Penetapan Kadar Fosfor secara Spektrofotometri Sinar Tampak Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

32

4.1.5 Penetapan Kadar Kalium secara Spektrofotometri Serapan Atom

Penentuan kadar kalium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm. Konsentrasi mineral kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku mineral. Agar konsentrasi mineral kalium dalam sampel berada pada rentang kurva kalibrasi maka masing-masing sampel diencerkan terlebih dahulu dengan faktor pengenceran sebesar 250 kali. Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 53-54 dan lampiran 12 halaman 57. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran. Hasil analisis kuantitatif mineral kalium dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Hasil analisis kadar kalium pada sampel No Sampel Kadar Kalium mg100g 1 Delima Lokal dengan biji 340,8522 + 4,3405 2 Delima Lokal tanpa biji 326,5140 + 6,7380 3 Delima Impor dengan biji 233,1907 + 2,6206 4 Delima Impor tanpa biji 162,3313 + 2,1051

4.1.6 Penetapan Kadar Fosfor secara Spektrofotometri Sinar Tampak

Penetapan kadar fosfor tidak dilakukan secara spektrofotometri serapan atom walaupun panjang gelombangnya telah diketahui sebesar 214,9 nm Issac, 1990 karena fosfor mudah mengguap pada suhu tinggi. Maka fosfor dilakukan dengan menggunakan metode asam askorbat secara spektrofotometri sinar tampak, Sampel yang telah didestruksi kering berupa PO 4 3- bereaksi dengan ammonium molibdat dan kalium antimonil tartrat dalam suasana asam membentuk kompleks fosfomolibdat lalu direduksi dengan asam askorbat Universitas Sumatera Utara 33 membentuk kompleks molibdenum yang bewarna biru dan stabil selama 5 menit, diukur pada menit ke-35 pada panjang gelombang 710 nm. Alianto, et al., 2009 Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 55-56 dan lampiran 12 halaman 58. Analisis kemudian dilanjutkan dengan perhitungan statistik dengan distribusi t pada tingkat kepercayaan 99 α = 0,01. Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata kadar fosfor pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil analisis kadar fosfor pada sampel No Sampel Kadar Fosfor mg100g 1 Delima Lokal dengan biji 70,9495 + 0,1056 2 Delima Lokal tanpa biji 55,1706 + 0,0903 3 Delima Impor dengan biji 47,7219 + 0,0600 4 Delima Impor tanpa biji 27,4680 + 0,0766 Universitas Sumatera Utara 34

4.1.7 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Data yang didapat kemudian diuji kembali secara statistik untuk mengetahui beda nilai kadar rata-rata mineral antara keempat sampel. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 76-83 dan lampiran16 halaman 84-91. Hasil perhitungan uji statistik dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil uji Beda nilai rata-rata kadar kalium dan fosfor antar sampel No Sampel Mineral t hitung t tabel Hasil 1 Lokal Berbiji Kalium 7,2130 3,1693 Beda Tanpa biji Fosfor 457,3594 3,1693 Beda 2 Lokal Berbiji Kalium 83,0555 3,2498 Beda Impor Fosfor 769,3805 3,1693 Beda 3 Lokal Tanpa biji Kalium 93,7781 3,1693 Beda impor Fosfor 942,2653 3,1693 Beda 4 impor Berbiji Kalium 91,6872 3,2498 Beda Tanpa biji fosfor 839,3659 3,1693 Beda Delima lokal berbiji berbeda kadar mineralnya dibandingkan dengan delima lokal tanpa biji, dimana kadar mineral pada delima lokal berbiji lebih tinggi dibandingkan dengan delima lokal tanpa biji, sedangkan delima impor yang berbiji lebih tinggi dari pada delima impor tanpa biji dan jika dibandingkan antara delima lokal dan delima impor maka kadar mineral delima lokal yang lebih tinggi dari pada delima impor, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. perbedaan dibuktikan dengan hasil uji statistik pada Tabel 4.3 dimana kandungan kalium dan fosfor berbeda secara signifikan. Perbedaan ini dapat terjadi karena kalium pada buah delima bukan saja terdapat dalam daging buah tetapi terdapat juga pada bagian biji buah delima Marhari dan Dewi, 2014, sedangkan fosfor ditemukan relatif dalam jumlah banyak dalam buah dan biji tanaman Rosmarkam dan Yuwono, 2002, dan disebabkan juga oleh varietas tumbuhan dimana varietas Universitas Sumatera Utara 35 berpengaruh terhadap kemampuan metabolisme senyawa didalam tumbuhan yang dikendalikan oleh faktor genetik, serta variasi pada kandungan mineral dalam tanah, dan kemampuan metabolisme senyawa juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu cahaya, panas, air Surahman dan Darmajana, 2004.

4.1.8 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi