Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

(1)

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP)

STUDI KASUS DI BKM BIMAS KELURAHAN PAJANG–BENDA KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syarat-syarat Mencapai

gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )

Oleh

Siti Zahrotul Hayah NIM 104054002101

Pembimbing

Drs. Yusra Killun, M. Pd NIP 150246192

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M / 1429 H


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

MELALUI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI

PERKOTAAN (P2KP) STUDI KASUS DI BKM BIMAS KELURAHAN PAJANG – BENDA KOTA TANGERANG” ini, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN “Syarif Hidayatullah” Jakarta tanggal 23 September 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (SI) pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 23 September 2008 Sidang Munaqosyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris Merangkap anggota

Dr. Arief Subhan, MA Wati Nilamsari, M.Si

NIP. 150 262 442 NIP. 150 293 223

Penguji I Penguji II

Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd Dra. Mahmudah Fitriah

ZA, M.Pd

NIP. 150 277 649 NIP. 150 282 125

Pembimbing

1. . Yusra Killun, M.Pd


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

3. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Oktober 2008


(4)

ABSTRAK

Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa untuk dikaji terus menerus dan harus dicari jalan keluarnya. Untuk itu pemerintah melalui berbagai upaya dan program-program yang telah dirancang untuk menanggulangi kemiskinan telah berupaya membantunya, menghadapi situasi dan kondisi yang dialami oleh sebagian masyarakat miskin, program pemberdayaan masyarakat adalah salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam rangka membantu mereka untuk mengatasi kemiskinan dan dapat dari masalah-masalah sosial yang mereka hadapi. Yaitu melalui program P2KP lewat Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang merupakan program pengentasan kemiskinan yang lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat dan institusi lokal, Kedua hal ini merupakan syarat terbentuknya masyarakat yang mampu mengatasi persoalan kemiskinan yang dihadapinya secara berkelanjutan.

Upaya apa saja yang dilakukan BKM BIMAS untuk mengatasi masalah kemiskinan ? Dalam rangka iktu serta memberdayakan masyarakat miskin, BKM BIMAS di desa Pajang Kecamatan Benda telah berusaha semaksimal mungkin menjalankan program yang sesuai dengan ketentuan program P2KP, diantaranya dalam bidang ekonomi, yaitu penyaluran pinjaman dana bergulir, pembangunan lingkungan sarana dan prasarana desa, bidang pendidikan, kesehatan dan keterampilan. Dengan adanya program P2KP lewat BKM masyarakat sangat merespon kegiatan pemberdayaan guna untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Yaitu penulis menggambarkan secara fakta apa yang dilihat dan ditemukan dari obyek penelitian ini. Metode ini didukung dari hasil observasi dan wawancara.


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga penulis daapt menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah SWT limpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabat dan semua pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun ini merupakan suatu hasil yang sangat maksimal. Karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang di hadapi dalam penyusunan skripsi. Namun berkat pertolongan Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya dan kesungguhan kepada penulis sreta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Orang tua penulis Ayahanda Burhanudin Munaf dan Ibunda Nurhayati Anhar tercinta, yang telah banyak memberikan motivasi, kasih sayang dan curahan perhatian baik berupa moril maupun materil serta do’a yang selalu teriring setiap saat untuk Ananda dalam menghadapi segala hal skripsi ini merupakan persembahan untuk kedua orang tua Ananda, Semoga Allah SWT memberikan pahala berlipat ganda dan semoga Ananda bisa mewujudkan harapan Ayahanda dan Ibunda tercinta, Amiiin.

2. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

3. Bapak Murodi. M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Wati Nilamsari. M.SI, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), serta seluruh Dosen dan Staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Drs.Yusra Killun.M.Pd, selaku pembimbing skripsi saya yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, pengarahan dan petunjuk-petunjuk yang berharga kepada penulis sehingga ini dapat di selesaikan. 7. Bapak H.Dawih, selaku Kepala Desa Pajang Benda Tangerang dan Bapak

Nawawi, selaku sekretaris Desa Pajang dan Bapak M.Arief, selaku Koordinator dan Pengurus BKM BIMAS yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis bagi kemudahan penyusunan skripsi ini dengan selesai.

8. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta segenap staf, atas pemberian fasilitas terhadap bahan kepustakaan, baik ketika penulis masih kuliah maupun dalam rangka penyelasaian skripsi ini.

9. Seseorang Spesial “ Abdul Mulki H.M ” yang selalu membuatku ceria dan semangat, terima kasih untuk do’anya, perhatian dan motivasinya, semoga kita menuju kebahagiaan yang sejati.


(7)

10.Kakakku Ummu Hani & Suami (Nasrullah), Najmulaily dan Adik-adikku tercinta A.Abidullah, Siti Akmalia dan Keponakanku yang lucu Siti Alifah yang selalu memberikan motivasi dan kegembiraan buat penulis.

11.Seluruh Sahabatku di Jurusan PMI Angkatan 2004-2005 khususnya teman-teman KKS ( Any, Ika, Winny, Lina, Fiya, Eva, Serly, Najah, Zil, Dewi, Neneng dan lain-lain yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Yang selama kuliah telah memberi kenangan, motivasi dan sumber inspirasi bagi penulis, I love U All.

Alhamdulillah, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah kepada kita semua, Amiin.

Jakarta, 14 Oktober 2008


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II : TINJAUAN TEORI A. Kemiskinan...16

1. Pengertian Kemiskinan ... 16

2. Penanggulangan Kemiskinan ... 25

B. Pemberdayaan Masyarakat... 27

1. Pengetian Pemberdayaan Masyarakat... 27

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 40

3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 42


(9)

1. Tujuan P2KP ... 46

2. Pendekatan P2KP ... 48

BAB III : TEMUAN DAN ANALISA A. Gambaran Umum BKM BIMAS...51

1. Latar Belakang Berdirinya BKM BIMAS...51

2. Visi-Misi ... 55

3. Kedudukan, Tugas, Fungsi Unit-unit Pelaksana Kegiatan Operasional BKM BIMAS ...58

4. Program Kegiatan BKM BIMAS... 63

5. Struktur Organisasi ... 64

B. Gambaran Umum Kelurahan Pajang Benda Kota Tangerang ... 65

1. Kondisi dan Keadaan Geografis ... 65

2. Profil Kelurahan dan Jumlah Penduduk... 65

3. Sarana dan Prasarana... 67

C. Analisis Atas Upaya BKM dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui P2KP di Desa Pajang ... 68

1. Upaya pelaksanaan Program BKM BIMAS... 70

a. Pemberdayaan Masyarakat Yang Berbasis Ekonomi... 71

b. Pembedayaan Masyarakat Yang Berbasis Pembangunan Lingkungan ... 72

c. Pemberdayaan Masyarakat an Berbasis Sosial ... 73 D. Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Miskin


(10)

di BKM BIMAS ...76

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan... 78 B. Saran-saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari sekian banyak persoalan yang dihadapi oleh bagsa Indonesia adalah masalah kemiskinan.

Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia.1

Krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 sampai sekarang, telah mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat, yaitu rendahnya penghasilan sehingga tidak cukup untuk menunjang kehidupan keluarga yang berakibat kepada kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi.

Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendasar untuk ditangani, salah satu ciri umumnya adalah kondisi masyarakatnya yang miskin tidak memiliki sarana dan prasarana, perumahan, dan pemukiman yang tidak memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni.2 Kemiskinan

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 131

2

Panduan, Proyek Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Tahap II, (Jakarta: 2002), h. 2


(12)

merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Untuk itu pemerintah melalui berbagai upaya dan program-program yang telah dirancang untuk menanggulangi kemiskinan telah berupaya membantunya, program tersebut masih belum mampu menyelesaikan masalah kemiskinan.

Menghadapi situasi dan kondisi yang dialami oleh sebagian masyarakat miskin, program pemberdayaan masyarakat adalah salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam rangka membantu mereka untuk mengatasi kemiskinan dan dapat dari masalah-masalah sosial yang mereka hadapi. Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya terfokus kepada dua obyek.3 Pertama, pemberdayaan kapasitas dan kemampuan komunitas guna memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kedua, pemberdayaan lokal (local institution) seperti BKM, Masjid, Majelis Taklim, dan Remaja Masjid. Lembaga-lembaga tersebut perlu dikembangkan kapasitasnya sedemikian rupa agar menjadi pusat penanganan dan pelayanan sosial kepada masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi berbagai problem sosial yang mereka hadapi.

Dalam praktik pemberdayaan masyarakat dibutuhkan beberapa penyempurnaan yang mampu mendorong dan melembagakan peran masyarakat lokal dengan lebih menekankan partisipasi dan manajemen masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan, yaitu melalui program BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat).

Program ini diharapkan mampu membangun kesadaran kritis masyarakat sehingga pola pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat


(13)

dapat mengakar serta membudaya. Artinya, program penanggulangan kemiskinan benar-benar menjadi gerakan masyarakat. Beserta unsur-unsur lainnya ada peran masyarakat, dengan pemerintah lokal, dunia usaha, dan kelompok peduli, sehingga penanggulangan kemiskinan menjadi tanggung jawab dan gerakan bersama.

Penyempurnaan pola penanggulangan kemiskinan tersebut, selanjutnya diakomodasikan oleh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini mempunyai strategi dan orientasi pada upaya mengutamakan pemberdayaan masyarakat miskin. Program yang akan dilaksankanan oleh P2KP lewat BKM ini menganut pendekatan pemberdayaan (empowerment) sebagai suatu syarat menuju pembangunan berkelanjutan.

Upaya meningkatkan kesejahteraan merupakan proses berkelanjutan yang menuntut peran aktif seluruh komponen masyarakat, termasuk warga masyarakat pada umumnya, pemerintah, pihak swasta maupun berbagai kelompok peduli lainnya. Oleh karenanya semua orang sesungguhnya memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk turut serta dalam berbagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam penanggulangan kemiskinan.

Untuk mewujudkan kepedulian terhadap persoalan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan umum, warga masyarakat Kelurahan Pajang Kecamatan Benda Kota Tangerang, telah membentuk sebuah wadah organisasi Bina Masyarakat Sejahtera (BIMAS) Kelurahan

3

Asep Usman Ismail, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, Kusmana (ed) (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project, 2006), h.


(14)

Pajang-Benda, yang bertujuan menanggulangi kemiskinan yang ada di Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang.

Badan Keswadayaan Masyarakat BIMAS didirikan pada tanggal 22 September 2003 yang disahkan oleh peserta rapat serta telah memperoleh keputusan tetap dan dinyatakan seluruh ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga bersifat mengikat seluruh masyarakat di lingkungan kelurahan, di mana Badan Keswadayaan Masyarakat itu berdiri.

Visi Badan Keswadayaan Masyarakat BIMAS adalah Membangun masyarakat yang maju dan sejahtera, Sedangkan Misi Badan Keswadayaan Masyarakat BIMAS adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Meningkatkan peran dan fungsi pemerintah dan lembaga kemasyarakatan dalam menunjang penanggulangan kemiskinan serta bersama-sama masyarakat membangun dan membantu memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kemiskinan.

Penerapan nilai-nilai program penanggulangan kemiskinan perkotaan mempunyai strategi, orientasi dan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat serta institusi lokal. Kedua hal ini lebih merupakan syarat menuju terbentuknya masyarakat yang mampu mengatasi persoalan kemiskinan yang dihadapi secara berkelanjutan. Upaya pemberdayaan masyarakat, baik pemberdayaan mental, ekonomi, maupun intelektual merupakan tanggung jawab semua pihak. Untuk itu kerja sama semua komponen masyarakat dalam upaya pemberdayaan harus senantiasa ditumbuhkembangkan secara terus menerus.

121.


(15)

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mendorong terciptanya kekuatan dan kemampuan lembaga masyarakat untuk secara mandiri, mampu mengelola dirinya sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat itu sendiri, serta mampu mengatasi tantangan persoalan di masa yang akan datang.4

Visi P2KP adalah terwujudnya kemandirian dan partisipasi masyarakat untuk menghadapi persoalan kemiskinan dan dilakukan secara berkelanjutan. Sedangkan misi P2KP, adalah pemberdayaan masyarakat dan penguatan institusi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemerliharaan lingkungan. Adapun tujuan P2KP adalah membiayai kegiatan yang dapat memberi manfaat kepada masyarakat miskin di kelurahan sasaran melalui bantuan finansial bagi kelurahan yang menjadi sasaran program tersebut.

Berdasarakan uraian tersebut di atas, maka penulis mengajukan skripsi dengan judul “Upaya Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP): Studi Kasus di BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda, Kota Tangerang”.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

4

Agnes Sunartiningsih, Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Institusi Lokal: Pemberdayaan Institusi Lokal Pedesaan, (Jakarta, 2004), h. 56


(16)

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis menjelaskan Bagaimana pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan oleh BKM BIMAS, Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam memahaminya, maka penulis merumuskan permasalahannya dengan rumusan sebagai berikut :

a. Bagaimana upaya yang dilakukan BKM BIMAS dalam mengatasi masalah kemiskinan di Desa Pajang ?

b. Bidang-bidang apa saja yang terdapat di BKM BIMAS dalam mengatasi kemiskinan di Desa Pajang ?

c. Hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi oleh BKM BIMAS di Desa Pajang ?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Merujuk pada fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini, adalah untuk:

a. Untuk mengetahui bagaimana praktik pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaatpenelitian ini, secara umum penulis membagi atas dua, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. Berikut ini adalah: a. Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya


(17)

masyarakat miskin yang dilakukan BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang.

b. Manfaat Praktis: Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam pengambilan kebijakan bagi usaha pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang. Di samping itu sebagai bahan perbandingan teori yang didapat dari bangku kuliah.

Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, penelitian kualitatif adalah “prosedur” sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.5

Pendapat ini sejalan dengan pengertian yang dikemukan Prasetya Irawan.6 Ia mengatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan atau memahami makna (meaning) di balik realitas. Karena itu, disarankan kepada seorang peneliti kualitatif agar ia membuka pikiran dan hatinya lebar-lebar terhadap realitas yang akan ditelitinya, dan membuang jauh-jauh prasangka, asumsi, atau teori-teori yang dapat

5

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), cet. ke-15, h.3


(18)

mengacaukan pemahaman terhadap realitas tersebut seperti apa adanya (as it is).

Kendati demikian kerangka teoritik masih diperlukan dalam penelitian kualitatif, tetapi fungsinya tidak sebagai "pagar" yang membatasi area penelitian. Dalam hal ini kerangka teoritik lebih berperan sebagai titik berangkat dan landasan bagi peneliti untuk menganalisis dan memahami realitas yang ditelitinya, secara ilmiah. Dengan menganalisa fenomena budaya yang terjadi di lapangan khususnya dalam pemberdayaan masyarakat miskin di desa pajang.

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulisan skripsi ini dengan menggunakan :

Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) BIMAS Kelurahan Pajang

Kecamatan Benda Kota Tangerang yang terdiri dari: Ketua

BKM-BIMAS dan Pengurus UPK ( Unit Pengelola Keuangan),

UPS (Unit Pengelola Sosial), UPL (Unit Pengelola

Lingkungan), Adapun mengenai pihak-pihak lain yaitu

masyarakat Kelurahan Pajang Kecamatan Benda Kota

Tangerang yang terdiri dari panitia lokal maupun masyarakat

setempat yang penuls jadikan sebagai informan-informan

pemerkuat dalam hal melengkapi data-data dan informasi

skripsi ini.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis mengambil penelitian ini di Jl. Adi Sucipto Rt 03/03 Kelurahan Pajang Kecamatan Benda Kota Tangerang. Adapun waktu

6

Prasetya Irawan, Metodologi Penelitian Administrasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 23


(19)

menjalankan penelitian selama 2 bulan. Dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2008.

Keabsahan Data

Kredibilitas ( derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan BKM melalui program P2KP. b. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh ketua BKM dengan jawaban yang diberikan oleh pengurus lainnya.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan.

Teknik Analisis Data

Proses analisis data dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan dan dokumen.7 Dalam hal ini penulis terlebih dahulu mengumpulkan semua data yang diperoleh mengenai pemberdayaan masyarakat dalam program P2KP kemudian mendeskripsikan temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.

7


(20)

Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu : Data Primer, yaitu data yang berasal dari hasil wawancara pengamatan di

lapangan. Data ini terbagi menjadi dua sumber yaitu:

a) Utama, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sasaran peneliti, yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang terdiri dari: Ketua BKM dan Pengurus-pengurus mulai dari UPK, UPS, UPL.

b) Umum, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat Kelurahan Pajang Kecamatan Benda Kota Tangerang yaitu pengurus lokal, maupun masyarakat setempat.

Data Sekunder, yaitu data yang diperolah dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait. Catatan dan dokumen tersebut berasal dari dokuman pribadi BKM-BIMAS berupa laporan-laporan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Moeleong mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.8 Data yang dipakai adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengurus yang bersangkutan.

8


(21)

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis dan fenomena yang diselidiki. Penulis akan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan maksud memperoleh gambaran umum lembaga BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang dengan berbagai aktifitasnya dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin.

b. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.9 Dalam melakukan wawancara ini bentuknya adalah wawancara bebas, namun tetap menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus pada tujuan penelitian.10 Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara dengan pengurus BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda, Kota Tangerang.

c. Studi Dokumentasi

Dalam studi dokumentasi ini penulis berupaya mencari data berupa buku, brosur, makalah, catatan, foto dan sebagainya yang berhubungan dengan BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang yang dapat dijadikan sebagai bahan pendukung penulisan skripsi ini, terutama mengenai program pemberdayaan masyarakat miskin.

9

Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia. 1993), Cet ke-5, h. 129


(22)

Teknik Pencatan Data

Pencatatan data dilakukan dengan cara pencatan

lapangan yang berisi hasil wawancara dan pengamatan.

Pengamatan secara cermat diarahkan terhadap perubahan

yang terjadi pada kehidupan masyarakat Desa Pajang melalui

program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

BKM-BIMAS dalam implementasi program P2KP.

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan

keterangan tentang pemberdayaan masyarakat miskin dalam

program P2KP yang dilakukan BKM-BIMAS. Dalam hal ini

penulis mengajukan pertanyaan yang telah peneliti siapkan

kepada para responden, lalu dijawab oleh pemberi data

dengan bebas terbuka.

Analisis Data

Analisis data, menurut M. Nadzir, adalah “mengelompokkan, membuat suatu urutan, menyingkatkan data, sehingga mudah dibaca”.11 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara teoritis analisa data adalah suatu kegiatan yang bersifat untuk “mentransformasikan” data menjadi informasi.

Data adalah hasil suatu pencatatan. Informasi adalah makna dari hasil pencatatan itu. Metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data kemudian disusun, disajikan, baru kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut.

Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini ada beberapa

karya ilmiah yang berbentuk tesis dan pembahasannya

sangat dekat dengan tema yang penulis angkat dalam

11


(23)

skripsi ini salah satunya adalah karya Yusroh dengan judul

Upaya Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan LPM di

Kelurahan Kencana Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.

Dalam karya mahasiswi fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas

Islam Negeri Jakarta ini hanya fokus dalam pembahasan

untuk menjelaskan tentang pelatihan dalam program LPM

yang melibatkan masyarakat, tetapi penulis tidak menafikan

diri bahwa dalam skripsi ini banyak data-data yang diambil

dari karya ilmiah tersebut, meskipun hanya sebagai data

sekunder yang fungsinya sebagai pelengkap data primer.

Skripsi yang penulis angkat ini adalah kompilasi analisa dari literatur-literatur yang ada untuk membahas Upaya Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui P2KP ( Proram Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan) Studi Kasus Di BKM-BIMAS Kelurahan Pajang Kecamatan Benda Kota Tangerang, dimana dalam pembahasannya penulis hanya membatasi pada upaya yang dilakukan BKM-BIMAS untuk mengatasi kemiskinan di daerahnya.

Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang terdiri dari beberapa subbab tersendiri. Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lainnya yang diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutup serta kesimpulan dan saran, adapun susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I : Menguraikan pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II : Menguraikan tinjauan teori kemiskinan yang meliputi, Pengertian


(24)

Masyarakat, meliputi : Pengertian Pemberdayaan Masyarakat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat. Pengertian P2KP, Tujuan P2KP dan Pendekatan P2KP.

BAB III : Menguraikan Gambaran Umum tentang BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang. yang meliputi, Sejarah berdirinya BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang, Visi Misi BKM BIMAS kedudukan, Tugas dan Fungsi Unit-unit Pelaksana Kegiatan Operasional, Program Kegiatan BKM BIMAS dan Struktur Organisasi BKM. Gambaran umum Desa Pajang yang meliputi : Kondisi Geografis dan Profil Demografi, Sarana dan Prasarana. Analisis dan temuan lapangan mengenai Upaya BKM-BIMAS dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui P2KP Kelurahan Pajang Benda Kota Tangerang. Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Miskin oleh BKM BIMAS Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang.

BAB IV : Penutup akan berisi tentang Kesimpulan, dan Saran-Saran. DAFTAR PUSTAKA


(25)

6. BAB II TINJAUAN TEORITIS

KEMISKINAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata miskin memiliki arti sebagai berikut: “ Miskin tidak berharta benda, serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Kemiskinan: hal miskin keadaan miskin (absolut). Situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum.12

Dalam agama Islam, kata miskin berarti :

Orang-orang yang tidak dapat memperoleh sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan diamlah yang menyebabkan kefaqirannya.13

Selanjutnya, Dalam literatur hukum Islam, istilah kemiskinan atau “miskin” dibedakan dengan “fakir” mengenai perbedaan kedua istilah tersebut, dari hasil telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin adalah yang memiliki harta benda/pencaharian atau kedua-duanya

12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998 ), h.233


(26)

hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir ialah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang seperdua kebutuhan pokoknya.14

Kemiskinan dari sudut sosiologi dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan, namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.15

Soejono Soekanto merumuskan: “kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana keadaan seseorang tidak sanggup untuk memelihara diri sendiri yang sesuai dengan taraf kehidupan kekelompokannya.16 Parsudi Suparlan, secara singkat mendefnisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya sesuatu tingkat kekurangan materi pada jumlah golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan

13

M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an ( Tafsir Maudhui atas Berbagai Persoalan Umat), ( Jakarta : Mizam, 1996 ), h.83.

14 Ali Yafie, Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren, ( Jakarta: Buku P3LM, 1986) Hal,6

15


(27)

umum yang berlaku dalm masyarakat yang bersangkutan, dan secara langsung tampak pengaruhnya terhadap kesehatan, moral dan rasa harga diri sebagai orang miskin.17

Sedangkan menurut Nabil Subhi Ath-Thawil, kemiskinan adalah adanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pokok. Kebutuhan-kebutuhan itu dianggap pokok, karena ia menyediakan batas kecukupan minimum untuk hidup manusia yang lain dengan tingkatan kemuliaan yang dilimpahkan Allah atas dirinya.18

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa hidup dalam keadaan yang dialami oleh sebagian penduduk yang hidup dalam keadaan serba kekurangan untuk memperoleh kebutuhan hidupnya yang pokok disebabkan kurangnya kemampuan ekonomi. Orang-orang yang mengalami hal tersebut dikenal dengan sebutan orang-orang miskin. Syekh Mustafa Maraghi menerangkan, bahwa orang-orang miskin adalah yang lemah usahanya ataupun kemampuannya.19

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) populasi penduduk miskin Indonesia sebelum krisis pada tahun 2000 sekitar 18,95% atau sekitar 37,8 juta jiwa di tahun 2001 menjadi sekitar 14 % atau sekitar 26,8 juta jiwa di akhiri tahun 2005. Maka dalam rangka percepatan pengangguran jumlah penduduk miskin, pemerintah membentuk wadah yang membantu menyelesaikan masalah kemiskinan yaitu KPK (Komite

16

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: VI press, 1998).cet.ke-6 h.368. 17

Parsudi Suparlan, Kemiskinan Perkotaan, ( Jakarta : Yayasan Obor, 1993), Cet-2 h.11. 18

Nabil Subhi At-Tahwil, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim, h.36


(28)

Penanggulangan Kemiskinan). Keppes No 8 tahun 2002 No 34 tahun 2002, untuk memperlancar tugas dan fungsi KPK secara khusus menyelenggarakan upaya penanggulangan kemiskinan melalui kordinasi dan manajemen program terhadap berbagai upaya atau kemiskinan di semua jalur pembangunan dan setiap lapisan penyelengara pembangunan.20

Kemiskinan merupakan suatu kondisi sosial dan telah menjadi masalah sosial di Indonesia. Ciri-ciri kemiskinan adalah sebagai berikut:21 1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,

sandang dan papan).

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

5. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.

6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

19

Syekh Mustafa Maraghi, Sosiologi Suatu Pengantar. (Mesir ; Mustafa Baadi, 1974), Juz 1.h.130

20


(29)

9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, Edi Suharto membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi:22

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah Negara-negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.

4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial (World Summit for Social Develompment), Kopenhagen, Maret, 1995, menyatakan bahwa

21


(30)

“Kemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya pendapatan dan sumberdaya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; serta diskriminasi dan keterasingan sosial. Kemiskinan juga dicirikan oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya”.

Para ahli mengatakan bahwa, “paling tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan subyektif”. Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret (a fixed yardstick). Ukuran itu lazim berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, pangan dan papan).

Kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan the idea of relative standard , yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain.

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard. Kelompok yang menurut

22 Ibid.


(31)

ukuran berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin (dan demikian juga sebaliknya). Kelompok yang dalam perasaan kita tergolong hidup dalam kondisi tidak layak boleh jadi tidak menganggap dirinya semacam itu (dan demikian pula sebaliknya). Oleh karena itu, konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan cara atau strategi yang efektif untuk penanggulangannya.

Dengan demikiaan kemiskinan menyangkut berbagai dimensi (sosial, politik, ekonomi, dan budaya), namun pada dasarnya kemiskinan adalah tidak terpenuhinya dua aspek pokok yaitu aspek pemenuhan kebutuhan yang berbentuk fisik/material dan aspek spiritual/mental.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa hidup dalam keadaan yang dialami oleh sebagian penduduk yang hidup dalam keadaan serba kekurangan untuk memperoleh kebutuhan hidupnya yang pokok disebabkan kurangnya kemampuan ekonomi.

Jika ditinjau dari sumber penyebab kemiskinan, dikenal adanya kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural.23 Kemiskinan kultural mengacu kepada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup, dan budayanya. Mereka sudah merasa berkecukupan dan tidak merasa kekuarangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak terlalu tergerak berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya sehingga menyebabkan pendapatan mereka rendah menurut ukurang yang umum


(32)

dipakai. Dengan ukuran absolute, misalnya, tingkat pendapatan minimum, mereka dapat dikatakan miskin, tapi mereka tidak merasa miskin dan tidak mau disebut miskin. Dalam keadaan seperti ini, bermacam tolak ukur kebijaksanaan pembangunan tidak mudah menjangkau mereka.

Keadaan kepemilikian sumber daya yang tidak merata, kemampuan masyarakat yang tidak seimbang, dan ketidaksamaan kesempatan dalam berusaha dan memperolah pendapatan akan menyebabkan keikutsertaan dalam pembangunan tidak merata pula. Ketimpangan ini pada gilirannya menyebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang, dan selanjutnya menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Perbedaan antara masyarakat yang ikut serta dalam proses pembangunan dengan yang masih tertinggal menybebabkan keadaan kemiskinan baik absolut maupun relatif. Keadaan semacam ini dikenal sebagai kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural ini juga dikenal sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh pembangunan yang belum seimbang dan hasilnya belum bisa dibagi secara merata.24

Kondisi kemiskinan sekurang-kurangnya dapat disebabkan oleh empat penyebab, yaitu sebagai berikut:25 Pertama, rendahnya taraf pendidikan. Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Dalam bersaing untuk mendapatkan lapangan kerja yang ada, taraf pendidikan menentukan. Taraf pendidikan yang rendah

23

Ginandjar Kartasasmita, Op.cit., h. 239 24Ibid., h. 240

25


(33)

juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang.

Kedua, rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya tahan pikir, dan prakarsa.

Ketiga, terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada kegiatan usaha atau lapangan kerja, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan itu. Keempat, kondisi keterisolasian. Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil atau terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.

Keempat penyebab kemiskinan yang diuraikan tersebut di atas menunjukkan adanya lingkaran kemiskinan. Rumah tangga miskin pada umumnya berpendidikan rendah dan terpusat di daerah-daerah perdesaan. Karena berpendidikan rendah, maka produktifitasnya pun rendah sehingga imbalan yang diterima tidak cukup memadai untuk memnuhi kebutuhan hidup minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan, yang diperlukan untuk dapat hidup dan bekerja. Akibatnya, rumah tangga miskin akan menghasilkan keluarga-keluarga miskin pula pada generasi berikutnya.

Imbalan yang rendah menghambat pengembangan kegiatan sosial ekonomi, serta membatasi peran serta penduduk miskin dalam kegiatan pembangunan. Sedangkan di dalam proses pembangunan, yang menikmati hasil pembangunan haruslah yang dapat menghasil sesuatu. Maka kunci


(34)

pemecahan masalah kemiskinan adalah memberi kesempatan kepada penduduk miskin untuk ikut serta dalam proses produksi dan kepemilikan aset produksi.

2. Penanggulangan Kemiskinan

Teori ekonomi mengatakan bahwa untuk memutuskan mata rantai lingkaran kemiskinan dapat dilakukan peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi, dan pengembangan teknologi.

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskian sudah banyak pula dilaksanakan, seperti: pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani program tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia. Pada tahun 1997, melalui program-program jaringan pengamanan sosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan.26

Karena problem kemiskinan bersifat multi dimensional, maka strategi penanggulangan harus bersifat multi dimensional juga. Selama ini (sudi kasus indonesia) yang dilakukan pemerintah hanya bersifat ekonomi semata sehingga apabila kebutuhan ekonomi sudah tercapai, seolah-olah proyek penanggulangan kemiskinan itu juga ikut selesai. Ini berarti menenggelamkan persoalan-persoalan kemiskinan yang tidak berdimensi ekonomi, seperti kemiskinan struktural atau politik. Untuk itu ada

26


(35)

beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan masyarakat miskin yaitu :

b. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan, pemberdayaan ini bertujuan menekan perasaan ketidak berdayaan masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur sosial politis.

c. Harus ada upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin.

d. Tanamkan rasa kesamaan dan kesadaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan konstruksi sosial.

e. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh.

f. Meningkatkan pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin,selain perubahan struktural yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya.27

B. Pemberdayaan

1.

Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowerment yang berarti memberi kekuatan, memberi daya, menguasakan, memberi kekuasaan/wewenang kepada.,28 sehingga sesuatu/individu/kelompok menjadi kuat dan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan

27

Heru Nugroho, Negara Pasar dan Keadilan Sosial, Pustaka Pelajar, Cet-ke1, Yogyakarta,h.195-197

28

John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 211


(36)

dengan istilah pengembangan.29 Secara etimologi, tampak bahwa kata pemberdayaan menunjuk pada kerja aktif untuk membuat individu/kelompok menjadi lebih berkuasa/berwenang baik atas dirinya maupun atas orang lain.

Istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian kepustakaan Pranarka, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, 1) kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya; 2) kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.30

Kata pemberdayaaan juga menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

29

Nanih Mchendrawaty,Agus Ahmad Syafe’I h.14

30 Bambang Sutrisno, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dalam Akses Peran Serta Masyarakat, Lebih Jauh Memahami Community Development, Bambang Rudito, dkk, (ed), (Jakarta: ICSD, 2003) h, 133


(37)

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.31

Beberapa ahli mengemukakan tentang definisi pemberdayaan 1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang

yang lemah atau tidak beruntung;

2. Pemberdayaan adalah proses yang menjelaskan mana orang cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian dan lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya;

3. Pemberdayaan menekankan upaya agar orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya;

4. Pemberdayaan adalah suatu cara mengarahkan rakyat, organisasi, dan komunitas agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Dalam Perspektif Islam secara etimologi, pemberdayaan masyarakat berarti membina dan meningkatkan kualitas, dan masyarakat islam berarti kumpulan masyarakat yang beragama islam, secara

31

Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58


(38)

terminologi, pemberdayaan masyarakat islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran islam dalam kehidupan, kelompok sosial, dan masyarakat.

Pengertian lain, Sebagaimana di kemukakan oleh Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah

ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.32

Menurut Syahril Harahap, dalam bukunya islam konsep implementasi pemberdayaan, beliau mengemukakan bahwa yang ingin di kerjakan dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah islam adalah menggerakan masyarakat tradisional atau trasisi yang menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang beroerntasi ke masa depan, dari masyarakat yang pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang stagnan menjadi masyarakat yang dinamis, dan dari masyarakat yang memiliki perencanaan dalam hidupnya.

Jika hal ini dapat terlaksana, maka masyarakat akan memberikan partisipasi yang maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan yang di lakukan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri sendiri untuk bangkit.

Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan denan berorientasi masa depan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Insyirah ayat 7-8 :

32

Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Islam Di tengah Reformasi Menuju Indonesia Baru Dalam Memasuki abad ke-21,( Bandung: Makalah pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN 1999), h.9


(39)

!

%ﻥ

$

"#

“Maka apabila kamu telah selesai ( disesuatu urusan ), kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada

tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap”(QS : Al-Insyirah; 7-8)

Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah pada takdir tuhan.33

Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah upaya mengembangkan potensi masyarakat secara islam agar mampu menghadapi situasi sekarang dan situasi yang akan datang dan mampu berusaha untuk menjadi masyarakat yang baik dan dapat melihat serta memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.34

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan

33

Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, ( yogyakarta: PT. Tiatra Wacana Yogya,1999), Cet.ke-, h.132

34


(40)

paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainabel”.35

Pemberdayaan masyarakat memerlukan kepeduliaan yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan menjadi kemandirian. Pemberdayaan sebagai proses perubahan dalam masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu teknik dari pengembangan masyarakat, yang juga menjadi salah satu strategi pembangunan sosial. Strategi ini banyak diterapkan di negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga. Dari beberapa pengertian tentang pemberdayaan dapat disarikan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat harus terdapat unsur-unsur: 1) keinginan atau kebulatan tekad individu atau komunitas; 2) nilai-nilai sosial yang dianut; 3) rasa psikologis kontrol atau pengaruh personal dan sebuah perhatian terhadap pengaruh sosial, kekuatan politik, dan hak-hak hukum yang sebenarnya.36

Selain itu, harus ada juga kegiatan-kegiatan: 1) penyediaan sumber daya; penyediaan kesempatan; 3) pembekalan pengetahuan dan keterampilan. Semua itu dapat dikatakan bertujuan “ke dalam” dan “ke luar”. Ke dalam berarti tujuan untuk individu dan keluarga yang diberdayakan, yaitu meningkatkan kapasitas individu dan komunitas guna

35

Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, (Jakarta: Cides, 1996), h. 142


(41)

menentukan masa depan mereka. Ke luar berarti tujuan untuk cakupan yang lebih luas, yaitu masyarakat, yaitu dengan berpartisipasinya individu dan keluarga tersebut dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas sehingga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian.37

Pemberdayaan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.

Pemberdayaan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pemberdayaan masyarakat lokal berorientasi pada “tujuan proses” (pocess goal) dan bukan tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pemberdayaan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pemberdayaan masyarakat lokal yang bernuansa buttom-up ini.

36

Lisma Dyawati Fuaida, Manajemen Keuangan Keluarga Miskin, Kasus Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika, dalam Islam yang Berpihak, Arief Subhan dan Yusro Kilun (Eds), (Jakarta: Dakwah Press, 2007), h. 60

37


(42)

Sementara, upaya pembangunan sosial, pada dasarnya merupakan upaya Pemberdayaan. "Bagi seorang pelaku perubahan hal yang dilakukan terhadap klien (baik tingkat individu, keluarga, kelompok atau komunitas) adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai kehidupan yang lebih baik".38

Payne seperti yang dikutip oleh Isbandi, mengemukakan bahwa proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna:39 membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melekukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Para ahli lain melihat bahwa pengertian pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Terkait dengan isu Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan, dalam bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial menurut Isbandi, dikenal dua bentuk intervensi sosial yang dikembangkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, intervensi di level (tingkat) mikro (individu, keluarga dan kelompok) dan makro (komunitas dan organisasi). Intervensi di tingkat

38

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: LPFEUI, 2001), h. 53.


(43)

makro, merupakan bentuk intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial yang digunakan guna melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi.40

Pembangunan Masyarakat Desa" yang sekarang disebut juga dengan nama 'Pemberdayaan Masyarakat Desa', menurut Isbandi, pada dasarnya, serupa dan setara dengan konsep Pemberdayaan Masyarakat (community development = CD).41 Menurut Schlippe, pada mulanya teori tentang pembangunan masyarakat desa ini tidak ada. Perkembangan teori pembangunan desa itu dimulai dari praktek, yaitu dari kebutuhan yang dirasakan di dalam masyarakat terutama dalam situasi sosial yang dihadapi di dalam negara-negara yang menghadapi perubahan sosial yang cepat.

Sedangkan bila dilihat dari kerangka dasarnya, secara sederhana akan tergambar bahwa mekanisme pembangunan desa di Indonesia pada dasarnya merupakan suatu proses perpaduan antara (1) kelompok kegiatan utama, yaitu berbagai kegiatan pemerintahan di satu pihak dan (2) kegiatan partisipasi masyarakat di lain pihak. Kegiatan pemerintah dilaksanakan melalui program-program sektoral dari berbagai departemen dan lembaga non departemen. Pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku berkewajiban memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan bantuan dalam batas-batas kemampuan yang tersedia, disertai pengawasan yang intensif. Di sisi lain kegiatan partisipasi masyarakat tidak jarang banyak didukung atapun digerakkan oleh

39

Ibid., h. 199 40Ibid., h. 55 41


(44)

organisasi non pemerintah, yang pada titik tertentu sangat memerlukan dukungan dari pemerintah dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

Kader pemberdayaan dalam upaya mengembangkan masyarakat di tingkat lokal, baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, biasanya dibantu oleh tenaga kader (indigenous worker). Kader diharapkan dapat menggantikan peranan petugas pembangunan desa dalam melanjutkan kegiatan-kegiatan pembangunan desa. Kader adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat setempat yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dalam program pembangunan desa. Kader dapat terdiri dari wanita atau pria, tua maupun muda, sudah bekerja ataupun belum bekerja, yang penting mereka merasa terpanggil, ada kesediaan dan kesadaran untuk ikut bertanggung jawab dalam usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di linkungannya.

Kader dapat melaksanakan kegiatan di bidang pertanian; peternakan; kesehatan; pendidikan; dan lain-lain, setelah memperoleh latihan secukupnya. Tugas seorang kader pada intinya adalah:

1. Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan.

2. Pelaksana dan pemelihara kegiatan program pembangunan desa. 3. Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan.

4. Membantu dan menghubungkan antara warga masyarakat dengan lembaga-lembaga yang bekerja dalam bidang pembangunan desa.

Untuk memperoleh kader pembangunan yang mantap, tekanan utama diberikan pada motivasi calon untuk ikut serta dalam program


(45)

sebagai kader. Dalam hal ini ditekankan pada kesadaran diri, merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk masyarakatnya dan mempunyai jiwa suka memberikan bantuan (pelayanan) terhadap sesapun motivasi dasar masing-masing individu untuk menjadi kader biasanya juga mempengaruhi kinerjanya dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Misalnya saja sebagai suatu contoh yang agak mensederhanakan, seorang kader yang terlibat karena kebetulan mempunyai waktu luang dan ingin mengisi waktu luangnya sebelum ia mendapatkan pekerjaan (alasan ekonomi), biasanya mempunyai semangat yang berbeda dengan seorang kader yang mempunai dorongan untuk menjadi kader karena ingin mendekatkan diri pada Tuhannya (alasan religius). Pada kader yang berlandaskan diri pada alasan ekonomis, biasanya mereka cenderung untuk memilih pekerjaan yang lebih menghasilkan uang atau bila ia sudah mendapat pekerjaan yang tetap maka ia akan mengundurkan diri untuk menjadi kader. Sedangkan untuk kader yang mempunyai dorongan religius dalam melakukan tindakan, maka unsur material menjadi nomor dua dalam upaya memberikan bantuan terhadap masyarakat.

Kader yang dipilih dalam suatu masyarakat dapat terdiri dari pemuda yang belum berkeluarga, pamong desa ataupun orang-orang yang sudah mempunyai pekerjaan tetap. Agar dapat dukungan dari masyarakat dan berhasil dalam kegiatannya, perlu diperhatikan status sosial kader. Yang menguntungkan adalah bila kader mempunyai prestasi yang baik, mempunyai kepribadian yang baik, dan berasal dari keluarga yang


(46)

terpadang di dalam masyarakatnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah alangkah baiknya bila kader juga mempunyai akar dalam masyarakatnya, sehingga apa yang dikatakan atau dilakukannya dapat ditiru atau diikuti oleh anggota kelompoknya.

Permasalahan kader pada umumnya adalah, karena kader merupakan tenaga sukarela yang tidak jarang juga sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, maka kalau tugas utamanya menuntut keaktifannya, mereka akan mengesampingkan atau bahkan mengabaikan tugas mereka sebagai kader. Terkait dengan hal ini, perekrutan kader dari generasi muda yang masih mempunyai idelisme seringkali lebih menguntungkan dibandingkan memanfaatkan pemuda yang sedang menganggur dan tidak mempunyai gambaran hidup yang jelas.

Dalam kaitannya dengan hal ini, pemberdayaan kemampuan dan keterampilan (capacity building) para kader yang merupakan modal social (social capital) dalam suatu komunitas perlu direncanakan secara bertahap. Apalagi bila seorang community worker melihat proses pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses yang berkesinambungan (on-going process).42

Dalam kaitan dengan pernyataan tersebut ('proses pemberdayaan masyarakat suatu proses yang berkesinambungan) harus dilihat dari kerangka pemberdayaan sebagai suatu proses, dan bukannya dari kerangka pemberdayaan sebagai suatu program. Sebagai suatu program, program pemberdayaan masyarakat dapat saja berhenti karena batas waktu yang

42


(47)

sudah selesai (terminasi karena keterbatasan waktu), atau program tersebut berhenti karena tidak ada dana lagi yang dapat dimanfaatkan untuk program pemberdayaan tersebut (terminasi karena keterbatasan dana).

Pemberdayaan sebagai Ongoing Process, adalah proses pemberdayaan individu yang relatife terus berjalan sepanjang usia individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja ('empowerment is not an end-state, but a process that all human beings experience').

Langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima (5) tahapan utama yaitu:43

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakaan (recall depowering / empowering experiences); 2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak

berdayaan (discuss reasons for depowerment / empowerment);

3. Mengidentifikasikan suatu masalah atapun proyek (identify one problem or project);

4. Mengidentifikan basis daya yang bermakna (identify useful power bases);

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplemen tasikannya (develop and implement action plans).

Setelah itu siklus berlanjut ke tahapan pertama (no.1) dan bergulir kembali. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada skema di bawah ini :

Skema 8.A.1.

Siklus Pemberdayaan

43


(48)

Dari siklus di atas maka akan tergambar bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada tingkat individu, organisasi dan komunitas bukanlah suatu proses yang berhenti pada suatu titik tertentu. Tetapi lebih merupakan sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada. Dalam konteks Kesejahteraan Sosial, upaya pemberdayaan ini tentunya juga terikat dengan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ketingkatan yang lebih baik. Tentunya mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi kurang berdaya (depowerment).

Penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses yang berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik atau melakukan pembahasan dan perubahan kepada masyarakat, kepribadian individu dari system sosial.

2.

Strategi Pemberdayaan masyarakat

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yangg bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Namun selain nilai fisik

Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan

Mengembangkan rencana aksi dan mengimplementasikannya

Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan

Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna

Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek


(49)

tersebut, ada pula nilai-nilai instriksik dalam masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan seperti kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kebhinnekaan.

Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat dapat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbalakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat.

Dalam kerangka pemikiran ini, upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui tiga tahapan, Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat ( empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih posifif dan nyata, penyediaan berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya memenfaatkan peluang.


(50)

Ketiga, memberdayakan berarti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah.

Upaya memberdayakan masyarakat juga harus dilakukan melalui : 1) Pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan ekonomi rakyat.

Pemihakan pada perekonomian rakyat berarti memberikan perhatian khusus pada upaya peningkatan ekonomi rakyat. Perhatian ini perlu diwujudkan dalam langkah-langkah strategis yaitu perluasan akses pada sumber daya pembangunan, untuk mengatasi kondisi keterbelakangan dan memperkuat posisi daya saing ekonominya. 2) Ekonomi rakyat dalm transformasi struktur. Ekonomi rakyat sering

diartikan sebagai kegiatan ekonomi masyarakat yang sedang berkembang dengan kondisi yang inferior dibanding ekonomi maju. Ekonomi rakyat ditandai dengan perekonomian rakyat kecil dengan kepemilikan rakyat kecil dengan kepemilikan asset yang sedikit. Keikutsertaan mereka dalam proses pembangunan tidak optimal jauh bila dibandingkan dengan pelaku ekonomi maju.44

3.

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat menurut Isbandi Rukminto Adi, meliputi bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Tujuan pemberdayaan pada bidang ekonomi, adalah agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian menafsirkan dan membentuk siklus pemasaran yang relative stabil.

44

Gunawan Sumodiningrat,Peranan Permodalan dalam Pengembangan Ekonomi Rakyat,seminar intern Bappenas.jakarta.


(51)

Tujuan pemberdayaan masyarakat pada bidang pendidikan, adalah supaya kelompok sasaran dapat menggali berbagai profesi yang ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Tujuan pemberdayaan dalam bidang sosial, adalah upaya kelompok sasaran dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali sesuai dengan peran dan tugasnya.45

Menurut Shardlow sebagaimana dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya bagaimana individu, kelompok atau pun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan mereka.46

Kegiatan membangun masyarakat terkait erat dengan memberdayakan masyarakat karena di samping memerangi kemiskinan dan kesenjangan, juga mendorong masyarakat menjadi lebih aktif dan penuh inisiatif. Sudah banyak bukti yang memperhatikan bahwa ketika inisiatif itu hanya dilakukan oleh pemerintah dan tidak pernah diletakan pada masyarakat, perjalanan pembangunan diwarnai oleh berbagai bentuk monopoli dan manipulasi oleh para penguasa.47

Secara umum tujuan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat memahami bahwa kemiskinan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan, tidak semata-mata karena nasib atau keturunan,

45

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: UI Press,2003) h,163-184

46


(52)

namun ada hal yang selama ini membuat mereka agar tetap miskin, karena ada kelompok yang hidup makmur di atas ketidakadilan yang terjadi selama ini.

b. Pemberdayaan Masyarakat adalah program penanggulangan kemiskinan yang ditempuh melalui cara pemberdayaan yang tersistematis dan terorganisir, (bukan ditempuh dengan cara santunan, sedekah, pemerataan bantuan atau bentuk belas kasihan lainnya). c. Masyarakat tumbuh keterampilannya dalam hal memulai dan

mengelola kelembagaan serta jaringan yang berbasis pada minat, kebutuhan, Keswadayaan dan kemandirian.

d. Masyarakat tumbuh kesadaran, motivasi dan mau berperan serta nyata dalam proses maupun mengembangkan hasil pembangunan.

e. Masyarakat (miskin) memiliki wakil yang dipilh sendiri untuk menjadi utusan dalam sebuah jejaring maupun Forum Konsultasi Pembangunan dalam ragka menumbuhkan Posisi Runding dan Posisi Tawar untuk kebijakan-kebijakan pembangunan pada skala lokal yang memihak dan lebih adil dalam mensejahterakan warga yang masih tertinggal.48

Pada intinya, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya agar masyarakat keluar dari lingkup kemiskinan dan berinisiatif untuk meningkatkan produktifitas dengan potensi yang ada.

C. Pengertian P2KP

47

Suntoyo Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998),h.bab Kata Pengantar

48 Materi Pelatihan Calon pendamping Pengembangan Masyarakat,Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika, Kerjasama Fakultas.Dakwah dan Komunikasi UIN


(53)

Pada dasarnya Proyek P2KP (Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) adalah proyek Pemerintah Indonesia dalam rangka Penanggulangan kemiskinan masyarakat di perkotaan. Untuk menyelenggarakan proyek tersebut, maka ditunjuk Departemen Pemukiman dan prasarana wilayah yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan berbagai instansi di tingkat pusat maupun daerah. P2KP adalah merupakan program pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar nantinya masyarakat dapat menolong dirinya sendiri.

Pendekatan pemberdayaan dalam P2KP dilaksanakan melalui kelembagaan masyarakat sebagai fondasi bagi terbentuknya kelembagaan lokal yang dapat menjadi perantara untuk dapat menjangkau lembaga formal. Untuk itu diperlukan partisipasi serta peran aktif pemerintah dalam pelaksanaan P2KP untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi upaya pemberdayaan masyarakat,khususnya masyarakat miskin.

Untuk pelaksana harian proyek di lapangan, maka dikontrak seperangkat konsultan yang bertanggung jawab langsung ke Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, melalui Projec Manajemen Unit (PMU).

Lebih dari itu, proyek Penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini dirancang sebagai gerakan bersama yang terpadu dalam penanggulangan kemiskinan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Program memerlukan keterlibatan berbagai pihak anrata lain pemerintah, Swasta, dan warga masyarakat.49

49

Panduan Proyek Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) tahap II,Jakarta,2002.h.1


(54)

Dalam mewujudkan bentuk kepeduliaan masyarakat program P2KP mendorong gerakan masyarakat untuk keberdayaan dan kemandirian dalam penanggulangan kemiskinan melalui :

1) Mendorong tumbuh berkembangya prakarsa, partisipasi masyarakat serta transparansi.

2) Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan organisasi yang berakar di masyarakat, khususnya dalam mengelola akses bagi masyarakat miskin ke sumber daya kunci yang disediakan oleh P2KP melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), secara tarnsparan dan ukantabel.

3) Menjalin sinergi penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan masyarakat melalui kemitraan antar pelaku pembangunan.

4) Mendorong tumbuhnnya kepedulian berbagai piihak sebagai upaya pengendalian sosial ( control sosial) terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan.50

1. Tujuan P2KP

P2KP bertujuan mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui hal-hal berikut :

1). Memperbaiki prasarana dan sarana dasar perumahan dan pemukiman masyarakat miskin perkotaan, termasuk perbaikan atau pengembangan perumahan

2). Mengenalkan dan membangun upaya-upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan untuk masyarakat miskin perkotaan, baik masyarakat yang telah lama miskin,

50


(55)

masyarakat yang pendapatannya menjadi tidak berarti karena inflasi, maupun masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi.

3). Memperkuat agen-agen lokal (pemerintah, dunia usaha dan kelompok peduli) untuk membantu masyarakat miskin.51

Visi P2KP adalah Masyarakat mampu membangun sinergi dengan berbagai pihak untuk menanggulangi kemiskinan secara mandiri, efektif, dan berkelanjutan, Misi P2KP adalah Memberdayakan masyarakat perkotaan, terutama masyarakat miskin, dalam upaya penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, dan membudayakan kemitraan sinergis antara masyarakat dengan pelaku-pelaku pembangunan lainnya.

Setiap pihak yang terkait dan terlibat dalam pelaksanaan P2KP bertindak dengan mengingat prinsip-prinsip berikut :

1). Demokrasi. Dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, maka mekanisme pengambilan keputusan (dalam pelaksanaan P2KP) dilakukan secara kolektif dan demokratis. Untuk itu masyarakat didorong agar mampu membangun dan memperkuat organisasi warga dengan demokratis. 2). Partisipasi. Dalam tiap langkah kegiatan P2KP harus dilakukan secara partisipatif sehingga mampu membangun rasa kepemilikan dan proses belajar melalui bekerja sama. Partisipasi dibangun

51


(56)

dengan menekankan proses pengambilan keputusan oleh warga, mulai dari tataran ide, perencanaan, pengorganisasian, pemupukan sumber daya, pelaksanaan hingga evaluasi dan pemeliharaan. 3). Transparansi dan akuntabilitas. Dalam proses manajemen proyek

maupun manajemen organisasi masyarakat harus menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya.

4). Desentralisasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung menyangkut kehidupan dan penghidupan masyarakat agar dilakukan sedekat mungkin dengan pemanfaat atau pada masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang dibuat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat banyak.

2. Pendekatan P2KP

Pelaksanaan strategi-strategi P2KP sebagaimana digambarkan di atas didasarkan pada pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok (community based development approach), dimana kelompok-kelompok dapat terjadi atas dasar ikatan-ikatan sebagai berikut : kesamaan tujuan, kesamaan tujuan, kesamaan domisili yang mengarah kepada efisien, efektivitas serta mendorong tumbuh dan berkembangnya kapital sosial.

Dengan demikian kelompok dalam kaitan P2KP adalah kelompok masyarakat yang sudah ada (existing groups) dan kelompok-kelompok yang dibangun baru dalam rangka pelaksanaan P2KP yang


(57)

memenuhi syarat-syarat sebagai kelompok masyarakat. Beberapa pertimbangan penerapan pendekatan bertumpu pada kelompok adalah : dalam kelompok, warga masyarakat diharapkan dapat lebih dinamis dalam mengembangkan kegiatan dan nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, efektivitas serta mendorong tumbuh dan berkembangnya capital sosial.

Demikian pula kelompok dalam kaitan P2KP adalah kelompok masyarakat yang sudah ada (existing group) adalah kelompok yang dibangun baru dalam rangka pelaksanaan P2KP untuk memenuhi syarat-syarat sebagai kelompok masyarakat. Beberapa pertimbangan penerapan pendekatan kelompok adalah dalam kelompok, warga masyarakat diharapkan dapat lebih dinamis dalam mengembangkan kegiatan dan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan. Misalnya menjalin kesatuan, kebersamaan, gotong royong, solidaritas serta antar sesama warga atau anggota kelompok masyarakat dan sebagainya.

Proses pemberdayaan dapat berjalan lebih efektif dan efisien bila terjadi proses saling asah saling asuh antar sesama warga atau anggota. Terjadi konsilidasi kekuatan bersama baik antar yang lemah maupun yang kuat di dalam suatu kelompok masyarakat. Kelompok dapat berfungsi untuk mengembangkan dan membangun jaminan karakter antar anggota, wadah proses belajar berinteraksi antar anggota, menggerakan ke swadayaan dan modal, meningkatkan dan menertibkan angsuran pinjaman, menguatkan dan mengembangkan usaha anggota dan banyak lagi fungsi serta manfaat lainnya.


(1)

Koentjoroningrat,

Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat,

(Jakarta:PT.

Gramedia,1993)

Nadzir, Muhammad,

Metodologi Penelitian,

(Jakarta: Ghalia Indonesia,2000)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka,1998)

M.Quraisy Shihab,

Wawasan Al-Qur’an

(Tafsir Maudhui atas Berbagai Persoalan

Umat, Jakarta : Mizan,1996)

Yafie, Ali,

Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren,

(Jakarta: Buku

P3LM,1986)

Soekanto, Soejono,

Sosiologi Suatu Pengantar,

(Jakarta : VI Press.1998) cet.ke-6

Suparlan, Parsudi,

Kemiskinan Perkotaan,

(Jakarta: Yayasan Obor,1993)

Nabil Subhi At-Tahwil,

Kemiskinan dan Keterbelakangan

di Negara-negara

Muslim,1985)

Sutrisno, Bambang,

Pemberdayaan Maasyarakat dalam Pengembangan Ekonomi

Kerakyatan dalam Akses Peran Serta Masyarakat,

Lebih Jauh

Memahami Community Development, Bambang Rudito, dkk, (Jakarta :

ICSD,2003)

Amrullah Ahmad,

Strategi Dakwah Islam

di tengah Reformasi Menuju Indonesia

Baru Dalam Memasuki Abad ke-21,(Bandung 1999)

Harahap, Syahril

,

Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan,

(Yogyakarta:PT.

Tiatra Wacana Yogya,1999)

Kartasasmita, Ginanjar,

Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan

dan Pemerataan

( Jakarta : Cides, 1996)


(2)

Lisma Dyawati Fuaida,

Manajemen Keuangan Keluarga Miskin,

Kasus

Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika,

dalam islam yang

berpihak

, Arief Subhan dan Yusro Killun (Jakarta : Dakwah Press,2007)

Adi,

Rukminto,

Isbandi,

Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Investasi

Komunitas,

(Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001)

Adi,

Rukminto,

Isbandi,

Pemikiran-pemikiran

dalam

Pembangunan

kesejahteraan

sosial,

(Jakarta : UI Press,2003)

Usman Suntoyo,

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,

(Yogyakarta :

Pustaka Pelajar,1998)

Panduan,

Proyek Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

tahap II

Jakarta,2002


(3)

1 Pemberian Asupan gizi 7 - 8 Juni 2008 47 orang RW. 01 - 04 4,230,000 Terealisasi 2 Pemeriksaan kehamilan secara rutin dan

pemeriksaan lab sederhana 14 - 15 Juni 2008 47 orang RW. 01 - 04 6,110,000 Terealisasi 3 Pemberian Vitamin Ibu Hamil 14 15 Juni 2008 47 orang RW. 01 - 04 1,900,000 Terealisasi 4 Pelatihan Ketrampilan Sablon 1 - 2 Agustus 2008 20 orang RW. 01 - 04 4,000,000 Terealisasi 5 Pelatihan Ketrampilan Budi daya tanaman Hias 4 - 5 Agustus 2008 20 orang RW. 01 - 04 3,010,000 Terealisasi

J U M L A H T O T A L 19,250,000

C. Kegiatan Ekonomi Bergulir

1 Pemberian Kredit Bergulir 13-Jun-08 13 orang RW. 01

6,500,000 Terealisasi 2 Pemberian Kredit Bergulir 13-Jun-08 13 orang RW. 02

6,500,000 Terealisasi 3 Pemberian Kredit Bergulir 13-Jun-08 13 orang RW. 02

6,500,000 Terealisasi 4 Pemberian Kredit Bergulir 21-Jul-08 13 orang RW. 03

6,500,000 Terealisasi 5 Pemberian Kredit Bergulir 21-Jul-08 13 orang RW. 03

6,500,000 Terealisasi 6 Pemberian Kredit Bergulir 21-Jul-08 12 orang RW. 04 6,000,000 Terealisasi

J U M L A H T O T A L

38,500,000 REKAPITULASI

A Kegiatan Fisik

Lingkungan

57,750,000 B. Kegiatan Sosial


(4)

C. Kegiatan Ekonomi

Bergulir

38,500,000 JUMLAH TOTAL


(5)

1 Pemberian Asupan gizi 7 - 8 Juni 2008 47 orang RW. 01 - 04 4,230,000 Terealisasi 2 Pemeriksaan kehamilan secara rutin dan pemeriksaan lab sederhana 14 - 15 Juni 2008 47 orang RW. 01 - 04 6,110,000 Terealisasi 3 Pemberian Vitamin Ibu Hamil 14 15 Juni 2008 47 orang RW. 01 - 04 1,900,000 Terealisasi 4 Pelatihan Ketrampilan Sablon 1 - 2 Agustus 2008 20 orang RW. 01 - 04 4,000,000 Terealisasi 5 Pelatihan Ketrampilan Budi daya tanaman Hias 4 - 5 Agustus 2008 20 orang RW. 01 - 04 3,010,000 Terealisasi

J U M L A H T O T A L 19,250,000

C. Kegiatan Ekonomi Bergulir

1 Pemberian Kredit Bergulir 13-Jun-08 13 orang RW. 01

6,500,000 Terealisasi 2 Pemberian Kredit Bergulir 13-Jun-08 13 orang RW. 02

6,500,000 Terealisasi 3 Pemberian Kredit Bergulir 13-Jun-08 13 orang RW. 02

6,500,000 Terealisasi 4 Pemberian Kredit Bergulir 21-Jul-08 13 orang RW. 03

6,500,000 Terealisasi 5 Pemberian Kredit Bergulir 21-Jul-08 13 orang RW. 03

6,500,000 Terealisasi 6 Pemberian Kredit Bergulir 21-Jul-08 12 orang RW. 04

6,000,000 Terealisasi

J U M L A H T O T A L

38,500,000 REKAPITULASI

A Kegiatan Fisik

Lingkungan


(6)

B. Kegiatan Sosial

19,250,000 C. Kegiatan Ekonomi

Bergulir

38,500,000

JUMLAH TOTAL 115,500,00


Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)

1 70 94

Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Kota Matsum I, Kecamatan Medan Area, Kota Medan).

1 47 70

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) (Studi Pada Kelurahan Rambung, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ).

3 59 97

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

1 39 127

Strategi pemberdayaan masyarakat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di kel.Semper Barat Jakarta Utara

2 18 105

Peran pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Labak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

0 3 108

Peran lembaga rumah pemberdayaan masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM) di Pamulang Permai I Tangerang Selatan

1 11 100

Kemiskinan di perkotaan : studi kasus peningkatan ekonomi masyarakat miskin kota di Bogor

2 9 108

Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

6 69 112