commit to user
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Morlok. Edward.K. 1988 dalam Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi menyatakan bahwa Manajemen dari usaha angkutan menghadapi
pilihan yang sangat luas dalam hal penentuan harga dan rencana operasi, walaupun sering pilihan-pilihan ini dibatasi oleh peraturan pemerintah. Pilihan-
pilihan ini antara lain ialah operasi pada rute yang tetap atau tidak, operasi dengan penjadwalan yang tetap atau tergantung pada kebutuhan , ukuran
kendaraan yang akan di operasikan, jenis lalu-lintas yang akan dilayani terutama dalam transport muatan barang, dan harga atau tarif yang akan
ditarik. Khisty, C. Jotin B. Kent Hill 2003, menyatakan bahwa pelayanan angkutan
umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis rute dan perjalanan yang dilayaninya:
1. Angkutan jarak pendek ialah pelayanan kecepatan-rendah di dalam kawasan
sempit dengan densitas perjalanan tinggi, seperti kawasan perdagangan utama central business district-CBD.
2. Angkutan kota, yang merupakan jenis yang paling lazim, melayani orang-
orang yang membutuhkan transportasi di dalam kota. 3.
Angkutan regional melayani perjalan jauh, berhenti beberapa kali, dan umumnya memiliki kecepatan tinggi. Sistem kereta api cepat dan bus
ekspres termasuk ke dalam kategori ini. Abbas, Salim 1993 dalam Manajemen Transportasi menyatakan bahwa biaya
adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk penetapan tarif, alat kontrol agar dalam pengoperasiannya mencapai tingkat efektifitas dan efisien.
commit to user
Dian Sandi Asmara 2001, mengadakan penelitian tentang analisis tarif angkutan umum berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan BOK dan daya beli
penumpang, penelitian dilakukan pada P.O. Bekonang Putra Sukoharjo, untuk perhitungan BOK menurut tjokroadiredjo yang kurang sesuai apabila diterapkan
dengan kondisi di Surakarta, dimana metode tersebut dari hasil penelitian tjokroadiredo di luar negeri. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa tarif
berdasarkan BOK sebesar Rp. 572,8,- , berdasarkan ATP sebesar Rp. 652, 792,- ,dan berdasarkan WTP sebesar Rp. 833,484, sedangkan tarif yang berlaku
sebesar Rp. 700,- sehingga tarif yang berlaku lebih tinggi dari ATP penumpang. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah studi kasus yang
berbeda yaitu pada P.O. Atmo dan menggunakan metode Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat untuk menghitung BOK,
dimana komponen BOK lebih sesuai dengan keadaan di lapangan. Yuliana, Oktiva Windi 2002, melakukan penelitian tentang Penentuan Tarif
Angkutan Umum Kereta Api Studi Kasus K.A. Prambanan Ekspres Solo- Jogja. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah tarif resmi yang
ditetapkan pemerintah dapat memenuhi biaya operasi dan masih memberikan keuntungan bagi perusahaan kereta api, dan apakah masih sesuai dengan daya
beli penumpang. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa tarif yang berlaku sebesar Rp. 3.000,- berada di bawah tarif berdasarkan perhitungan BOK Rp.
3.208,61, berdasarkan ATP Rp. 3.084,16, dan berdasarkan Rp. 4.167,64, dimana untuk perhitungan WTP kurang sesuai apabila berdasarkan asumsi
peningkatan fasilitas, karena perhitungan BOK berdasarkan kondisi eksisting. Hal ini menunjukkan bahwa tarif yang berlaku masih dapat dinaikkan sampai
dengan batas ATP dan selisih antara batas ATP dan BOK menjadi beban pemerintah. Sedangkan pada penelitian ini akan mengkaji tarif angkutan bus
kota berdasarkan BOK, ATP, dan WTP selain itu untuk perhitungan WTP disesuaikan dengan kondisi eksisting tanpa memperhitungkan peningkatan
fasilitas karena dalam perhitungan BOK berdasarkan kondisis eksisting juga.
commit to user
Setyanto, Tri 2002 melakukan penelitian tentang Analisis Biaya dan Tarif Angkutan Umum Paska Kenaikan Bahan Bakar Studi Kasus pada Angkutan
Umum di Wilayah Surakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tarif yang semestinya berlaku terhadap Biaya Operasional
Kendaraan saat harga premium Rp. 700, Rp. 1100, dan Rp. 1450 tarif yang berlaku saat penelitian, yang berkesimpulan bahwa BOK pada kondisi break
even point sebesar Rp. 625, berdasarkan daya beli penumpang sebesar Rp. 912,33, dan sebesar Rp. 1142,12 apabila fasilitas ditingkatkan. Tarif yang
berlaku sebesar Rp. 900,-, sehingga tarif yang berlaku masih sesuai dengan rentangan tarif sebesar Rp.625,- – Rp. 912,33,- dan masih dimungkinkan
menaikkan tarif hingga batas daya beli penumpang. Sedangkan pada penelitian ini akan mengkaji tentang tarif angkutan bus kota bukan angkutan perkotaan
seperti penelitian diatas, dimana angkutan bus kota juga mempunyai peranan penting dalam sistem angkutan umum di Surakarta selain angkutan perkotaan
dilihat dari BOK dan daya beli penumpang. Sofyar, Ifan Wahyu Ahmad 2004 melakukan penelitian tentang Analisis
Ability To Pay ATP dan Willingness Pay WTP Penumpang Taksi di Wilayah Surakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan membayar konsumen ATP berdasarkan pendapatan yang dialokasikan untuk biaya transportasi dan WTP berdasarkan fasilitas yang
dinikmatinya. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa ATP tarif buka pintu sebesar Rp. 3113,22,- , WTP tarif buka pintu sebesar Rp. 2756, 76,- ,dan ATP
tarif per kilometer sebesar Rp. 2298,04,- , WTP tarif per kilometer sebesar Rp. 1514,98,-, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan membayar lebih
besar daripada keinginan masyarakat menggunakan jasa tersebut. Sedangkan pada penelitian ini akan mengkaji tentang analisis tarif angkutan umum
khususnya angkutan bus kota dilihat dari BOK dan daya beli penumpang yang mungkin berbeda dengan angkutan taksi .
Sugiyarso, Dwi 2005, melakukan penelitian tentang Analisis Tarif Parkir Berdasar Ability To Pay ATP dan Willingness To Pay WTP di Pusat
commit to user
Perbelanjaan Solo Grand Mall. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan parkir yang telah
diterimanya. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa untuk roda dua nilai ATP tarif parkir satu jam pertama Rp. 540,415,- , ATP tarif parkir untuk jam
selanjutnya Rp. 224, 085,-, WTP tarif parkir satu jam pertama Rp. 500,10,- WTP tarif parkir untuk jam selanjutnya Rp. 456,94,- dan untuk roda empat nilai
ATP tarif parkir satu jam pertama Rp. 759,425,- , ATP tarif parkir untuk jam selanjutnya Rp. 305, 67,-, WTP tarif parkir satu jam pertama Rp. 978,53,- WTP
tarif parkir untuk jam selanjutnya Rp. 917,94,-. Tarif yang berlaku untuk roda dua Rp. 500,- dan untuk roda empat Rp. 1.000,- sehingga tarif yang
diberlakukan oleh operator masih berada di atas nilai ATP dan WTP. Sedangkan pada penelitian ini akan mengkaji tentang tarif angkutan bus kota di Surakarta
dilihat dari BOK dan daya beli penumpang, yang akan memberikan nilai ATP dan WTP yang berbeda dari parkir .
Triyanto 2008, melakukan penelitian tentang Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan Studi Kasus Rencana Penerapan Bus
Rapid Tansit Surakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan tarif BRT di Surakarta dengan beberapa metode, yang berkesimpulan bahwa tarif
berdasarkan BOK pada load factor eksisting sebesar Rp. 5.445,649 berada diatas nilai ATP sebesar Rp. 2.202,-. Sedangkan pada penelitian ini akan
mengkaji tentang analisis tarif angkutan umum bus kota di Surakarta dengan studi kasus bus Atmo berdasarkan BOK, ATP, dan WTP.
Penelitian- penelitian sebelumnya tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif untuk non angkutan umum seperti tarif parkir berada diatas nilai ATP dan WTP, dan
untuk tarif angkutan umum seperti kereta api, angkutan perkotaan masih berada pada rentang yang dianjurkan yaitu berada diantara nilai ATP dan WTP , untuk
penelitian yang mengkaji tarif bus kota disimpulkan bahwa tarif yang berlaku berada diatas nilai ATP sehingga lebih menguntungkan pemilik bus dan berada
di bawah nilai WTP dalam hal ini nilai WTP berdasarkan persepsi peningkatan fasilitas , perbedaan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tarif angkutan
commit to user
umum bus kota berdasarkan BOK, ATP, dan WTP dengan studi kasus bus Atmo. Untuk perhitungan BOK menggunakan metode Departemen
Perhubungan, dan perhitungan WTP berdasarkan persepsi fasilitas eksisting. Neumann, Marika 2006 menjelaskan bahwa perencanaan tarif sangat
dibutuhkan dalam transportasi umum karena tarif salah satu instrument penting dalam meningkatkan keuntungan dari sistem tranportasi publik. Desain tarif juga
dapat mempengaruhi jumlah penumpang dan pendapatan dari sistem transportasi umum tersebut.
Chen, Xumei dkk 2005 menjelaskan bahwa suatu kebijakan tarif yang efektif dan terstruktur akan dapat layak terealisasi apabila mengkombinasikan antara
kesejahteraan dan keuntungan.
2.2. Dasar Teori