PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI LABA

(1)

Laporan Hasil Penelitian

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI LABA (STUDI KASUS PADA MAHASISWA AKUNTANSI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN)

Peneliti:

Audrey Margareth Siahaan, SE, MSi, Akt Danri Toni Siboro, SE, MSi, Akt

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN 2014


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAK ... BAB I : PENDAHULUAN 1.1...Latar Belakang ... 1

1.2...Rumusan Masalah ... 5

1.3...Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

... 3

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1...Kecerdasan Emosional 2.1.1...Pengertian Kecerdasan Emosional ... 8

2.1.2...Komponen Kecerdasan Emosional... 10

2.1.3...Meningkatkan dan Mengembangkan Kecerdasan Emosional ... 12


(3)

2.2...Kecerdasan Spiritual

2.2.1...Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 13 2.2.2...Komponen

Kecerdasan Spiritual ... 14

2.3...Persepsi Laba ... 15

2.4...Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4.1...Penelitian Terdahulu ... 19

2.4.2...Pengembangan Hipotesis

2.4.2.1...Kecerdasan Emosional dan Persepsi Laba ... 20 2.4.2.2...Kecerdasan

Spiritual dan Persepsi Laba ... 21 2.4.2.3...Kecerdasan

Emosional, Kecerdasan Spiritual dan

Persepsi Laba ... 22 BAB III : METODE PENELITIAN

3.1...Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


(4)

3.1.2 Definisi Operasional ... 25

3.2...Populasi dan Sampel 3.2.1...Populasi ...26

3.2.2...Sampel ...27

3.3 Lokasi Penelitian ... 28

3.4 Jenis Penelitian ... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Analisis Data 3.6.1 Uji Kualitas Data 3.6.1.1 Uji Validitas ... 30

3.6.1.2 Uji Reliabilitas ... 31

3.6.2 Uji Asumsi Klasik 3.6.2.1 Uji Multikolonieritas ... 31

3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 32

3.6.2.3 Uji Normalitas ... 32

3.6.3 Uji Hipotesis ... 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran responden ... 34

4.2 Uji Kualitas Data ... 36

4.3 Statistik Deskriptif ... 40

4.4 Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Uji Multikolonieritas ... 41


(5)

4.4.3 Uji Normalitas ... 43

4.5 Uji Hipotesis 4.5.1 Uji Regresi secara Determinasi (Uji R2) ... 44

4.5.2 Uji Regresi secara Parsial (Uji statistik t) ... 45

4.5.3 Uji Regresi secara Simultan (Uji Statistik F) ... 46

4.6 Pembahasan ... 47

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN ... 52

5.2 SARAN ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ... 35

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas ... 37

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 39

Tabel 4.4 Deskripsi Variabel ... 41

Tabel 4.5 Pengujian Multikolinearitas ... 41

Tabel 4.6 Correlations ... 42

Tabel 4.7 Pengujian Normalitas ... 43

Tabel 4.8 Cooficients ... 44

Tabel 4.9 Model Summary ...44

Tabel 4.10 Cooficients ... 45


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 17 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis... 19


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis sehingga mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap persepsi laba dan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba.

Penelitian ini dilaksanakan pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas HKBP Nommensen Medan dengan metode kualitatif yaitu metode deskriptif dengan pendekatan survey. Penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan (Field Research) yaitu dengan cara kuesioner dan penelitian kepustakaan (Library and Internet Research).

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap persepsi laba. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya empati dari para responden, perbedaan perasaan dan situasi yang sedang dialami oleh responden, dan ukuran sebagian mahasiswa menganggap bahwa laba umumnya adalah rill pendapatan atau materi. Pada pengujian pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba diperoleh hasil bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba. Hal ini berarti dengan kecerdasan spiritual yang ada dalam diri mahasiswa, maka akan terbentuk kesadaran diri, rasa kepedulian dan keadilan yang tinggi. Sedangkan pada pengujian pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap persepsi laba diperoleh hasil bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap persepsi laba. Keselarasan dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil akhirnya.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi dapat dipandang dengan berbagai macam persepsi bagi setiap orang, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Ada yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni, ada yang berpendapat akuntansi sebagai bahasa bisnis, dan ada yang berpendapat akuntansi sebagai catatan historis .1 Secara sederhana, akuntansi adalah ilmu yang diperlukan perusahaan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan diukur menggunakan satuan moneter dengan istilahAccounting income (Laba Akuntansi). Laba akuntansi adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu.

Laba akuntansi cukup penting peranannya dalam praktik akuntansi, karena laba merupakan bagian dari pengakuan informasi.Sebagaimana tertuang dalam FASB Statement of Financing Accounting Concept No 1 yang menyatakan bahwa sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya

2 Oleh karena itu, seorang akuntan harus memahami definisi laba bukan hanya sekedar penjelasan melainkan mengenai cara menentukan laba yang sebenarnya.

Von Bohn Bawerk sebagai ahli ekonomi diabad 19,

1 Adanan Silaban dan Hamonangan Siallagan, Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Universitas HKBP Nommensen. Medan, 2012, hal. 2.

2Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono,Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan


(10)

Memahami laba tidak hanya sekedar kas. Bawerk sebagaimana tertuang dalam teorinya Modal dan Laba berusaha mengembangkan konsep laba nonmoneter meski pergerakan moneter mendominasi analisis saat itu.3

Sementara itu Lindhal mengenalkan : Konsep laba sebagai kepentingan (interest) dengan merujuk pada apresiasi atas barang modal yang berlanjut sepanjang waktu

4 Definisi yang berbeda dari berbagai ahli tersebut menunjukkan bahwa laba memiliki banyak arti. Perbedaan persepsi laba dapat terjadi dari sejauh mana orang tersebut memahami tentang konsep laba.

Pengertian seseorang mengenai persepsi laba tidak terlepas dari hakikat manusia utuh, artinya tidak hanya dari tingkat kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga dari tingkat kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) agar dapat menghasilkan perubahan, pengetahuan dan persepsi yang lebih baik.

Ilmuwan-ilmuwan pada tahun 1990-an mengeksplorasi IQ sebagai metode cepat untuk memisahkan pelaku yang memiliki kualitas rata-rata dengan pelaku yang istimewa. Mereka segera menyadari keterbatasan pendekatan tersebut. Ada banyak orang yang demikian cerdas (memiliki kemampuan luar biasa dalam membaca, menulis, dan ilmu hitung) namun dibatasi oleh kemampuan mereka dalam mengelola perilaku dan hubungan sosial mereka.5

Oleh karena itu, IQ saja tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Terdapat jenis kecerdasan lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan seeorang, yaitu kecerdasan emosional (EQ).

Menurut Goleman

Kecerdasan emosional (EQ) merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.6

3Ibid, hal. 103. 4Ibid, hal. 104.

5Bradberry & Greaves, Taklukkan Emosimu!, Edisi Baru, Cetakan Pertama

Garailmu, Yogyakarta, 2009, hal. 54.

6Daniel Goleman,Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 512.


(11)

Selanjutnya Goleman yang mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi EQ ke dalam lima unsur yang meliputi esadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain

7

Selain IQ dan EQ, terdapat jenis kecerdasan lain, yaitu kecerdasan spiritual (SQ) yang juga memiliki pengaruh bagi seseorang dalam membangun persepsi. Di Indonesia, kecerdasan spiritual (SQ) masih diidentikkan dengan rajin berdoa, rajin ke gereja dan semua yang berhubungan dengan beribadah. Sehingga kecerdasan spiritual masih dipahami secara keliru.

Mengutip Buzan dalam Kaimuddin, pakar mengenai otak dari Amerika, DR Jalaluddin menyebutkan bahwa

Ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa memikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya) dan punyasense of humoryang baik.8

Oleh karena itu, rendahnya kecerdasan spiritual dalam diri mahasiswa dapat mengakibatkan tindakan mahasiswa yang negatif seperti seringnya tawuran, mudah putus asa, depresi, serta penggunaan obat-obatan terlarang, yang akhirnya tugas sebagai mahasiswa untuk belajar dengan baik menjadi terabaikan.

Melalui kesadaran spiritual seseorang mengakui adanya nilai-nilai yang telah terbangun dan menumbuhkan kreativitas untuk menemukan nilai-nilai baru. Seseorang tidak terikat oleh nilai-nilai tertentu, tetapi lebih berpotensi untuk menciptakan nilai-nilai baru.

Penggunaan perspektif hakikat manusia yang lebih totalitas dalam persepsi laba mempunyai makna yang lebih luas dan lebih substantif tentang laba.

9

7Ibid, hal. 39.

8Sitti Nurhikmah Kaimuddin, Skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

terhadap Persepsi Laba, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012, hal. 5. 9Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono,Op.Cit.,hal.221.


(12)

Penelitian ini ad !"# $ %# &# " !' !# (# ' )# * +& &#' , '- .! /+& +: 01engaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan sp##(+ (! &"" ! % !"%#

.23

% (+&#" &

* %# %4 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar. Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa akan laba. Hal ini disebabkan para responden kurang memiliki rasa empati, perbedaan perasaan dan situasi yang dialami responden, responden menganggap laba umumnya adalah pendapatan riil atau materi sebagai hasil akhirnya. Sedangkan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap persepsi laba. Hal ini berarti bahwa kecerdasan spiritual yang tinggi memberikan persepsi akan laba yang tidak terfokus pada orientasi materi semata, tetapi laba merupakan konsepsi utuh yang melibatkan aspek-aspek di luar nilai-nilai materialistik.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba pada mahasiswa Akuntansi Universitas HKBP Nommensen Medan, dengan latar belakang lingkungan, budaya, suku dan daerah yang berbeda dengan keadaan di Makassar.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui apakah kecerdasan emosional dan keceradasan spiritual berpengaruh terhadap persepsi laba karena tidak semua mahasiswa dapat mempersepsikan apa yang dimaksud dengan laba, karena seperti yang telah diketahui setiap orang memiki persepsi yang berbeda mengenai laba akuntansi.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut5

6PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI LABA (STUDI PADA MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS HKBP NOMME789 7:9 ;< 7=>?


(13)

Fenomena yang diangkat pada penelitian ini adalah persepsi laba. Penelitian tentang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sangat penting karena mahasiswa terkadang merasa kesulitan dalam membuat persepsi terhadap sebuah permasalahan. Hal ini disebabkan karena rendahnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh seorang mahasiswa.

Seorang mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang baik akan memiliki persepsi laba yang lebih rasional karena keteraturan mengontrol emosi dan kehidupan spiritual akan berpengaruh dalam membuat persepsi yang baik. Selain itu, menjadi bekal bagi mahasiswa menjadi lulusan yang bernuansa akuntansi kritisme.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah@ 1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap persepsi laba ?

2. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap persepsi laba?

3. Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap persepsi laba?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis sehingga mendapatkan bukti empiris mengenai@ 1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap persepsi laba

2. Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut @ 1. Bagi Peneliti


(14)

Dapat mengetahui bahwa bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan agar dapat memahami sebuah persepsi, tetapi terdapat kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dapat berpengaruh dalam sebuah persepsi laba.

2. Bagi Mahasiswa Akuntansi

Dapat memberi masukan kepada mahasiswa bahwa selain memiliki kecerdasan intelektual diharapkan agar mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk dapat membentuk sebuah persepsi yang lebih luas tentang persepsi laba. 3. Bagi Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Dapat memberikan masukan dalam menyusun dan menyempurnakan sistem perkuliahan yang diterapkan Program Studi Akuntansi dalam rangka menciptakan akuntan yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang tinggi selain memiliki kecerdasan intelektual. Sehingga, memiliki persepsi laba yang lebih luas, yang akhirnya pengetahuan ini bisa mereka terapkan di tempat mereka bekerja.

BAB II


(15)

2.1 Kecerdasan Emosional

2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Deskripsi kecerdasan emosional sudah ada sejak dikenalnya perilaku manusia. E. L. Thorndike, seorang professor di Universitas Columbia, adalah seorang pertama yang memberi nama pada skill-skill kecerdasan emosional dalam berkembang bersama orang-orang lain. Kemudian pada tahun 1980-an, sebuah model pelopor lain untuk kecerdasan emosi diajukan oleh Rouvan Bar-On, seorang psikolog Israel. Setelah itu sebuah teori yang komprehensif tentang kecerdasan emosi diajukan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog, Peter Salovey, di Yale, dan John Mayer, sekarang di University of New Hampshire. Menurut Bradberry dan GreavesA

Kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan sosial adalah empat skill yang secara bersama-sama membentuk kecerdasan emosional. Kesadaran diri dan manajemen diri adalah lebih mengenai tentang diri sendiri. Sedangkan kesadaran sosial dan menajemen hubungan sosial adalah lebih mengenai bagaimana anda berinteraksi dengan orang lain.10

Berikut adalah beberapa pendapat mengenai pengertian kecerdasan emosional dari beberapa ahliA

a...Steiner (1997)

BCD E FDGHDFI DJ K L MK FN KOP K: QKecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.11

b. Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998)

10Bradberry & Greaves,Op.Cit.,hal. 53.

11 Fientino, 2011, Pengertian Kecerdasan Emosional, (http

RSST elajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/).


(16)

Menurut Mayer UV W XV YZ[\] ^V _`V: aKecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-b cd ef ee gh ijjgij klc lemjbhkhd e gme gihgmeke gn o

12 c...Patton

(1998)

p \W qrq s tV s sZW u aKecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang

bdvm j kihw

me gme be i

lc d ehxkcycdxe fhzegn o 13

d...Bar-On (2000)

Bar-{W |\W] \ ^q s}V W ^V_` V: aKecerdasan emosi adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan kemampuan-kemapuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektifn.

14 Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri maupun orang lain, memotivasi diri sendiri serta mengelola emosi diri sendiri dan membangun hubungan dengan orang lain. 2.1.2 Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman, memperlihatkan hubungan antara kecerdasan emosi dengan dua puluh lima kecakapan emosi, yaitu~

1. Kesadaran diri

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:

a. Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya.

b. Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness), yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

12Loc. Cit. 13Loc. Cit. 14Loc. Cit.


(17)

c. Percaya diri (self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

2. Pengaturan diri

Menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum

tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Unsur -unsur pengaturan diri yaitu:

a. Kendali diri, yaitu mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak. b. Sifat dapat dipercaya, yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas.

c. Kewaspadaan, yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi. d. Adaptibilitas, yaitu keluwesan dalam menanggapi perubahan.

e. Inovasi, yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.

3. Motivasi

Hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Unsur-unsur motivasi yaitu: a. Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik

atau memenuhi standar keberhasilan.

b. Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.

c. Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

d. Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

4. Empati

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu :

a. Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka. b. Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan kebutuhan

perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain. c. Orientasi pelayanan (service orientation), yaitu mengantisipasi, mengenali, dan

berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.

d. Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

e. Kesadaran politis (political awareness), yaitu mampu membaca arus-arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.

5. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial, yaitu :


(18)

a. Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.

b. Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan. c. Manajemen konflik (conflict management), yaitu negosiasi dan pemecahan silang

pendapat.

d. Kepemimpinan (leadership), yaitu membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.

e. Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan mengelola perusahaan.

f. Membangun hubungan (building bond), yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.

g. Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.

h. Kemampuan tim (team capabilities), yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.15

2.1.3 Meningkatkan dan Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dapat dikembangkan dan ditingkatkan karena bersifat fleksibel dan mudah dipelajari. Seseorang dapat meningkatkan kecerdasan emosional dengan mempelajari kemampuan yang membentuk kecerdasan emosional. Weisinger dalam Kaimuddin, mempunyai cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional kita dengan

a. Mengembangkan kesadaran tinggi yang tinggi

Dengan kesadaran yang tinggi, kita dapat memonitor diri sendiri, mengamati tindakan dan mempengaruhinya demi kebaikan kita.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti memahaminya, lalu menggunakan pemahaman tersebut untuk menghadapi situasi secara produktif, bukannya menekan emosi dan menghilangkan informasi berharga yang disampaikan oleh emosi kepada kita. c. Memotivasi diri sendiri

Motivasi adalah pencurahan tenaga pada suatu arah tertentu untuk sebuah tujuan spesifik. Didalam konteks kecerdasan emosional, ini berarti menggunakan system emosional untuk memfasilitasi keseluruhan proses dan menjaganya tetap berlangsung.16

Anthony dalam Yuniani, menyajikan program untuk meningkatkan kecerdasan emosional menuju pintu kesuksesan dengan lima langkah berikut

15Daniel Goleman,Op.Cit.,hal. 42.


(19)

a. Awarennes (kesadaran). Menyesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan alami, meneliti bagaimana dampak kepribadian seseorang terhadap orang lain, dan menyadari emosi.

b. Restraint(pengekangan diri). Mengidentifikasi emosi negatif yang dapat merusak hubungan, serta menyiapkan tanggapan rasional yang akan mengekang emosi. c. Resilience (daya pemulihan). Belajar mengembangkan sifat optimistis, gigih,

mengenali sumber sesungguhnya dari keputusasaan, dan menerima motivator intrinsik.

d. Other (empaty)/lain-lain (empati). Perasaan dan motif yang tajam, mengembangkan radar emosional, dan belajar untuk menjadi pendengar dan pengamat yang lebih baik.

e. Working with other (building rapport) / bekerja sama dengan orang lain (membina hubungan). Berkomunikasi, menyelesaikan konflik, dan belajar menjalin hubungan dan pemimpin orang lain.17

2.2 Kecerdasan Spiritual

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Menggemparkan ! Itulah berita terbaru tentang €Temuan riset Spiritual

Intelligence (Spiritual Quotient, SQ, kecerdasan spiritual). Apa yang menggemparkan dari SQ ini adalah temuannya yang disebut-sebut sebagai the ultimate intelligence, puncak kecerdasan.

18 Luar biasa karena SQ dipandang sebagai kecerdasan yang melampaui kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).

‚Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti prinsip yang ƒ„ƒ… †‡ ˆ‰ †Š ˆ Š †Š‹ ˆ‡ ‹Œ Ž ˆ †Š ƒ„ ‘ ’ ˆ‰ˆ ƒ‘ “” †Š ˆ•‹ Ž ˆ”„ˆ Š ˆ‰Latinsapientia(Sophia dalam bahasa Yunani ) yang berarti kearifan.

19 Zohar dan Marshall dalam Kaimuddin menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada 17 Anggun Yuniani, Skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman

Akuntansi18, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010. hal. 13.

Sukidi,Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ, Cetakan kedua– Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 35.

19Danah Zohar & Ian Marshall,Spiritual Capital, Cetakan Kedua


(20)

setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

Berikut adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut para ahli — 1. Zohar dan Marshall

˜ ™š ›œ ›žŸ  ¡ œ ¢ ¡š ˜ ¡ œ£ ¡¤ ¤¥ ¦Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita pakai untuk mengakses makna, nilai, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi kita§¨

20 2. Ginanjar

Ginanjar dalam Kaimuddin, mendefinisikan ¦SQ sebagai kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif©.

21

Dari beberapa pendapat mengenai kecerdasan spiritual, dapat dibuat kesimpulan tentang adanya keeratan hubungan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

2.2.2 Komponen Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Marshall, inilah kriteria bagi seseorang atau organisasi yang memiliki SQ tinggi—

a. Kesadaran diri. Mengetahui apa yang saya yakini dan mengetahui nilai serta hak apa yang sungguh-sungguh memotivasi saya. Kesadaran akan tujuan hidup saya yang paling dalam.

b. Terbimbing oleh visi dan nilai. Bertindak berdasarkan prinsip dan keyakinan yang dalam, dan hidup sesuai dengannya.

c. Holisme (kesadaran akan sistem, atau konektivitas). Kesanggupan untuk melihat pola-pola, hubungan-hubungan, dan keterkaitan-keterkaitan yang lebih luas. d. ª « ¬« ­®¯° ±²³´°µ±¶·° ¸ ®¶¹« º ±» ±¸ ±²©­±²« ¹¬ ±¶ °¼ ±²½­±¯± ¹³ ³

20Ibid,hal. 40.


(21)

e. Kemampuan untuk membingkai ulang. Berpijak pada problem atau situasi yang ada untuk mencari gambaran lebih besar, konteks lebih luas.

f. Rendah Hati. Perasaan menjadi pemain dalam drama besar, mengetahui tempat saya yang sesungguhnya di dunia ini.

g. ¾ ¿À ¿ ÁÂà ÂÄ Å ¿ÆÇÇÈ É ¿ÆÊ Ë Ì ÂÄ Å ¿ÆÇ ÇÈÉÍ Î ÆÃÎÁ ÏÂÉ ¿Ð¿ ÆÈ À  ÀÎ ¿Ã Î Ð¿Æ Ç É ÂÑÈ Ò ÑÂÀ ¿Ä dibanding diri saya.22

2.3 Persepsi Laba

Pembahasan konsep laba akuntansi ini didasarkan dari beberapa pemikiran ahli teori akuntansi seperti Tuanakota (1984), Widodo (1990), Hendriksen (1993), dan Belkaoui (2000). Keempat pemikir tentang teori akuntansi ini, memberikan kontribusi yang tidak kalah penting pada penggambarannya tentang teori akuntansi yang selama ini berkembang.

Pembahasan tentang persepsi laba akuntansi terdiri dari beberapa hal yang mencakupÓ 1. Pembahasan tentang persepsi laba akuntansi;

2. Pembahasan tentang tiga tingkatan pada konsep laba akuntansi yaitu tingkatan struktural (sintaktis), interpretatif (sematik) dan perilaku;

3. Pembahasan tentang hal-hal yang harus dimasukkan dalam perhitungan laba; dan

4. pembahasan mengenai pemakai laba.23 Menurut Subiyantoro dan TriyuwonoÓ

Pada umumnya laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisasikan, yang dihasilkan dari transaksi dalam satu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Ini berarti bahwa laba merupakan selisih lebih dari pendapatanÔpendapatan yang diterima oleh perusahaan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.24

Menurut Fisher dalam Subiyantoro dan Triyuwono,sebagaimana disebut Belkaoui: Mendefinisikan laba sebagai serangkaian kejadian yang berhubungan dengan kondisi berbeda dalam tiga hal. Pertama, laba adalah kepuasan batin, adalah laba yang muncul dari konsumsi sesungguhnya atas barang dan jasa yang menghasilkan kesenangan batin dan kepuasan atas keinginan. Laba kepuasan batin merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat diproksikan oleh laba sesungguhnya. Sementara itu pandangan kedua adalah laba sesungguhnya yaitu pernyataan atas kejadian yang memberikan peningkatan kesenangan batin. Sedangkan laba yang ketiga

22Danah Zohar & Ian Marshall,Op.Cit.,hal. 211. 23Sitti Nurhikmah Kaimuddin, Op.Cit.,hal.25.


(22)

adalah laba uang yang menunjukkan semua uang yang diterima dan dengan tujuan digunakan untuk konsumsi guna untuk memenuhi biaya hidup.25 Sementara itu menurut Lindhal dalam Subiyantoro dan TriyuwonoÕ

Mengenalkan konsep laba sebagai kepentingan (interest) dengan merujuk pada apresiasi atas barang modal yang berlanjut sepanjang waktu. Perbedaan antara kepentingan dan konsumsi yang diharapkan untuk periode tertentu dianggap sebagai simpanan (saving).26

Menurut Ikhsan dan IshakÕ

Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek, serta manusia. Pada kenyataannya, masing-masing orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian sehingga berbeda satu dengan yang lainnya. Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana

seseorang memilih, berusaha, dan menginterprestasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti.27

Menurut Leavitt dalam Rosyadi dan AlbugisÕ

Membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang

sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.28

Menurut Robins dalam Ikhsan dan IshakÕ

Secara implisit persepsi suatu individu terhadap suatu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lainnya terhadap obyek yang sama. Fenomena ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang apabila

digambarkan tampak sebagai berikut:

Gambar 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

25Ibid, hal.103. 26Ibid,hal.104.

27Arfa Ikhsan dan Muhammad Ishak, Akuntansi Keprilakuan, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hal. 57.

28Fadhli Albugis,Skripsi Persepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba, Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya, 2010, hal. 12.

Faktor pada pemersepsi : - Sikap - Motif - Kepentingan - Pengalaman - Pengharapan


(23)

Sumber: Arfa Ikhsan dan Muhammad Ishak, Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hal. 58.

Berdasarkan gambar diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membentuk persepsi. Faktor Ö faktor tersebut dapat terletak pada pemersepsi. Ketika seseorang melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang dilihat, interprestasi itu dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Begitu pula dengan faktor-faktor pada target yang diobservasi dapat mempengaruhi persepsi. Faktor situasi seperti waktu, keadaan tempat, dan keadaan sosial juga mempengaruhi persepsi terhadap objek/peristiwa yang akan dipersepsikan.29

×Ø ÙÚ ÛÚ ÜÝÞ ßàÜáâÞâ ã×âÛäâ ÜáâÙÝÞ åÚ æçè:

Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Dalam hal ini persepsi laba seorang mahasiswa diukur melalui hasil belajar, pengalaman, serta pengetahuan yang didapat selama bangku perkuliahan di jurusan akuntansi.30

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

29Arfa Ikhsan dan Muhammad Ishak, Op.Cit.,hal. 58. 30Fadhli Albugis,Op.Cit.,hal. 13.

Faktor dalam situasi: -Waktu

-Keadaan/tempat -Keadaan sosial

Persepsi

Faktor pada Target: - Hal Baru

- Gerakan - Bunyi - Ukuran

- Latar Belakang - Kedekatan


(24)

Kerangka pemikiran teroritis dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba yang dapat digambarkan sebagai berikut é

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4.1. Penelitian Terdahulu

Subiyantoro dan Triyuwono, melakukan penelitian tentang penafsiran laba yang dituangkan dalam bukué

êLaba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan pendekatan

ë ì íîì ïðñò ñóôõ öëìíî ìïðñò ñ óôñò ï÷ ìðøñ í ñùìíôíò ñî ìðô ú ÷ ñíóô ðöû ìðïü ñ÷îì ðýþ ùô menawarkan pemikiran baru tentang konsep laba yang didasarkan pada basis sosial yang dibangun oleh manusia yang utuh yaitu manusia yang memiliki dan menggunakan elemen intelektual, emosi, dan spiritual secara harmonis. Dalam buku ini, penulis memberi kesimpulan bahwa manusia yang memiliki

keselarasan dalam kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi sebuah laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil

Kecerdasan Emosional

Persepsi Laba


(25)

akhirnya. Oleh karena itu, kecerdasan emosional dan spiritual memiliki pengaruh dalam menafsirkan laba.31

Albugis, juga melakukan penelitian persepsi pedagang arab di Surabaya terhadap persepsi laba.

Hasil penelitian tersebut bahwa laba tidak selalu identik dengan uang, namun memilki sisi spiritualitas. Pemicu persepsi pedagang arab dalam membentuk konsep laba adalah motivasi agama sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah mencari keridhoan-Nya dengan mematuhi perintah-Nya dalam melakukan usaha tersebut.32

Oleh karena itu, kecerdasan spiritual memiliki pengaruh terhadap persepsi laba.

2.4.2 Pengembangan Hipotesis

2.4.2.1 Kecerdasan Emosional dan Persepsi laba

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri maupun orang lain, memotivasi diri sendiri serta mengelola emosi diri sendiri dan

membangun hubungan dengan orang lain. Kemampuan emosional yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri, berempati, dan membangun hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan berhasil dalam kehidupan, memiliki motivasi dalam hidup, selalu mementingkan kepentingan orang lain dari kepentingan pribadinya, serta selalu berpikir jernih dalam bertindak dan berpendapat.

Menurut Yustisiaÿ

Seorang individu cenderung untuk menggunakan emosi ketika menilai suatu hal. Dalam menilai laba akuntansi, individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi akan cenderung menggunakan empati dan pengendalian dirinya. Laba akuntansi timbul dari usaha-usaha yang dilakukan oleh

karyawan. Dengan menggunakan kecerdasan emosinya, individu akan

31 Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono, Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba

dengan Pendekatan Hermeneutika32 , Bayumedia, Malang, 2004.

Fadli Albugis, SkripsiPersepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba, Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya, 2010.


(26)

menganggap bahwa laba akuntansi tidak seharusnya dinikmati oleh pemilik saja, tetapi juga harus dapat dinikmati oleh karyawan. Karena pada dasarnya, yang melakukan aktivitas riil untuk mendapatkan laba adalah karyawan.33 Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap persepsi laba.

Maka dari uraian diatas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut

H1: Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba.

2.4.2.2 Kecerdasan Spiritual dan Persepsi Laba

Zohar dan Marshall pada Darwis dalam Kaimuddin, mengemukakan bahwa

Kecerdasan spiritual (SQ) kolektif dalam masyarakat modern adalah rendah. Manusia berada dalam budaya yang secara spiritual bodoh yang ditandai dengan oleh sifat materialistis, ketergesaan, egoisme diri yang sempit, kehilangan makna dan komitmen. Namun demikian, secara individu seseorang dapat memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi atau dapat berusaha meningkatkan kecerdasan spiritualnya.34

Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan memotivasi mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dan terbuka, memiliki rasa ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang tinggi sehingga dapat menyadari dan menanggapi berbagai situasi yang datang, menghayati dan merespon momen dan semua yang dikandungnya, bertindak sesuai prinsip dan keyakinan yang dalam, dan hidup sesuai dengannya, melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling berhubungan, memiliki empati yang dalam, menghargai perbedaan, memahami segala sesuatu, berpijak pada problem atau situasi yang ada untuk mencari gambaran yang lebih besar,konteks lebih luas, memiliki kemauan belajar dari kesalahan, rendah hati dan memilki rasa keterpanggilan untuk melayani sesuatu yang lebih besar.

33 Satia Yustisia dan Widya Y. Prihatiningtias, Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional,

Spiritual, dan Sosial terhadap Persepsi Mahasiswa mengenai Laba Akuntansi, Malang, 2013 34Sitti Nurhikmah Kaimuddin,Op.Cit.,hal. 32.


(27)

Albugis melakukan penelitian persepsi pedagang arab di Surabaya terhadap persepsi laba.

Hasil penelitian tersebut bahwa laba tidak selalu identik dengan uang, namun memilki sisi spiritualitas. Pemicu persepsi pedagang arab dalam membentuk konsep laba adalah motivasi agama sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah mencari keridhoan-Nya dengan mematuhi perintah-Nya dalam melakukan usaha tersebut.35

Oleh karena itu, disini dapat dilihat bahwa kecerdasan spiritual memiliki pengaruh terhadap persepsi laba.

Kaimuddin juga melakukan penelitian pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba. Hasil dari penelitian ini adalah ecerdasan emosional tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi laba, sementara kecerdasan

36

Maka dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut

H2: Kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba.

2.4.2.3 Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Persepsi Laba

Subiyantoro dan Triyuwono, melakukan penelitian tentang penafsiran laba yang dituangkan dalam buku

Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan pendekatan

yang memiliki keselarasan dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi sebuah laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil akhirnya.37

35 Fadli Albugis, SkripsiPersepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba, Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya, 2010.

36Sitti Nurhikmah Kaimuddin,Skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

terhadap Persepsi Laba, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012.

37 Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono, Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba


(28)

Oleh karena itu, kecerdasan emosional dan spiritual memiliki pengaruh dalam menafsirkan laba, sehingga laba tidak hanya dipersepsikan sebagai kekayaan materi perusahaan saja, tetapi juga berdasarkan aspek kemanusiaan.

Maka dari uraian di atas dapat di tarik sebuah hipotesis sebagai berikut

H3 : Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.


(29)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat).38

Sedangkan

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel respons, output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.39

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah a. Kecerdasan emosional (EQ) yang terdiri dari

1. Kesadaran diri 2. Pengaturan diri 3. Motivasi 4. Empati

5. Keterampilan sosial

b. Kecerdasan spritual (SQ) yang terdiri dari 1. Pengenalan diri

2. Terbimbing oleh visi dan nilai 3. Holisme

4. Kepedulian

5. Kemampuan untuk membingkai ulang 6. Rendah hati

7. Rasa keterpanggilan

Sedangkan untuk variabel dependennya yang berdasarkan landasan teori dan perumusan masalah adalah persepsi laba.

38Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, Cetakan Kelima

Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 2. 39Loc. Cit.


(30)

3.1.2 Definisi Operasional

Terdapat dua variabel independen yang masing-masing definisinya sebagai berikut 1. Kecerdasan emosional (X1)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri maupun orang lain, memotivasi diri sendiri serta mengelola emosi diri sendiri dan membangun hubungan dengan orang lain. Komponen-komponen kecerdasan emosional adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

2. Kecerdasan spiritual (X2)

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menempatkan perilaku hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif. Komponen-komponen kecerdasan spiritual adalah kesadaran diri, holisme, terbimbing oleh visi dan nilai, kepedulian, kemampuan untuk membingkai-ulang, rendah hati, dan rasa keterpanggilan.

Berdasarkan definisi dan komponen-komponen dari masing-masing variabel diatas maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Sedangkan variabel dependennya adalah persepsi laba yang mencakup

1. Pembahasan tentang persepsi laba akuntansi

2. Pembahasan tentang tiga tingkatan pada konsep laba akuntansi yaitu tingkatan struktural (sintaksis), interpretatif (sematik),dan perilaku.

3. Pembahasan tentang hal-hal yang harus dimasukkan dalam perhitungan laba. 4. Pembahasan mengenai pemakai laba.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi


(31)

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas ekonomi program studi akuntansi di Universitas HKBP Nommensen yang telah menyelesaikan 120 sks atau lebih dan telah mengikuti mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Berdasarkan data jumlah mahasiswa aktif pada program studi akuntansi yang telah menyelesaikan 120 sks atau lebih dan telah mengikuti mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi berjumlah 137 orang.

3.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengannonprobability sampling, dengan teknikpurposive sampling. Syaratpurposive samplingdalam penelitian ini adalah

a. Mahasiswa fakultas ekonomi program studi akuntansi di Universitas HKBP Nommensen yang telah menyelesaikan 120 sks atau lebih. Hal ini karena mahasiswa yang telah memperoleh 120 Sks dianggap sebagai mahasiswa tingkat akhir yang akan lulus dan memasuki dunia lapangan kerja.

b. Telah mengikuti mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Karena mahasiswa tersebut dianggap telah memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ).

Untuk menentukan besarnya sampel, penulis menggunakan rumus Slovin. Dengan rumus sebagai berikut

40


(32)

n = 103 orang dimana

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolerir.

3.3 Lokasi Penelitian

Dalam rangka mendapatkan data dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis berencana melakukan penelitian di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas HKBP Nommensen Medan.

3.4 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu metode deskriptif dengan pendekatan survey. Menurut Gay dalam Umar:

Metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya proses riset. Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas dari metode yang lain. Dapat memberikan informasi yang mutakhir, sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai macam masalah.41

Pendekatan survey menurut Subianto dalam Kaimuddin adalah

Suatu teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Apabila teknik survey yang digunakan, maka reponden didatangi para pencacah guna menanyakan informasi yang diminta serta dicatat dalam daftar kuesioner yang telah disiapkan.42

41Husein Umar,Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua, Jakarta, 2009, hal. 22.


(33)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah !

1. Penelitian Lapangan (Field Research). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara kuesioner yang telah digunakan oleh Sitti Nurhikmah Kaimuddin pada tahun 2012. Kuesioner dibagikan secara langsung oleh penulis kepada mahasiswa program studi akuntansi yang telah memenuhi syarat minimal 120 sks atau lebih dan telah mengikuti mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

2. Penelitian Kepustakaan(Library and Internet Research). Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder dengan cara membaca literatur-literatur dari perpustakaan, membaca kembali bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan massalah yang diteliti, serta internet research. Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan, mendukung, serta menganalisis data.

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer yaitu SPSS (Statistical Packages For Social Science). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu Kecerdasan Emosional (X1) dan kecerdasan Spiritual (X2) terhadap variabel dependen yaitu Persepsi Laba (Y). Persamaan yang diperoleh dalam analisis data tersebut adalah sebagai berikut!

Keterangan!

a = Konstanta


(34)

X1 = Kecerdasan Emosional X2 = Kecerdasan Spritual Y = Persepsi Laba

b1,b2,bn= Koefisien regresi untuk X1, X2,Xn e = error term

3.6.1 Uji Kualitas Data

Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu" validitas dan reliabilitas.

3.6.1.1 Uji Validitas

Menurut Ghozali" #Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

$%&' ( )* &+ ,- , . % , & */ %*/ $-. $-* ' &' %-0 % 1 -*/ - $-* 2(%$ %+3.

43 Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor variabel. Nilai uji validitas dilihat dari nilai Correlated Item-Total Correlation dibandingkan dengan hasil perhitungan r tabel. Jika R hitung lebih besar dari r tabel maka butir atau pertanyaan dinyatakan valid.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas Menurut Ghozali "

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.44

43Imam Ghozali,Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga

4Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. hal.45.


(35)

Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara One Shot atau pengukuran sekali saja yaitu pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. 5Untuk mengukur reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha 67 8 9 :;< =; >< ? @< ABCD @E<=< E<F? BC@<ABCG @E<HBH AB?@ E<FF@C<@I? JF A< KLMC NL<OP9 Q PR.

45

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali, tujuan asumsi klasik adalah sebagai berikutS 3.6.2.1 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. TU@C < @ K; =JVV W< FX ;H; H D@ N<E< @ ; F =;E menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan

F @C< @YZ [O\P R9 46

3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdastisitas.

Menurut Kaimuddin:

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan H BFXX; F< E< F ; G@ :NB<? H< F ]^ ? LJ _ W< @ =; H BFXEJ?BC< ^ @ F @C<@ ? B^ @D ;<C (Unstandardized residual) dengan masing-masing variabel independen. Jika

45Ibid. hal. 42. 46Ibid. hal. 92.


(36)

signifikansi korelasi kurang dari 0,05 maka pada model regresi terjadi masalah heterokedastisitas.47

3.6.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat nilai pada Kolmogrov-Smirnov. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikan lebih besar dari 0,05.

3.6.3 Uji Hipotesis Menurut Ghozali:

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

Goodness of Fit.Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien dari determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.48

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. c. Koefisien Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

47Sitti Nurhikmah Kaimuddin,OP.Cit.,hal. 41. 48Imam Ghozali,Op.Cit.,hal. 83.


(37)

Uji Statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terkait atau dependen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas HKBP Nommensen Medan. Sebanyak 103 Kuesioner telah didistribusikan pada mahasiswa Program Studi Akuntansi yang telah menyelesaikan 120 sks atau lebih. Hal ini karena mahasiswa yang telah memperoleh 120 Sks dianggap sebagai mahasiswa tingkat akhir yang akan lulus dan memasuki dunia lapangan kerja. Selain itu mahasiswa tersebut dianggap telah memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) karena telah mengikuti mata kuliah Etika bisnis dan Profesi.

Sebelum membahas lebih jauh tentang hasil penelitian ini, terlebih dahulu akan dibahas mengenai gambaran dari responden yang berisi tentang jenis kelamin, angkatan, dan total sks responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua hasil penelitian dan informasi mengenai responden diperoleh dari kuesioner yang diperoleh kembali. Distribusi hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut.


(38)

Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden

Karakteristik Kategori Jumlah %

Jenis kelamin

Laki-laki 29 28.15

Perempuan 74 71.85

Total 103 100

Angkatan

2009 10 9.71

2010 93 90.29

Total 103 100

Total Sks

120-130 96 93.21

131-140 4 3.88

> 140 3 2.91

Total 103 100

Sumber `Data diolah sendiri

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan lebih banyak daripada mahasiswa laki-laki yaitu dengan perbandingan keseluruhan sebanyak 71.85% mahasiswa perempuan dibanding dengan 28.15% mahasiswa laki-laki.

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa mahasiswa angkatan 2010 mendominasi responden penelitian sebanyak 90.29% dan diikuti oleh mahasiswa angkatan 2009 sebanyak 9.71%.

Selain itu, tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang sudah menyelesaikan 120-130 sks sebanyak 93.21%, mahasiswa yang telah menyelesaikan 131-140 sks sebanyak 3.88%, dan mahasiswa yang telah menyelesaikan diatas 140 sks sebanyak 2.91%.


(39)

4.2 Uji Kualitas Data

Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Uraian berikut adalah hasil uji kualitas data yaitu uji validitas dan reliabilitas.

4.2.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Nilai uji validitas dilihat dari nilai Correlated Item-Total Correlation dibandingkan dengan hasil perhitungan r tabel. Hasil pengujian validitas untuk masing-masing variabel diringkas pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Validitas

Variabel R r tabel Keterangan

Kecerdasan Emosional (X1)

X1.1 0,495 0,1937 Valid

X1.2 0,514 0,1937 Valid

X1.3 0,377 0,1937 Valid

X1.4 0,461 0,1937 Valid

X1.5 0,314 0,1937 Valid

X1.6 0,465 0,1937 Valid

X1.7 0,559 0,1937 Valid

X1.8 0,445 0,1937 Valid

X1.9 0,424 0,1937 Valid

X1.10 0,451 0,1937 Valid


(40)

(X2)

X2.1 0,427 0,1937 Valid

X2.2 0,469 0,1937 Valid

X2.3 0,426 0,1937 Valid

X2.4 0,559 0,1937 Valid

X2.5 0,415 0,1937 Valid

X2.6 0,417 0,1937 Valid

X2.7 0,382 0,1937 Valid

X2.8 0,510 0,1937 Valid

X2.9 0,385 0,1937 Valid

X2.10 0,470 0,1937 Valid

Persepsi Laba (Y)

Y1.1 0,382 0,1937 Valid

Y1.2 0,455 0,1937 Valid

Y1.3 0,279 0,1937 Valid

Y1.4 0,402 0,1937 Valid

Y1.5 0,397 0,1937 Valid

Y1.6 0,329 0,1937 Valid

Y1.7 0,390 0,1937 Valid

Y1.8 0,413 0,1937 Valid

SumberaData diolah sendiri

Hasil tersebut menunjukkan masing-masing item-item dari masing-masing variabel menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation yang berada diatas nilai r tabel pada signifikan 0.05 dengan uji 2 sisi dengan jumlah data (n) = 103 yaitu 0.1937. Dengan demikian, item-item pada masing-masing variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian statistik.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha


(41)

( b. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel diringkas pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Alpha Batasan Keterangan

Kecerdasan Emosional (X1)

X1.1 0,757 0,6 Reliabel

X1.2 0,755 0,6 Reliabel

X1.3 0,772 0,6 Reliabel

X1.4 0,762 0,6 Reliabel

X1.5 0,780 0,6 Reliabel

X1.6 0,761 0,6 Reliabel

X1.7 0,750 0,6 Reliabel

X1.8 0,764 0,6 Reliabel

X1.9 0,767 0,6 Reliabel

X1.10 0,763 0,6 Reliabel

Kecerdasan Spiritual (X2)

X2.1 0,763 0,6 Reliabel

X2.2 0,757 0,6 Reliabel

X2.3 0,763 0,6 Reliabel

X2.4 0,744 0,6 Reliabel

X2.5 0,766 0,6 Reliabel

X2.6 0,764 0,6 Reliabel

X2.7 0,768 0,6 Reliabel

X2.8 0,752 0,6 Reliabel

X2.9 0,767 0,6 Reliabel

X2.10 0,757 0,6 Reliabel

PERSEPSI LABA (Y)

Y1.1 0,661 0,6 Reliabel

Y1.2 0,645 0,6 Reliabel

Y1.3 0,682 0,6 Reliabel

Y1.4 0,657 0,6 Reliabel

Y1.5 0,657 0,6 Reliabel

Y1.6 0,672 0,6 Reliabel

Y1.7 0,659 0,6 Reliabel


(42)

Sumbercdata diolah sendiri

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa item-item dari masing-masing variabel menunjukkan nilai e f ghij klm n o pqlj yang berada diatas 0,6. Dengan demikian, item-item tersebut adalah reliabel dan layak digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian statistik. 4.3 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll. Dalam pembahasan ini dilakukan dengan alat analisis deskriptif dengan memberikan gambaran data tentang jumlah data, minimum, mean, dan standar deviasi.

Tabel 4.4 Deskripsi Variabel

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Kecerdasan

Emosional 103 27 50 40,70 4,394

Kecerdasan Spiritual 103 24 50 40,12 4,473

Persepsi Laba 103 24 40 33,46 3,567

Valid N (listwise) 103 SumbercData diolah sendiri

4.4 Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik harus bebas dari masalah asumsi klasik. Uraian berikut membahas mengenai uji asumsi klasik pada regresi berganda diantaranyar


(43)

Model regresi bebas dari multikolonieritas jika mempunyai nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Pengujian Multikolinieritas

Variabel ToleranceCollinearity StatisticsVIF

Kecerdasan Emosional 0,436 2,294

Kecerdasan Spiritual 0,436 2,294

SumbersData diolah sendiri

Dari tabel 4.5 tersebut diperoleh bahwa semua variabel independen memiliki nilai

Tolerance lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,436 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 2,294. Dengan demikian pada model regresi tidak ditemukan masalah multikolinieritas.

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan ujiSpearmants

rho. Model regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas jika signifikansi korelasi lebih dari 0,05.

Tabel 4.6 Correlations

ABS_RES X1 X2

Spearman's rho

ABS_RES

Correlation

Coefficient 1,000 -,147 -,155

Sig. (2-tailed) . ,138 ,118

N 103 103 103

X1

Correlation

Coefficient -,147 1,000 ,717

uu

Sig. (2-tailed) ,138 . ,000

N 103 103 103

X2 CorrelationCoefficient -,155 ,717 uu

1,000


(44)

N 103 103 103 vv. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

X1. Kecerdasan Emosional X2. Kecerdasan Spiritual SumberwData diolah sendiri

Darioutput Correlationsdiatas, dapat diketahui korelasi antara kecerdasan emosional denganAbsolute Residualmenghasilkan nilai signifikan sebesar 0,138 dan diketahui korelasi antara kecerdasan spiritual dengan Absolute Residual menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,118. Karena nilai signifikan korelasi lebih dari 0,05, maka model regresi tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas.

4.4.3 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan ujiKolmogorov-Smirnov. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikan lebih besar 0,05.

Tabel 4.7 Pengujian Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 Y

N 103 103 103

Normal Parametersa,b MeanStd. 40,70 40,12 33,46

Deviation 4,394 4,473 3,567

Most Extreme Differences

Absolute ,073 ,093 ,104

Positive ,036 ,065 ,050

Negative -,073 -,093 -,104

Kolmogorov-Smirnov Z ,738 ,942 1,058

Asymp. Sig. (2-tailed) ,647 ,337 ,213

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. X1. Kecerdasan Emosional X2. Kecerdasan Spiritual Y. Persepsi Laba

SumberwData diolah sendiri

Dari hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai signifikansi untuk kecerdasan emosional sebesar 0,647, kecerdasan spiritual sebesar 0,337 dan persepsi laba


(45)

sebesar 0,213. Karena signifikansi seluruh variabel diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

4.5 Uji Hipotesis

Perhitungan regresi berganda ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. Hasil dari perhitungan regresi diperoleh sebagai berikutx

Tabel 4.8 Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients StandardizedCoefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 15,666 2,930 5,347 ,000

Kecerdasan

Emosional ,033 ,103 ,040 ,317 ,752

Kecerdasan

Spiritual ,410 ,101 ,515 4,054 ,000

a. Dependent VariableyPersepsi Laba SumberyData diolah sendiri

Persamaan regresinya sebagai berikutx Y = a + b1X1+ b2X2+e

Y = 15,666 + 0,033X1+ 0,410X2+e

Dari hasil persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa variabel independen yaitu kecerdasan emosional (X1) dan kecerdasan spiritual (X2) memiliki nilai koefisien regresi bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen tersebut berpengaruh positif terhadap persepsi laba.

4.5.1 Uji Regresi Secara Determinasi (Uji R2)

Hasil analisis determinasi dapat dilihat padaoutput Model Summarydari hasil analisis regresi linear berganda berikut.


(46)

Tabel 4.9 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error ofthe Estimate Durbin-Watson

1 ,545a ,298 ,283 3,019 2,258

a. Predictorsz(Constant), Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional b. Dependent VariablezPersepsi Laba

SumberzData diolah sendiri

Berdasarkan output yang diperoleh angka R2(RSquare) sebesar 0,298 atau (29,8%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase nilai variabel independen (kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual) terhadap nilai variabel dependen (persepsi laba) sebesar 29,8%. Hal ini berarti bahwa sebesar 29,8% variabel dependen (persepsi laba) dapat dijelaskan oleh variabel independen (kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual), sedangkan sisanya sebesar 70,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimaksukkan dalam penelitian ini.

4.5.2 Uji Regresi secara Parsial (Uji statistik t)

Hasil analisis secara parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut{ Tabel 4.10

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients StandardizedCoefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 15,666 2,930 5,347 ,000

Kecerdasan

Emosional ,033 ,103 ,040 ,317 ,752

Kecerdasan

Spiritual ,410 ,101 ,515 4,054 ,000

a. Dependent VariablezPersepsi Laba SumberzOutput SPSS 20

1. Pengujian Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Persepsi Laba

Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai t hitung kecerdasan emosional sebesar 0,317 dengan nilai signifikansi diatas 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba.


(47)

2. Pengujian Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Laba

Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai t hitung kecerdasan spiritual sebesar 4,054 dengan nilai signifikansi dibawah 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh signufikan terhadap persepsi laba.

4.5.3 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Hasil analisis simultan (F) dapat dilihat pada output Annova dari hasil regresi linear berganda berikut.

Tabel 4.11 ANOVAa

Model Sum of

Squares Df SquareMean F Sig.

1 Regression 386,060 2 193,030 21,177 ,000b

Residual 911,494 100 9,115

Total 1297,553 102

a. Dependent Variable|Persepsi Laba

b. Predictors|(Constant), Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Sumber|Data diolah sendiri

Dari hasil uji Annova atau uji F didapat nilai F sebesar 21,177 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama berpengaruh signifikansi terhadap persepsi laba.

4.6 Pembahasan

1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Persepsi Laba

Dari tabel 4.10 diperoleh hasil penelitian nilai signifikansi kecerdasan emosional }~ € €‚ƒ„…€ ~†‡ˆ‰ Š ‹Œˆ „ ˆ‹‰Ž €~~‘’ ‡ “ ‡ ””€ €‚ €”’ •’– }€— € ’‘˜— ~˜€†~ }€”


(48)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi laba. Semakin besar kecerdasan emosional yang dimiliki seeorang tidak berkaitan langsung dengan persepsi mereka terhadap laba. Hal ini berbeda dengan pernyataan Subiyantoro dan Triyuwono, melakukan penelitian tentang penafsiran laba yang dituangkan dalam buku™

šLaba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan pendekatan › œ žœ Ÿ ¡¢ ¡£¤¥ ¦ §¤¨¤ž ©Ÿ£Ÿ ¡  ¡ª « œ  Ÿ¨ ¡¬ žœ ž ©œ ¡ £ œ¬ ¡ž « Ÿ¨¤  ©¤ ­ ® ¤ ž¤ Ÿ¬ ¡¤ yang memiliki keselarasan dalam kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi sebuah laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil akhirnya.49

Hal ini disebabkan™

1. Para responden kurang memiliki rasa empati, yaitu kurang menunjukkan minat terhadap kepentingan penulis dalam tujuan penelitian. Hal ini ditunjukkan sikap sebagian responden dalam menjawab kuesioner yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner.

2. Perbedaan perasaan dan situasi yang sedang dialami oleh responden.

3. Ukuran sebagian besar mahasiswa menganggap laba umumnya adalah rill pendapatan atau materi sebagai hasil akhirnya.

H1™ Kecerdasan Emosional berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba ditolak. Karena hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba.

2. Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Laba

Dari tabel 4.10 diperoleh hasil penelitian nilai signifikansi kecerdasan spiritual

¯° ±°¯² ³ ´°± µ ¶ ·°¸ µ ´ ¹²³µ º» ¼² µ ½¾ ¿»¿¿ ¿ À ¿» ¿Á ò´ µ ĵ Űľ ÄÆ ¾··² Ä ±²¶Ç² ·°¸ ° ³ ¹² ¯²Ä spiritual berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba. Semakin tinggi kecerdasan spiritual 49Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono, Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan


(49)

yang dimiliki mahasiswa akan memberikan persepsi yang luas mengenai laba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Albugis yang melakukan penelitian dengan judul ÈÉÊ ËÌ Ê ÍÌ Î ÉÊÏÐ ÑÐ ÒÑ ÓË Ð ÔÏÎ ÕÖË Ð ÔÐ×ÐØÊ Ë Ù ÐÏÐÍ ÚÛ ÒÌ Ê ÍÜÐ ÔÐ ÝÞ ß ÐËÎ ÙÐÌ ÎàÍÊÒÊàÎØian tersebut disimpulkan bahwaá

Laba tidak selalu identik dengan uang namun memiliki sisi spritualitas. Pemicu persepsi pedagang keturunan arab dalam membentuk konsep laba adalah motivasi agama sebagai bentuk pelaksanaan perintah allah, mencari keridhaan-Nya dengan mematuhi perintah-keridhaan-Nya, dan menghidupkan sunnah Rasulullah dalam melakukan usaha tersebut.50

Selain penelitian yang dilakukan oleh Albugis, Kaimuddin juga melakukan penelitian

ÏÊÒÑÐÒ âÖÏÖ à ÈÉÊÒÑÐËÖÙ ÚÊãÊ Ë Ï ÐÌ Ð Ò ä åÛÌ ÎÛÒÐàÏ ÐÒ ÚÊãÊ Ë ÏÐÌ Ð Ò ÕÍ ÎËÎ ØÖÐ à Ø Êrhadap Persepsi LÐÔ Ð ÝÞ ÉÊÒÊàÎ Ø ÎÐ Òini menunjukkan hasil bahwaÈKecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi laba”.51 Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh mahasiswa maka akan memberikan sebuah persepsi akan laba yang tidak terfokus pada orientasi materi semata, tetapi laba merupakan konsepsi utuh yang melibatkan aspek-aspek diluar nilai-nilai materialistik.

Dengan kecerdasan spiritual yang ada dalam diri mahasiswa, maka akan terbentuk kesadaran diri, rasa kepedulian dan keadilan yang tinggi. Dengan kesadaran diri tersebut åÊÒâÐÏÎ æÐ Ò Ø Î ÒÏÐæ ÐÒ Ò×Ð ÌÊàÐåÐ ÙÎ Ï ÖÍ ÏÎÔÖåÎ ÌÊàÐà Ö È ÏÎæÛÒçÎ ËåÐÌÎæÐ ÒÝ ÏÊÒÑÐ Ò è ÖÙÐ ÒÒ×Ð sebagai bagian dari dirinya. Dan dengan memiliki rasa kepedulian dan keadilan yang tinggi, mahasiswa tersebut memahami bahwa laba tidak hanya hak pemilik modal saja, melainkan laba menjadi hak semua pihak yang berhubungan dengan perusahaaan. Sehingga, persepsi mahasiswa terhadap laba memiliki makna yang lebih luas.

50 Fadli Albugis, SkripsiPersepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba, Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya, 2010.

51Sitti Nurhikmah Kaimuddin,Skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual


(50)

H2é Kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba diterima. Karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba.

3. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Laba

Dari tabel 4.11 diperoleh hasil penelitian nilai F sebesar 21,177 dengan nilai

êë ìíë î ë ïðíêë êñ òñêð ó ôõ ôôô ö ÷ðóñ íð íëøð ë êë ìí ëî ëïðí êë øñ òë ù ïñ úëø ûðóë üõ ýð ë þ ÿ ôõ ôô ô ôõ ô ö Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa mengenai laba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Triyuwono, yang dituangkan dalam buku Laba Humanisé Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan Pendekatan Hñóñ í ÿëþ ë ïð ö ñóñïð mencoba menawarkan pemikiran baru tentang konsep laba yang didasarkan pada basis sosial yang dibangun oleh manusia utuh. Dengan demikian, penggunaan persepektif hakikat manusia yang lebih totalitas dalam menafsirkan laba memiliki makna yang lebih luas.

Pertama, laba merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang bermakna sebagai timbal balik secaara sosial, baik secara konseptual maupun dalam praktinya. Kedua, perspektif hakikat manusia dalam menafsirkan laba setidaknya menjadi bentuk reflektif dari diri kita akan tanggung jawab kemanusiaan. Ketiga, persepktif hakikat manusia dalam menafsirkan laba menjadikan laba mengandung perpaduan seimbang dari karakter manusia.

Keempat, persepektif hakikat manusia yang dipahami secara lengkap tidak saja mengakomodasi dimensi rasional, emosional tetapi juga spiritual.52

Dalam buku tersebut Subiyantoro dan Triyuwono memberi kesimpulan bahwa manusia yang memiliki keselarasan dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil akhirnya. Oleh karena itu, 52Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono,Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan


(51)

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama memiliki pengaruh dalam menafsirkan laba, sehingga laba tidak hanya dipersepsikan sebagai kekayaan materi perusahaan, tetapi berdasarkan pada aspek kemanusiaan.

H3 Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba diterima. Karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap persepsi laba,

hal ini disebabkan antara lain

a. Para responden kurang memiliki rasa empati, yaitu kurang menunjukkan minat terhadap kepentingan penulis dalam tujuan penelitian. Hal ini ditunjukkan sikap sebagian responden dalam menjawab kuesioner yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner.

b. Perbedaan perasaan dan situasi yang sedang dialami oleh responden.

c. Ukuran sebagian besar mahasiswa menganggap laba umumnya adalah rill pendapatan atau materi sebagai hasil akhirnya.

2. Pada pengujian yang menyangkut kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba diperoleh hasil bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba. Hal ini berarti dengan kecerdasan spiritual yang ada dalam diri mahasiswa, maka


(1)

H2é Kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba diterima. Karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba.

3. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Laba

Dari tabel 4.11 diperoleh hasil penelitian nilai F sebesar 21,177 dengan nilai

êë ìíë î ë ïðíêë êñ òñêð ó ôõ ôôô ö ÷ðóñ íð íëøð ë êë ìí ëî ëïðí êë øñ òë ù ïñ úëø ûðóë üõ ýð ë þ ÿ ôõ ôô ô ôõ ô ö Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa mengenai laba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Triyuwono, yang dituangkan dalam buku Laba Humanisé Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan Pendekatan Hñóñ í ÿëþ ë ïð ö ñóñïð mencoba menawarkan pemikiran baru tentang konsep laba yang didasarkan pada basis sosial yang dibangun oleh manusia utuh. Dengan demikian, penggunaan persepektif hakikat manusia yang lebih totalitas dalam menafsirkan laba memiliki makna yang lebih luas.

Pertama, laba merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang bermakna sebagai timbal balik secaara sosial, baik secara konseptual maupun dalam praktinya. Kedua, perspektif hakikat manusia dalam menafsirkan laba setidaknya menjadi bentuk reflektif dari diri kita akan tanggung jawab kemanusiaan. Ketiga, persepktif hakikat manusia dalam menafsirkan laba menjadikan laba mengandung perpaduan seimbang dari karakter manusia.

Keempat, persepektif hakikat manusia yang dipahami secara lengkap tidak saja mengakomodasi dimensi rasional, emosional tetapi juga spiritual.52

Dalam buku tersebut Subiyantoro dan Triyuwono memberi kesimpulan bahwa manusia yang memiliki keselarasan dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil akhirnya. Oleh karena itu,

52Eko B. Subiyantoro dan Iwan Triyuwono,Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan Pendekatan Hermeneutika, Bayumedia, Malang, 2004.


(2)

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama memiliki pengaruh dalam menafsirkan laba, sehingga laba tidak hanya dipersepsikan sebagai kekayaan materi perusahaan, tetapi berdasarkan pada aspek kemanusiaan.

H3 Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan dalam menguraikan persepsi laba diterima. Karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap persepsi laba,

hal ini disebabkan antara lain

a. Para responden kurang memiliki rasa empati, yaitu kurang menunjukkan minat terhadap kepentingan penulis dalam tujuan penelitian. Hal ini ditunjukkan sikap sebagian responden dalam menjawab kuesioner yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner.

b. Perbedaan perasaan dan situasi yang sedang dialami oleh responden.

c. Ukuran sebagian besar mahasiswa menganggap laba umumnya adalah rill pendapatan atau materi sebagai hasil akhirnya.

2. Pada pengujian yang menyangkut kecerdasan spiritual terhadap persepsi laba diperoleh hasil bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba. Hal ini berarti dengan kecerdasan spiritual yang ada dalam diri mahasiswa, maka


(3)

akan terbentuk kesadaran diri, rasa kepedulian dan keadilan yang tinggi. Dengan kesadaran diri tersebut menjadikan tindakannya selama hidup dibumi selalu

memiliki rasa kepedulian dan keadilan yang tinggi, mahasiswa tersebut memahami bahwa laba tidak hanya hak pemilik modal saja, melainkan laba menjadi hak semua pihak yang berhubungan dengan perusahaaan. Dengan demikian, persepsi mahasiswa terhadap laba memiliki makna yang lebih luas.

3. Pada pengujian kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap persepsi laba diperoleh hasil bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap persepsi laba. Keselarasan dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pemahaman dan makna baru tentang persepsi laba yang selama ini dipandang hanya sebagai materi sebagai hasil akhirnya. Oleh karena itu, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan memiliki pengaruh dalam menafsirkan laba, sehingga laba tidak hanya dipersepsikan sebagai kekayaan materi perusahaan, tetapi berdasarkan pada aspek kemanusiaan.

5.2 Saran

Saran saran yang dapat diberikan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian adalah sebagai berikut

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan memperluas lokasi penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar menambah variabel lainnya yang berhubungan dengan persepsi laba.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Albugis, Fadhli, 2010, Skripsi Persepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba,SurabayaSekolah Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya

Bradberry & Greaves, 2009,Taklukkan Emosimu!, Yogyakarta Garailmu.

Fientino, 2011, Pengertian Kecerdasan Emosional, http

//belajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Goleman, Daniel, 2003, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Jakarta Gramedia Pustaka Utama

Ikhsan, Arfa dan Muhammad Ishak,2005,Akuntansi Keprilakuan, Jakarta Salemba Empat Kaimuddin, Sitti Nurhikmah, 2012, Skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional dan

Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Laba (Studi pada Mahasiswa Akuntansi), MakasarUniversitas Hasanuddin

Silaban, Adanan dan Hamonangan Siallagan, 2012, Teori Akuntansi, Medan Universitas HKBP Nommensen

Subiyantoro, Eko B. dan Iwan Triyuwono, 2004: Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan Pendekatan Hermeneutika, Malang Bayumedia

Sugiyono, 2003,Statistika untuk Penelitian, Bandung Alfabeta

Suharso, Puguh, 2009Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis, Jakarta

Sukidi, 2004, Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ, Jakarta Gramedia Pustaka Utama

Umar, Husein, 2009, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta

Yuniani, Anggun, 2010, Skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Semarang Universitas Diponegoro


(6)

Yustisia, Satia dan Widya Y. Prihatiningtias, 2013, Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional, Spiritual, dan Sosial terhadap Persepsi Mahasiswa mengenai Laba Akuntansi, Malang

Zohar, D. dan Ian Marshall, 2005, Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis, Bandung Mizan


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PDAM SRAGEN Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Pada PDAM Sragen.

0 4 10

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Pada PDAM Sragen.

0 3 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, PERILAKU Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar dan Latar Belakang Pendidikan Menengah Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntans

0 3 15

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, PERILAKU Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar dan Latar Belakang Pendidikan Menengah Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntans

0 2 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 19

PENGARUH ETIKA PROFESI, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan

0 3 14

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI Catur Widatik

0 1 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

0 2 22

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI KEETISAN PRAKTIK EARNINGS MANAGEMENT - Unika Repository

0 0 16