Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

Jungjung U M Manurung 060503208

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2012

NIM : 060503208


(3)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat sejauh mana Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio) dan efisiensi (Operation Cost Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya Loan to Deposit Ratio yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sementara secara simultan seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan per 31 Desember selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda, uji T dan uji F. Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Kata Kunci : Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio, Pertumbuhan Laba.


(4)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LIQUIDITY, SOLVENCY, AND EFFICIENCY’ RATE ON THE PROFIT GROWTH OF BANKING INDUSTRIES THAT WERE LISTING

IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Formulation of the problem in this research was to see how far Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio affect on the growth rate of earnings on banking companies listed in Indonesian Stock Exchange. The purpose of this study was to determine whether the level of liquidity (Loan to Deposit Ratio), solvency (Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity Ratio) and efficiency (Operation Cost Ratio) partially or simultaneously affect profit growth.

The data used in this study is secondary data. Data taken from the official website of the Indonesia Stock Exchange is www.idx.co.id

The results showed that only partially Loan to Deposit Ratio has no significant effect on earnings growth, while the Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio has a significant effect on profit growth. While simultaneously all variables jointly have a significant effect on profit growth.

in form of financial statements that have been audited and published December 31, during the period from 2009 to 2011. The test data is done using the statistical analysis of multiple linear regression analysis, T test and F test. T test is used to test the effect of independent variables on the dependent variable partially. F test is used to test the effect of the independent variables together on the dependent variable.

Keyword: Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio, Profit Growth.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kelimpahan berkat dan kasih Nya yang membimbing dan memampukan penulis dengan segala hikmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, yaitu kepada:

1. Almarhum Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec dan Bapak Drs. Arifin Lubis MM, Ak selaku Dekan dan Pelaksana Tugas Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Abdillah Arif Nasution SE, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, saran dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahelmi, Msi, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Orangtua saya yang terkasih, T. Manurung dan N. Marbun yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian, dukungan moral, dukungan materi, serta doanya kepada saya.


(6)

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Desember 2012

NIM : 060503208


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Pengertian Bank ... 8

2.1.2 Laporan Keuangan Bank ... 9

2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 10

2.1.4 Pengertian Rasio Keuangan ... 14

2.1.5 Likuiditas ... 16

2.1.6 Solvabilitas ... 17

2.1.7 Efisiensi ... 21

2.1.8 Pertumbuhan Laba ... 22

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Klasifikasi Penelitian ... 31

3.2 Defenisi Operasional ... 31

3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 33

3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 33

3.5 Jenis Data ... 36

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.7 Teknik Analisis ... 37

3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 37

3.7.2 Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

4.1.1 Pengujian Normalitas Data ... 44


(8)

4.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.1.4 Uji Autokorelasi ... 49

4.2 Pengujian Hipotesis ... 51

4.2.1 Uji T (Parsial) ... 51

4.2.2 Uji F (Simultan) ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 34

3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 36

4.1 Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov ... 46

4.2 Uji Multikolinieritas ... 47

4.3 Uji Durbin-Watson ... 50

4.4 Uji T ... 52


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 29

4.1 Pengujian Normalitas Data Dengan Histogram ... 44

4.2 Uji Normalitas Dengan P-Plot ... 45


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Tabel Pemilihan Sampel Berdasarkan Kriteria ... 62

2 Data Variabel Penelitian Loan to Deposit Ratio ... 63

3 Data Variabel Penelitian Capital Adequacy Ratio ... 64

4 Data Variabel Penelitian Debt to Equity Ratio ... 65

5 Data Variabel Penelitian Operating Cost Ratio ... 66

6 Data Variabel Penelitian Pertumbuhan Laba ... 67

7 Grafik Histogram ... 68

8 Grafik P-P plot ... 68

9 Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov ... 69

10 Uji Multikolinieritas ... 69

11 Gambar Scatterplot... 70

12 Tabel Durbin-Watson ... 70

13 Tabel Uji T ... 71


(12)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat sejauh mana Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio) dan efisiensi (Operation Cost Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya Loan to Deposit Ratio yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sementara secara simultan seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan per 31 Desember selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda, uji T dan uji F. Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Kata Kunci : Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio, Pertumbuhan Laba.


(13)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LIQUIDITY, SOLVENCY, AND EFFICIENCY’ RATE ON THE PROFIT GROWTH OF BANKING INDUSTRIES THAT WERE LISTING

IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Formulation of the problem in this research was to see how far Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio affect on the growth rate of earnings on banking companies listed in Indonesian Stock Exchange. The purpose of this study was to determine whether the level of liquidity (Loan to Deposit Ratio), solvency (Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity Ratio) and efficiency (Operation Cost Ratio) partially or simultaneously affect profit growth.

The data used in this study is secondary data. Data taken from the official website of the Indonesia Stock Exchange is www.idx.co.id

The results showed that only partially Loan to Deposit Ratio has no significant effect on earnings growth, while the Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio has a significant effect on profit growth. While simultaneously all variables jointly have a significant effect on profit growth.

in form of financial statements that have been audited and published December 31, during the period from 2009 to 2011. The test data is done using the statistical analysis of multiple linear regression analysis, T test and F test. T test is used to test the effect of independent variables on the dependent variable partially. F test is used to test the effect of the independent variables together on the dependent variable.

Keyword: Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Cost Ratio, Profit Growth.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (Sumber : Booklet Perbankan Indonesia 2012).

Adapun pengertian bank menurut Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Industri perbankan di Indonesia dalam perkembangannya telah mengalami pasang surut. Salah satu hambatan yang terjadi pada dunia perbankan Indonesia adalah krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997. Pada masa sulit ini,


(15)

perbankan Indonesia menghadapi sejumlah permasalahan mendasar. Masalah tersebut meliputi lemahnya corporate governance, buruknya manajemen risiko, besarnya eksposur pinjaman valuta asing, tingginya kredit bermasalah ( non-performing loans) yang timbul akibat pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati khususnya kepada kelompok bisnis terkait dan sektor properti, serta adanya pinjaman luar negeri sektor swasta dalam jumlah besar.

Pertengahan tahun 2008, Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di Amerika Serikat (AS), krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino

terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat beharga perusahaan-perusahaan tersebut.

Adapun krisis tersebut membuat kehancuran pada sektor perusahaan perbankan di Indonesia, baik bank milik pemerintah maupun bank milik swasta nasional. Pada saat krisis terjadi banyak sekali bank yang tidak mampu bertahan akibat mengalami negative spread yang parah hingga meminuskan modal bank. Melihat keadaan krisis ekonomi yang terjadi saat itu, kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Ini ditandai dengan penarikan dana


(16)

masyarakat secara besar – besaran (bank rush). Implikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan.

Menelaah pada pengalaman tersebut, industri perbankan maupun juga pemerintah Indonesia harus memperbaiki kinerjanya masing-masing agar bank yang merupakan urat nadi bagi perekonomian suatu negara dapat memperbaiki citra dan kepercayaan masyarakat dan calon investor. Dengan demikian masyarakat akan kembali menaruh kepercayaan dengan menabungkan kembali uang mereka pada bank dan investor juga mau menanamkan modal mereka kepada industri perbankan di Indonesia. Untuk memperbaiki serta mengontrol kinerja bank di Indonesia. Pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan peraturan mengenai tingkat kesehatan yang harus dipenuhi oleh industri perbankan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah satu faktor penting yang mendukung sistem perbankan yang kuat, berkualitas, tetap berlandaskan pada prinsip terpercaya, dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik adalah terwujudnya bank yang sehat. Peraturan yang dikeluarkan tersebut adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan. Adapun yang menjadi tolok ukur dasar penilaian kesehatan bank umum adalah penilaian faktor CAMELS yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (Earnings), likuiditas (liquidity) dan sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk).


(17)

Pada faktor permodalan, industri perbankan di Indonesia tidak semuanya dapat dikatakan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Faktor permodalan dihitung tingkat kesehatannya menggunakan tingkat solvabilitas. Pada penelitian ini tingkat solvabilitas industri perbankan diwakili oleh Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio. Bank Indonesia telah menaikkan bobot CAR yang pada awalnya hanya 4% menjadi 8% yang berlaku sejak tahun 2001. Kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap dalam posisi aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia. Pada akhir tahun 2010 Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.100 Milyar.

Faktor likuiditas juga merupakan faktor yang penting guna mewujudkan industri perbankan yang sehat. Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio. Pada tahun 2004, kinerja sektor perbankan di Indonesia menunjukkan trend yang membaik, tercermin dari meningkatnya loan to deposite ratio. Peningkatan LDR ini memicu minat investor menanamkan modalnya pada perbankan di indonesia.

Tingkat efisiensi dan efektivitas operasional suatu bank juga penting untuk menilai tingkat kesehatan bank. Dimana melalui tingkat efisiensi dapat dilihat bagaimana kemampuan kinerja perbankan dalam mengontrol biaya yang


(18)

dikeluarkannya guna memperoleh pendapatan yang lebih maksimal. Pada penelitian ini untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas operasional bank digunakan rasio keuangan Operation Cost Ratio. Operation Cost Ratio (OCR) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah OCR berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Dengan menggunakan rasio–rasio tersebut di dalam melakukan penilaian kesehatan perbankan maka akan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki masing-masing perusahaan perbankan, sehingga akan menjadi suatu informasi yang sangat berharga bagi pihak–pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang tentang “Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio


(19)

maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio) dan efisiensi (Operation Cost Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat dimintai pendapat atau diminta masukan mengenai Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba,

2. bagi perusahaan, sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya,

3. bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari penelitian terdahulu,

4. bagi manajemen bank, untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam menjaga tingkat kesehatan bank dengan memperhatikan likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional,


(20)

5. bagi investor, sebagai tambahan masukan guna membantu investor dalam pengambilan keputusan apabila investor ingin menanamkan modalnya pada industri perbankan Indonesia.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Bank

Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Bank dijadikan tempat untuk melakukan transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan. Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir 2004: 11)

Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”.

Sementara itu, menurut PSAK No.31 (2004;31.1), bank didefinisikan sebagai :

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.


(22)

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang tugas utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Sedangkan kegiatan bank lainnya seperti memberikan jasa bank hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.

Perbankan adalah segala yang menyangkut tentang bank, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di samping industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti, dan lain-lain.

2.1.2 Laporan Keuangan Bank

Dalam suatu kegiatan usaha, si pelaku usaha baik perorangan maupun badan usaha haruslah memiliki laporan dari kegiatan usahanya. Laporan dari kegiatan usaha tersebut adalah laporan keuangan. Begitu pula dengan bank, bank memiliki laporan keuangan bank. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan.

Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh


(23)

keterangan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas serta daftar lainnya.

Laporan keuangan bank dapat menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, kondisi yang dimaksud dapat berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu, sehingga pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Laporan keuangan bank memuat informasi jumlah kekayaan dan jenis-jenis kekayaan oleh bank. Didalam laporan keuangan juga tergambar kewajiban jangkan pendek maupun jangka panjang serta ekuitas yang dimilikinya, informasi ini dimuat dalam laporan keuangan yang disebut neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas (Kasmir, 2004:239).

2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan


(24)

merupakan hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar (CAMELS). Sementara untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian hanya dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen. Menurut Siamat (2005:208) Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 pasal 3, Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut :


(25)

1. Permodalan (capital)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan

serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah

b. kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Kualitas aset (asset quality)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Manajemen (management)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko

b. kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Rentabilitas (earning)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),

Net Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank

b. perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional.

5. Likuiditas (liquidity)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan

to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan

b. kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities Management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar


(26)

Hasil dari perhitungan faktor-faktor CAMELS tersebut ditetapkan dalam takaran peringkat komposit. Peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.peringkat komposit tingkat kesehatan bank ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor. Menurut Siamat (2005:217), “peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis”.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/Pbi/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal 9, peringkat komposit di bagi ke dalam lima kategori:

1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

2. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 3. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang secara

umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

4. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

5. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.


(27)

2.1.4 Pengertian Rasio Keuangan

Laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan memuat seluruh aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka dalam laporan keuangan ini akan memberikan lebih apabila kita bandingkan dengan angka yang lainnya, antara satu komponen dengan komponen yang lainnya. Perbandingan inilah yang disebut analisis rasio keuangan.

Pengertian rasio keuangan menurut Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Analisi rasio keuangan dapat digolongkan dalam tiga rasio yaitu rasio neraca, rasio laporan laba rugi dan rasio antarlaporan.

Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi dalam suatu perusahaan. Untuk mengadakan


(28)

interpretasi tersebut tentunya seorang analisis memerlukan suatu ukuran. Ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan dibidang keuangan adalah analisis keuangan. Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian

relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Pengertian lain tentang rasio keuangan menurut Riyanto (2001:329) adalah rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmaticalterm yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.

Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil – hasil dari tahun – tahun sebelumnya atau perusahaan lain”.

Menurut Riyadi (2004:137), “rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali”. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut.


(29)

2.1.5 Likuiditas

Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Artinya apabila bank ditagih, bank akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.

Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

- Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas dari suatu bank. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin rendah likuiditas bank yang bersangkutan. Namun, bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menambah pendapatan dan menghasilkan laba.

Menurut Dendawijaya (2005:116) Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan


(30)

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%.

Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara besarnya kredit yang diberikan oleh bank terhadap besarnya jumlah simpanan atau dana pihak ketiga yang diperoleh suatu bank.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

x

100%

Equity

Deposit

Total

Loans

Total

LDR

+

=

2.1.6 Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan kewajiban. Artinya seberapa besar beban kewajiban yang dapat ditangggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Dengan melakukan analisis rasio solvabilitas perusahaan akan mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah mengetahui rasio


(31)

solvabilitas, manajer keuangan dapat mengambil tindakan atau kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal. Dari rasio solvabilitas ini, kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai dengan tujuan perusahaan atau tidak. Kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang sebuah perusahaan yang dilikuidasi dapat ditutupi dengan penumpukan laba ditahan yang diperoleh perusahaan tersebut dari laba setiap tahunnya. Tingkat solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio

dan Debt to Equity Ratio.

- Capital Adequacy Ratio (CAR)

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 10/15/PBI/2008, kewajiban penyediaan modal minimum ini adalah sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin

solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena


(32)

kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut.

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya resiko. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi nilai CAR suatu bank maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi aset-aset bank yang bermasalah. Secara sistematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut :

x100%

ATMR

Pelengkap Modal

Inti Modal

CAR = +

Komponen modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yang harus dipertahankan oleh bank terdiri dari modal disetor, agio saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, saldo laba, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap yang dimaksud terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Fungsi dari modal tersebut adalah:


(33)

1. sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat terhindarkan

2. sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana tertentu dapat juga berasal dari penjualan aset-aset yang tidak terpakai, dan lain-lain 3. sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan

yang dimiliki oleh pemegang sahamnya

4. dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi seperti yang dikehendaki oleh pemilik modal pada bank tersebut.

- Debt to Equity Ratio (DER)

“Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari kewajiban”. (Kasmir 2008:157). Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio Debt to Equity Rasio berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Bagi bank, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Debt to


(34)

Equity Ratio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

100%

x

Ekuitas

Total

Kewajiban

Total

DER

=

Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.

2.1.7 Efisiensi

Pada penelitian ini untuk mengukur efisiensi bank digunakan rasio keuangan Operation Cost Ratio.

- Operation Cost Ratio (OCR)

Menurut Dendawijaya (2005) Operation Cost Ratio digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Operation Cost Ratio atau rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.

Operation Cost Ratio (OCR) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah OCR berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.


(35)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

% 100 l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Biaya

OCR = ×

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

2.1.8 Pertumbuhan Laba

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi,


(36)

pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.

Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,

c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,

d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Berdasarkan kajian diatas sangat penting untuk dilakukan analisis terhadap laba. Analisis terhadap laba dapat dilakukan dengan cara melihat seberapa besar laba berubah dalam dua atau lebih periode. Dengan melakukan analisis terhadap


(37)

laba maka akan diketahui apakah laba tersebut bertumbuh atau berkurang. Pertumbuhan laba adalah salah satu hal yang diharapkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pertumbuhan laba menandakan bahwa kinerja perusahaan membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan laba menandakan bahwa manajemen perusahaan mampu memaksimalkan lebih sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan atau manajemen perusahaan mampu meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam mengoperasikan sumber daya yang ada. Dengan mengindikasikan ’X’ sebagai laba satu tahun, dan ’n’ sebagai periode dari suatu tahun, maka tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:

100

%

1

x

X

X

X

n n n+

Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2. Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3. Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4. Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.

5. Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

Menurut Angkoso (2006) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis


(38)

fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.

Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.


(39)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan rasio-rasio penilaian tingkat kesehatan bank dan pertumbuhan laba terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel

penelitian Metode Analisis Hasil penelitian Jefry C. Pasaribu Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BursaEfek

Indonesia

Independen: • Capital

Adequacy Ratio (CAR) • Debt to

Equity Ratio

(DER) • Operation

Cost Ratio

(OCR) • Loan to

Deposit Ratio (LDR) Dependen: • Pertumbuha n Laba. Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Korelasi Parsial Sederhana. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Debt to Equity Ratio (DER),

Operation Cost Ratio (OCR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Pertumbuhan Laba. Rikky Gusmanto Turnip 2009 Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Capital

Adequacy Ratio (CAR)

Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia

Independen:

Loan to

Deposit Ratio (LDR) • Capital

Adequacy Ratio (CAR) Dependen: • Pertumbuha n Laba. Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Uji f

Loan To Deposit Ratio (LDR),

Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba


(40)

Reynaldo Hamonangan Simanjuntak 2009 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non

Performing Loan, Operating

Ratio, dan

Loan to Deposit Ratio

Terhadap

Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Independen: • Capital

Adequacy Ratio (CAR) • Debt to

Equity Ratio

(DER) • Non

Performing Loan (NPL) • Operating

Ratio

Loan to Deposit Ratio (LDR) Dependen: • Return On

Equity

(ROE)

Analisis Regresi

Berganda, Uji t, dan Uji f

Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non

Performing Loan,

Operating Ratio, dan

Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap Return on Equity

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam melihat hubungan antara berbagai variabel, kerangka konseptual akan membantu menggambarkan hubungan yang dimiliki dari variabel yang ingin diketahui. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel–variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Erlina (2008:28) pengertian dari kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor–faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat LDR-nya tinggi. Ini berarti bank cukup aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menghasilkan laba.


(41)

Faktor permodalan juga sangat penting dalam menjalankan kegiatan operasional bank untuk menunjang kebutuhannya. Begitu pula dengan kualitas yang baik dari pihak manajemen dalam pengelolaan kegiatan perbankan sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang akan berpengaruh pada tingkat laba. Dengan pengelolaan yang baik, suatu bank akan terus meningkatkan modalnya disertai dengan memperhatikan indikator kesehatan permodalan, yaitu CAR. Apabila CAR tinggi, maka bank pun akan leluasa memberikan kredit kepada masyarakat, dimana dengan pemberian kredit tersebut, bank akan memperoleh pendapatan bunga yang akan menyebabkan laba ikut meningkat.

Kasmir (2008:157) mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio Debt to Equity Rasio berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang”. Semakin tinggi DER maka modal yang digunakan untuk menutupi hutang perusahaan akan semakin besar dan secara tidak langsung akan mengurangi jumlah modal yang akan digunakan untuk kredit yang nantinya akan mengurangi laba.

Operation Cost Ratio atau rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Artinya, semakin rendah


(42)

mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4

H5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008:41) hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan

LDR

CAR

DER

OCR

Pertumbuhan Laba


(43)

penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap

pertumbuhan laba.

H2 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap

pertumbuhan laba.

H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap

pertumbuhan laba.

H4 : Operation Cost Ratio (OCR) berpengaruh secara parsial terhadap

pertumbuhan laba.

H5 : Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Operation Cost Ratio (OCR) berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Klasifikasi Penelitian

Dikarenakan keberagaman penelitian yang sangat luas, peneliti akan sangat terbantu jika dilakukan pengklasifikasian penelitian yang dibedakan berdasarkan tujuan dan fungsinya. Pengklasifikasian penelitian ini akan membantu pemahaman terhadap karakter permasalahan, yang akan mempermudah peneliti menganalisis serta memilih metode penelitian yang sesuai untuk masalah penelitian yang sedang dihadapi.

“Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian sebab akibat (causal research). Penelitian sebab akibat ini bertujuan menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Dengan kata lain, tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai variabel.” (Erlina, 2008; 21)

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dapat dikatakan sebagai pendefenisian konsep secara operasional dimana defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Didalam defenisi operasional, setiap konsep variabel yang digunakan dalam penelitian harus memiliki defenisi yang jelas.


(45)

Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (independen =X)

1) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to deposit ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah simpanan atau dana pihak ketiga yang diterima, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

x100%

Equity

Deposit

Total

Loans

Total

LDR

+

=

2) Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital adequacy ratio dihitung dengan membandingkan total kewajiban penyediaan modal minimum dengan aktiva tertimbang menurut risiko, yangdapat dihitung dengan menggunakan formula:

100%

x

ATMR

Pelengkap

Modal

Inti

Modal

CAR

=

+

3) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah equity, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

100%

x

Ekuitas

Total

Kewajiban

Total

DER

=

4) Operation Cost Ratio (OCR)

Operation cost ratio dihitung dengan membandingkan total biaya operasional dengan pendapatan operasional, yang dapat dihitung dengan menggunakan formula:


(46)

% 100 l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Biaya

OCR = ×

b. Variabel Terikat (Dependent =Y)

Dalam penelitian ini, yang menjadi variable terikat adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba merupakan selisih antara laba satu tahun dengan laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dinyatakan dalam persen.

Tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:

100

%

1

x

X

X

X

n n n+

dimana ’X’ diindikasikan sebagai laba satu tahun, dan ’n’ diindikasikan sebagai periode dari suatu tahun.

3.3 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel pada penelitian ini adalah skala rasio. Menurut Erlina (2008; 59), skala rasio adalah skala pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan variabel yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai absolut sehingga memperbaiki skala interval yang menggunakan nilai relatif.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu. (Erlina, 2008; 75)


(47)

Menurut Sugiyono (2004: 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.

Didalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah industri perbankan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 ada sebanyak 32 perusahaan.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian

No Kode Nama Emiten

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk.

2 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk Tbk. 3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 5 BBCA Bank Central Asia Tbk. 6 BBKP Bank Bukopin Tbk.

7 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 8 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 11 BCIC Bank Mutiara Tbk

12 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 13 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk

14 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan 15 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 16 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk Tbk

17 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 18 BNBA Bank Bumi Arta Tbk

19 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Tbk 20 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 21 BNLI Bank Permata Tbk

22 BSIM Bank Sinarmas Tbk

23 BSWD Bank of India Indonesia Tbk

24 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 BVIC Bank Victoria International Tbk

26 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 27 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk


(48)

28 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk Tbk 29 MEGA Bank Mega Tbk

30 NISP Bank OCBC NISP Tbk Tbk 31 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk

32 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. (Erlina, 2008; 75). Dari keterangan populasi diatas dapat dikatakan bahwa sampel yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah bagian dari perusahaan-perusahan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Bagian dari populasi yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan purposive sampling (sampling bertujuan). Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan suatu kriteria tertentu yang ditentukan oleh sang peneliti untuk mendapatkan sampling yang memadai dan valid.

Adapun kriteria sampel yang dijadikan peneliti sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan industri perbankan yang masih terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2011,

2. Perusahaan tersebut memberikan laporan keuangan yang lengkap dan

audited kepada BEI selama tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2011, 3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba setiap tahunnya.


(49)

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh banyaknya sampel yaitu 26 perusahaan perbankan yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Emiten Tanggal Listing

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk. 08 Agustus 2003

2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 04 Oktober 2007 3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 08 Januari 2008

4 BBCA Bank Central Asia Tbk. 31 Mei 2000

5 BBKP Bank Bukopin Tbk. 10 Juli 2006

6 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 November 1996 7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003 9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009

10 BCIC Bank Mutiara Tbk 25 Juni 1997

11 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan 08 Juli 2009 12 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk Tbk 21 November 2002 13 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003

14 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 2009

15 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Tbk 29 November 1989

16 BNLI Bank Permata Tbk 15 Januari 1990

17 BSWD Bank of India Indonesia Tbk 01 Mei 2002 18 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12 Maret 2008 19 BVIC Bank Victoria International Tbk 30 Juni 1999 20 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29 Agustus 1990 21 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 29 Agustus 1997 22 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk 03 Juli 2007

23 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000

24 NISP Bank OCBC NISP Tbk Tbk 20 Oktober 1994 25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Desember 1982 26 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Desember 2006

3.5 Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:147), “Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)”. Data sekunder umumnya berupa bukti,


(50)

catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Penelitian ini menggunakan kombinasi antara data time series dan cross section atau sering disebut dengan pooling data. Data time series atau disebut juga data deret waktu merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.Sementara itu, data cross section atau sering disebut data satu waktu merupakan sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data–data yang ada dalam objek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari internet melalui situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan per 31 Desember selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

3.7 Teknik Analisis

3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk menentukan apakah distribusi data normal, sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi :


(51)

a. Pengujian Normalitas Data

Menurut Ghozali (2005:110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Jika nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :

Ho : data residual berdistribusi normal Ha : data residual tidak berdistribusi normal

Signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal


(52)

dan Ha diterima. Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2004:172), yaitu :

1) dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu : Logaritma Natural, akar kuadrat, atau Logaritma 10.

2) lakukan trimming, yaitu memangkas observasi yang bersifat outlier,

3) lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outliers menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Erlina dan Mulyani (2008:105), “Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen”. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolonirietas menurut Ghozali (2005:91) dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF> 10. Jika nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF > 10 maka mengindikasikan terjadi multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Erlina (2008:107), ”uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain”. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut


(53)

heterokedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik

Scaterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain : 1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2005:95), “Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Pada penelitian ini, autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin–Watson (DW test). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(54)

3.7.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana:

Y = Variable dependen (Pertumbuhan Laba = Laba)

a = Konstanta

X1 = Variabel independen 1 (LDR)

X2 = Variabel independen 2 (CAR)

X3 = Variabel independen 3 (DER)

X4 = Variabel independen 4 (OCR)

b1, b 2, b 3, b 4 = Koefisien regresi LDR, CAR, DER, OCR

e = Tingkat error

a. Uji Parsial (t-test)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

Ho : b1,b2,b3,b4 = 0, artinya Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Operation Cost Ratio secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba


(55)

Ha : b1,b2,b3,b4 ≠ 0 , artinya Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Operation Cost Ratio secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji – t dengan tingkat pengujian

pada α = 5%.

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung < t tabel

Ha diterima jika t hitung > t tabel

b. Uji Simultan (F-test)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel–variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = b3 = b45 = b5 = 0, artinya Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Operation Cost Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama–sama terhadap pertumbuhan laba

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Operation Cost Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama–sama terhadap pertumbuhan laba


(56)

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji – F dengan tingkat pengujian

pada α = 5%.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel Ha diterima jika Fhitung > Ftabel


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan sudah memenuhi kriteria data yang baik.

4.1.1 Pengujian Normalitas Data

Data yang baik adalah data yang distribusinya normal. Dengan dilakukannya pengujian normalitas data, dapat diketahui apakah distribusi data-data yang digunakan sudah mengikuti atau mendekati distribusi normal.

Gambar 4.1

Pengujian Normalitas dengan Histogram Sumber : Hasil olah data statistik oleh peneliti, 2012

Untuk mengetahui apakah data sudah berdistribusi normal, langkah pertama adalah dengan melihat grafik histogram. Dengan melihat grafik histogram diatas dapat kita katakan bahwa data terdistribusi dengan normal.


(58)

Karena pada grafik diatas, garis distribusi datanya berada ditengah, tidak menceng ke kiri atau pun menceng ke kanan.

Langkah kedua untuk melihat distribusi data adalah dengan menggunakan analisis grafik adalah dengan melihat grafik P-P plot. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan P-Plot

Sumber : Hasil olah data statistik oleh peneliti, 2012

Berdasarkan grafik P-P plot diatas, dapat kembali dikatakan bahwa data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini memiliki distribusi data yang normal.


(59)

Karena dapat dilihat pada grafik diatas data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka perlu juga di lakukan pengujian statistik. Pengujian statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :

H0 : data residual berdistribusi normal

Ha : data residual tidak berdistribusi normal

Signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan H0

diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.

Tabel 4.1 Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 52

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,82417224 Most Extreme

Differences

Absolute ,182

Positive ,182

Negative -,130

Kolmogorov-Smirnov Z 1,315

Asymp. Sig. (2-tailed) ,063

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil olah data statistik oleh peneliti, 2012

Berdasarkan tabel diatas, diketahui besar nya residual Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada α = 5% adalah 0,063 (Asymp. Sig. – 2-tailed). Dengan


(60)

Berdasarkan uji normalitas yang sudah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa data yang digunakan peneliti pada penelitian ini sudah memenuhi persyaratan berdasarkan pengujian normalitas data. Dengan demikian pengujian asumsi klasik selanjutnya dapat dilakukan.

4.1.2 Uji Multikolinieritas

Pengujian Multikolinieritas sebagai bagian dari pengujian asumsi klasik adalah juga untuk melihat apakah data yang digunakan adalah data yang baik. Data yang baik seharusnya tidak ditemukan korelasi antar variabel atau korelasi antar variabel tidak terjadi. Dalam uji ini ada atau tidak nya korelasi antar varibel dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF> 10. Jika nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF > 10 maka mengindikasikan terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -,323 1,529 -,211 ,834

LDR ,268 ,977 ,036 ,275 ,785 ,961 1,041

CAR -8,544 3,670 -,395 -2,328 ,024 ,569 1,759

DER -,172 ,060 -,506 -2,881 ,006 ,531 1,883

OCR 4,540 1,511 ,402 3,005 ,004 ,915 1,093

a. Dependent Variable: P.Laba


(61)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa semua data (variabel) tidak terkena multikolinearitas. Dengan demikian peneliti simpulkan bahwa data yang yang digunakan menurut uji multikolinearitas adalah data yang baik.

4.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lainnya. Jika varians dari satu residual pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lain adalah berbeda maka dapat dikatakan bahwa model regresi mengalami heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk melihat apakah dalam suatu model regresi terjadi heteroskedastisitas adalah dengan memakai grafik scatterplot. Dengan melihat persebaran titik-titik dalam grafik scatterplot kita dapat menentukan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain : jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.


(1)

Lampiran 5

Data Variabel Penelitian Operating Cost Ratio (OCR)

No Nama Emiten 2010 2011

1 Bank Agroniaga Tbk. 0,927 0,8872

2 Bank Capital Indonesia Tbk. 0,9173 0,9286 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. 0,7595 0,809 4 Bank Central Asia Tbk. 0,6332 0,5909

5 Bank Bukopin Tbk. 0,8538 0,8239

6 Bank Negara Indonesia Tbk 0,7871 0,744 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0,8495 0,8565 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 0,7129 0,6756 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 0,8191 0,8122

10 Bank Mutiara Tbk 0,7986 0,8344

11 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan

Banten Tbk 0,7711 0,7949

12 Bank QNB Kesawan Tbk Tbk 0,9862 0,9531 13 Bank Mandiri (Persero) Tbk 0,6807 0,7022

14 Bank Bumi Arta Tbk 0,8501 0,8638

15 Bank CIMB Niaga Tbk Tbk 0,7621 0,7505

16 Bank Permata Tbk 0,8405 0,8354

17 Bank of India Indonesia Tbk 0,7267 0,6636 18 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 0,8003 0,7655 19 Bank Victoria International Tbk 0,8758 0,7552 20 Bank Artha Graha Internasional Tbk 0,9179 0,9278 21 Bank Mayapada Internasional Tbk 0,9034 0,8326 22 Bank Windu Kentjana International Tbk Tbk 0,9024 0,91

23 Bank Mega Tbk 0,7758 0,816

24 Bank OCBC NISP Tbk Tbk 0,82 0,7963 25 Bank Pan Indonesia Tbk 0,8056 0,7827 26 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 0,8197 0,8018


(2)

Lampiran 6

Data Variabel Penelitian Pertumbuhan Laba

No Nama Emiten Tahun

09/10

Tahun 10/11

1 Bank Agroniaga Tbk. 5,3789 1,3424

2 Bank Capital Indonesia Tbk. 0,0324 0,2003 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. -0,1072 -0,1807

4 Bank Central Asia Tbk. 0,2456 0,2758

5 Bank Bukopin Tbk. 0,3601 0,4985

6 Bank Negara Indonesia Tbk 0,6513 0,4204 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0,6148 0,334 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 0,5698 0,3147 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 0,8675 0,2213

10 Bank Mutiara Tbk -0,1791 0,1949

11 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

Tbk 0,2553 0,081

12 Bank QNB Kesawan Tbk Tbk -0,696 4,1007

13 Bank Mandiri (Persero) Tbk 0,2883 0,3285

14 Bank Bumi Arta Tbk -0,0437 0,5162

15 Bank CIMB Niaga Tbk Tbk 0,625 0,2457

16 Bank Permata Tbk 1,0757 0,0613

17 Bank of India Indonesia Tbk 0,0503 0,3699 18 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 0,9904 0,6731 19 Bank Victoria International Tbk 1,3097 0,7547 20 Bank Artha Graha Internasional Tbk 0,9989 0,2003 21 Bank Mayapada Internasional Tbk 0,8724 1,2257 22 Bank Windu Kentjana International Tbk Tbk 0,7607 0,28

23 Bank Mega Tbk 0,7709 0,1277

24 Bank OCBC NISP Tbk Tbk -0,2089 0,7135

25 Bank Pan Indonesia Tbk 0,3456 0,416


(3)

Lampiran 7


(4)

Lampiran 9

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 52

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,82417224 Most Extreme

Differences

Absolute ,182

Positive ,182

Negative -,130

Kolmogorov-Smirnov Z 1,315

Asymp. Sig. (2-tailed) ,063

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lampiran 10 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -,323 1,529 -,211 ,834

LDR ,268 ,977 ,036 ,275 ,785 ,961 1,041 CAR -8,544 3,670 -,395 -2,328 ,024 ,569 1,759 DER -,172 ,060 -,506 -2,881 ,006 ,531 1,883 OCR 4,540 1,511 ,402 3,005 ,004 ,915 1,093 a. Dependent Variable: P.Laba


(5)

Lampiran 11 Gambar Scatterplot

Lampiran 12 Tabel Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,480a ,230 ,165 ,85853 1,463

a. Predictors: (Constant), OCR, CAR, LDR, DER b. Dependent Variable: P.Laba


(6)

Lampiran 13 Tabel Uji T Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,323 1,529 -,211 ,834

LDR ,268 ,977 ,036 ,275 ,785

CAR -8,544 3,670 -,395 -2,328 ,024

DER -,172 ,060 -,506 -2,881 ,006

OCR 4,540 1,511 ,402 3,005 ,004

a. Dependent Variable: P.Laba

Lampiran 14 Tabel Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 10,352 4 2,588 3,511 ,014a

Residual 34,642 47 ,737

Total 44,994 51

a. Predictors: (Constant), OCR, CAR, LDR, DER b. Dependent Variable: P.Laba


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 45 84

Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 59 112

Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 37 90

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas Dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Dalam LQ45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 34 114

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur dalam LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 29 7

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Dan Profitabilitas) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Syariah Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2015

0 3 83

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11