Perubahan Fisik Gejala –gejala Menopause

Gejala-gejala yang sering dijumpai berhubungan dengan penurunan folikel ovarium dan kemudian kehilangan estrogen pascamenopause adalah sebagai berikut:

2.1.7.1 Perubahan Fisik

a. Gangguan pola haid Gangguan pola haid termasuk anovulasi dan penurunan fertilitas, penurunan keluarnya darah atau justeru hipermenore, frekuensi haid yang tidak teratur dan kemudian diakhiri dengan amenorrhea Prawirohardjo, 2011. b. Perubahan thermoregulasi Gejala-gejala vasomotor seperti hot flush dan keringat malam adalah gejala klinis yang paling umum dialami oleh sebagian besar perempuan pascamenopause, berupa dimulainya kulit kepala, leher dan dada kemerahan mendadak disertai perasaan panas yang hebat dan kadang-kadang diakhiri dengan berkeringat banyak. Lamanya bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa menit bahkan satu jam walaupun jarang. Lebih sering dan berat di malam hari atau saat stress Prawirohardjo, 2011. Studi epidemiologi menunjukkan gejala vasomotor ini dialami oleh 11-60 wanita pada tahap transisi menopause. Wanita mengalami gejala hot flush rata-rata 2 tahun sebelum siklus menstruasi terakhir FMP dan terus mengalami lebih 1 tahun setelah menopause. Hot flush terjadi akibat vasodilatasi perifer dan dapat dirasakan terutama pada wajah, leher dan dada serta jari-jari kaki dan tangan dengan peningkatan suhu kulit 10-15ºC. Patofisiologi hot flush selain vasodilatasi perifer sering dikaitkan dengan estrogen Schorge, 2008. Penelitian menunjukkan withdrawal dari estrogen atau fluktuasi tingkat estrogen saat menopause yang menyebabkan gejala hot flush. Selain itu, neurotransmitter seperti norepinefrin, serotonin serta sleep dysfunction dan fatigue juga bisa menyebabkan hot flush Schorge, 2008. Universitas Sumatera Utara c. Perubahan dermatologi Penurunan kandungan kolagen kulit, elastisitas dan ketebalan kulit yang terjadi oleh karena penuaan adalah akibat kekurangan estrogen Prawirohardjo, 2011. Menurut Guinot 2005 dalam Schorge 2008, pada transisi menopause bisa terjadi hiperpigmentasi age spots, wrinkles serta keluhan gatal. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Menurut Wines 2001 dalam Schorge 2008 kulit di bagian bawah mata menjadi menggembung seperti kantong dan lingkaran hitam di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas. d. Perubahan endometrial Perubahan mikroskopis pada endometrium dapat menggambarkan tingkat estrogen dan progesteron sistemik sehingga menunjukkan perubahan endometrial secara dramatis pada transisi menopause. Pada wanita yang anovulatori, tidak ada korpus luteum terbentuk maka tidak ada produksi progesterone. Pada fase lanjut transisi menopause, endometrium menunjukkan peningkatan estrogen akibat tidak dilawan unopposed oleh progesterone. Tetapi setelah menopause, terjadi atrofi endometrium akibat kurangnya stimulasi dari estrogen Schorge, 2008. e. Perubahan genitourinaria Uretritis dengan disuria, inkontinensa urgensi, dan meningkatnya frekuensi berkemih merupakan gejala lanjutan dari penipisan mukosa urethra dan kandung kemih.karena kehabisan estrogen, vagina kehilangan kolagen, jaringan adipose, dan kemampuan untuk mempertahankan air. Ketika dinding vagina mengerut, rugae akan mendatar dan lenyap Prawirohardjo, 2011. f. Osteoporosis Universitas Sumatera Utara Osteoporosis, masalah tulang yang paling menonjol, berkurangnya massa tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal. Dengan kata lain ia merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa dan kepadatan tulang sehingga tulang menjadi lemah. Apabila terus berlanjut, maka tulang menjadi lebih rapuh dan bahkan dengan tekanan yang ringan saja dapat menyebabkan tulang menjadi fraktur Prawirohardjo, 2011. Osteoporosis banyak terjadi pada orang lanjut usia dan paling banyak mengenai wanita menopause. Estrogen memiliki efek protektif pada tulang dengan mencegah kehilangan tulang secara keseluruhan. Jumlah wanita yang telah mengalami menopause dan kehilangan kepadatan tulang sampai 1.5 million per tahun di Amerika karena kehilangan estrogen yang terjadi pada saat menopause Schorge, 2008. g. Peningkatan berat badan Perubahan hormone setelah menopause memberikan dampak di kemudian hari pada wanita saat pascamenopause Spencer dan Brown, 2006. Wanita dalam masa transisi pascamenopause sering melaporkan mengalami kenaikan berat badan yang cepat dibandingkan sebelum menopause Schorge, 2008. Kenaikan berat badan sepanjang periode ini berkaitan dengan distribusi lemak pada bagian abdomen yang menyebabkan obesity sentral Dallman, 2004. Penelitian menunjukkan wanita mengalami kenaikan berat badan kira-kira 2-3 kg selama periode pascamenopause karena perubahan hormone mengakibatkan distribusi lemak tubuh lebih tinggi di bagian abdominal dibanding subkutan Lovejoy, 1998. Didapati tingkat obesitas pada wanita pasca menopause stadium lanjut lebih tinggi dibanding wanita pasca menopause stadium awal Zhang, 2013.

2.1.7.2 Perubahan Psikologis