


(39)

2.5 Kerangka konsep

Gambar 2.2 Diagram kerangka konsep

Kadar asam urat serum

Skor Psoriasis Area and


(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi analitik rancangan potong lintang (cross sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2014 sampai dengan Juli 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan.

Untuk selanjutnya pasien dikirim ke Laboratorium Klinik Prodia Jl. Letjend. S. Parman No. 17/223 G Medan

3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1 Populasi target


(41)

3.3.2 Populasi terjangkau

Pasien-pasien yang menderita psoriasis vulgaris yang berobat ke SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan sejak Januari 2014 hingga Juli 2014.

3.3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

3.4 Besar sampel

Untuk menghitung besarnya sampel penelitian, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Rumus57 : n = Jumlah sampel = _______________ + 3 0,5 ln [(1+r) / (1-r)]

Kesalahan tipe I (α) = 5 %, hipotesis dua arah, maka Zα = 1,960 Kesalahan tipe II (β) = 20 %, maka Zβ = 0,842

r = koefisien korelasi = 0,57

Maka : n = 1,960+0,842

0,5 ln [(1 + 0,57)/ (1 - 0,57) + 3

(Zα + Zβ) 2


(42)

= 25,3 ≈ 25 orang

Jumlah sampel minimal kelompok penderita psoriasis yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 25 orang.

3.5 Cara pengambilan sampel penelitian

Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode

consecutive sampling.

3.6 Identifikasi variabel

a. Variabel bebas : kadarasam urat serum b. Variabel terikat : skor PASI

3.7 Kriteria inklusi dan eksklusi

3.7.1 Kriteria inklusi

a. Subyek yang didiagnosis sebagai penderita psoriasis vulgaris.

b. Berusia 15-70 tahun.

c. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani


(43)

3.7.2 Kriteria eksklusi

a. Penderita psoriasis perempuan yang hamil atau menyusui

b. Penderita psoriasis vulgaris yang menggunakan obat-obatan untuk mengobati psoriasis yaitu: obat-obat kortikosteroid dan imunomodulator topikal minimal 2 minggu sebelum dilakukan penelitian seperti steroid topikal, anthralin, coal tar, tazaroten, inhibitor kalsineurin dan obat-obat sistemik yang bersifat imunosupresi minimal 6 minggu sebelum dilakukan penelitian seperti siklosporin A, metotreksat, asitretin, fumaric acid ester, steroid sistemik, hidroksiurea, 6-thioguanine, mycophenolate mofetil, sulfasalazine, terapi biologi.

c. Penderita psoriasis vugaris yang menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi kadar serum asam urat seperti allopurinol.

d. Penderita psoriasis vulgaris dengan riwayat alkoholik

e. Penderitapsoriasis vulgaris yang menderita penyakit lupus eritematosus sistemik, artritis rheumatoid, gout dan penyakit ginjal.

3.8 Alat, bahan, dan cara kerja 3.8.1 Alat dan bahan

a) Spuit 5 cc b) Torniquet c) Kapas


(44)

d) Plester

e) Povidon iodine f) Alkohol 70 %

g) Tabung berisi antikoagulan heparin/EDTA h) Alat archilect

3.8.2 Cara Kerja

a. Pencatatan data dasar

a) Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan. b) Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis, pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz sesuai formulir catatan medis terlampir. c) Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan

pembimbing di SMFIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Pemeriksaan Derajat Keparahan

Pemeriksaan derajat keparahan psoriasis dengan menggunakan skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris.


(45)

a) Pertama bagi tubuh menjadi 4 area : kepala, ekstremitas atas (lengan), batang tubuh sampai inguinal, dan ekstremitas bawah (kaki kearah bokong bagian atas).

b) Tentukan penilaian skor untuk eritema, ketebalan lesi, dan skuama pada tiap area tadi. ( 0 = absen, 1 = ringan , 2 = sedang, 3 = berat, 4 = sangat berat).

c) Jumlahkan skor eritema, ketebalan lesi, dan skuama pada masing-masing area.

d) Tentukan persentase kulit yang terkena psoriasis pada tiap area tadi dengan menggunakan skala 0-6 (0= 0%, 1= < 10%, 2= 10 - < 30%, 3= 30 - < 50%, 4= 50 - < 70%, 5= 70 - < 90%, 6= 90 – 100%).

e) Kalikan skor (c) dengan (d) diatas untuk tiap area dan kemudian hasilnya dikalikan dengan 0.1 untuk kepala, 0.2 untuk lengan, 0.3 untuk batang tubuh, dan 0.4 untuk kaki.

f) Penjumlahan dari total skor tiap area diatas merupakan skor PASI.

c. Pemeriksaan kadar asam urat serum.

a) Pemeriksaan kadar asam urat serum dilakukan di Laboratorium KlinikProdiaJl. Letjend. S. Parman No. 17/223 G Medan.

b) Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti sementara pemeriksaan sampel dilakukan oleh petugas laboratorium.


(46)

d. Cara pengambilan darah :

a) Darah diambil secara punksi vena pada vena mediana cubiti, di lipatan siku

b) Torniquet diikatkan diatas lipatan siku, kemudian tangan dikepal c) Pada daerah yang akan dipunksi dilakukan desinfeksi dengan

larutan Povidon Iodine 10%dan Alkohol 70 %.

d) Tusukkan jarum dengan kedalaman 1,25 inci dengan sudut 450

e) Ambil darah hingga volume yang dibutuhkan kemudian genggaman dilepaskan

terhadap permukaan lengan

f) Lepaskan tourniquet dan daerah punksi ditekan dengan kapas beralkohol 70%

g) Daerah punksi ditutup dengan plester

h) Darah dimasukkan kedalam tabung berisi antikoagulan e. Cara pemeriksaan kadar asam urat

a) Sampel darah diambil pada pagi hari sekitar pukul 08.00 – 10.00 wib pada pasien psoriasis

b) Sampel yang diperlukan adalah serum sebanyak 0.5 ml.

c) Kadar asam urat serum dihitung menggunakan alat archilect dan dengan metode urikase.


(47)

Jenis kelamin Kadar asam urat normal (mg/dL)

Laki-laki <7

Perempuan < 5.7

g. Kadar asam uratserum pada penderita psoriasis dihubungkan secara statistik dengan skor PASI.

3.9 Definisi operasional

1. Umur :

Umur subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan, umur dibulatkan keatas; bila kurang dari 6 bulan, umur dibulatkan kebawah.

2. Hamil:

Merupakan periode yang dialami seorang perempuan sejak terjadinya konsepsi menghasilkan embrio yang berkembang menjadi fetus di dalam uterus dan ditetapkan berdasarkan diagnosis dari dokter obstetri dan ginekologi.

3. Menyusui:

Proses pemberian nutrisi pada bayi dengan air susu ibu (ASI) melalui pengisapan langsung dari payudara ibu.


(48)

4. Psoriasis :

Peradangan kulit kronis yang ditandai dengan plak eritematosa yang ditutupi skuama tebal berwarna putih keperakan.Diagnosis psoriasis ditegakkan bila dijumpai gejala klinis berupa plak eritematosa yang ditutupi skuama tebal dan berwarna putih keperakan, dibantu dengan pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz yang menunjukkan hasil positif.

a. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin :

Skuama yang digores dengan ujung gelas objek akan membentuk garis berwarna putih seperti tetesan lilin.

b. Tanda Auspitz :

Bila digores dengan menggunakan ujung gelas objek akan terdapat gambaran bintik-bintik pendarahan pada lesi.

5. Skor Psoriasis Area and severity Index (PASI) :

Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai derajat keparahan psoriasis berdasarkan eritema, ketebalan lesi, skuama, area dan luas area tubuh yang terlibat. Berdasarkan nilai skor PASI, psoriasis dapat dibagi menjadi psoriasis ringan (skor PASI<11), sedang (skor PASI 12-16), dan berat (skor PASI>16)

6. Asam urat :

Produk akhir dari katabolisme purin yang berasal dari degradasi nuklotida purin yang terjadi pada semua sel, yang didapatkan


(49)

berdasarkan hasil laboratorium dimana kadar serum dihitung menggunakan alat archilect dan dengan metode urikase.

7. Peningkatan asam urat (hiperurisemia):

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dl pada laki laki dan lebih 5,7 mg/dl pada perempuan.

8. Gout :

Penyakit yang ditandai dengan episode artritis akut berulang disebabkan oleh timbunan monosodium urat pada persendiaan dan kartilago dan pembentukan batu asam urat pada ginjal.Penyakit Gout telah didiagnosis oleh dokter spesialis Penyakit Dalam.

9. Obat topikal :

Obat-obat kortikosteroid dan imunomodulator topikalyang dioleskan pada daerah tertentu dikulit yang hanya mempengaruhi daerah yang dioles tersebut, seperti steroid topikal, analog vitamin D, anthralin (dithranol), coal tar, asam salisilat, tazaroten, inhibitor kalsineurin. 10. Obat sistemik :

Obat – obat yang bersifat imunosupresi diberikan secara oral yang memberi efek sistemik, seperti siklosporin A, metotreksat, asitretin, fumaric acid ester, steroid sistemik, hidroksiurea, 6-thioguanine, mycophenolate mofetil, sulfasalazine, terapi biologi.


(50)

Merupakan suatu penyakit autoimun sistemik yang dapat mengenai seluruh bagian tubuh. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan tempat atau lebih dari 11 kriteria American College of Rheumatologyyaitu adanya ruam malar (butterfly rash), ruam diskoid, serositis, ulkus oral, arthritis, fotosensitivitas, kelainan hematologi misalnya anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, trombositopenia, kelainan ginjal, uji

antinuclear antibody positif, gangguan imunologik berupa anti-smith, anti-ds DNA, antiphospholipid antibody positif dan atau hasil positif palsu uji serologis sifilis.Diagnosis telah ditegakkan oleh dokter spesialis Penyakit Dalam.

12. Artritis reumatoid :

Penyakit sistemik kronis terutama pada sendi, biasanya poliartikular, yang ditandai dengan peradangan pada membran sinovial dan struktur artikular, adanya atrofi dan penipisan tulang dan telah didiagnosis ditegakkan oleh dokter spesialis Penyakit Dalam.

13.Penyakit ginjal adalah penyakit yang berdasarkan anamnesis menunjukkan gejala klinis kelainan fungsi ginjal dan telah didiagnosis oleh Spesialis Penyakit Dalam.

14.Alkoholik adalah orang yang mengkonsumsi alkohol secara rutin (perempuan > 75 cc/ hari, laki-laki> 200 cc/hari) dalam waktu ≥ 1 tahun.


(51)

3.10 Kerangka operasional

Hubungan ?

Gambar 3.1 Diagram kerangka Operasional

3.11 Pengolahan dan analisis data

a. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis statistik yang digunakan untuk menilai hubungan antara kadar asam urat serum skor PASI adalah uji korelasi.

Penilaian skor PASI

Psoriasis vulgaris

Memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi

Sampel

Pengukuran kadar Asam urat serum


(52)

c. Batas uji kemaknaan (p) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Dikatakan bermakna jika nilai p<0,05 dan tidak bermakna jika nilai

p>0,05.

3.12 Ethical Clearance

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Sumatera Utara dan RSUP H. Adam Malik Medan.


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi jenis kelamin, dan kelompok umur.

Distribusi subyek penelitian berdarsarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1.Karakteristik Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan umur.

Keterangan n %

Jenis Kelamin Laki - laki 11 44

Perempuan 14 56

Total 25 100

≤ 21 tahun 1 4

Usia 21 – 30 tahun 3 12

31 – 40 tahun 8 32

41 – 50 tahun 3 12

51 – 60 tahun 6 24

61 – 70 tahun 4 16


(54)

Berdasarkan tabel 4.1 dari keseluruhan 25 orang subyek penelitian di dapatkan jumlah responden perempuan yang menderita psoriasis dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan responden laki-laki yaitu 14 orang (56%) responden perempuan sedangkan responden laki-laki berjumlah 11 orang (44%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien psoriasis vulgaris berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, bahwa psoriasis lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sinniah menyatakan bahwa dari total 5607 pasien yang diperiksa selama tiga tahun didapat 9,5% menderita psoriasis dimana penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki (11,6%) dari pada perempuan (7,2%).

Chan YT dkk, melaporkan prevalensi psoriasis di Taiwan sebesar 0,23% pada pria dan 0,16% pada wanita.

35

Berdasarkan tabel 4.1 dari total 25 orang subyek penelitian di dapati kelompok umur terbanyak yang menderita psoriasis dalam penelitian ini adalah 31-40 tahun sebanyak 8 orang (32%).

36

Berdasarkan penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Dogra melaporkan bahwa psoriasis sebagian besar terjadi pada dekade ke-3 atau ke-4 kehidupannya.

Kaur melakukan penelitian pada 1220 orang pasien psoriasis vulgaris di India, ditemukan umur rerata sekitar 33,6 tahun.

37


(55)

Nevit dalam penelitiannya melaporkan bahwa umur rerata penderita psoriasis ialah 33 tahun dan 75% kasus peoriasis terjadi sebelum umur 46 tahun..26

4.2 Hubungan antara Kadar Asam Urat Serum dengan Skor PASI

Rerata kadar asam urat pada responden adalah 6,08 mg/dl (SB=1,54 mg/dl) dengan kadar terendah 3 mg/dl dan tertinggi 8,4 mg/dl dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2. Rerata Kadar Asam Urat Serum

Rerata Simpangan Baku

Minimum

Maksimum

95% CI

Kadar Asam Urat, mg/dL 6,08 1,54 3 – 8,4 5,44 – 6,72

PASI 12,56 12,49 1,8 – 47,6 7,40 – 17,72

Tabel 4.3. Hubungan Kadar Asam Urat dan Skor PASI

P Kadar Asam Urat (r)

Skor PASI 0,002 0,593

Dari analisis menggunakan uji korelasi Spearman ditemukan hubungan yang signifikan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI (p=0,002). Dengan nilai r = 0,593, maka dapat disimpulkan bahwa kadar asam urat serum berkorelasi sedang dengan skor PASI dan bertanda positif yang berarti semakin tinggi kadar asam urat serum maka akan semakin tinggi pula skor PASI.


(56)

Pada gambar 4.1 ditunjukkan pola hubungan antara kadar asam urat dalam serum pada penderita psoriasis vulgaris pada skor PASI yang membentuk garis linier.

Gambar 4.1 Grafik Scatter Plot hubungan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI

Secara matematis didapatkan persamaan linier Y = -13,539 + 4,293 (Kadar Asam Urat). Dari analisis menggunakan uji regresi linier diperoleh hubungan yang signifikan antara kadar asam urat dan skor PASI (p=0,006, p <0,05). Nilai R square yang diperoleh dari analisis regresi linier menunjukkan angka 0,28 yang memiliki arti


(57)

bahwa kadar asam urat dapat mempengaruhi skor PASI sebesar 28% sedangkan sisanya (72%) disebabkan oleh faktor lain.

Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar asam urat serum penderita psoriasis vulgaris dengan skor PASI. H.H. Kwon dkk, melakukan pengukuran kadar asam urat serum terhadap 198 orang pasien psoriasis vulgaris diKorea, ditemukan peningkatan signifikan pada kadar asam urat serum penderita psoriasis sehingga dikatakan adanya korelasi positif antara kadar asam urat serum dengan derajat keparahan psoriasis yang dinilai dengan menggunakan skor PASI.7 Isha. V.K dkk, melakukan pengukuran kadar asam urat serum pada 25 orang pasien dengan psoriasis, didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kadar asam urat serum penderita psoriasis dibanding dengan kelompok kontrol, sehingga dikatakan terdapat korelasi yang signifikan antara kadar asam urat serum dengan derajat keparahan psoriasis.

Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit inflamasi kronik dan bersifat rekurenserta mempunyai gambaran klinis bervariasi, dengan lesi khas berupa eritroskuamosa.Etiopatogenesis dari psoriasis bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik, defek pada sistem imun, lingkungan, dan gangguan metabolisme salah satunya asam urat.

34

7

Pada keadaan normal, sel germinativum yang terletak di epidermis bagian basal membelah diri dan bergerak ke lapisan tanduk secara teratur, kemudian menjadi keratin yang dilepas serta diganti menjadi sel baru. Proses ini disebut epidermal turn over, dan


(58)

berlangsung selama 14-21 hari. Pada psoriasis proses tersebut hanya berlangsung 3-4 hari, sehingga terbentuk skuama tebal, kering dan kemerahan.1-3Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh. Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekresikan asam urat. Apabila terjadi kelebihan pembentukan dan penurunan ekskresi atau keduanya maka akan terjadi peningkatan konsentrasi asam urat darah yang berperan dalam patogenesis psoriasis yang mana dikatakan peningkatan katabolisme purin ini dapat menyebabkan pergantian sel epidermis yang cepat, sehingga terjadi korelasi peningkatan asam urat dalam serum dengan luas keterlibatan kulit pada psoriasis.

Hasil dari penelitian ini dan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa asam urat tampaknya berperan penting dalam etiopatogenesis terjadi psoriasis.Penelitian lebih jauh diperlukan unuk mencari peran dari gangguan metabolisme tubuh terhadap keparahan dari penyakit ini.


(59)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar asam urat serum dengan skor PASI, nilai r = 0,593, maka disimpulkan kadar asam urat serum berkorelasi sedang dengan skor PASI dan bertanda positif yang berarti semakin tinggi kadar asam urat serum maka akan semakin tinggi pula skor PASI.

2. Rerata kadar asam urat pada responden adalah 6,08 mg/dl dengan kadar terendah 3 mg/dl dan tertinggi 8,4 mg/dl.

3. Rerata skor PASI pada responden adalah 12,56 dengan kadar terendah 1,8 dan tertinggi 47,6

4. Nilai koefisien determinasi adalah r = 28% yang berarti bahwa kadar asam urat dapat mempengaruhi skor PASI sebesar 28% sedangkan sisanya (72%) disebabkan oleh faktor-faktor lain.

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian efikasi pengobatan asam urat serum sebagai pendekatan terapi tambahan pada psoriasis vulgaris dimasa yang akan datang.


(60)

2. Dari hasil penelitian ini, sebaiknya dianjurkan pada penderita psoriasis vulgaris agar mengurangi atau menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York. McGraw-Hill Companies Inc;2008. h.169-93.

2. De Rie MA, Goedkoop AY, Bos JD. Overview of psoriasis. Dermatologic Therapy. 2004; 17: 341-9

3. Simmons A. Psoriasis. American Osteopathic College of Dermatology. 2007; 4:15-20

4. Pane HN. Profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan penderita psoriasis vulgaris di rumah sakit umum pusat haji adam malik medan. Universitas Sumatera Utara. 2013;40:1

5. Langley R, Krueger G, Griffiths C. Psoriasis: epidemiology, clinical features, and quality of life. Ann Rheum Dis. 2005;64:ii18-ii23.

6. Neimann A, Porter S, Gelfand J. The epidemiology of psoriasis. Expert Rev. Dermatol. 2006; 1: 63-75.

7. Kwon H, Choi JW, Youn JI. Cross-sectio study on the correlation of serum uric acid with disease severity in Korean patients with psoriasis. Clinical and Experimental Dermatologist. 2011;36:473-8.

8. Nasrul E, Sofitri. Hiperurisemia pada pra diabetes. Jurnal kesehatan andalas. 2012;1: 86-91.

9. Walton R, Block WD, Heyde J. A comparative study of uric acid values of whole blood in patients with psoriasis and other dermatoses. The Journal of Investigative Dermatology. 1960;29:125-33.

10.VK Isha, Lal H. C. Reactive protein and uric acid levels in patient with psoriasis. Ind J Clin Biochem. 2011;26:309-11.

11.Eisen AZ, Seegmiller JE. Uric acid metabolism in psoriasis. Dermatology Branch.1961;1:486-93.

12.J Richard. Uric acid in the etiology of psoriasis. The American Journal of Dermathopathology. 1981;3:397-404.

13.Bauman RR, Jilson OF. Hiperuricemia and psoriasis. The Journal of Investigative Dermatology. 1960;106-7.

14.M Dorothea, Jenishch S. Increased prevalence of the metabolic syndrome in patients with moderate to severe psoriasis. Arc Dermatol res. 2006;298: 321-8.

15.H.Irving, John D. Hyperuricemia and hypertriglyceridemia. Metabolism. 1985;34:741-6.

16.Gysonrdi P, Tessa. Prevalence of metobolic syndrome in patient with psoriasis: a hospital-based case-control study. British Journal of Dermatology. 2007;157:69-73.


(62)

17.Traub M, Marshall K. Psoriasis-pathophysiology, conventional, and alternative approaches to treatment. 2007;12:319-28.

18.Seegmiller JE, Laster L, Howell L. Biochemistry of uric acid and its relation to gout. New England Journal of Medicine. 1963;268:821-7.

19.Das R, Jain A, Ramesh V. Current concepts in pathogenesis of psoriasis.

Indian J Dermatol. 2009;54:7-12.

20.Blauvelt A. New concept in the pathogenesis and treatment of psoriasis: key roles for IL-23, IL-17A and TGF-β1. Expert Rev. Dermatol. 2007;2: 69-78. 21.Bettina M, Vavricka P, Guitart J. Diagnostic evaluation. Psoriatis and

Psoriatic Arthritis- An Integrated Approach. Edisi ke-1. New York. Springer;2005. h.83-91.

22.Lisi P. Differential diagnosis of psoriasis. Reumatismo. 2007;59:56–60. 23.Lionel F.Differential diagnosis. An Atlas of Psoriasis. Edisi ke-2. London.

Taylor & Francis;2004. h.67-9.

24.Meier M, Sheth P. Clinical spectrum and severity of psoriasis.Curr Probl Dermatol. Basel. 2009;38:1–20.

25.Feldman S, Krueger G. Psoriasis assesment tools in clinical trial. Ann Rheum. Dis. 2005;64:ii65-ii68.

26.Kenneth B. Clinical outcome measurements. Psoriatis and Psoriatic Arthritis- An Integrated Approach. Edisi ke-1. New York. Springer;2005. h.125-8. 27.Bonifati C, Berardesca E. Clinical outcome measures of psoriasis.

Reumatismo. 2007; 59:64-7.

28.Traub M, Marshall K. Psoriasis pathophysiology, conventional and alternative approaches to treatment. Alternative Medicine Review

2007;12:319-30.

29.Reich K, Mrowietz U. Treatment goal in psoriasis. JDDG. 2007;5:566–74.

30.Sullivan J. Treatment fo severe psoriasis.Aust Prescr. 2009;32:14–8.

31.Lambert JR, Wright V. Serum uric acid levels in psoriatic artritis. Anal of the Reumatic Disease. 1977; 36: 264-7.

32.Cassano N, Carbonara M, Panaro M. Role of serum uric acid in conditioning the assosiation of psoriasis with metabolic syndrome.EJD 5:808-9.

33.Gay G, Juanateyr CG, Rodriguez TV. Asymptomatic hyperuricemia and serum uric acid concentration corellate with subclinically evident cardiovascular disease. Elsevier. 2008;06:157-62.

34.Bruce IN, Schentag CT, Gladman DD. Hyperuricemia in psoriatic arthritis. Journal of Clinical Rheumatology. 2000;6:6-10.

35.Siniah B, Devi S, Prashant D. Epidemiology of Psoriasis in Malaysia: A Hospital Based Study. Med J Malaysia. 2010;65:112-4.

36.Chang Y,Chen T, Liu P, Chen Y, Huang PY. Epidemiological Study of Psoriasis in the National Health insurance Database in Taiwan. Acta Derm Venereol. 2009; 89:262-6


(63)

37.Dogra S, Yadav S. Psoriasis in India: Prevalence and Patern Indian J Dermatol Venerol Leprol. 2010;76:595-601


(64)

LAMPIRAN 1.

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Surya Nola. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spasialis dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Hubungan kadar asam urat serum penderita psoriasis vulgaris dengan skor Psoriasis Area And Severity Index.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar asam urat dalam serum dengan derajat keparahan psoriasis. Adapun manfaat dari penelitiaan ini adalah untuk membuka wawasan mengenai penyebab psoriasis terutama dalam hubungannya dengan asam uratsehingga nantinya diharapkan dapat dilakukan evaluasi yang bermanfaat untuk mengobati atau mengurangi derajat keparahan psoriasis. Penelitian ini akan saya lakukan terhadap kelompok pasien yang menderita psoriasis.


(65)

Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit kronis yang ditandai dengan adanya proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Daerah yang biasanya terkena psoriasis adalah di ekstremitas bagian ekstensor misalnya siku dan lutut, kulit kepala, punggung bagian bawah, bokong dan genital.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya psoriasis, tetapi hingga saat ini masih terdapat silang pendapat mengenai, ”apakah kadar asam urat berhubungan dengan skor PASI?”. Dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa asam urat berperan dalam menyebabkan terjadinya psoriasis dan berhubungan dengan derajat keparahan psoriasis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memastikan hal ini.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh asam urat terhadap timbul dan bertambah beratnya psoriasis, salah satunya adalah dengan melakukan pengkajian terhadap luasnya lesi psoriasis dengan menggunakan metode PASI kemudian menghubungkan hasilnya dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengambilan darah untuk mengukur kadar asam urat. Asam urat ini kadarnya dalam darah akan meningkat pada pasien-pasien dengan psoriasis.

Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, melakukan pemeriksaan badan untuk menilai derajat keparahan psoriasis, serta pengambilan darah dari pembuluh darah balik lengan bawah. Pengambilan darah akan dilakukan dalam keadaan yang bebas kuman menggunakan jarum suntik 5


(66)

ml. Pengambilan darah ini akan menimbulkan sedikit rasa sakit namun diharapkan tidak akan menimbulkan akibat yang membahayakan jiwa. Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i mengeluh adanya lebam, bercak-bercak atau pembengkakan berwarna merah yang terasa gatal atau nyeri, pusing (sakit kepala), demam, lemas (perasaan ingin pingsan), atau perdarahan yang tidak berhenti pada lokasi pengambilan darah, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 08126902590, atau di alamat : Kompleks Villa setia budi garden, No C-37, Pasar dua Pertambangan Setia budi Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.

Darah yang telah diambil selanjutnya akan dibawa ke Laboratorium Klinik ProdiaMedan untuk dilakukan pemeriksaan kadar asam urat serum. Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia,Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika /Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

JikaIbu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.


(67)

.LAMPIRAN 2.

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………...………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur : ...……… Alamat : ...………..…………, selaku orang tua/keluarga dari* :

Nama : ...……… Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur :..………

Alamat :...………

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2014


(68)

(dr. Surya Nola) ( ) LAMPIRAN 3.

STATUS PENELITIAN

Tanggal pemeriksaan :

Nomor urut penelitian :

Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) :

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu

4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha


(69)

Pendidikan : 1. Belum sekolah

2. SD / sederajat

3. SMP / sederajat

4. SMA / sederajat

5. Perguruan tinggi

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja

Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama :

ANAMNESIS

Riwayat perjalanan penyakit :


(70)

Riwayat penyakit terdahulu :

a. Gout

b. Artritis reumatoid c. Penyakit ginjal

d. Lupus eritematosus sistemik

PEMERIKSAAN FISIK

• Tinggi badan : Status antropomentri

• Berat badan :

• Lingkar pinggang :

Status generalisata Keadaan umum :

• Kesadaran :

• Gizi :

• Tekanan darah :

• Frekuensi nadi :

• Suhu :

• Frekuensi pernafasan :


(71)

• Kepala :

• Leher :

• Toraks :

• Abdomen :

• Genitalia :

• Ekstremitas :

• Lokalisasi : Status dermatologikus

• Efloresensi :

• Pemeriksaan tanda auspitz : Test yang dilakukan

• Pemeriksaan fenomena tetesan lilin :

1. Pemeriksaan kadar asam urat dalam serum

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Nilai :

DIAGNOSIS BANDING :


(72)

PENATALAKSANAAN :

PROGNOSIS

• Quo ad vitam :

• Quo ad functionam :


(73)

Lampiran 4

Lembar Penilaian

Psoriasis Area and Severity Index

(PASI)

Nama pasien :

Tanggal:

No. Rekam Medis:

Skor lesi

Eritema (E)

Indurasi (I)

Skuama (S)

Tidak ada

Ringan

Sedang

Berat

Sangat berat

Skor

0

1

2

3

4

Skor area

Area

0

1-9%

10-29%

30-49%

50-69%

70-89%

90-100%

Skor

0

1

2

3

4

5

6

Skor lesi

Kepala

(a)

Badan

(b)

Ekstremitas

Atas (c)

Ekstremitas

Bawah (d)

Eritema (E)

Indurasi (I)

Skuama (S)

Jlh: E+I+S

% area yg terkena

Skor area

Subtotal: Jlh x skor area

Area tubuh : subtotal x skor

area

x 0.1

x 0.2

x 0.3

x 0.4


(74)

(75)

(76)

(77)

LAMPIRAN 7

NO Nama Jenis

Kelamin

Umur

Thn Suku Pekerjaan

SkorPasi (mg/dl) Kadar asam urat serum 1 A 1 24 Jawa Mahasiswi 1,8 (ringan) 3,8 2 Er 1 57 Batak Tidak Bekerja 12 (sedang) 7,1 3 M 2 35 Batak Pegawai Swasta 5,2 (ringan) 6,4 4 A 2 46 Batak Pegawai Swasta 3,7 (ringan) 5,6 5 L 1 19 Batak Tidak Bekerja 2 (ringan) 3,0 6 F 2 67 Batak Pensiunan 5,7 (ringan) 6,4 7 R 1 64 Batak Pegawai Swasta 2,9 (ringan) 6,7

8 Ri 1 38 Jawa IRT 5,1 (ringan) 3,9

9 Y 1 63 Batak IRT 2,3 (ringan) 5,3

10 D 1 36 Batak IRT 5,0 (ringan ) 3,6

11 Mt 2 40 Batak Pegawai Swasta 4,5 (ringan) 7,7 12 Ro 1 23 Melayu Tidak Bekerja

10,5

(sedang) 5,4

13 Ya 1 55 Batak PNS

11,5

(sedang) 7,2

14 H 2 37 Jawa PNS

11,3

(sedang) 4,9

15 Rl 1 53 Batak IRT

11,4

(sedang) 6,9 16 E 1 29 Kupang Pegawai Swasta 6 (ringan) 6,7

17 Yu 1 35 Jawa IRT 9 (sedang) 4,5

18 Mh 2 61 Jawa PNS 4,8 (ringan) 6,8

19 Fe 2 40 Tionghoa Pegawai swasta 16,8 (berat) 7,6

20 Ru 1 54 Batak PNS 30 (berat) 6,6

21 Da 2 35 Tionghoa Pegawai Swasta 25 (berat) 8,2 22 Ha 2 43 Tionghoa Pegawai Swasta 14,8 (berat) 4,4 23 Sa 2 43 Jawa Pegawai Swasta 19,8 (berat) 7,7

24 Na 1 57 Jawa IRT 45,4 (berat) 7,2

25 Ma 2 53 Batak Pegawai Swasta 47,6 (berat) 8,4


(1)

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 13 52.0 52.0 52.0

Jawa 7 28.0 28.0 80.0

Kupang 1 4.0 4.0 84.0

Melayu 1 4.0 4.0 88.0

Tionghoa 3 12.0 12.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Budha 3 12.0 12.0 12.0

Hindu 1 4.0 4.0 16.0

Islam 12 48.0 48.0 64.0

Kristen Protestan 9 36.0 36.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perguruan Tinggi 12 48.0 48.0 48.0

SMA 10 40.0 40.0 88.0


(2)

STM 1 4.0 4.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 6 24.0 24.0 24.0

Mahasiswi 1 4.0 4.0 28.0

Pegawai swasta 1 4.0 4.0 32.0

Pegawai Swasta 9 36.0 36.0 68.0

Pensiunan 1 4.0 4.0 72.0

PNS 4 16.0 16.0 88.0

Tidak Bekerja 3 12.0 12.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

st_pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Belum 4 16.0 16.0 16.0

Sudah 21 84.0 84.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Asam_urat Mean 6.080 .3083

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5.444 Upper Bound 6.716


(3)

5% Trimmed Mean 6.118

Median 6.600

Variance 2.376

Std. Deviation 1.5414

Minimum 3.0

Maximum 8.4

Range 5.4

Interquartile Range 2.5

Skewness -.475 .464

Kurtosis -.875 .902

PASI Mean 12.564 2.4995

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 7.405 Upper Bound 17.723

5% Trimmed Mean 11.238

Median 9.000

Variance 156.187

Std. Deviation 12.4975

Minimum 1.8

Maximum 47.6

Range 45.8

Interquartile Range 11.2

Skewness 1.812 .464

Kurtosis 2.865 .902

Tests of Normality


(4)

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Asam_urat .182 25 .032 .941 25 .157

PASI .238 25 .001 .767 25 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Kategori_PASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ringan 12 48.0 48.0 48.0

sedang 6 24.0 24.0 72.0

berat 7 28.0 28.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Nonparametric Correlations

Correlations

PASI Asam_urat Spearman's rho PASI Correlation Coefficient 1.000 .593**

Sig. (2-tailed) . .002

N 25 25

Asam_urat Correlation Coefficient .593** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Descriptives


(5)

Asam_urat ringan Mean 5.492 .4471 95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 4.508 Upper Bound 6.476

5% Trimmed Mean 5.507

Median 6.000

Variance 2.399

Std. Deviation 1.5489

Minimum 3.0

Maximum 7.7

Range 4.7

Interquartile Range 2.9

Skewness -.384 .637

Kurtosis -1.342 1.232

sedang Mean 6.000 .4926

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 4.734 Upper Bound 7.266

5% Trimmed Mean 6.017

Median 6.150

Variance 1.456

Std. Deviation 1.2066

Minimum 4.5

Maximum 7.2

Range 2.7

Interquartile Range 2.3

Skewness -.194 .845

Kurtosis -2.667 1.741

berat Mean 7.157 .5126


(6)

Mean Upper Bound 8.412

5% Trimmed Mean 7.241

Median 7.600

Variance 1.840

Std. Deviation 1.3563

Minimum 4.4

Maximum 8.4

Range 4.0

Interquartile Range 1.6

Skewness -1.668 .794

Kurtosis 3.092 1.587

Tests of Normality

Kategori_ PASI

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Asam_urat ringan .221 12 .108 .905 12 .186

sedang .272 6 .187 .849 6 .154

berat .227 7 .200* .842 7 .103

a. Lilliefors Significance Correction