dihitung juga kurang akurat, dan d.
adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
2.2.2 Jenis- Jenis Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Namun demikian angka
rasio yang ada dapat digolongkan menjadi dua. Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau
elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah berdasarkan pada tujuan penganalisa Munawir, 2001 : 68.
Rasio keuangan berdasarkan sumber data yang digunakan dibedakan menjadi rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan rugi laba, dan rasio-rasio
antar laporan keuangan. Sedangkan berdasarkan tujuannya rasio keuangan dibedakan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan
analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi:
1. Rasio Likuiditas
Pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Suatu bank dikatakan liquid apabila bank
tersbut dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dan dapat
Universitas Sumatera Utara
membayar kembali semua deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penagguhan. Oleh karena itu bank harus
memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan liquitas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan liquiditas tersebut sangat dipengaruhi
oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola bank. Rasio yang sering digunakan untuk menilai tingkat liquiditas adalah
Financing to Deposit Ratio FDR. Rasio ini memberikan gambaran
mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit pembiayaan.
Dalam istilah konvensional Loan to Deposit Ratio LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana
yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana
tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Secara lebih rinci LDR dapat dijalaskan sebagai rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan
bank dengan dana yang diterima bank. Menurut Mulyono 1995 LDR merupakan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat diirumuskan
sebagai berikut: FDR = Jumlah Pembiayaan yang disalurkan
Total deposit x 100
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan bank dalam pembiayaan yang disalurkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Rasio Kecukupan Modal Solvabilitas
Rasio Kecukupan Modal merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan
semakin baik posisi modal Achmad dan Kusuno, 2003. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 pasal 2
ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari asset tertimbang menurut risiko ATMR, Rasio Kecukupan Modal adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan,surat berharga,tagihan pada bank
lain ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank PBI,2008.
Capital Adequacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul dapat berpengaruh terhadap besarnya modal Amilia, 2005. Perhitungan Capital Adequacy
Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung
resiko harus disediakan jumlah modal sebesra persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya.
Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of International Settelements BIS
, seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyediakan modal minimum sebesar 8 dari ATMR Kuncoro dan Suhardjono, 2002. Rumus Rasio Kecukupan Modal sebagai berikut :
CAR = Modal Sendiri
ATMR
x 100
3. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya.
Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap
bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva
tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan
kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu Syamsuddin, 2009 : 19.
Menurut Sartono 1994 perputaran total aktiva menunjukan bagaimana efektivias perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk
menciptakan penjualan dalam kaitannya untuk mendapatkan laba. Semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi efektivitas perusahaan menggunakan aktiva untuk memperoleh penjualan diharapkan perolehan laba perusahaan semakin baik. Kinerja
perusahaan semakin baik. Total Assets Turnover = Penjualan Bersih
Total Aktiva
4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba dan modal sendiri. Return on Asset ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal biaya
yang digunakan mendanai aktiva dikeluarkan dari analisis. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu
ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Bambang R, 1997
ROA = Laba rugi tahun berjalan Total aktiva
Return On Asset ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan
laba bagi perusahaan. Sebaliknya, jika ROA negatif menunjukan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntunganrugi.
4. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan
dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan
membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga
kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga
kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston 2006 : 119 adalah sebagai berikut:
1 manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis,
mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, 2
analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan 3
analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
2.2.3 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan