18
Hasil penelitian KPPOD 2005 yang meneliti daya tarik Investasi Kabupatenkota diIndonesia dengan menggunakan variabel Kelembagaan, Sosial
Politik, Ekonomi Daerah, tenaga kerja, dan produktivitas dan variabel struktur fisik.
2.4 Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian tentang Daya Saing Daerah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Ekonomi dan Bisnis yang menjadi preferensi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Penelitian Pertama adalah Jurnal Ilmiah Keuangan dan Bisnis oleh Paidi Hidayat tahun 2012 menegenai Analisis Daya Saing Kota Medan dengan
menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process AHP menunjukkan bahwa dari hasil pembobotan tiga faktor utama penetu daya saing ekonomi kota Medan
yaitu Faktor Infrastruktur memiliki bobot tertinggi 0,252, diikuti Faktor Ekonomi Daerah 0,243, dan Faktor Sistem Keuangan 0,219. Sedangkan faktor
berikutnya adalah Faktor Kelembagaan 0,148 dan Faktor Sosial Politik 0,139. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Ira Irawati 2008 yang berfokus pada
pengukuran tingkat daya saing daerah berdasarkan variabel perekonomian daerah, variabel infrastruktur dan sumber daya alam, serta variabel sumber daya manusia
diwilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Variabel yang digunakan adalah perekonomian daerah, infrastruktur dan sumber daya alam, serta sumber daya
manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process AHP. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian iniadalah
peringkat daya saing terbaik berdasarkan variabel perekonomian daerah, infrastruktur dan sumber daya alam, serta sumber daya manusia pada
19
kabupatenkota di Sulawesi Tenggara, turut mendukung kabuptenkota tersebut untuk menjadi peringkat terbaik secara umum.
KPPOD 2005 dalam penelitian berjudul daya saing investasi kabupatenkota di Indonesia dengan menggunakan variabel kelembagaan, sosial
politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan produktivitas, serta variabel infrastruktur fisik. Secara umum kondisi ekonomi daerah perkotaan lebih baik
dibandingkan dengan daerah kabupaten. Kondisi ekonomi daerah perkotaan di tahun 2004 mengalami perbaikan, sementara untuk daerah kabupaten justru
mengalami penurunan. Mayoritas daerah kota berada diperingkat A dan B, dan tidak satupun kota yang berada pada peringkat E, sementara daerah kabupaten
lebih banyak pada peringkat D dan E. Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Mifthakul Huda 2014 yang
melakukan penelitian dengan 3 tahapan analisis yaitu : 1. Menganalisis Kemampuan Daya Saing Daerah KabupatenKota di Provinsi Jawa Timur, 2.
Melakukan Pemetaan Daya Sang Daerah, 3. Merumuskan Daya Saing Pengembangan berdasarkan Daya Saing tiap KabupatenKota di Provinsi Jawa
Timur. Pembobotan indikator input daya saing di tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot 0,272 adalah indikator Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Sedangkan untuk tingkat kepentingan paling rendah ada pada indikator Perbankan dan Lembaga Keuangan dengan bobot 0,123. Sementara
untuk pembobotan indikator output nya, indikator Produktivitas Tenaga Kerja memiliki tingkat kepentingan paling tinggi disbanding indikator PDRB per kapita
20
dan indikator Tingkat Kesempatan Kerja dengan bobot 0,456. Untuk kepentingan paling rendah ada pada indikator PDRB per kapita dengan bobot 0,228.
2.5 Kerangka Konseptual