42
4.2 Profil Responden
Berdasarkan hasil tabulasi dari jumlah 30 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini didapat beberapa informasi bahwa berdasarkan jenis kelamin
sebagai perwakilan sampel dalam penelitian ini berbagi rata yakni sebesar 60 untuk pria dan 40 untuk wanita. Sedangkan untuk presentase tingkat pendidikan
yang terbanyak itu adalah responden dengan pendidikan terakhir merupakan Strata 1 S-1 sebesar 46,6 lalu diikuti responden dengan pendidikan terakhir
merupakan Sekolah Menengah Umum SMU sebesar 36.6 di lanjutkan presentase untuk responden dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
SMP yaitu sebesar 6,6 dan diurutan terakhir yaitu respon dengan tingkat pendidikan akhir D3 sebesar 3,3 . Sedangkan, responden yang paling banyak
diwawancarai yaitu responden yang berumur berkisar 31 – 40 tahun dengan presentase sebesar 63,3, diikuti dengan responden dengan umur berkisar 41-50
sebesar 16,6, kemudian responden dengan umur berkisar 20 – 30 berada diurutan ketiga dengan presentase sebesar 10 . Dan responden berusia 50
adalah sebesar 10.
43
Tabel 4.5 Karakteristik Responden
No Jenis Kelamin
Jumlah Presentase
1 Pria
18 60
2 Wanita
12 40
Tingkat Pendidikan Jumlah
Presentase
1 Tamatan SMPsederajat
2 6,6
2 Tamatan SMUsederajat
11 36,6
3 D3
1 3,3
4 Sarjana Muda
16 53,3
Usia Jumlah
Presentase
1 20 – 30 tahun
3 10
2 31 – 40 tahun
19 63,3
3 41 – 50 tahun
5 16,6
4 51 tahun
3 10
Sumber : Data Diolah
4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Daya Saing Ekonomi
Deskripsi daya saing ekonomi kota Sibolga merupakan representasi dari kinerja indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator –
indikator tersebut, maka semakin baik pula tingkat daya saing ekonomi suatu daerah. Begitu pun sebaliknya, semakin buruk kinerja indikator-indikator tersebut
maka semakin buruk pula tingkat daya saing ekonomi suatu daerah. Untukmengetahui daya saing ekonomi Kota Sibolga, maka terlebih dahulu
ditentukan faktor faktor penentu daya saing ekonomi dengan menentukan masing masing bobot dari faktor faktor tersebut. Pembobotan ini diperoleh dengan
menggunakan metode AHP Analytical Hierarchy Process dengan menggunakan bantuan software Expert Choice.
Pembobotan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor faktor yang menentukan daya saing Ekonomi Kota Sibolga tahun 2015. Bobot yang
44
lebih besar dari suatu faktor menunjukkan tingkat faktor yang lebih penting untuk prioritas peningkatan dibandingkan dengan faktor faktor lainnya dalam
menentukan tingkat daya saing ekonomi Kota Sibolga 2015. Berikut penulis lampirkan gambar hasil pembobotan faktor faktor daya saing ekonomi Kota
Sibolga pada gambar 4.1
Sumber :Data diolah
Gambar 4.1 Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kota Sibolga
Tahun 2015.
Berdasarkan hasil nilai bobot dari beberapa faktor faktor penentu daya saing Kota Sibolga 2015, diketahui bahwa bobot tertinggi yakni ada pada faktor
45
infrastruktur fisik sebesar 0,328 kemudian diikuti dengan faktor perekonomian daerah sebesar 0,268. Lalu, menyusul faktor tenaga kerja dan produktivitas
sebesar 0,2203. Sementara, faktor kelembagaan dan sosial politik berada diurutan keempat dan kelima dalam faktor penentu daya saing ekonomi kota Sibolga
dengan nilai masing masing pembobotan sebesar 0,101 dan 0,099
.
Hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa faktor faktor penentu daya saing ekonomi Kota Sibolga 2015 dipengaruhi oleh faktor infrastruktur fisik,
faktor perekonomian daerah, dan faktor tenaga kerja dan produktivitas yang mana ketiga variable ini memiliki bobot lebih besar dibanding dua variable lainnya
yakni kelembagaan dan sosial politik. Faktor infrastruktur fisik yang menjadi lebih penting menurut responden dalam penelitian ini, disebabkan infrastruktur
sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan perekonomian daerah sehingga dapat dipastikan apabila suatu kota memiliki infrastruktur yang baik maka kota tersebut
pastilah memiliki moda perekonomian yang lebih baik. Sehingga, dalam penelitian ini faktor non ekonomi yakni infrastruktur fisik merupakan variable
yang memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan daya saing ekonomi di kota Sibolga dibandingkan dua faktor ekonominya yakni
Perekonomian Daerah dan faktor tenaga kerja dan produktifitas. Berikut penulis akan menjelaskan masing masing faktor yang menjadi variable yang berpengaruh
terhadap daya saing ekonomi kota Sibolga 2015.
46
Gambar 4.2 Indikator Pembobotan Daya Saing Kota Sibolga 2015
4.3.1 Faktor Infrastruktur Fisik
Infrastruktur fisik sebagai pendukung utama dalam menggerakkan perekonomian baik secara regional maupun nasional dalam pembobotan ini
merupakan prioritas yang paling utama dalam meningkatkan daya saing ekonomi kota Sibolga dengan pembobotan sebesar 0,328. Indikasi ini, sekaligus
menguatkan sentralnya peran infrastruktur dalam kegiatan perekonomian.dimana untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan stabil tentu harus
diiringi dengan pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien. Peranan infrastruktur ini juga memiliki pengaruh positif terhadap
pertumbuhan skala usaha. Semakin besar skala usaha maka kebutuhan akan infrastruktur juga akan meningkat. Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas
tentu akan memerlukan kesadaran para pelaku usaha untuk menjaga dan melestarikan agar dapat digunakan secara berkesinambungan.
47
Hasil pembobotan terhadap dua variabel indikator infrastruktur fisik yakni ketersediaan infrastruktur dan kualitas infrastruktur. Sebagian besar responden
lebih memprioritaskan kualitas infrastruktur fisik dengan bobot nilai 0,524 atau sebesar 52 lalu diikuti dengan ketersediaan infrastruktur dengan nilai bobot
0,476 atau sebesar 48 .Hasil tersebut saya gambarkan dalam bentuk diagram dibawah.
Gambar 4.3 Faktor Infrastruktur Fisik
Indikasi ini memeperlihatkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa ketersediaan infrastruktur dikota Sibolga sudah cukup memadai hanya saja
responden lebih memprioritaskan kualitas infrastruktur yang baik untuk mendukung kelancaran kegiatan perekonomian dikota Sibolga. Diharapkan
dengan adanya infrastruktur yang berkualitas akan meningkatkan mobilitas sumber-sumber ekonomi baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
sumber daya bentukan untuk meningkatkan kinerja perekonomian daerah dikota Sibolga. Namun demikian, pembangunan infrastruktur juga penting untuk
48
meningkatkan ketersediaan infrastruktur demi terciptanya kota Sibolga dengan daya saing ekonomi yang tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju 47 terhadap
kualitas jalan di kota Sibolga yang sudah baik. Sementara, 40 menyatakan kurang setuju terhadap kualitas jalan kota Sibolga yang sudah baik. Mungkin,
yang menjadi perhatian pemerintah kota Sibolga adalah pembangunan jalan yang tidak hanya terfokus dibagian pusat kota saja. Mungkin bisa melakukan perbaikan
dikecamatan lainnya di kota Sibolga. Dari data BPS di di dapat bahwa untuk status jalan sebagai jalan Nasional pada tahun 2013 yaitu sepanjang 9.783 km dan
jalan kota sepanjang 56.040 km. Untuk kondisi fisik jalan di Kota Sibolga dapat kita lihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.6 Kondisi fisik jalan di kota Sibolga km
No Kondisi
Jalantahun Baik
Sedang Rusak
Rusak Berat
1 2009
32.239 7.907
13.086 9.855
2 2010
37.523 7.581
9.803 8.690
3 2011
39..072 8.751
8.843 7.071
4 2012
39.237 11.660
10.540 4.350
5 2013
53.153 12.910
11.210 6.550
Sumber : Data BPS Kota Sibolga
Kemudian, untuk akses dan kualitas pelabuhan laut sebanyak 73
responden menyatakan setuju dengan hal tersebut. Hanya 16,6 yang menyatakan kurang setuju dengan hal ini. Hal ini dikerenakan kondisi geografis
kota Sibolga yang berbatasan langsung dengan laut jadi pelabuhan memang menjadi salah satu infrastrukur yang cukup mendukung untuk sarana transportasi,
49
dan jika di lihat pelabuhan yang ada di Sibolga sudah cukup memadai dan kualitasnya baik. Sebagian besar responden juga setuju dengan akses dan kualitas
pelabuhan udara sudah baik dengan presentase sebesar 60, kemudian sekitar 23,33 yang menyatakan kurang setuju dan 13,3 menyatakan tidak setuju. Hal
ini dikarenakan letak pelabuhan udara sendiri sebenarnya berada di kabupaten Tapanuli Tengah jadi akses dari kota Sibolga juga cukup jauh. Untuk kualitas
saluran dan sambungan telepon yang sudah baik, sebagian responden menyatakan 80 setuju. Dan hanya sekitar 6 menyatakan kurang setuju. Hal ini dikarenakan
ada beberapa operator seluler yang memang tidak menjangkau daerah daerah tertentu dikota Sibolga.
Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar infrastruktur di kota Sibolga sudah sangat memadai, hanya saja masyarakat
Sibolga lebih mempioritaskan kualitas dari Infrastruktur tersebut.
4.3.2 Faktor Perekonomian Daerah
Tidak mudah untuk mengetahui potensi ekonomi suatu daerah. Yang dimaksud dengan potensi ekonomi daerah dalah kemampuan ekonomi yang ada di
daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong
perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan. Dalam hal ini perekonomian daerah sebagai faktor
ekonomi yang utama dalam meningkatkan daya saing ekonomi kotaSibolga. Dalam pembobotan ini perekonomian daerah merupakan prioritas kedua
setelah infrastruktur fisik dengan nilai bobot sebesar 0,268. Hal ini memang tidak
50
terlepas dari peran perekonomian daerah yang mutlak harus didukung adanya infrastruktur yang memadai. Namun demikian, kondisi perekonomian daerah
berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Dimana, kondisi perekonomian daerah yang baik akan mewujudkan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Sebab tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel per
kapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha.
Responden sebagian besar setuju untuk lebih memprioritaskan peningkatan pengolahan potensi ekonomi kota Sibolga dengan nilai bobot 0,767 atau sebesar
77 . Lalu respoden memilih struktur ekonomi dengan nilai bobot 0,233 atau sebesar 23 . Sebagaimana yang saya tampilkan dalam diagram dibawah ini.
Gambar 4.4 Faktor Perekonomian Daerah
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih sangat sedikit potensi ekonomi di kota Sibolga baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
51
sumber daya bentukan karena adanya inovasi ataupun adanya investasi dan dorongan sumber daya sosial yang dikelola dengan baik. Satu hal yang menjadi
kesulitan dalam pengembangan potensi ekonomi kota Sibolga dikarenakan luas wilayah yang sangat kecil sehingga untuk mengembangkan sektor ekonomi yang
membutuhkan lahan yang cukup luas tidak memungkinkan. Potensi - potensi yang ada Kota Sibolga antara lain sebgai berikut :
1. Pelabuhan Laut
Kota Sibolga sudah sejak lama dikenal sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor dan impor berbagai komoditas. Sejak dijadikan daerah
otonom tahun 1956, Kota Sibolga mengandalkan Pelabuhan Laut Sibolga dan potensi perairannya sebagai sumber kehidupan penduduk. Namun akhir-akhir
ini kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Sibolga seakan tenggelam. Penyebabnya tak lain adalah fasilitas sandar kapal yang kurang memadai.
Mengingat bahwa pelabuhan laut Sibolga merupakan salah satu andalan maka hal yang perlu dilakukan adalah membangun fasilitas pelabuhan. Fasilitas
penting untuk menampung kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan adalah gudang barang. Adanya gudang yang cukup di pelabuhan akan sangat
menunjang kegiatan karena berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang yang akan dimuat atau setelah dibongkar. Penyimpanan barang di gudang
yang rapi akan menjamin keamanan barang tersebut selain meningkatkan volume pengiriman maupun penerimaan barang.
Didalam hal inilah pemerintah kota Sibolga harus memikirkan potensi-potensi apa yang bisa dikembangkan dari kota sibolga. Dimana
52
sangat diharapkan potensi-potensi ini bisa menjadi titik pergerakan perekonomian kota Sibolga yang baru. Misalnya di sektor pariwisata laut,
budidaya ikan, atau yang lain baik dari segi pelestarian alam sekitar maupun segi promosi yang dilakukan pemerintah kota Sibolga.
2. Sumber Daya Perikanan Laut
Komoditi andalan yang menjadi primadana di Kota Sibolga adalah produksi perikanan laut yang cukup berlimpah. Tepatnya produksi ikan yang
didaratkan di wilayah ini. Nelayan umumnya menangkap ikan di perairan Teluk Tapian Nauli, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Nias, Aceh Selatan,
bahkan sampai perairan Sumatera Barat dan Bengkulu. Penangkapan ikan merupakan penyumbang utama bagi kegiatan perekonomian Kota Sibolga.
3. Pariwisata
Letak Kota Sibolga yang sepi di tepi pantai merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki. Keindahan alam tepi pantai, dengan pesona deretan
pulau-pulau yang ada menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan. Dengan keindahan alam tepi pantai ini, Kota Sibolga sangat berpotensi untuk
mengembangkan paket wisata bahari. Pulau-pulau yang berpotensi mengembangkan wisata bahari adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan
Ketek, Pulau Panjang dan Pulau Sarudik. Selain wisata bahari, keindahan alam Kota Sibolga juga cocok untuk dikembangkan menjadi wisata alam bagi
yang menyukai petualangan. Lokasi wisata yang menjadi tujuan para wisatawan adalah Torsimarbarimbing, Puncak Gunung Santeong dan Puncak
Pemancar TVRI. Potensi wisata lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
53
wisata sejarah dan budaya. Kota Sibolga banyak meninggalkan catatan sejarah masa lampau yang penuh romantika perjuangan. Dan sejumlah
peninggalan sejarah masa lalu, yang paling banyak adalah peninggalan masa penjajahan Jepang berupa benteng dan gua-gua buatan. Objek wisata
peninggalan sejarah diantaranya adalah Gua Sikaje-Kaje, Gua Tangga Seratus, Benteng Sihopo-hopo, Benteng di Simaremare, Benteng di Bukit
Ketapang dan Pulau Poncan Gadang yang menjadi basis tentara Jepang. Berdasarkan uraian tentang petensi unggulan yang ada di Kota Sibolga
maka dapat diidentifikasi beberapa bidang usaha unggulan yang layak untuk dikembangkan yaitu :
a. Fasilitas pergudangan pelabuhan
b. Pabrik es untuk pengawetan ikan
c. Pabrik pengolahan tepung ikan
d. Wisata bahari
e. Kawasan pusat bisnis Central Business DistrictCBD
Namun walaupun potensi Sibolga ada banyak persepsi masyarakat kota Sibolga juga menunjukkan bahwa perekonomian kota sibolga semakin menurun,
sebanyak 43 responden menyatakan kurang setuju terhadap peningkatan daya beli masyarakat meningkat, bahkan 6.67 menyatakan tidak setuju dan yang
menyatakan setuju bahwa daya beli masyarakatsemakin meningkat sekitar 40. Indikasi ini menunjukkan bahwa tingkat daya beli masyarakat kota Sibolga
semakin menurun.
54
Sebanyak 36 responden kurang setuju dengan perkembangan kondisi ekonomi yang semakin baik. Bahkan, 16,6 diantaranya menjawab tidak setuju,
dan sekitar 40 yang menjawab setuju. Kondisi didukung oleh pendapatan masyarakat yang cenderung menurun, terkhusus dalam melonjaknya nilai dolar
akhir-akhir ini. Indikasi ini berbanding lurus dengan kondisi harga-harga barang dan jasa
relatif stabil dan terjangkau. Karena dalam hal ini, sebagian besar responden menyatakan kurang setuju yakni sebesar 43 bahkan 13,3 diantaranya
menyatakan tidak setuju. Hanya sekitar 36,6 yang menyatakan setuju. Untuk kondisi ini mungkin secara nasional juga sangat sulit terjadi. Mengingat sebagian
besar harga komoditi di Indonesia sangat bergantung terhadap harga minyak. Dan hingga saat ini, ketidakstabilan terhadap harga minyak masih menjadi masalah
utama harga barang dan jasa tidak pernah cenderung stabil.Berikut gambar yang menunjukkan inflasi di Kota Sibolga dari tahun 2011-2013 untuk 7 kategori.
55
Gambar 4.5 Laju Inflasi Kota Sibolga , 2011-2013
Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Sibolga menurut lapangan usahanya sektor yang cukup dominan dalam pembentukan PDRB Kota Sibolga
atas dasar harga berlaku tahun 2013 yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,72 persen, sektor Pertanian 22,30 persen, sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 16,72 persen dan sektor Jasa-Jasa 14,26 persen, sedangkan sektor- sektor perekonomian yang lain memberikan kontribusi di bawah 10 persen
terhadap total PDRB. Untuk sektor Pertambangan dan Penggalian hanya
berkontribusi sebesar 0,01 dan sektor Industri hanya sebesar 7,46 untuk lebih jelasnya dapat kita lihat seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Struktur Ekonomi Kota Sibolga
Tahun 2009-2013 Persen No
Lapangan Usaha 2009
2010 2011
2012 2013
1 Primer
23,65 23,13
23,38 22,61
22,30 2
Sekunder 9,86
9,54 8.93
8,75 8,41
3 Tersier
24,09 24,13
23,72 23,32
23,26 4
Lain-lain 42,39
43,32 38,33
39,70 40,44
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Sibolga
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa perkonomian daerah di kota Sibolga cenderung berjalan kurang baik dan lancar. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
peranan pemerintah kota untuk membantu meningkatkan perekonomian kota Sibolga dan kestabilan harga-harga barang yang sesuai dengan tingkat daya beli
masyarakat di kota Sibolga. Dari perkembangan diatas dapat dikatakan bahwa kota Sibolga sebenarnya
masih harus banyak diperlengkapi untuk meningkatkan daya saing ekonominya.
56
Dengan pengelolaan yang optimal dan konsisten serta berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat diharapkan akan tercipta kota Sibolga yang berdaya
saing tinggi.
4.3.3 Faktor Tenaga kerja dan Produktivitas
Tenaga kerja merupakan indikator yang penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Tenaga kerja dalam jumlah besar dan dengan
produktivitas yang tinggi akan meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Bisa dipastikan bahwa tanpa adanya tenaga kerja maka perekonomian suatu
daerah tidak akan berjalan dengan baik. Dalam hal ini faktor tenaga kerja dan produktivitas berada pada peringkat ketiga dengan bobot 0,203. Faktor tenaga
kerja dan produktivitas terdiri dari 3 variabel, yaitu biaya tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja.
Variabel biaya tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,24 atau 24 dari keseluruhan bobot faktor tenaga kerja dan produktivitas. Variabel ketersediaan
tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,446 atau 45. Dan variabel produktivitas tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,314 atau 31 dari keseluruhan bobot faktor
tenaga kerja dan produktivitas. Persentase bobot dari masing-masing variabel dapat dilihat pada gambar yang saya sajikan di bawah ini.
57
Gambar 4.6 Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas
Menurut tanggapan responden, variabel ketersediaan tenaga kerja dan produktivitas menjadi prioritas dalam faktor tenaga kerja dan produktivitas.
Kedua variabel tersebut dianggap sangat penting dalam menentukan daya saing ekonomi kota Sibolga dari faktor tenaga kerja dan produktivitas.
Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel tenaga kerja, 50 responden menyatakan setuju terhadap besarnya upah tenaga kerja sesuai
dengan ketentuan Upah Minimum Kota UMK. Sekitar 27 responden kurang setuju, dan 13,3 responden sangat setuju kalau besarnya upah tenaga kerja
sudah sesuai dengan ketentuan UMK. Begitu juga dengan besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat, 40 responden menyatakan
setuju bahwa besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat dan 33,3 responden menyatakan kurang setuju. Dan 16,6
58
responden juga menyatakan kurang setuju kalau besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat.
Table 4.8 Data UMP Provinsi Sumatera Utara dan UMK Kota Sibolga
tahun 2012-2016
Tahun UMP Sumatera Utara
UMK Tapanuli Utara 2012
1.035.500,00 -
2013 1.200.000,00
1.375.000 2014
1.375.000,00 1.836.700
2015 1.625.000,00
1.953.000 2016
1.811.875,00 -
Sumber : www.bkpm.go.id
Sedangkan untuk jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, 50 responden setuju terhadap pernyataan tersebut. 33,3
responden menyatakan kurang setuju, dan 10 responden juga menyatakan tidak setuju bahwa jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja.Kemudian untuk tingkat pendidikan angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, 40 responden menyatakan kurang setuju, dan 43 responden
menyatakan setuju.Jika di lihat data dari BPS tahun 2013 jumlah angkatan kerja yang menganggur ada sebanyak 3752 orang. Pada umunya tingkat pendidikanya
angkatan kerja dikota Sibolga masih rendah, dari data BPS diketahui bahwa sebanyak 41,86 merupakan lulusan SMA.
Untuk variabel produktivitas tenaga kerja, 56 responden setuju bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif tinggi. Namun, 30 responden
menyatakan kurang setuju kalau tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif tinggi. Berikut ini data produktivitas kota Sibolga dari tahun 2009-2011 :
59
Tabel 4.9 PDRB Harga Berlaku, Jumlah Tenaga Kerja, dan Produktivitas Tenaga
Kerja pada tahun 2009-2013
No Tahun
PDRB Jumlah Bekerja
Produktivitas 1
2009 1.610.343,01
50235 3.205.800.764
2 2010
1.543.780,00 35894
4.300.941.662 3
2011 1.991.634,36
- -
4 2012
2.195.298,98 31419
6.987.170.142 5
2013 2.477.473,88
33503 7.394.782.222
Sumber : Sibolga dalam angka 2014
Hasil ini menunjukkan bahwa produktivitas kota Sibolga meningkat setiap tahunnya dan juga berbanding lurus dengan data Badan Pusat Statistika kota
Sibolga tentang penurunan jumlah pengangguran yaitu sebanyak 7470 orang pada tahun 2012 menjadi 3750 orang pada tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Statistik Ketenagakerjaan Penduduk Kota Sibolga, 2013
No Kategori
Laki-laki Perempuan
Jumlah
1 Angkatan Kerja
22.107 orang 15.148 orang
37.255 orang 2
Bekerja 20.077 orang
13.426 orang 33.503 orang
3 Penganggur
2.030 orang 1.722 orang
3.752 orang 4
Bukan Angkatan Kerja 5.831 orang
13.236 orang 19.067 orang
5 Tingkat Partispasi
Angkatan Kerja TPAK
79,13 53,37
66,15
6 Tingkat Pengangguran
Terebuka TPT 9,18
11,37 10,07
Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Sibolga
Namun demikian pemerintah kota Sibolga masih perlu kerja keras untuk menangani jumlah pengangguran yang ada saat ini, agar tidak mengahambat
perekonomian kota Sibolga dan tentunya agar kesejahteraan masyarakat kota Sibolga juga meningkat. Sedangkan untuk tingkat produktivitas tenaga kerja
60
sesuai dengan besarnya upah yang ada, 50 responden menyatakan setuju dan30 responden yang menyatakan kurang setuju bahwa tingkat produktivitas
tenaga kerja sesuai dengan besarnya upah yang ada.
4.3.4 Faktor Sosial Politik
Stabilitas politikmerupakan prasyarat bagi adanya stabilitas ekonomi dan sebaliknya stabilitas ekonomi juga merupakan prasyarat bagi adanya stabilitas
politik. Ketidakstabilan politik itu biasanya tercermin pada ketidakstabilan ekonomi terutama dalam bentuk kenaikan kurs valuta asing dan turunnya nilai
rupiah, disertai dengan turunnya indeks harga saham gabungan. Kondisi sosial politik merupakan prasyarat mutlak untuk menentukan daya saing ekonomi kota
Sibolga tahun 2015. Hal ini didukung dengan beberapa variable yang berpengaruh terhadap kondisi sosial politik dikota Sibolga yakni Stabilitas Politik, Keamanan
dan Budaya. Pada kondisi sekarang, sebagian besar responden setuju bahwa keamanan
merupakan prioritas yang lebih diutamakan dengan bobot 0,406atau sebesar 40 lalu stabilitas politik dengan bobot 0,366 atau sebesar 37. Sementara, variable
Budaya mengikuti dengan bobot nilai 0,227 atau sebesar 22. Responden setuju bahwa stabilitas politik yang baik dan kondusif akan menciptakan kondisi
keamanan dan menciptakan kebudayaan yang kuat didalam masyarakat. Untuk lebih jelasnya, saya melampirkan diagram presentasi variabel sosial politik
dibawah ini.
61
Gambar 4.7 Faktor Sosial Politik
Kondisi sosial politik hendaknya didukung dengan menurunnya potensi konflik ataupun intensitas unjuk rasa yang terjadi di wilayah kota Sibolga. Hal
lain yang diperlukan adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara eksekutif dan legislatif, yang akan menciptakan kekuatan yang bersinergi untuk menekan
potensi konflik. Hal ini akan menciptakan keamanan kepada masyarakat dan memperkuat budaya-budaya yang mendukung terciptanya kondisi sosial politik
yang baik bagi perekonomian daerah di kota Sibolga. Selain itu, kondisi sosial politik yang kondusif juga menjadi salah satu
faktor oleh investor untuk melakukan penanaman modal. Dimana masuknya investasi tersebutbisa dipergunakan untuk meningkatkan ketersediaan
infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia dan juga untuk meningkatkan kinerja perekonomian. Sibolga dengan slogannya “ Negri berbilang kaum”
menunjukkan kemajemukan suku penduduknya, namun demikian hidup
62
masyarakat kota Sibolga termasuk damai dan saling menghargai. Namun demikian data dari Badan Pusat Statiska menunjukkan masih tingginya tingkat
kriminalitas dengan berbagai kasus di Kota Sibolga, berikut data yang menunjukkan tingkat kejahatan di Kota Sibolga tahun 2013.
Table 4.11 Tingkat KejahatanPelanggaran yang dilaporkan atau diselesaikan menurut
jenis kejahatanpelanggaran pada tahun 2013
No Jenis KejahatanPelanggaran
Dilaporkan Diselesaikan
1. Pembakaran
1 2.
Kebakaran 4
2 3.
Uang Palsu 1
4. Palsu Surat
1 1
5. Kejahatan Susila
11 9
6. Perjudian
29 34
7. Wanita Dibawah Umur
4 1
8. Anirat
17 10
9. Aniaya
51 36
10. Pencurian Dengan Kekerasan
3 2
11. Pencurian Dengan Pemberatan
40 20
12. Pencurian Biasa
25 4
13. Curanmor
32 13
14. Peras
9 6
15. Penghinaan
13 6
16. Penggelapan
19 3
17. Penipuan
15 9
18. Pengerusakan
9 3
19. Sajam
1 2
10. Ilegal Fishing
7 7
21. Narkoba
53 47
22. Ilegal Logging
5 5
22. BBM
10 7
23. Lain-lain Yang Tidak termasuk di data
32 13
JumlahTotal 391
241 Sumber: Polres Kota Sibolga
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, bahwa sebesar 63 responden setuju potensi konflik dikota Sibolga semakin menurun dan dapat
dideteksi. Begitupun dengan semakin berkurangnyaintensitas unjuk rasa yang ada di kota Sibolga, hal ini didukung dengan sebanyak 57 responden setuju bahkan
sebanyak 36 responden sangat setuju dengan kondisi ini.
63
Selain itu, stabilitas politik dikota Sibolga juga didukung dengan harmonisnya hubungan antara eksekutif dan lesgislatif dengan sebanyak 73
responden menyatakan setuju. Ini sesuai dengan realita sekarang, dimana sangat jarang sekali terdengar berita tentang konflik antara walikota Sibolga dengan
DPRD Sibolga. Hal ini cukup menunjang tingkat keamanan kota Sibolga dan sangat baik untuk kegiatan perekonomian. Sedangkan untuk partai politik yang
ikut berperan dalam pemerintahan menjadi anggota DPRD terdiri dari berbagi Partai Politik yaitu sebagai berikut, keanggotaan terbesar dari Partai Golkar yang
berjumlah 4 orang, PDIP, PKPB, dan Partai Demokrat masing-masing 2 orang, kemudian PPP, PAN, PKS, PBB, PDS, PPDI, PPRN, Gerindra, Partai Demokrasi
Kebangsaan masing-masing berjumlah 1 orang. Dari data tersebut dapat juga kita lihat keterlibatan Partai Politik dalam menentukan stabilitas politik kota Sibolga.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa iklim sosial politik dikota Sibolga sudah sangat baik dan mendukung untuk iklim usaha dan
kelancaran kegiatan perekonomian. Kondisi ini tentu sangat menguntungkan bagi pemerintah kota Sibolga dalam meningkatkan perekonomian daerahnya dan juga
investasi. Sehingga, diharapkan kedepannya pemerintah kota Sibolga dapat mempertahankan kondisi sosial politik yang seperti sekarang ini untuk
menciptakan kota Sibolga yang berdaya saing tinggi. Namun demikian pemerintah kota Sibolga juga masih punya tugas untuk mengarahkan masyarakat
kota Sibolga turut berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah untuk dunia usaha semakin meningkat karena dari hasil wawancara menunjukkan
bahwa 40 masyarakat kurang setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa
64
pertisipasi masryarakat dan dunia usaha dalam perumusan kebijakan pemerintahan daerah semakin meningkat.
4.3.5 Faktor Kelembagaan
Merupakan satu satunya faktor penentu daya saing ekonomi kota Sibolga yang berada dibawah kendali pemerintah kota atau disebut dengan policy
variable. Faktor kelembagaan sebenarnya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap daya saing ekonomi di Kota Sigolga. Pada tahun 2013 Kota Sibolga
secara administrasi terdiri atas 4 kecamatan dan 17 kelurahan dengan jumlah Pegawai Negri Sipil PNS adalah sebanyak 3168 orang, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 4.12 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Unit Kerja dan Golongan di
Pemerintahan Daerah di Kota Sibolga Tahun 2013
No Unit Kerja
Golongan
Jumlah
I II
III IV
1. Sekretariat Daerah Kota
1 35
63 13
112 2.
Sekreytariat DPRD 1
21 15
2 39
3. Sekretariat KUPD
4 7
11 4.
Dinas Pendidikan 278
699 574
1551 5.
Dinas Kesehatan 3
100 148
7 258
6. Dinas Pekerjaan Umum
27 37
5 69
7. Dinas Pembangunan, Kom dan Informatika
4 26
19 6
55 8.
Dinas Kebersihan,Pen.Ruang dan Pertamanan 8
35 3
46 9.
Dinas PErindagkop dan UKM 10
27 20
6 63
10. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan
8 35
7 50
11. Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah
18 34
3 55
12. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
3 21
5 29
13 Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pora
1 7
22 2
32 14
Dinas Kependudukan dan Capil 17
19 5
41 15
Inspektorat 3
22 7
32 16
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 10
14 7
31 17
Badan Kepegawaian dan Diklat 12
22 3
37 18
Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan 9
31 5
45 19
Rumah Sakit Umum Dr. F.L Tobing 3
138 118
15 274
20 Kantor Pemberdayaan Masy dan Kelurahan
7 73
140 3
223 21
Kantor kesbang Pol dan Limnas 3
10 3
1 17
22 Kantor Perpustakaan dan Arsip
1 6
5 1
13 23
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 5
25 11
1 42
65 24
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu 1
11 1
13 25
Badan Penanggulangan Bencana Daerah 5
5 1
11 26
Kecamanatan Sibolga Utara 1
6 12
1 20
JumlahTotal 40
877 1568 683
3168 Sumber : Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Sibolga
Variabel yang terdapat dalam faktor ini setelah dilakukan pembobotan dengan metode AHP Analytical Hierarchy Process menunjukkan bahwa
sebagian besar responden setuju untuk lebih memprioritaskan kepastian hukum dengan nilai bobot 0,287 atau sebesar 39 dan peraturan daerah dengan bobot
0,260 atau sebesar 26. Selanjutnya, responden memilih aparatur dengan nilai bobot 0,251 atau sebesar 25 dan pembiayaan pembangunan dengan nilai bobot
0,202 atau sebesar 20. Dibawah ini saya lampirkan diagram presentasi variabel variabel faktor kelembagaan
Gambar 4.8 Faktor kelembagaan
Hal ini mengindikasikan bahwa responden berharap adanya kepastian hukum yang kuat dan jelas terutama kepastian dalam perlindungan usaha seperti
perizinan usaha yang mudah tanpa adanya pungli, konsistensi penegakan hukum
66
terhadap perlindungan pelaku usaha, dan juga keamanan dalam melakukan kegiatan usaha. Sama halnya dengan peraturan daerah yang diharapkan lebih
mendukung dunia usaha. Kemudian dalam hal pembiayan pembangunan yang transparan seperti jumlah APBD yang sesuai dengan realisasi pembangunan di
kota Sibolga dimana dalam hal ini pemerintah kota Sibolga dituntut harus bertindak tegas terhadap kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam merealisasikan pembangunan di kota Sibolga. Untuk APBD Kota Sibolga bisa kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13 APBD Kota Sibolga, 2013 dalam jutaan rupiah
Uraian Jumlah
Pendapatan
502.695
PAD
30.587 Pajak daerah
6.113 Retribusi daerah
16.288 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
5.200 Lain-lain PAD yang sah
2.986
Dana Perimbangan
385.447 DBH
17.465 DAU
338.507 DAK
29.475
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
86.661 Hibah
Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya
5.039 Dana penyesuaian dan otonomi khusus
32.561 Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
49.061 Lain-lain
Belanja
500.467
Belanja Tidak Langsung
235.085 Belanja Pegawai
224.074 Belanja Bunga
Belanja Subsidi Belanja Hibah
3.504 Belanja Bantuan sosial
2.460 Belanja Bagi hasil kpd ProvKabKota dan Pemdes
Belanja Bantuan keuangan kpd ProvKabKota dan Pemdes 350
Belanja tidak terduga 4.698
Belanja Langsung
265.382 Belanja Pegawai
34.141 Belanja Barang dan jasa
109.465
67 Belanja Modal
121.776
Pembiayaan Netto 17.772
Penerimaan Pembiayaan 23.045
SiLPA TA sebelumnya 19.142
Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
3.902
Pengeluaran Pembiayaan 5.273
Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Investasi Daerah
3.950 Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah 205
Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
1.118 Sumber : Dirjen Pajak
Keterangan: Data per 15 Juli 2013
Untuk realisasi penerimaan pemerintah Kota Sibolga pada tahun 2013 sebesar 462,58 milyar rupiah dari yang direncankan yaitu sebesara 500 milyar
dimana dari total realisasi penerimaan tersebut sebesar 83,94 berasal dari dana perimbangan, lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 6,36 , dan PAD 9,70 .
Sedangkan realisasi pengeluaran daerah yang sebesar 450,89 milyar tersebut terbagi untuk belanja tak langsung sebesar 50,84 dan 49,16 adalah belanja
langsung. Dari hasil wawancara dengan responden, sebanyak 70 responden setuju
dengan konsistensi peraturan yang mengatur kegiatan usaha sudah berjalan baik, dan sebanyak 20 responden menyatakan kurang setuju terhadap kondisi
tersebut. Begitupun dengan penegakan hukum dalam kaitannya dengan dunia usaha, sebanyak 73 responden menyatakansetuju dan 23 responden
menyatakan kurang setuju terhadap kondisi tersebut. Indikasi ini menyatakan bahwa sebagian besar responden merasa bahwa berjalannya proses penegakan
hukum yang berkaitan dengan dunia usaha sudah berjalan dengan konsisten namun demikian masih ada yang beranggapan belum konsisten untuk ditegakkan
68
sebagimana mestinya. Sekalipun sebagian masyarakat setuju bahwa kekonsistenan peraturan daerah berjalan baik, tapi angka 20 yang tidak setuju juga tidak bida
diabaikan hal ini tetap harus menjadi bahan evaluasi pemerintah kota Sibolga untuk perbaikan kedepan. Ini juga bertujuan memberikan jaminan rasa aman dan
nyaman kepada seluruh pelaku usaha di kota Sibolga, yang pada akhirnya menciptakan iklim usaha yang baik sehingga moda perekonomian akan berjalan
lancar. Namun, kondisi ini berbanding terbalik dengan berkurangnya pungli diluar
birokrasi terhadap kegiatan usaha. Sebanyak 37 responden menyatakan kurang setuju dengan hal tersebut, bahkan 20 menyatakan tidak setuju, dan sebanyak
33 menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Pungli memang kerap menjadi salah satu hambatan bagi para pelaku usaha dalam menjalan kegiatan
usahanya, dan sepertinya hal ini masih belum mampu diselesaikan dengan baik oleh pemerintah kota Sibolga sehingga menurut sebagian besar responden hal ini
masih belum bisa ditekan intensitasnya. Kemudian hal yang tidak bisa dilepaskan juga tentu aparatur negara yang
mengerjakan tugasnya harus memiliki kinerja yang baik dan jumlah yang cukup, agar birokrasi di Kota Sibolga dapat berjalan dengan lancar. Untuk tahun 2013
ada 3168 orang aparatur negara yang berkerja di Kota Sibolga dari berbagai Instansi dan Golongan.
Kondisi diatas tentu menggambarkan bahwa kondisi kelembagaan dikota Sibolga masih perlu ditingkatkan, terutama dalam pembersian pungli di luar
birokrasi. Jika hal ini bisa berjalan dengan semestinya, sudah tentu akan
69
menciptakan kesejahteraan para pelaku usaha di kota Sibolga dan juga kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.Sebagai policy variable, faktor
kelembagaan yang kuat akan menciptakan kondisi birokrasi yang baik dan daya saing ekonomi kota Sibolga yang tinggi.
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN