Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi

signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov- Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan output SPSS di bawah ini terlihat bahwa nilai asymp sig 2- tailed adalah 0,200 dan di atas nilai signifikan 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Tabel 4.2 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 29 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,08389593 Most Extreme Differences Absolute ,090 Positive ,090 Negative -,067 Test Statistic ,090 Asymp. Sig. 2-tailed ,200 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Diolah oleh penulis 2016

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Menurut Ghozali 2005 : 91 “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau nilai Variance Inflation Factor VIF. Batas nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = terjadi Universitas Sumatera Utara multikolinearitas. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10, dan demikian juga hasil perhitungan Variance Inflation Factor VIF menunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Tabel 4.3 Colinearity Statistic Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 31212,252 14404,159 2,167 ,038 FDR -2,711 1,280 -,368 -2,117 ,042 ,855 1,169 CAR -1,294 4,109 -,051 -,315 ,755 ,995 1,005 TATO 101,968 84,230 ,196 1,211 ,235 ,985 1,015 ROA 2,099 39,774 ,009 ,053 ,958 ,870 1,150 a. Dependent Variable: LABA

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu time series karena “gangguan” pada seseorang individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi Universitas Sumatera Utara yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin-Watson DW test. Tabel 4.4 Uji Statistik Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,445 a ,198 ,095 15573,835 1,762 a. Predictors: Constant, ROA, CAR, TATO, FDR b. Dependent Variable: LABA Sumber: Diolah oleh penulis 2016 Berdasarkan output SPSS 22 pada tabel 4.4 diketahui bahwa nilai Dubrin-Watson sebesar 1,762, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi hal ini bersarkan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali 2006:218 dengan cara melihat besaran Dubrin-Watson D-W sebagai berikut: i. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. ii. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. iii. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negative.

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 49 84

Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

1 36 101

Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”

5 79 104

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 81 82

Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 37 90

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas Dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Dalam LQ45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 34 114

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur dalam LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 29 7

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas) terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010–2014

1 9 83

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2002-2005.

0 1 10

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 12