Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi

tailed adalah 0,471 dan di atas nilai signifikan 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Tabel 4.2 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 72 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation .66282239 Most Extreme Differences Absolute .100 Positive .100 Negative -.063 Kolmogorov-Smirnov Z .846 Asymp. Sig. 2-tailed .471 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Diolah oleh penulis 2013

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Menurut Ghozali 2005:91 “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau nilai Variance Inflation Factor VIF. Batas nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Colinearity Statistic Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant - 16.555 4.631 -3.575 .001 LN_DIK .945 .186 .547 5.093 .000 .792 1.263 LN_SEH .209 .198 .114 1.057 .294 .792 1.263 a. Dependent Variable: ln KEMISKINAN Sumber: Diolah oleh penulis 2013 Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10, dan demikian juga hasil perhitungan Variance Inflation Factor VIF menunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Tabel 4.4 Covariance Matrix Model 1 Correlations LN_DIK -.456 1.000 LN_SEH 1.000 -.456 Covariances LN_DIK -.017 .034 LN_SEH .039 -.017 Berdasarkan tabel 4.4 maka kita dapat melihat hasil besaran korelasi antar variabel dependen tampak bahwa hanya variabel DAK bidang pendidikan yang mempunyai korelasi cukup rendah dengan variabel DAK bidang kesehatan dengan tingkat korelasi - 0,456 atau sekitar 45,6 . Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95 , maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu time series karena “gangguan” pada seseorang individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin-Watson DW test. Berdasarkan output SPSS 19 pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai Dubrin-Watson sebesar 0,980 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi auto korelasi hal ini bersarkan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali 2006:218 dengan cara melihat besaran Dubrin-Watson D- W sebagai berikut: • angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. • angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. • angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negative. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Uji Statistik Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .608 a .369 .351 .67236 .980 a. Predictors: Constant, lnDIK, lnKES b. Dependent Variabel: lnKEMISKINAN Sumber: Diolah oleh penulis 2013

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

2 54 91

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai variabel intervening studi empiris di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

7 101 90

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

4 50 84

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

4 59 87

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Dana Alokasi Khusus - Pengaruh Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

0 0 17