Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT SOLVABILITAS, RENTABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

NAMA : JEFRY C. PASARIBU

NIM : 050503101

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Mei 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Jefry C. Pasaribu NIM : 050503101


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas kelimpahan berkat dan kasih-Nya yang membimbing dan memampukan penulis dengan segala hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini hingga selesai, penulis telah mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, saran dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dra. Narumondang Bulan Siregar, MM, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak selaku dosen pembanding II yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Orangtuaku yang tersayang yaitu A. Gorat, S.Pd dan M. Simamora, S.Pd.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2010

Penulis,

Jefry C. Pasaribu


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy

Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio dan Loan to Deposit Ratio baik

secara simultan maupun secara parsial, terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2006-2008. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 bank, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.

Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji F (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Sementara uji F (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial, variabel Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio dan

Loan to Deposit ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost


(6)

ABSTRACT

The objectives of this research is to know the influence of Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio and Loan to Deposit Ratio both partially and simultantly to the Profit Growth of banking industries that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is causal research, which tested the influence of one variable to another.

The population of this research is banking companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2008. The research sample are 16 banks, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analyzed with multiple regressions analysis.

The statistic test also done t-test and F-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption test before did the test. T-test is used to know the influence of independent variables to the dpendent variable partially, while the F-test (ANOVA) is used to know the influence of independent variables to the dependent variable simultantly.

The result of this research showed that both simultaneously and partially, independent variables Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio and Loan to Deposit ratio have non significant influence on Profit Growth of banking companies that were listing on Indonesian Stock Exchange. Keyword: Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan ... 9

2. Tingkat Solvabilitas... 11

3. Tingkat Rentabilitas ... 14

4. Tingkat Likuiditas ... 15


(8)

6. Istilah Laba yang Digunakan ... 18

7. Pengertian Pertumbuhan Laba ... 19

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

C. Kerangka Konseptual ... 21

D. Hipotesis ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Jenis Data ... 28

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Prosedur Pengambilan Data ... 31

F. Metode dan Teknik Analisis data ... 31

G. Jadwal Penelitian ... 36

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 37

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif ... 38

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ... 40

b. Uji Multikolonieritas ... 43

c. Uji Heteroskedastisitas ... 44


(9)

3. Pengujian Hipotesis

a. Persamaan Regresi ... 47

b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi ... 49

c. Pengujian Hipotesis ... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….... 20

Halaman Tabel 3.1 Daftar Populasi Bank ... 26

Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Perbankan ... 27

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 36

Tabel 4.1 Sampel Perusahaan Perbankan ... 37

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel – Variabel …………... 38

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data ... 42

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas (1)... 43

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas (2)... 44

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 47

Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi ... 48

Tabel 4.8 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 50

Tabel 4.9 Hasil Uji t ... 51


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 23 Halaman

Gambar 4.1 Uji Normalitas Dengan Histogram ...………... 41 Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Plot ... 41 Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas ...………... 45


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Perbankan ……….. 64

Halaman Lampiran ii Data Capital Adequacy Ratio (CAR)... 65

Lampiran iii Data Debt to Equity Ratio (DER) ... 66

Lampiran iv Data Operation Cost Ratio (OCR) ... 67

Lampiran v Data Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 68

Lampiran vi Data Pertumbuhan Laba ... 69

Lampiran vii Statistik Deskriptif ... 70

Lampiran viii Hasil Uji Normalitas ……… ... 71

Histogram ... ... 71

Grafik normal P-P Plot ... 72

Hasil Uji Multikolinearitas .. ... 73

Hasil Uji Heteroskedastisitas ... .. 74

Hasil Uji Autokorelasi ... 75


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy

Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio dan Loan to Deposit Ratio baik

secara simultan maupun secara parsial, terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2006-2008. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 bank, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.

Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji F (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Sementara uji F (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial, variabel Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio dan

Loan to Deposit ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost


(14)

ABSTRACT

The objectives of this research is to know the influence of Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio and Loan to Deposit Ratio both partially and simultantly to the Profit Growth of banking industries that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is causal research, which tested the influence of one variable to another.

The population of this research is banking companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2008. The research sample are 16 banks, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analyzed with multiple regressions analysis.

The statistic test also done t-test and F-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption test before did the test. T-test is used to know the influence of independent variables to the dpendent variable partially, while the F-test (ANOVA) is used to know the influence of independent variables to the dependent variable simultantly.

The result of this research showed that both simultaneously and partially, independent variables Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio and Loan to Deposit ratio have non significant influence on Profit Growth of banking companies that were listing on Indonesian Stock Exchange. Keyword: Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akuntansi berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama informasi keuangan mengenai suatu entitas. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan suatu entitas secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Pertama adalah pihak internal perusahaan dan kedua adalah pihak eksternal perusahaan seperti kreditor investor, nasabah, pemerintah dan lain-lain.

Untuk memperoleh informasi keuangan yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakai, maka informasi keuangan yang disajikan harus terlebih dahulu dianalisis sehingga dihasilkan keputusan bisnis yang tepat. Analisis yang biasanya dilakukan adalah analisis keuangan. Analisis keuangan mencoba menghubungkan perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan.

Dalam melakukan analisis keuangan diperlukan alat analisis keuangan. Alat analisis keuangan yang paling sering digunakan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka dari perkiraan-perkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba rugi. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga hasilnya dapat


(16)

diinterpretasikan untuk mengetahui kondisi keuangan atau kinerja perusahaan. Untuk mengetahui apakah kondisi keuangan dan kinerja perusahan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Prediksi mengenai kinerja perusahaan di masa depan sangat penting. Indikator terbaik atas kinerja adalah laba, maka pertumbuhan laba yang diperoleh akan mengindikasikan adanya peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba merupakan peningkatan atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba seperti adanya perubahan pada beban operasi atau perubahan komponen – komponen lainnya dalam laporan laba rugi. Oleh karena rasio keuangan menghubungkan perkiraan – perkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba rugi, maka peningkatan atau penurunan rasio keuangan dapat mengindikasikan adanya pertumbuhan laba. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk mengetahui pertumbuhan laba karena peningkatan atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan akan menentukan besarnya tingkat pengembalian kepada pemegang saham atau bagi calon investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut atau tidak. Bagi manajemen perusahaan, pertumbuhan laba dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen.

Hasil perhitungan rasio keuangan akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan di masa depan. Sebagai alat analisis keuangan, rasio keuangan dapat dipergunakan untuk


(17)

memprediksi pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan sehingga rasio keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan rata – rata industri atau tahun sebelumnya diharapkan akan menunjukkan adanya pertumbuhan laba.

Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terhadap perumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang sangat memerlukan dana (defisit unit). Bank diharapkan mampu memobilisasi dana tabungan masyarakat dalam rangka mengembangkan industri perbankan di Indonesia.

Adapun pengertian bank menurut Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Industri perbankan di Indonesia dalam perkembangannya telah mengalami pasang surut. Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997, telah menghadapi sejumlah permasalahan mendasar. Masalah tersebut meliputi lemahnya corporate

governance, buruknya manajemen risiko, besarnya eksposur pinjaman valuta

asing, tingginya kredit bermasalah (non-performing loans) yang timbul akibat pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati khususnya kepada kelompok bisnis terkait dan sektor properti, serta adanya pinjaman luar negeri sektor swasta dalam jumlah besar.


(18)

Sistem perbankan yang rentan tersebut berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu banyak debitur yang tidak mampu membayar hutangnya baik bunga maupun pokok pinjaman yang akhirnya dikategorikan sebagai kredit macet, sehingga bank mengalami kerugian sampai pada batas yang maksimal menggerogoti modal setornya. Puncaknya pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997, ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas bahkan ditutup oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan. Pemerintah perlu melakukan restrukturisasi kredit dan pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk menyelamatkan bank-bank lainnya yang tidak ditutup.

Pengalaman dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 telah menyadarkan kita bahwa sektor perbankan pada akhirnya harus memperbaiki dirinya untuk menumbuhkan kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tehadap sektor perbankan sehingga ketika menghadapi krisis global saat ini, industri perbankan bisa tetap eksis dan kuat dilihat dari segi permodalan, kualitas aset, pendapatan, dan likuiditas. Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah satu faktor penting yang mendukung sistem perbankan yang kuat, berkualitas, tetap berlandaskan pada prinsip terpercaya, dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik adalah terwujudnya bank yang sehat. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan. Adapun yang menjadi tolok ukur dasar penilaian kesehatan bank umum adalah penilaian faktor CAMELS yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality),


(19)

manajemen (management), rentabilitas (Earnings), likuiditas (liquidity) dan sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk).

Bank-bank yang ada di Indonesia tidak semua dapat dikatakan sehat, khususnya di bidang permodalan. Peranan modal sangat penting dalam usaha perbankan. Bank Indonesia telah menaikkan bobot CAR yang pada awalnya hanya 4% menjadi 8% yang berlaku sejak tahun 2001. Kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap dalam posisi aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia. Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan akan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010. Tingkat solvabilitas pada penelitian ini diwakili oleh Capital Adequacy Ratio dan

Debt to Equity Ratio.

Rentabilitas juga merupakan faktor yang sangat penting, terutama berkaitan dengan kesinambungan dan stabilitas bisnis perbankan. ”Rentabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk mendapatkan laba berdasarkan investasi yang dilakukannya”. (Sastradipoera, 2004:274). Pada penelitian ini untuk mengukur rentabilitas bank digunakan rasio keuangan

Operation Cost Ratio.

Kesehatan bank juga dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Menurut Chairuddin (2002:1), ”Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi


(20)

penangguhan” . Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Sementara itu, dengan menggunakan rasio–rasio tersebut di dalam melakukan penilaian kesehatan perbankan maka akan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki masing-masing perusahaan perbankan, sehingga akan menjadi suatu informasi yang sangat berharga bagi pihak–pihak yang berkepentingan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rikky (2009) menunjukkan bahwa rasio keuangan tidak dapat mempediksi pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2007) menyatakan bahwa rasio keuangan dapat mempediksi pertumbuhan laba. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penelitian – penelitian terdahulu mengenai pengaruh beberapa rasio keuangan tertentu terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang “Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.


(21)

Penulis melakukan penelitian yang berbentuk replikasi dengan

meng-update atau memodifikasi data dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

peneliti dari Universitas Sumatera Utara ataupun adri universitas lain.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio), rentabilitas (Operation Cost Ratio) dan likuiditas (Loan to Deposit Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio), rentabilitas (Operation Cost Ratio) dan likuiditas (Loan to Deposit Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat dimintai pendapat atau diminta masukan mengenai Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas terhadap Pertumbuhan Laba,


(22)

2. bagi perusahaan, sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya,

3. bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari penelitian terdahulu.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil – hasil dari tahun – tahun sebelumnya atau perusahaan lain”.

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktifitas operasional perusahaan. Menurut Wild (2005 : 36) “rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhdap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini dapat diketahui bahwa rasio keuangan dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan – penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan pada tahun berjalan dengan tahun – tahun sebelumnya.

Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan – perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan – perkiraan yang


(24)

dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh perbandingan yang tidak dapat diinterpretasikan adalah perbadingan antara beban perlengkapan dengan harga saham karena beban perlengkapan tidak ada kaitannya dengan faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode perbandingan rasio keuangan menurut Syamsuddin (2000 : 39) yaitu:

- Cross-sectional approach

Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan

membandingkan rasio- rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.

- Time Series Analysis

Time Series Analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio –

rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki beberapa kegunaan. Menurut Keomn (2005 ; 108)

Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya empat pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi dalam aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup.

Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan perhitungan rasio keuangan agar diperoleh hasil perhitungan rasio lebih tepat. Sebagaimana dikemukakan oleh Simamora (2000 : 523)


(25)

Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan – ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam perhitungan banyak rasio, angka – angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka – angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam perhitungan rasio – rasio adalah baik untuk menghitung rata – rata untulk angka – angka neraca.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal – hal tersebut akan membantu analisis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa hal yang harua diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.

• Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan, sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama – sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan

• Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X1.

• Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio – rasio yang dihitung juga kurang akurat.

• Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

2. Tingkat Solvabilitas

Tingkat solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang maupun jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi atau kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Kewajiban jangka pendek maupun


(26)

kewajiban jangka panjang sebuah perusahaan yang dilikuidasi dapat ditutupi dengan penumpukan laba ditahan yang diperoleh perusahaan tersebut dari laba setiap tahunnya. Tingkat solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio.

- Capital Adequacy Ratio (CAR)

Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

x100%

ATMR

Pelengkap Modal

Inti Modal

CAR = +

Komponen modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yang harus dipertahankan oleh bank terdiri dari modal disetor, agio saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, saldo laba, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap yang dimaksud terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.

Capital adequacy ratio memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh

aktiva perusahaan yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada perusahaan lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar perusahaan.

Aspek permodalan bagi perbankan nasional sangatlah penting dalam persaingan global. Di samping itu, permodalan bagi bank juga merupakan faktor


(27)

penting dalam pengembangan usaha yaitu untuk menampung kerugian. Siswanto Sutojo (1997: 398) bahwa:

”Fungsi modal bagi bank adalah : (1) sebagai penunjang kegiatan operasi, dimana bangunan, equipment, dan fasilitas fisik lainnya sebaiknya dibiayai dengan jangka panjang, (2) sebagai fungsi regulatory, yaitu permodalan bank harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan (3) sebagai fungsi protective, yaitu penyediaan modal untuk melindungi apabila bank mengalami kerugian.”

- Debt to Equity Ratio (DER)

“Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri”. (Dendawijaya,2005:121).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

100% x

Ekuitas Total

Kewajiban Total

DER =

Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Artinya, semakin besar Debt Equity Rasio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun .


(28)

3. Tingkat Rentabilitas

”Rentabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk mendapatkan laba berdasarkan investasi yang dilakukannya”. (Sastradipoera, 2004:274). Pada penelitian ini untuk mengukur rentabilitas bank digunakan rasio keuangan Operation Cost Ratio.

- Operation Cost Ratio (OCR)

Operation Cost Ratio (OCR) adalah perbandingan antara biaya

operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah OCR berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

% 100 l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Biaya

OCR = ×

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir (2004:110) biaya operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya lain-lain. Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga) dari jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit


(29)

dan komisi, laba selisih kurs–bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah, dan pendapatan operasional lain-lain.

4. Tingkat Likuiditas

Menurut Chairuddin (2002:1), ”Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan” . Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

- Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara besarnya kredit yang

diberikan oleh bank terhadap besarnya jumlah simpanan atau dana pihak ketiga yang diperoleh suatu bank. Menurut Kasmir (2003: 272) : ”Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan”. Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas dari suatu bank. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin rendah likuiditas bank yang bersangkutan. Namun, bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menambah pendapatan dan menghasilkan laba.

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam menyalurkan kembali dana yang telah terkumpul dari nasabah dengan memberikan kredit sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang


(30)

diperoleh akan naik, sehingga secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain, sedangkan dana pihak ketiga seperti giro, tabungan, simpanan berjangka, dan sertifikat deposito.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

x

100%

Equity

Deposit

Total

Loans

Total

LDR

+

=

Pengelolaan dana yang diperlukan oleh bank tidak hanya berupa penyaluran kredit kepada masyarakat, tetapi juga digunakan untuk investasi atau penanaman dana ke dalam aktiva produktif lainnya, yaitu surat-surat berharga seperti Obligasi dan Sertifikat Bank Indonesia dalam rangka memperkuat likuiditas bank.

5. Pengertian Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Wild (2005 : 25) mendefinisikan laba sebagai berikut:

Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos – pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas.


(31)

Terdapat empat elemen utama untuk membentuk laba yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen – elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting

Standard Board dalam Stice(2004 : 230).

a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

b. Beban (expense) adalah arus keluar atau pengunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

c. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

d. Kerugian (loss) adalah penuruan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

Informasi tentang komponen – komponen laba merupakan hal yang penting karena kita dapat mengetahui dari mana perusahaan memperoleh labanya. Informasi tentang komponen – komponen laba akan membantu pemakai laporan keuangan untuk memprediksi laba dan arus kas di masa depan.


(32)

6. Istilah Laba yang Digunakan a. Laba kotor

Menurut Wild (2005 : 120) laba kotor merupakan ”pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersenut untuk bertahan.

b. Laba operasi

Menurut Stice(2004 : 243) ” laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.

c. Laba sebelum pajak

Laba sebelum pajak menurut Wild (2005 : 25) merupakan ”laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”.

d. Laba dari operasi berjalan

Laba dari operasi berjalan menurut Wild (2005 : 25) merupakan ”laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.

e. Laba bersih

Laba atau rugi bersih menurut Stice (2004 : 258) adalah ”laba atau rugi operasi berkelanjutan dikombinasikan dengan hasil operasi yang dihentikan, pos luar biasa dan pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip


(33)

akuntansi, memberi pemakai laporan ikhtisar pengukuran kinerja perusahaan untuk periode berjalan”.

7. Pengertian Pertumbuhan Laba

Laba merupakan tujuan akhir semua perusahaan. Namun, perhitungan laba untuk suatu waktu tertentu hanya dapat mewakili tepat atau layak saja, karena perhitungan yang tetap baru dapat terjadi jika perusahaan mengakhiri kegiatan usahanya, serta menjual seluruh aktiva yang dimilikinya. Dengan mengindikasikan ’X’ sebagai laba satu tahun, dan ’n’ sebagai periode dari suatu tahun, maka tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:

1

x

100

%

X

X

X

n n n+

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004: 18) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dijelaskan bahwa :

”Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini”.

Harnanto (1994: 431) mengatakan bahwa: ”Analisa terhadap laba perlu dilakukan secara mendalam dalam tata laporan laba rugi, yang meliputi beberapa periode tahun buku dimana laba tahun awal dibandingkan dengan laba tahun


(34)

akhir”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa analisa yang mencakup beberapa periode tahun buku dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba normal.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel

penelitian Metode Analisis Hasil penelitian Rahayu, Luri Lidia 2007 Pengaruh Tingkat Capital Adequacy Ratio dan Pendapatan Operasional terhadap Tingkat Pertumbuhan Laba Operasional Perbankan. Independen: • Capital Adequacy Ratio (CAR) Pendapatan

Operasional Dependen: • Pertumbuha n Laba Operasional. Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Korelasi Parsial Sederhana. • Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Pendapatan Operasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Pertumbuhan Laba. Persamaan regresi ganda :

Y= -2,547 + 0,133X1 + 0,024X2. Rikky Gusmanto Turnip 2009 Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Capital Adequacy Independen: • Loan to

Deposit Ratio (LDR) Capital Adequacy Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Uji f

Loan To Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR)


(35)

Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Dependen: • Pertumbuha n Laba. pengaruh terhadap pertumbuhan laba Reynaldo Hamonangan Simanjuntak 2009 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Independen: • Capital

Adequacy Ratio (CAR) Debt to

Equity Ratio (DER) • Non Performing Loan (NPL) Operating Ratio Loan to

Deposit Ratio (LDR)

Dependen: • Return On

Equity

(ROE)

Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Uji f

Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap Return on Equity

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor–faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Mulyani,2007:28).

Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian serta mencerminkan


(36)

kesehatan bank yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan dan melindungi dana masyarakat pada bank yang bersangkutan.

Dana yang terhimpun akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan memperoleh laba berupa pendapatan bunga. Dengan tingkat laba inilah bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk kondisi keuangan yang sehat.

“Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri”. (Dendawijaya, 2005:121). Semakin tinggi DER maka modal yang digunakan untuk menutupi hutang perusahaan akan semakin besar dan secara tidak langsung akan mengurangi jumlah modal yang akan digunakan untuk kredit yang nantinya akan mengurangi laba.

Operation Cost Ratio adalah perbandingan antara biaya operasional

dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah Operation Cost Ratio berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat LDR-nya tinggi. Ini berarti bank cukup aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menghasilkan laba.


(37)

Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.

CAR

(X1)

DER

(X2)

OCR

(X3)

LDR

(X4)

Pertumbuhan Laba


(38)

H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.

H3 : Operation Cost Ratio (OCR) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.

H4 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.

H5 : Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER),

Operation Cost Ratio (OCR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kausal atau hubungan sebab akibat, yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2001:63).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah wiayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono,2006:55). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 33 perusahaan (Indonesia Capital Market Directory, 2008).

Masalah dalam regresi berganda cross-sectional diatasi dengan membatasi populasi penelitian pada industri tertentu. Dalam hal ini peneliti memilih perusahaan publik yang bergerak diindustri perbankan dengan pertimbangan banyaknya sampel yang dapat diperoleh dan keandalan laporan keuangann yang disajikan.


(40)

Tabel 3.1

Daftar Populasi Bank

No Kode Nama Emiten

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk.

2 ANKB Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 3 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 4 BBKP Bank Bukopin Tbk.

5 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 6 BABP Bank Bumiputera Tbk. 7 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 8 BBCA Bank Central Asia Tbk. 9 BCIC Bank Century Tbk. 10 BDMN Bank Danamon Tbk. 11 BDPC Bank Danpac Tbk.

12 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 13 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk. 14 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. 15 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk. 16 BKSW Bank Kesawan Tbk.

17 LPBN Bank Lippo Tbk. 18 BMRI Bank Mandiri Tbk.

19 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk. 20 MEGA Bank Mega Tbk.

21 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk. 22 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 23 NISP Bank OCBC NISP Tbk.

24 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.

26 BNLI Bank Permata Tbk. 27 BNPK Bank Pikko Tbk.

28 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 29 BSWD Bank Swadesi Tbk.

30 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 31 BBIA Bank UOB BuanaTbk.

32 BVIC Bank Victoria International Tbk.

33 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk.

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili penelitian. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. (Jogiyanto,


(41)

2004:79). Adapun kriteria yang menjadi pertimbangan penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan industri perbankan yang masih terdaftar di BEI pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,

2. Perusahaan tersebut memberikan laporan keuangan yang lengkap dan

audited kepada BEI selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,

3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba setiap tahunnya.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh banyaknya sampel yaitu 18 perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Sampel Perusahaan Perbankan

No Kode Nama Emiten

1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2 BBCA Bank Central Asia Tbk.

3 BDMN Bank Danamon Tbk.

4 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk. 5 BKSW Bank Kesawan Tbk.

6 BMRI Bank Mandiri Tbk.

7 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk. 8 MEGA Bank Mega Tbk.

9 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk. 10 NISP Bank OCBC NISP Tbk.

11 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 12 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.

13 BNLI Bank Permata Tbk.

14 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 15 BSWD Bank Swadesi Tbk.

16 BVIC Bank Victoria International Tbk. Sumber: Diolah oleh penulis, 2009


(42)

C. Jenis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124) dan merupakan data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian (Hadi, 2006:41).

Data sekunder tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory 2008, website Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan berupa:

1. informasi mengenai laba bersih perusahaan, 2. informasi mengenai neraca perusahaan, 3. informasi mengenai pertumbuhan laba.

Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data

cross-section. Data time-series adalah data yang secara kronologis disusun menurut

waktu pada suatu variabel tertentu dan data cross-section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu (Kuncoro, 2003:125) yang disebut dengan

pooling data atau combined model.

D. Variabel Penelitian 1. Klasifikasi Variabel

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity


(43)

b. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel ynag dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel terikat dalam penilitian ini adalah pertumbuhan laba.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variabel yang telah dipilih. Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (independen =X) 1) Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital adequacy ratio dihitung dengan membandingkan total kewajiban

penyediaan modal minimum dengan aktiva tertimbang menurut risiko, yang dapat dihitung dengan menggunakan formula:

100% x ATMR

Pelengkap Modal

Inti Modal

CAR = +

2) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah hutang

dengan jumlah equity, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

100% x

Ekuitas Total

Kewajiban Total

DER =


(44)

Operation cost ratio dihitung dengan membandingkan total biaya

operasional dengan pendapatan operasional, yang dapat dihitung dengan menggunakan formula: % 100 l Operasiona Pendapatan l Operasiona Biaya

OCR = ×

4) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to deposit ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah kredit

yang diberikan dengan jumlah simpanan atau dana pihak ketiga yang diterima, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

x100%

Equity

Deposit

Total

Loans

Total

LDR

+

=

b. Variabel Terikat (Dependent =Y)

Dalam penelitian ini, yang menjadi variable terikat adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba merupakan selisih antara laba satu tahun dengan laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dinyatakan dalam persen.

Tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:

1

x

100

%

X

X

X

n n n+

dimana ’X’ diindikasikan sebagai laba satu tahun, dan ’n’ diindikasikan sebagai periode dari suatu tahun.


(45)

E. Prosedur Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti laporan keuangan tahunan. Data yang diperoleh dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan disebut data eksternal (Umar, 2001: 70).

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Pada tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media

internet dengan mendownload melaui situs

mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan.

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 15. Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut terlebuh dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai


(46)

residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.


(47)

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF dan korelasi di antara variablel bebas. Jika terjadi korelasi di antara variabel bebas lebih besar dari 0,9 berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005: 91).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.


(48)

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya

time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah

dalam autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku stastistik relevan. Namun, secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

1. angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif,

2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

2. Uji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana:

Y = Variable dependen (Pertumbuhan Laba = Laba) a = Konstanta

X1 = Variabel independen 1 (CAR) X2 = Variabel independen 2 (DER) X3 = Variabel independen 3 (OCR) X4 = Variabel independen 4 (LDR)


(49)

e = Tingkat error

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F dan Uji t. a. Uji F

Uji ini dilakukan untuk menilai pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesa yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0 : b1=b2=b3=b4=0, artinya tidak semua variabel independen berpengaruh simultan.

Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠0, artinya semua variabel independen berpengaruh secara simultan.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan F-tabel dengan ketentuan :

Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. b. Uji t

Uji t (t-test) digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesa yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0 : b1=b2=b3=b4=0, artinya tidak semua variabel independen berpengaruh parsial.

Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠0, artinya semua variabel independen berpengaruh secara parsial.


(50)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak

G. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut: Tahapan penelitian Sept 2009 Okt 2009 Nov 2009 Des 2009 Jan 2010 Feb 2010 Mar 2010 Apr 2010 Mei 2010 Pengajuan judul Penyelesaian Proposal Bimbingan proposal Seminar proposal Pengumpulan & Pengolahan data Penyelesaian laporan Tabel 3.2 Jadwal Penelitian


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel

penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 16 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2006-2008.

Tabel 4.1

Sampel Perusahaan Perbankan

No Kode Nama Emiten

1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2 BBCA Bank Central Asia Tbk.

3 BDMN Bank Danamon Tbk.

4 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk. 5 BKSW Bank Kesawan Tbk.

6 BMRI Bank Mandiri Tbk.

7 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk. 8 MEGA Bank Mega Tbk.

9 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk. 10 NISP Bank OCBC NISP Tbk.

11 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 12 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.


(52)

14 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 15 BSWD Bank Swadesi Tbk.

16 BVIC Bank Victoria International Tbk. Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory berupa data keuangan sampel perusahaan perbankan dari tahun 2006 sampai tahun 2008 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Debt to

Equity Ratio, Operating Cost Ratio, dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel

bebas (independent variable) dan Pertumbuhan Laba (Laba) sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan perbankan selama periode 2006 sampai dengan tahun 2008 disajikan dalam tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 48 .0937 .3327 .177417 .0534702

DER 48 3.7520 19.0413 9.874269 3.1313976

OCR 48 .6423 1.2487 .864162 .1161205

LDR 48 .4021 1.0388 .681919 .1690887

Laba 48 -.5337 3.0131 .260692 .6463635


(53)

Dari tabel 4.2 dijelaskan bahwa :

1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai minimum 0,0937 dan nilai maksimum 0,3327. Nilai rata-rata CAR 0,177417 dengan standar deviasi 0,0534702.

2. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai minimum 3,7520 dan nilai maksimum 19,0413. Nilai rata-rata DER 9,874269 dengan standar deviasi 3,1313976.

3. Variabel Operation Cost Ratio (OCR) memiliki nilai minimum 0,6423 dan nilai maksimum 1,2487. Nilai rata-rata OCR 0,864162 dengan standar deviasi 0,1161205.

4. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki nilai minimum 0,4021 dan nilai maksimum 1,0388. Nilai rata-rata LDR 0,681919 dengan standar deviasi 0,1690887.

5. Variabel Pertumbuhan Laba (Laba) memiliki nilai minimum -0.5337 dan nilai maksimum 3,0131. Nilai rata-rata Laba 0,260692 dengan standar deviasi 0,6463635.


(54)

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi normal.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu analisis grafik, yang terdiri dari histogram dan normal probability plot, serta analisis statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Hasil uji grafik dalam penelitian ini menunjukkan distribusi residual yang relatif normal, hal ini dapat ditunjukkan oleh grafik histogram yang tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Selain itu, normal probability plot menunjukkan pola titik-titik yang menyebar mendekati dan searah garis diagonal grafik, hal ini mengindikasikan data sudah relatif normal.


(55)

Gambar 4.1

Uji Normalitas dengan Histogram

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Gambar 4.2

Uji Normalitas dengan Plot


(56)

Untuk memastikan lebih akuratnya prediksi asumsi normalitas, maka selain uji grafik, dilakukan juga uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini mensyaratkan nilai signifikansi residual lebih besar dari 0,005 agar suatu distribusi residual dianggap normal. Tabel 4.3 berikut menunjukkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .62141428

Most Extreme Differences Absolute .191

Positive .191

Negative -.116

Kolmogorov-Smirnov Z 1.326

Asymp. Sig. (2-tailed) .059

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Dari tabel diatas, besarnya Kolmogorv-Smirnov (K-S) adalah 1,326 dan signifikansi pada 0,059 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah terdistribusi secara normal, dimana nilai signifikansinya lebih dari 0,005 (p=0,059 > 0,005). Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.


(57)

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. (Ghozali, 2005: 91).

Akibat dari terjadinya korelasi antar variabel bebas ini adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standart error bagi setiap koefisien menjadi tidak terhingga. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel 4.4 dan tabel 4.5.

Tabel 4.4

Uji Multikolinearitas (1)

Coefficient Correlationsa

Model LDR OCR CAR DER

1 Correlations LDR 1.000 -.182 .205 .339

OCR -.182 1.000 -.323 -.531

CAR .205 -.323 1.000 .789

DER .339 -.531 .789 1.000

Covariances LDR .359 -.107 .363 .012

OCR -.107 .960 -.935 -.030

CAR .363 -.935 8.721 .135

DER .012 -.030 .135 .003

a. Dependent Variable: Laba


(58)

Tabel 4.5

Uji Multikolinearitas (2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.238 1.136 1.090 .282

CAR 1.712 2.953 .142 .580 .565 .360 2.776

DER .019 .058 .090 .319 .752 .271 3.689

OCR -1.234 .980 -.222 -1.259 .215 .694 1.442

LDR -.583 .599 -.152 -.972 .336 .874 1.144

a. Dependent Variable: Laba

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil besaran korelasi antar variabel bebas masih di bawah 95 %, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang serius.

Hasil perhitungan nilai tolerance pada tabel 4.5 menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke


(59)

heteroskedastisitas, dapat dilihat dari grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yan gjelas serta titik-titik yang menyebar, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil dari Uji Heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam grafik

scatterplot antara ZPRED dan SRESID sebagai berikut:

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil olah data statistik, 2009

Suatu regresi dikatakan terdeteksi heteroskedastisitas apabila diagram pencar residual membentuk pola tertentu. Tampak pada pola output di atas, diagram pencar residual tidak membentuk pola tertentu serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 baik pada sumbu Y maupun sumbu X.


(60)

Kesimpulannya adalah bahwa regresi terbebas dari kasus heteroskedastisitas dan memenuhi persyaratan uji asumsi klasik tentang heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Ghozali (2005:95) menyatakan bahwa :

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson (D-W) dengan ketentuan sebagai berikut :

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(61)

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .275a .076 -.010 .6496747 1.779

a. Predictors: (Constant), LDR, OCR, CAR, DER b. Dependent Variable: Laba

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Tabel 4.7 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,779. Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

3. Pengujian Hipotesis

Melalui hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang

Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Persamaan Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh CAR, DER, OCR, dan LDR terhadap Laba. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.


(62)

Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.238 1.136 1.090 .282

CAR 1.712 2.953 .142 .580 .565 .360 2.776

DER .019 .058 .090 .319 .752 .271 3.689

OCR -1.234 .980 -.222 -1.259 .215 .694 1.442

LDR -.583 .599 -.152 -.972 .336 .874 1.144

a. Dependent Variable: Laba

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Berdasarkan tabel 4.7, didapat persamaan regresi sebagai beikut:

Y = 1.238 + 1,712 CAR + 0.019 DER – 1.234 OCR – 0.583 LDR + ε Keterangan :

1) konstanta sebesar 1.238 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (CAR = DER = OCR = LDR = 0) maka Pertumbuhan Laba sebesar 1.238.

2) b1 sebesar 1,712 menunjukkan bahwa setiap penambahan Capital

Adequacy Ratio sebesar 1% akan diikuti oleh penambahan Pertumbuhan

Laba sebesar 1,712 dengan asumsi variabel lain tetap.

3) b2 sebesar 0.019 menunjukkan bahwa setiap penambahan Debt to Equity

Ratio sebesar 1% akan diikuti oleh penambahan Pertumbuhan Laba


(63)

4) b3 sebesar -1.234 menunjukkan bahwa setiap penambahan Operating Cost

Ratio sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan Pertumbuhan Laba sebesar

1.234 dengan asumsi variabel lain tetap.

5) b4 sebesar -0.583 menunjukkan bahwa setiap penambahan Loan to Deposit

Ratio sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan Pertumbuhan Laba sebesar

0.583 dengan asumsi variabel lain tetap.

b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.

Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu

nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(64)

Tabel 4.8

Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .275a .076 -.010 .6496747 1.779

a. Predictors: (Constant), LDR, OCR, CAR, DER b. Dependent Variable: Laba

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Dari hasil pengolahan regresi berganda pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa nilai R adalah 0,275 atau 27,5 %. Nilai R pada intinya mengukur seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan nilai R Square (R2= koefisien determinasi) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai R Square (R2) berada di antara 0 dan 1. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Nilai R-square dari output di atas adalah sebesar 0,076. ini berarti bahwa variasi dari variabel independen yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Debt to

Equity Ratio, Operation Cost Ratio dan Loan to Deposit Ratio hanya mampu

menjelaskan variasi variabel dependen (Pertumbuhan Laba) sebesar 7,6 %. Selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.


(65)

c. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test) dan uji F (F test).

1) Uji t (t Test)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 16, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.238 1.136 1.090 .282

CAR 1.712 2.953 .142 .580 .565 .360 2.776

DER .019 .058 .090 .319 .752 .271 3.689

OCR -1.234 .980 -.222 -1.259 .215 .694 1.442

LDR -.583 .599 -.152 -.972 .336 .874 1.144

a. Dependent Variable: Laba

Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009

a. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba (Laba) diuji dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : CAR = 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).


(66)

Ha : CAR ≠ 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Laba). Kriteria :

H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05 Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05

Nilai t hitung untuk variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0,580, dan t tabel untuk df = N-5 dan α = 5% diketahui sebesar 2,016692173. Dengan demikian, nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (0,580 < 2,016692173). Dengan melihat nilai signifikansi CAR, hasil hipotesis menunjukkan hasil dimana nilai signifikansi sebesar 0,565 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio secara individu (parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.

b. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Pertumbuhan Laba (Laba) diuji dengan menggunakan hipotesis berikut:

H0 : DER = 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).

Ha : DER ≠ 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Laba). Kriteria:

H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05 Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05


(67)

Nilai t hitung untuk variabel Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,319, dan t tabel untuk df = N-5 dan α = 5% diketahui sebesar 2,016692173. Dengan demikian, nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (0,319 < 2,016692173). Dengan melihat nilai signifikansi DER, hasil hipotesis menunjukkan hasil dimana nilai signifikansi sebesar 0,752 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio secara individu (parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.

c. Pengaruh Operating Cost Ratio (OCR) terhadap Pertumbuhan Laba (Laba) diuji dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : OCR = 0, artinya variabel Operating Cost Ratio (OCR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).

Ha : OCR ≠ 0, artinya variabel Operating Cost Ratio (OCR) berpengaruh

signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Laba). Kriteria :

H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05 Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05 Nilai t hitung untuk variabel Operating Cost Ratio (OCR) sebesar -1,259, dan t tabel untuk df = N-5 dan α = 5% diketahui sebesar 2,016692173. Dengan demikian, nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (-1,259 < 2,016692173). Dengan melihat nilai signifikansi OCR, hasil hipotesis menunjukkan hasil dimana nilai signifikansi sebesar 0,215 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Operating Cost Ratio secara individu (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba dengan arah pengaruh yang negatif.


(68)

e. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Pertumbuhan Laba (Laba) diuji dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : LDR = 0, artinya variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).

Ha : LDR ≠ 0, artinya variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh

signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Laba). Kriteria:

H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05 Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05 Nilai t hitung untuk variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar -0,972, dan t tabel untuk df = N-5 dan α = 5% diketahui sebesar 2,016692173. Dengan demikian, nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (-0,972 < 2,016692173). Dengan melihat nilai signifikansi LDR, hasil hipotesis menunjukkan hasil dimana nilai signifikansi sebesar 0,336 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio secara individu (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba dengan arah pengaruh yang negatif.


(69)

2) Uji F (F Test)

Untuk melihat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio,

Operating Cost Ratio, dan Loan to Deposit Ratio terhadap Pertumbuhan Laba

secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F test. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.487 4 .372 .881 .484a

Residual 18.149 43 .422

Total 19.636 47

a. Predictors: (Constant), LDR, OCR, CAR, DER b. Dependent Variable: Laba

Sumber: Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2009.

Untuk memprediksi pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan, digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : CAR = DER = OCR = LDR = 0, artinya variabel Capital Adequacy

Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Operating Cost Ratio (OCR)

dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara bersama-sama (simultan) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Laba).

Ha : CAR = DER = OCR = LDR ≠ 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Operating Cost Ratio (OCR)


(1)

Lampiran viii

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .62141428 Most Extreme Differences Absolute .191

Positive .191

Negative -.116

Kolmogorov-Smirnov Z 1.326

Asymp. Sig. (2-tailed) .059

a. Test distribution is Normal.

Gambar Histogram


(2)

(3)

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.238 1.136 1.090 .282

CAR 1.712 2.953 .142 .580 .565 .360 2.776

DER .019 .058 .090 .319 .752 .271 3.689

OCR -1.234 .980 -.222 -1.259 .215 .694 1.442 LDR -.583 .599 -.152 -.972 .336 .874 1.144 a. Dependent Variable: Laba

Coefficient Correlationsa

Model LDR OCR CAR DER

1 Correlations LDR 1.000 -.182 .205 .339 OCR -.182 1.000 -.323 -.531

CAR .205 -.323 1.000 .789

DER .339 -.531 .789 1.000

Covariances LDR .359 -.107 .363 .012

OCR -.107 .960 -.935 -.030

CAR .363 -.935 8.721 .135

DER .012 -.030 .135 .003

a. Dependent Variable: Laba


(4)

(5)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .275a .076 -.010 .6496747 1.779

a. Predictors: (Constant), LDR, OCR, CAR, DER b. Dependent Variable: Laba


(6)

Lampiran ix

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.238 1.136 1.090 .282

CAR 1.712 2.953 .142 .580 .565 .360 2.776

DER .019 .058 .090 .319 .752 .271 3.689

OCR -1.234 .980 -.222 -1.259 .215 .694 1.442 LDR -.583 .599 -.152 -.972 .336 .874 1.144 a. Dependent Variable: Laba

Hasil Uji Hipotesis (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.487 4 .372 .881 .484a

Residual 18.149 43 .422

Total 19.636 47

a. Predictors: (Constant), LDR, OCR, CAR, DER b. Dependent Variable: Laba


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 49 84

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 45 84

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas Dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Dalam LQ45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 34 114

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur dalam LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 29 7

PENGARUH RASIO RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 74

Pengaruh Rasio Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Transportasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 79

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

PENGARUH RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

PENGARUH RASIO RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18