setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang
positif. Berikut adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut para ahli
1. Zohar dan Marshall
¡
¢ ¡ ¡
£ ¡¤ ¤
¥ ¦
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita pakai untuk mengakses makna, nilai, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi
kita
§¨
20
2. Ginanjar
Ginanjar dalam Kaimuddin, mendefinisikan
¦
SQ sebagai kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta
mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif
©
.
21
Dari beberapa pendapat mengenai kecerdasan spiritual, dapat dibuat kesimpulan tentang adanya keeratan hubungan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual.
2.2.2 Komponen Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall, inilah kriteria bagi seseorang atau organisasi yang memiliki SQ tinggi
a. Kesadaran diri. Mengetahui apa yang saya yakini dan mengetahui nilai serta hak
apa yang sungguh-sungguh memotivasi saya. Kesadaran akan tujuan hidup saya yang paling dalam.
b. Terbimbing oleh visi dan nilai. Bertindak berdasarkan prinsip dan keyakinan yang dalam, dan hidup sesuai dengannya.
c. Holisme kesadaran akan sistem, atau konektivitas. Kesanggupan untuk melihat
pola-pola, hubungan-hubungan, dan keterkaitan-keterkaitan yang lebih luas. d.
ª « ¬« ®¯° ±²³ ´
°µ ±¶
· ° ¸ ®¶
¹ « º ±» ±
¸ ± ²
© ±²
« ¹ ¬ ±¶ °
¼ ± ²½
±¯± ¹ ³ ³
20
Ibid, hal. 40.
21
Sitti Nurhikmah Kaimuddin, Op.Cit.,hal. 19.
e. Kemampuan untuk membingkai ulang. Berpijak pada problem atau situasi yang
ada untuk mencari gambaran lebih besar, konteks lebih luas. f.
Rendah Hati. Perasaan menjadi pemain dalam drama besar, mengetahui tempat saya yang sesungguhnya di dunia ini.
g.
¾ ¿À ¿ ÁÂÃ ÂÄ Å ¿ÆÇÇÈ É ¿ÆÊ
Ë Ì Â Ä Å ¿ÆÇ Ç
È ÉÍ
Î ÆÃÎ Á
Ï ÂÉ ¿Ð¿ Æ
È À Â À
Î ¿Ã Î Ð¿Æ Ç
É ÂÑ È Ò
ÑÂÀ ¿Ä
dibanding diri saya.
22
2.3 Persepsi Laba
Pembahasan konsep laba akuntansi ini didasarkan dari beberapa pemikiran ahli teori akuntansi seperti Tuanakota 1984, Widodo 1990, Hendriksen 1993, dan Belkaoui
2000. Keempat pemikir tentang teori akuntansi ini, memberikan kontribusi yang tidak kalah penting pada penggambarannya tentang teori akuntansi yang selama ini berkembang.
Pembahasan tentang persepsi laba akuntansi terdiri dari beberapa hal yang mencakup
Ó
1. Pembahasan tentang persepsi laba akuntansi; 2. Pembahasan tentang tiga tingkatan pada konsep laba akuntansi yaitu
tingkatan struktural sintaktis, interpretatif sematik dan perilaku; 3. Pembahasan tentang hal-hal yang harus dimasukkan dalam perhitungan
laba; dan 4. pembahasan mengenai pemakai laba.
23
Menurut Subiyantoro dan Triyuwono
Ó
Pada umumnya laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisasikan, yang dihasilkan dari
transaksi dalam satu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Ini berarti bahwa laba merupakan selisih lebih dari pendapatan
Ô
pendapatan yang diterima oleh perusahaan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
24
Menurut Fisher dalam Subiyantoro dan Triyuwono, sebagaimana disebut Belkaoui: Mendefinisikan laba sebagai serangkaian kejadian yang berhubungan dengan
kondisi berbeda dalam tiga hal. Pertama, laba adalah kepuasan batin, adalah laba yang muncul dari konsumsi sesungguhnya atas barang dan jasa yang
menghasilkan kesenangan batin dan kepuasan atas keinginan. Laba kepuasan batin merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung,
tetapi dapat diproksikan oleh laba sesungguhnya. Sementara itu pandangan kedua adalah laba sesungguhnya yaitu pernyataan atas kejadian yang
memberikan peningkatan kesenangan batin. Sedangkan laba yang ketiga
22
Danah Zohar Ian Marshall, Op.Cit.,hal. 211.
23
Sitti Nurhikmah Kaimuddin, Op.Cit.,hal.25.
24
Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono, Op.Cit.,hal.102.
adalah laba uang yang menunjukkan semua uang yang diterima dan dengan tujuan digunakan untuk konsumsi guna untuk memenuhi biaya hidup.
25
Sementara itu menurut Lindhal dalam Subiyantoro dan Triyuwono
Õ
Mengenalkan konsep laba sebagai kepentingan interest dengan merujuk pada apresiasi atas barang modal yang berlanjut sepanjang waktu. Perbedaan antara
kepentingan dan konsumsi yang diharapkan untuk periode tertentu dianggap sebagai simpanan saving.
26
Menurut Ikhsan dan Ishak
Õ
Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek, serta manusia. Pada kenyataannya, masing-masing orang
memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian sehingga berbeda satu dengan yang lainnya. Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana
seseorang memilih, berusaha, dan menginterprestasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti.
27
Menurut Leavitt dalam Rosyadi dan Albugis
Õ
Membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan,
bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan
pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
28
Menurut Robins dalam Ikhsan dan Ishak
Õ
Secara implisit persepsi suatu individu terhadap suatu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lainnya terhadap obyek yang
sama. Fenomena ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang apabila digambarkan tampak sebagai berikut:
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
25
Ibid, hal.103.
26
Ibid, hal.104.
27
Arfa Ikhsan dan Muhammad Ishak, Akuntansi Keprilakuan, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hal.
57.
28
Fadhli Albugis, Skripsi Persepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba, Sekolah
Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya, 2010, hal. 12.
Faktor pada pemersepsi :
- Sikap - Motif
- Kepentingan - Pengalaman
- Pengharapan
Sumber: Arfa Ikhsan dan Muhammad Ishak, Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat, Jakarta,
2005, hal. 58.
Berdasarkan gambar diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membentuk persepsi. Faktor
Ö
faktor tersebut dapat terletak pada pemersepsi. Ketika seseorang melihat suatu sasaran dan berusaha
menginterprestasikan apa yang dilihat, interprestasi itu dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, motif,
kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Begitu pula dengan faktor- faktor pada target yang diobservasi dapat mempengaruhi persepsi. Faktor
situasi seperti waktu, keadaan tempat, dan keadaan sosial juga mempengaruhi persepsi terhadap objekperistiwa yang akan dipersepsikan.
29
×Ø ÙÚ Û Ú Ü
ÝÞ ßàÜ áâÞâ ã
× â
Ûä â Ü
áâ Ù
Ý Þ åÚ æ
çè
:
Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses
belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap
objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku
individu terhadap objek yang ada. Dalam hal ini persepsi laba seorang mahasiswa diukur melalui hasil belajar, pengalaman, serta pengetahuan yang
didapat selama bangku perkuliahan di jurusan akuntansi.
30
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis