PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN

TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN

2013/2014

(Skripsi)

Oleh

MEYLISA EFRILIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

MEYLISA EFRILIYANTI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD 01 Metro Pusat pada pelajaran tematik yang diketahui dari hasil observasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik dengan menerapkan team game tournament di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang terdiri dari empat tahapan pokok yang saling berkait dan berkesinambungan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 67,45 (B-) dengan kategori “cukup” berjumlah 15 orang (53,57%) dan siklus II 76,44 (B+) meningkat sebesar 8,99 dengan kategori “baik” berjumlah 24 orang (85,71%). Kemudian nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 65,86 (C) dengan kategori “cukup” berjumlah 16 orang (57,14%) dan siklus II 72,64 (B) meningkat sebesar 6,6 dengan pada kategori “baik” berjumlah 23 orang (82,14%) (A -)


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Tanjung Raya (Liwa), Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 06 Mei 1992, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Effendi, S. Pd (Alm) dan Ibu Dawati, S. Pd.

Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Tanjung Raya selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan kembali pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Liwa dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan kembali pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Liwa pada jurusan IPS dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta ucapan terimakasih serta rasa banggaku kepada:

Bapak Effendi, S. Pd (Alm) dan Ibu Dawati, S. Pd Yang senantiasa mendidikku dengan penuh kesabaran dan

perjuangan, memberikanku doa dan banyak motivasi baik dalam hidup maupun dalam menyelesaikan studiku. Serta yang senantiasa mendoakan anak-anaknya untuk menjadi seseorang yang bermanfaat untuk dirinya juga orang lain.

Adikku Dennie Aseptina dan Desva Yunika

Yang selalu mendoakan dan mendukungku agar aku menjadi seseorang yang dapat mereka banggakan

Ketiga Dosen Pembimbingku

Bapak Drs.Sarengat,M.Pd, Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, dan Bapak Dr. Darsono,M.Pd

Yang memberiku ilmu yang bermanfaat, membimbingku menyelesaikan studi ini dengan baik. Mengajarkanku betapa

menggapai sesuatu itu tidaklah mudah, butuh perjuangan dan juga kesabaran serta ketelitian. Terimakasih.

Ayu Silvia Febriani dan Habibie Syafrudin

Yang selalu memberikan motivasi untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih


(9)

MOTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

(lessing)

Hidup Bukan Hanya Tentang Perjuangan Tetapi

Juga Tentang Mimpi dan Harapan


(10)

SANWACANA

Puji Syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul penerapan team game tournament (TGT) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan banyak melakukan kesalahan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, saran, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan


(11)

program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

4. Bapak Dr. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro dan telah memberikan saran, dukungan, masukan, dan kritik dalam proses pembuatan skripsi.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu membimbing, membantu, dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Dra. Siti Rachmah S., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibu Dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

atas ilmu dan pengalaman belajar yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Staf karyawan S-1 PGSD UPP Metro yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Ibu Hj. Suyetti, S. Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian.


(12)

berjalan lancar.

12. Siswa-siswi Kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Melda Sari dan Rita Sari yang bersama-sama saling mengingatkan dan berjuang untuk menyelesaikan studi walaupun sedikit tertinggal dari teman-teman lainnya.

14. Diah Nuraini, Devi Larasati Sukoco, Faridhatul Khasanah, Fitri Andriana, Hidayatullah, Joni Saputra, Feri Kusnun Cahyo, yang banyak memberi masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 baik Kelas A maupun B, terimakasih atas bantuan dan kerjasama dari kalian semua.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi melalui skripsi ini penulis berharap agar karya ini dapat memberikan manfaat, serta dapat menginspirasi peneliti-peneliti selanjutnya untuk memperbaiki masalah-masalah yang terdapat pada pembelajaran di kelas. Terima kasih.

Metro, Oktober 2014 Peneliti

Meylisa Efriliyanti


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB IPENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA 2.1Model Cooperative Learning ... 8

2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning ... 8

2.1.2 Tujuan Cooperative Learning ... 9

2.1.3 Jenis-jenis Cooperative Learning ... 10

2.1.4 Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament ... 11

2.2Belajar ... 19

2.2.1 Pengertian Belajar ... 19

2.2.2 Pengertian Aktivitas Belajar ... 20

2.2.3 Pengertian Hasil Belajar ... 22

2.3Pembelajaran Tematik ... 24

2.3.1 Pengertian Tematik ... 24

2.3.2 Keunggulan Pembelajaran Tematik ... 24

2.3.3 Pembelajaran Tematik Integratif ... 25

2.3.4 Pendekatan Saintifik... 26

2.4 Penelitian yang Relevan ... 27

2.5 Kerangka Pikir ... 28


(14)

3.1.2 Subjek Penelitian ... 32

3.2Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 32

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.2.2 Alat Pengumpulan Data ... 33

3.3Teknik Analisis Data ... 34

3.3.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 34

3.3.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 37

3.4Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 39

3.5Indikator Keberhasilan ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1 Profil Sekolah ... 49

4.1.2 Visi dan Misi Sekolah ... 50

4.2 Prosedur penelitian ... 51

4.3 Hasil penelitian... 53

4.3.1 Siklus I ... 53

4.3.2 Siklus II ... 77

4.4 Pembahasan ... 100

4.4.1 Aktivitas belajar ... 100

4.4.2 Kinerja guru ... 102

4.4.3 Hasil belajar kognitif siswa ... 103

4.4.4 Hasil belajar afektif siswa ... 104

4.4.5 Hasil belajar psikomotor siswa ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 108


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Ketuntasan pembelajaran tematik siswa kelas IV ... 3

3.1 Kategori nilai aktivitas siswa ... 34

3.2 Kategori nilai kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nila ... 35

3.3 Kategori nilai sikap (Afektif) siswa ... 36

3.4 Kategori penilaian psikomotor siswa ... 37

3.5 Kategori hasil belajar siswa ... 38

3.6 Kriteria tingkat keberhasilan siswa ... 39

4.1 Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 53

4.2 Hasil aktivitas belajar siswa siklus I ... 64

4.3 Hasil kinerja guru siklus I ... 66

4.4 Hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 69

4.5 Hasil belajar afektif siswa siklus I ... 71

4.6 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 73

4.7 Hasil aktivitas belajar siswa siklus II ... 89

4.8 Hasil kinerja guru siklus II ... 91

4.9 Hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 94

4.10 Hasil belajar afektif siswa siklus II ... 95

4.11 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 97

4.12 Rekapitulasi nilai aktivitas siswa... 100

4.13 Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 102

4.14 Rekapitulasi nilai hasil belajar kognitif siswa ... 103

4.15 Rekapitulasi nilai hasil belaja afektif siswa... 105


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 29

3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas ... 31

4.1 Grafik nilai aktivitas siswa ... 101

4.2 Grafik nilai rata-rata kinerja guru ... 103

4.3 Grafik nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa ... 104

4.4 Grafik nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa ... 106


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 114

2. Perangkat pembelajaran siklus I-II ... 118

3. Aktivitas siswa siklus I-II ... 154

4. Kinerja guru siklus I-II ... 162

5. Hasil belajar kognitif siswa siklus I-II ... 180

6. Hasil belajar afektif siswa I-II ... 209

7. Hasil belajar psikomotor siklus I-II ... 217

8. Turnamen siklus I-II ... 223


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi oleh dunia pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan yang wajib diterima bagi setiap individu. Dengan adanya pendidikan, setiap individu dapat mengembangkan potensi, karakter, dan jenjang hidupnya menjadi lebih baik. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembalian diri, kepribadian kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan permendiknas No. 65 tahun 2013 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan..


(19)

2

Untuk mendukung tercapainya efisiensi dan efektivitas kompetensi lulusan maka harus didukung oleh kegiatan belajar mengajar yang baik. Model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat mengkondisikan siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih kondusif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru dalam pembelajaran, salah satunya yaitu model cooperative learning tipe

team game tournament (TGT). TGT merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan. Karena menurut Slavin (2005: 163) TGT adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Pada saat ini pendidikan di Indonesia menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, disajikan secara tematik di setiap kelas. Dengan pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam antar mata pelajaran. Tercapainya


(20)

pembelajaran tematik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran harus didukung oleh proses pembelajaran terstruktur yang dapat menjadi pedoman saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bulan Januari 2014, dengan wali kelas IVB SDN 1 Metro Pusat, diketahui hasil belajar siswa pada kelas IVB tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut:

Tabel 1.1. Ketuntasan Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV

Standar Nilai

Minimal Kelas Jumlah Siswa

Jumlah Siswa yang Tuntas

Jumlah Siswa yang

Belum Tuntas

≥66 (B-)

IVA 29 21 8

IVB 28 10 18

IVC 29 20 9

Dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai minimal atau berada dalam kategori baik minimal (B-), hanya 10 siswa dan sisanya sebanyak 18 siswa belum mencapai nilai minimal. Berdasarkan tabel 1 penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik di kelas IVB belum berhasil karena ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum mencapai 75%. Seperti yang dijelaskan Mulyasa (2013: 131) suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan kategori baik. Hasil belajar siswa kelas IVA, IVB, maupun IVC belum mencapai ketuntasan 75% secara klasikal, namun berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas terlihat bahwa aktivitas kelas IVB lebih rendah dibanding kelas IVA


(21)

4

dan IVC, sehingga peneliti memilih kelas IVB sebagai subjek penelitian tindakan kelas ini.

Masalah di atas juga disebabkan karena proses pembelajaran tematik yang diajarkan di Kelas IVB SDN 1 Metro Pusat diantaranya, guru belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran tematik. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran juga kurang optimal. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah saat proses belajar mengajar, guru hanya menyuruh siswa membuka buku paket Tematik Kelas IV SD, kemudian siswa disuruh mendengarkan penjelasan guru sehingga guru lebih aktif dan siswa cenderung pasif. Untuk menyiasati hal tersebut salah satu model yang dapat mengaktifkan dan dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Team Game Tournament. Model TGT menerapkan permainan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan permainan pembelajaran di kelas menjadi tidak monoton sehingga menyenangkan bagi siswa. Permainan ini dengan melakukan turnamen yang fair, karena siswa bertanding dengan teman yang memiliki kemampuan setara. Turnamen dalam TGT bukanlah sebuah bentuk persaingan, yang paling penting adalah mereka saling mendukung untuk berhasil, bukan untuk gagal.

Oleh sebab itu, peneliti ingin mencoba melakukan perbaikan pembelajaran

tematik melalui penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Team Game Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVB SDN 1 Metro Pusat Tahun


(22)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1 Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred), yang diindikasikan pada saat pembelajaran berlangsung guru cenderung menggunakan metode ceramah yang kurang menarik perhatian siswa.

1.2.2 Guru belum mampu menerapkan pembelajaran tematik yang seharusnya diterapkan pada kurikulum 2013.

1.2.3 Guru belum menggunakan variasi model dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran masih kurang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

1.2.4 Pembelajaran tematik di kelas IVB belum menggunakan model-model pembelajaran, diantaranya Team Game Tournament.

1.2.5 Guru belum dapat mengelola waktu dengan optimal terhadap pembelajaran tematik.

1.2.6 Rendahnya aktivitas belajar siswa dan kinerja guru

1.2.7 Rendahnya hasil belajar siswa pada ulangan harian semester ganjil kelas IVB SDN 1 Metro Pusat.


(23)

6

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe team game tournament dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.3.2 Apakah penerapan model cooperative learning tipe team game tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model cooperative learning tipe team game tournament.

1.4.2 Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model cooperative learning tipe team game tournament.


(24)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.5.1 Bagi Siswa

Dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran Tematik melalui penerapan Model Pembelajaran team game tournamnet.

1.5.2 Bagi Guru

Dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam pembelajaran tematik di kelasnya, serta memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team game tournament.

1.5.3 Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. 1.5.4 Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam

menerapkan Pembelajaran team game tournament pada

pembelajaran Tematik, sehingga akan tercipta guru yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan.


(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Model Cooperative Learning

2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning

Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning berasal dari kata

cooperative dan learning yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15). Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2012: 204) yang mengemukakan bahwa

cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.

Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa cooperative learning

merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Hamdani (2011: 30) dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,


(26)

setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan kemampuan berbeda, dimana masing-masing anggotanya memiliki kesempatan dan tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap kelompok itu sendiri.

2.1.2 Tujuan Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai, sama halnya dengan cooperative learning. Menurut Isjoni (2007: 6) tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Trianto (2010: 60) pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama


(27)

10

lain. Sementara itu, Johnson & Johnson (Trianto, 2010: 56) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan cooperative learning adalah setiap peserta didik dapat mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi kesamaan pemikiran dan pemahaman antara anggota satu dengan anggota yang lain di dalam satu kelompok.

2.1.3 Jenis-jenis Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang memiliki banyak tipe atau jenis dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Menurut Rusman (2012: 213-224) jenis-jenis model

cooperative learning adalah sebagai berikut: (1) student teams achievement (STAD), (2) jigsaw, (3) group investigation (GI), (4) make a match (membuat pasangan), dan (5) teams games tournaments

(TGT).

Menurut Isjoni (2007: 51) pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, diantaranya: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI),

Rotating Trio Exchange, dan Group Resume,. Sedangkan Slavin (2005: 11) dalam kooperatif terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu: Student Team


(28)

Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan

Jigsaw.

Berdasarkan jenis-jenis model cooperative learning yang telah disebutkan di atas maka penulis memilih model cooperative learning

tipe teams games tournament (TGT) yang bertujuan mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda melalui game dan tournament.

2.1.4 Cooperative Learning Tipe Team Games Tournamen

a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kerja kelompok. Kelompok yang dimaksud disini bukanlah semata-mata sekumpulan orang, namun kelompok yang berinteraksi, memiliki tujuan dan berstruktur. Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Huda (2013: 197 ) dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu


(29)

12

bersama anggota-anggotanya, barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka.

Menurut Saco (Rusman, 2012: 224), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Trianto (2010: 83 ) menambahkan bahwa pada model TGT siswa dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 3-5 orang untuk memainkan pemainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Hamdani (2011: 92) TGT terdiri atas 5 komponen utama sebagai berikut :

a) Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Biasanya, dilakukan dengan pengajaran langsung atau ceramah dan dikusi yang dilakukan guru.

b) Tim

Tim terdiri dari empat sampai lima siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, rasa atau etnik. Fungsi kelompok adalah lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.


(30)

c) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Siswa yang menjawab benar akan mendapatkan skor. d) Turnamen

Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen pertama, guru membagi siswa kedalam nenerapa meja turnamen. Siswa yang tertinggi prestasinya dikelompokan pada meja 1, sisa selanjutnya pada meja 2, dan seterusnya

e) Team Recognize (Penghargaan Kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, dan masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah. Penulis menyimpulkan TGT merupakan model pembelajaran dengan belajar tim dengan menerapkan unsur permainan turnamen untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka. Berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, pembagian tim dalam TGT berdasarkan tingkat kemampuan siswa.


(31)

14

b. Langkah – langkah Penggunaan Model Pembelajaran TGT

Menurut Slavin (2005: 149-179) langkah-langkah penggunaan model pembelajaranTGT adalah sebagai berikut:

a) Persiapan

1) Menyiapkan materi

Materi berupa materi pembelajaran, kartu soal, lembar jawaban, dan lembar rangkuman tim.

2) Menempatkan siswa ke dalam tim

Langkah-langkah membagi siswa ke dalam tim:

a) Guru menentukan jumlah tim, tiap tim terdiri dari 3-6 siswa.

b) Guru menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen.

c) Siswa dikelompokkan ke dalam tim, seimbangkan tim dengan akademik kinerjanya (anggota dalam setiap tim memiliki kemampuan akademik yang berbeda).

3) Menetapkan siswa ke dalam meja turnamen

Buatlah lembar penempatan meja turnamen. Kemudian tuliskan nama siswa dari atas kebawah sesuai urutan kinerja siswa sebelumnya atau peringkat siswa. Tempatkan siswa pada meja turnamen sesuai dengan peringkatnya. Jika jumlah siswa dalam kelas dapat dibagi 4 maka semua meja turnamen akan memiliki empat peserta, tunjuklah empat siswa pertama dari


(32)

daftar yang telah dibuat untuk menempati meja 1, berikutnya ke meja 2, dan seterusnya.

4) Menyusun jadwal kegiatan TGT yang meliputi pengajaran, belajar tim, turnamen, dan penghargaan tim.

b) Turnamen

1) Tempatkan siswa pada meja turnamen. masing-masing meja turnamen terdiri dari siswa dengan kemampuan homogen. 2)Bagikan lembar pertanyaan dan lembar jawaban, satu lembar

skor permainan, satu boks kartu bernomor pada setiap meja turnamen.

3) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca, penantang 1, penantang 2 dan seterusnya dengan cara menarik kartu. Siswa yang menarik nomor tertinggi menjadi pembaca pertama siswa yang ada disebelah kirinya sebagai penantang 1 dan seterusnya. Mekanisme permainan terlihat pada alur berikut ini:

Pembaca

1) Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pula pada lembar pertanyaan.

2) Bacalah pertanyaan dengan keras

3) Cobalah untuk menjawab

Penantang 1

Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya.

Penantang 2

Boleh menantang jika penantang 1 melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang dan melewati, penantang 2 memeriksa lembar jawaba. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika keduanya penantangnya yang salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada.


(33)

16

4) Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak sesuai arah jarum jam : penantang 1 menjadi pembaca, penantang 2 menjadi penantang 1, dan pembaca menjadi penantang 2. Permainan berlanjut seperti demikian sampai waktu habis atau kartu soal telah habis.

5) Setelah permainan selesai, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan.

6) Siswa mengumpulkan lembar skor permainan yang telah dihitung poin turnamennya kepada guru.

c) Rekognisi Tim

Guru telah mempersiapkan bentuk perhargaan lainnya untuk diberikan kepada setiap tim yang mencapai skor dengan kriteria tertentu. Untuk menentukan penghargaan langkah-langkahnya yaitu:

a) Menentukan skor tim

Setelah turnamen selesai, tentukan skor tim dengan memindahkan poin turnamen dari tiap siswa ke lembar rangkuman dari timnya masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota lain, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang brsangkutan.

b) Merekognisi tim berprestasi

Penghargaan diberikan berdasarkan tiga tingkatan penghargaan yang didasarkan pada skor rata-rata tim.


(34)

c) Bergeser Tempat

Bergeser tempat adalah menempatkan siswa pada meja turnamen baru. Penempatan disesuaikan dengan perolehan skor pada turnamen sebelumnya. Siswa yang memperoleh skor tertinggi atau pemenang dalam setiap meja turnamen akan meningkat ke meja turnamen yang lebih tinggi satu tingkat, kecuali pemenang pada meja turnamen 1 akan tetap pada meja turnamen 1. Sebaliknya siswa yang memperoleh skor terendah dalam setiap meja turnamen akan turun satu tingkat ke meja turnamen yang lebih rendah, kecuali siswa yang memperoleh skor terendah pada meja turnamen terendah.

d) Penilaian

TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. Nilai para siswa haruslah didasarkan pada skor kuis atau penilaian individual lainnya, bukan pada poin turnamen atau skor tim. Maka penilaian individual dalam TGT dapat berupa kuis, ujian tengah semester, atau ujian akhir semester. Akan tetapi, poin-poin turnamen para siswa dan/atau skor tim dapat dijadikan sebagian kecil dari nilai mereka. Jika memberikan kuis, sebaiknya dilaksanakan setelah turnamen.


(35)

18

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament

Beberapa kelebihan dan kekurangan TGT menurut Taniredja (2012: 72-73):

1) Kelebihan:

a.Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

b.Rasa percaya diri siswa menjadi tinggi

c.Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.

d.Motivasi belajar siswa bertambah.

e.Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran.

f.Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

g.Kerjasama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

2) Kekurangan:

a.Sering tejadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

b.Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran.

c.Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

Penulis menyimpulkan kelebihan model TGT adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dan interaksi siswa secara aktif, serta mengembangkan karakter tanggung jawab dan toleransi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Sedangkan kelemahan TGT adalah membutuhkan waktu yang lama, dapat menimbulkan kegaduhan, dan kemungkinan tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya. Untuk meminimalisir kelemahannya guru perlu mengatur jadwal sedemikian rupa hingga menjadi efektif dan efisien, manajemen kelas dikelola dengan benar, dan guru mengaktifkan siswa agar semua terlibat dalam pembelajaran ini.


(36)

2.2Belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini sejalan dengan pendapat Komalasari (2010: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui sebuah proses. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2001: 27) bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya.


(37)

20

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan pada dirinya. Perubahan yang akan dicapai itu meliputi perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, dan keterampilan.

2.2.2Pengertian Aktivitas Belajar

Belajar sangat memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Seperti yang dinyatakan Sardiman (2011: 100) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat. Aktivitas belajar di klarifikasikan ke beberapa macam kegiatan diantaranya:

Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2013: 172-173) membagi kegiatan aktivitas belajar menjadi 8 kelompok ialah:

a) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat dalam diskusi, dan interupsi.


(38)

c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d) Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f) Kegiatan-kegiatan matrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggrakan

permainan, dan menari. g) Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganilis, melihat, dan membuat keputusan.

h) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Menurut Kunandar (2010: 233), aspek yang dinilai dalam aktivitas siswa yakni; (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti

pembelajaran, (4) menampakkan keceriaan dan

kegembiraan dalam belajar, (5) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (6) menunjukkan sikap jujur, (7) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (8) mengajukan pertanyaan, (9) mengerjakan tugas, dan (10) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas adalah kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh individu, sehingga terjadi perubahan perilaku. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, matrik, mental, dan emosional. Selain itu aktivitas belajar suatu rangkaian kegiatan serta keterlibatan dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas yang harus dilaksanakan siswa dalam belajar. Adapun indikator dari aktivitas yang


(39)

22

diambil peneliti dalam penilitian ini adalah kombinasi dari pendapat Paul D. Dierich dan Kunandar, yaitu sebagai berikut: (1) mengajukan pertanyaan, (2) mengemukakan pendapat dalam diskusi, (3) mengerjakan tes, (4) memecahkan masalah, (5) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (6) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (7) merespon aktif pertnyaan lisan dari guru, dan (8) mengikuti semua tahapan secara seksama.

2.2.3 Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan atau hasil belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah tercapai ataukah belum tercapai. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sejalan dengan pendapat Sudjana, S. Nasution (Kunandar, 2010: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Ranah kognitif adalah pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Kunandar, 2013: 159). Ranah Afektif mencakup watak perilaku seperti


(40)

perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri (Kunandar, 2013: 100). Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu (Kunandar, 2013: 249).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar sehingga terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa baik di bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes yang diberikan oleh guru. Indikator hasil belajar ranah afektif pada sikap percaya diri adalah berani menyatakan pendapat dalam diskusi kelompok, berani bertanya kepada guru, mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan teman dalam mengerjakan tugas individu, dan pantang menyerah dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Indikator hasil belajar ranah afektif pada sikap bertanggung jawab adalah melaksanakan tugas yang diberikan guru, menaati tata tertib, memelihara fasilitas kelas, menjaga kebersihan lingkungan kelas. Indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah, aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi, dan terampil dalam menyajikan data hasil diskusi.


(41)

24

2.3Pembelajaran Tematik 2.3.1 Pengertian Tematik

Dalam kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan, pembelajaran tematik, tidak hanya di kelas rendah saja yang menggunakan model pembelajaran tematik tetapi semua kelas diharapkan telah memakai tematik. Menurut Rusman (2012: 254) model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Menurut Trianto (2011: 139) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan

bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang

mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema.

2.3.2 Keunggulan Pembelajaran Tematik

Ada beberapa keunggulan pembelajaran tematik menurut Rusman (2012: 257) diantaranya yaitu:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa,

sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.


(42)

5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan

6. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dilihat dari keunggulan pembelajaran tematik di atas itulah sebabnya pembelajaran tematik cocok diterapkan pada pembelajaran sekolah dasar.

2.3.3 Pembelajaran Tematik Integratif

Kurikulum 2013 mulai di implementasikan mulai tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap di sekolah. Menurut Mulyasa (2013: 167) tema kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.

Di sekolah saat ini menggunakan pembelajaran tematik integratif. Mulyasa (2013: 170) menyatakan bahwa pembelajaran tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian di kombinasikan denga mata pelajaran lainnya.

Dari pendapat ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah suatu pembelajaran yang memadukan mata pelajaran di SD secara keseluruhan kedalam tema-tma yang telah dsempurnakan pada kurikulum sebelumnya.


(43)

26

2.3.4 Pendekatan Saintifik

Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut sebagai cirri khas dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari. Kemendikbud (2013: 221), mengemukakan pendekatan saintifik merupakan pendekatan berbasis ilmiah yang bertujuan agar siswa dapat mencari sendiri pengalaman belajarnya dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba, hingga akhirnya siswa menemukan sendiri jawaban atas permasalahannya.

Langkah-langkah pendekatan scientific menurut Kemendikbud (2013:9-11) adalah sebagai berikut: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, mengkomunikasikan.

a. Mengamati, mengamati atau observasi dapat dilakukan siswa melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. b. Menanya, siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang

tidak dipahami dari apa yang diamati.

c. Mengumpulkan informasi/ mencoba, setelah bertanya, kegiatan yang dilakukan siswa adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara, seperti membaca, mengamati fenomena yang terjadi bahkan melakukan percobaan. Metode eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu afektif, kognitif dan psikomotor.


(44)

d. Mengasosiasikan/ menalar, merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

e. Mengkomunikasikan, pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui kegiatan ilmiah dengan langkah-langkah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, mengkomunikasikan

2.4 Penelitian yang Relevan

1. Siti Fatimah 2013. Skripsi Universitas Lampung 2013. Penerapan model

cooperative learning tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I rata-rata nilai motivasi belajar klasikal adalah 44,64, pada siklus II menjadi 57,14, selanjutnya pada siklus III menjadi 81,03 sehingga telah mencapai nilai ≥ 61 sesuai dengan indikator keberhasilan. Penerapan model cooperative learning

tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar berupa pengetahuan siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 60,71%, kemudian pada siklus II menjadi 71,43%, selanjutnya pada siklus III menjadi 82,75%. Dari data tersebut


(45)

28

menunjukan bahwa terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Team Game Tournament.

2. Ziyad Fathur Rohman. 2013. Skripsi Universitas Negeri Malang. 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa model Teams Games Tournament dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Keterampilan guru siklus I memperoleh skor 21 (kategori baik), siklus II memperoleh skor 26 (kategori baik), dan siklus III memperoleh skor 29 (kategori sangat baik). Jumlah skor rata-rata aktivitas siswa siklus I mendapatkan 13,59 (kategori baik), siklus II mendapatkan 15,26 (kategori baik), dan siklus III mendapatkan17,43 (kategori sangat baik). Ketuntasan klasikal siswa siklus I sebesar 69,23%, Siklus II sebesar 76,92%, dan siklus III sebesar 82,05%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan Team Game Tournament dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.

2.5 Kerangka Pikir

Adapun kerangka piker dari penelitian ini berupa input (kondisi awal), tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal yang menjadi sebab dilakukannya penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan team game tournament untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Secara sederhana kerangka piker dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:


(46)

Input (Kondisi awal)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis tindakan,

yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan model

pembelajaran team game tournament serta memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Kelas IVB SDN 1 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014”. Tindakan

Output (kondisi akhir)

1. Kurikulum 2013

2. Rendahnya Aktivitas dan Hasl Belajar Siswa

Pembelajaran tematik melalui pendekatan saintifik dengan team game tournament.

1. Aktivitas belajar siswa meningkat 2. Hasil belajar siswa meningkat


(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus ini tidak hanya berlangsung sekali, tetapi dapat dilaksanakan beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pada tahap perencanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVB untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dengan penerapan model cooperative learning tipe team game tournament. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun tahap-tahap dari siklus PTK ini adalah sebagai berikut:


(48)

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Arikunto dkk, 2010: 17)

3.1.1 Seting Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Metro Pusat. Tepatnya di Jalan Brigjend Sutiyoso No. 44 Metro Pusat.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian empat bulan, terhitung dari bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan hasil skripsi.

Permasalahan

Permasalahan baru hasil

refleksi

Selesai

Perencanaan tindakan I

Refleksi I

Perencanaan tindakan II

Refleksi II Pengamatan dan pengumpulan data

Pelaksanaan tindakan II Pengamatan dan pengumpulan data

Pelaksanaan tindakan I

Siklus I


(49)

32

3.1.2 Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat. Adapun Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat yaitu 1 orang guru serta siswa dengan jumlah 28 orang, yang terdiri dari 13 laki- laki dan 15 perempuan.

3.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Data yang dikumpulkan dalam teknik nontes ini berupa data kualitatif, yaitu data yang berupa kata atau catatan-catatan. Selanjutnya, data kualitatif ini akan ditransformasikan ke data kuantitatif dengan pemberian skala penilaian. Jumlah dari hasil skala penilaian akan dikembalikan ke dalam data kualitatif dengan cara mengolongkan hasil tersebut ke dalam kategori pada setiap instrumen yang telah ditentukan oleh peneliti. Variabel yang diukur menggunakan teknik nontes ini yaitu aktivitas belajar siswa dengan mengamati aspek yang muncul pada instrumen penilaian aktivitas dan penilaian kinerja guru dengan mengamati aspek yang muncul pada instrumen penilaian kinerja guru serta memberikan skor. Kedua variabel ukur tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan kinerja guru dalam pembelajaran yang di observasi oleh


(50)

teman sejawat dan guru melalui penerapan model cooperative learning tipe team game tournament.

b. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif atau berupa data angka. Untuk mendapatkan data kuantitatif, peneliti menggunakan instrumen tes pada setiap akhir siklus. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning

tipe team game tournament.

3.2.2 Alat Pengumpul Data

a. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan model cooperative learning tipe team game tournament.

b. Tes

Tes digunakan untuk mendapatkan data besarnya hasil belajar siswa kelas IVB semester genap SD Negeri 01 Metro Pusat yang diajarkan dengan model cooperative learning tipe team game tournament.


(51)

34

3.3 Teknik Analisis Data

3.3.1 Teknik Analisis Data Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian aktivitas siswa, kinerja guru, afektif siswa, dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus: NP =

x 100 Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.1. Kategori Nilai Aktivitas Siswa

Nilai

Predikat Kategori Skala

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Ba ik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D


(52)

b. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus NP =

x 100 Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 102)

c. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus NP =

x 100 Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.2. Kategori Nilai Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai

Nilai

Predikat Kategori Skala

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Ba ik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D


(53)

36

d. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus: NP =

x 100

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.3. Kategori Nilai Sikap (Afektif) Siswa

Nilai

Predikat Kategori

Skala

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Ba ik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Kemendikbud, 2013: 131)

e. Nilai psikomotor diperoleh dengan rumus: NP =

x 100 Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap


(54)

Tabel 3.4. Kategori Penilaian Psikomotor Siswa

Nilai

Predikat Kategori Skala

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Ba ik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Kemendikbud, 2013: 131)

3.3.2Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan penilaian kognitif siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a. Nilai individual siswa diperoleh melalui rumus:

Keterangan:

S = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor yang diperoleh

N = Skor maksimum dari tes 100 = Bilangan tetap


(55)

38

Tabel 3.5. Kategori Hasil Belajar Siswa

Nilai

Predikat Kateg ori

Skala

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Ba ik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Kemendikbud, 2013: 131)

b. Nilai rata-rata kelas diperoleh melalui rumus:

Keterangan:

x = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa (Aqib, dkk, 2010: 40)

c. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.


(56)

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa

Nilai

Predikat Kateg ori

Skala

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Ba ik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Kemendikbud, 2013: 131)

3.4.Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Menetapkan tema, subtema, dan pembelajaran yang dilaksanakan. Tema yang dipilih adalah Tempat Tinggalku subtema 1 Aku dan Lingkungan Tempat Tinggalku pembelajaran ke-4.


(57)

40

3) Menyiapkan soal-soal turnamen lengkap dengan jawaban dan lembar penilaian skor turnamen.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

6) Menyiapkan tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa. b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan team game tournament meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Kegiatan awal

a) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan agama yang dianutnya. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa

b) Guru mengkondisikan kelas

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

d) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa terkait materi yang akan diajarkan pada sub tema “Lingkungan

Tempat Tinggalku” pembelajaran 4 dengan materi “Persebaran


(58)

2. Kegiatan inti

a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok sesuai kemampuan akademik. (TGT)

b) Guru menempelkan gambar peta persebaran hasil bumi di Indonesia.

c) Siswa ditugaskan untuk mengamati peta persebaran hasil bumi di Indonesia. (mengamati)

d) Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk menganalisis gambar yang ditampilkan (menalar)

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum jelas. (menanya)

f) Siswa ditugaskan untuk menyebutkan manfaat hasil bumi yang ada di Indonesia.

g) Guru menugaskan siswa membaca teks tentang proses pembuatan getuk. (mengamati)

h) Guru menjelaskan tentang proses pembuatan getuk.

i) Siswa bersama kelompoknya ditugaskan untuk mencari tahu makanan lain yang terbuat dari singkong selain getuk. (mengumpulkan informasi/ mencoba)

j) Setelah mengerjakan tugas setiap perwakilan kelompok menyampaikan jawaban kelompoknya dan guru membantu untuk meluruskan jawaban yang benar. (mengkomunikasikan)


(59)

42

k) Setelah itu siswa melakukan turnamen. Setiap kelompok menentukan dulu pembaca, penantang 1, penantang 2 dan penantang 3. (TGT)

l) Setelah itu pembaca mengambil kartu bernomor dan mencari soal yang sesuai dengan nomor tersebut pada lembar pertanyaan. (TGT) m) Kemudian pembaca membaca pertanyaannya dengan keras dan

menjawab pertanyaan. (mencoba)

n) Pada saat pembaca menjawab pertanyaan semua anggota kelompok (penantang 1, penantang 2, dan penantang 3) ikut berpartisipasi mencari jawaban dan diperkenankan menjawab bila mereka memiliki jawaban lain. (mencoba)

o) Untuk putaran berikutnya, semua bergerak sesuai arah jarum jam: penantang 1 menjadi pembaca, penantang 2 menjadi penantang 1, penantang 3 menjadi penantang 2 dan pembaca menjadi penantang 3. Permainan berlanjut seperti demikian sampai waktu habis dan kartu soal telah habis. (TGT)

p) Siswa bersama guru meluruskan jawaban yang benar atas semua pertanyaan yang telah dijawab. (mengkomunikasikan)

q) Setelah turnamen selesai, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan. (TGT)

r) Siswa mengumpulkan lembar skor permainan yang telah dihitung poin turnamennya kepada guru. (TGT)

s) Setelah kegiatan selesai, guru memberi penghargaan pada tim yang memperoleh skor terbaik. (TGT)


(60)

3. Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang apa saja yang sudah dipelajari.

b) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman hasil belajar selama satu hari.

c) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi) Memberikan Pekerjaan Rumah sebagai tindak lanjut.

d) Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing- masing.

c. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus observasi di tekankan pada penerapan model TGT terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan alat bantu berupa penilaian unjuk kerja, penilaian afektif/karakter, penilaian psikomotor/keterampilan, serta IPKG. Lembar penilaian tersebut meliputi kinerja guru, aktivitas siswa, suasana belajar dan alur pembelajaran.

d. Refleksi (Reflcting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil pada siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.


(61)

44

Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planning)

a) Menetapkan tema, subtema, dan pembelajaran yang dilaksanakan. Tema yang dipilih adalah Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku pembelajaran ke-1.

b) Menyusun rencana pembelajaran.

c) Menyiapkan soal-soal turnamen lengkap dengan jawaban dan lembar penilaian skor turnamen.

d) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

e) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

f) Menyiapkan tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

team game tournament meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Kegiatan awal

a) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan agama yang dianutnya. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa.

b) Guru mengkondisikan kelas.


(62)

d) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa terkait materi yang akan diajarkan pada subtema “Keunikan daerah

Tempat Tinggalku” dengan materi “Ciri Khas Daerah di Indonesia.

2. Kegiatan inti

a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok sesuai kemampuan siswa.

b) Guru menampilkan gambar tentang ciri khas yang dimiliki dari daerah yang ada di Indonesia.

c) Siswa mengamati dan menganalisis gambar tentang ciri khas daerah di Indonesia yang telah ditampilkan guru. (mengamati) d) Guru bersama siswa bertanya jawab mengenai ga mbar yang telah

diamati. (menanya)

e) Siswa ditugaskan untuk membaca teks tentang ciri khas daerah yang ada di Indonesia.

f) Guru bersama siswa bertanya jawab tentang teks yang telah dibaca. g) Guru memberikan penguatan dan pemahaman kepada siswa

tentang keunikan dan ciri khas daerah di Indonesia.

h) Selanjutnya siswa membaca teks bacaan tentang masalah sampah di Jakarta.

i) Guru menampilkan gambar bagan pengolahan sampah.

j) Siswa mengamati dan menganalisis gambar tersebut serta mengamati cara pengolahan sampah yang di prak tekkan di depan kelas. (mengamati, menalar)


(63)

46

k) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan menganalisis gambar yang telah ditampilkan serta cara pengolahan sampah yang di praktekan. l) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing.

m) Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi dari analisa gambar tersebut. Setelah itu setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. (mengkomunikasikan)

n) Selanjutnya guru mengajak siswa melakukan turnamen. (TGT) o) Setiap kelompok menentukan dulu pembaca, penantang 1,

penantang 2 dan penantang 3. (TGT)

p) Setelah itu pembaca mengambil kartu bernomor dan mencari soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar pertanyaan. (TGT)

q) Kemudian membaca pertanyaannya dengan keras dan mencoba untuk menjawab. (mencoba)

r) Pada saat pembaca menjawab pertanyaan semua anggota kelompok (penantang 1, penantang 2, dan penantang 3) ikut berpartisipasi mencari jawaban dan diperkenankan menjawab bila mereka memiliki jawaban yang berbeda. (mencoba)

s) Untuk putaran berikutnya, semua bergerak sesuai arah jarum jam: penantang 1 menjadi pembaca, penantang 2 menjadi penantang 1, penantang 3 menjadi penantang 2 dan pembaca menjadi penantang


(64)

3. Permainan berlanjut seperti demikian sampai waktu habis dan kartu soal telah habis. (TGT)

t) Siswa bersama guru meluruskan jawaban yang benar atas semua pertanyaan yang telah dijawab. (mengkomunikasikan)

u) Setelah semua kartu soal habis, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan. (TGT) v) Siswa mengumpulkan lembar skor permainan yang telah dihitung

poin turnamennya kepada guru. (TGT)

w) Setelah kegiatan selesai, guru memberi penghargaan pada tim yang memperoleh skor terbaik. (TGT)

3) Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang apa saja yang sudah dipelajari.

b) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman hasil belajar selama satu hari.

c) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

d) Memberikan Pekerjaan Rumah sebagai tindak lanjut.

e) Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan

masing- masing.

c. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus observasi di tekankan pada penerapan model TGT terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan


(65)

48

menggunakan alat bantu berupa penilaian unjuk kerja, penilaia n afektif/karakter, penilaian psikomotor/keterampilan, serta IPKG. Lembar penilaian tersebut meliputi kinerja guru, aktivitas siswa, suasana belajar dan alur pembelajaran.

d. Refleksi (Reflcting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil dari siklus II digunakan untuk menentukan dilaksanakan atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Karena jika pada siklus II belum mencapai target yang diinginkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3.5 Indikator Kebe rhasilan

Penerapan model cooperative learning tipe team game tournament ini berhasil apabila:

a. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. b. Adanya peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor), yaitu


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa dan guru kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat pada pembelajaran tematik dengan menerapkan team game tournament dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Penerapan team game tournament dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Terbukti dari hasil rekapitulasi pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 67,45 dan pada siklus II meningkat menjadi 76,44. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,99. Pada siklus I persentase peningkatan aktivitas belajar siswa termasuk dalam kategori cukup dan pada siklus II termasuk ke dalam kategori baik.

5.1.2 Penerapan team game tournament dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 65,86, Kemudian meningkat menjadi 72,64% pada siklus II. Dengan demikian peningkatan nilai


(67)

110

rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,78. Sedangkan persentase hasil belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 57,14% dengan kategori cukup , dan pada siklus II meningkat menjadi 82,14% dengan kategori sangat baik. Dengan demikian peningkatan persentase hasil belajar klasikal siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 25.00%.

5.2. Saran

5.2.1 Kepada Sis wa

Diharapkan bagi para siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran khususnya dalam bertanya jika belum mengerti materi yang dijelaskan guru. Selalu bertanggung jawab dan berusaha mengerjakan tugas dengan mandiri atau melakukan kerjasama dengan kelompok, saling membantu dan mendukung teman untuk berhasil dalam setiap pembelajaran. Banyaklah mengerjakan latihan soal saat di rumah, agar pengetahuan lebih meningkat.

5.2.2 Kepada Guru

Peneliti berharap agar guru dapat memotivasi dan menjalin kedekatan dengan siswa. Menciptakan suasana keakraban dengan siswa akan membuat mereka berani untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan ketika tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Peneliti juga berharap guru dapat menerapkan team game tournament dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan kinerjanya.


(68)

5.2.3 Kepada SD Negeri 01 Metro Pusat

Peneliti berharap kepada sekolah agar melakukan inovasi pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap pembelajaran dikelas, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan juga kualitas dalam pembelajaran.

5.2.4 Kepada Peneliti

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian menggunakan team game tournament pada pembelajaran. karena team game tournament ini dapat digunakan pada semua pembelajaran.


(1)

menggunakan alat bantu berupa penilaian unjuk kerja, penilaia n afektif/karakter, penilaian psikomotor/keterampilan, serta IPKG. Lembar penilaian tersebut meliputi kinerja guru, aktivitas siswa, suasana belajar dan alur pembelajaran.

d. Refleksi (Reflcting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil dari siklus II digunakan untuk menentukan dilaksanakan atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Karena jika pada siklus II belum mencapai target yang diinginkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3.5 Indikator Kebe rhasilan

Penerapan model cooperative learning tipe team game tournament ini berhasil apabila:

a. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. b. Adanya peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor), yaitu


(2)

109

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa dan guru kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat pada pembelajaran tematik dengan menerapkan team game tournament dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Penerapan team game tournament dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Terbukti dari hasil rekapitulasi pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 67,45 dan pada siklus II meningkat menjadi 76,44. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,99. Pada siklus I persentase peningkatan aktivitas belajar siswa termasuk dalam kategori cukup dan pada siklus II termasuk ke dalam kategori baik.

5.1.2 Penerapan team game tournament dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 65,86, Kemudian meningkat menjadi 72,64% pada siklus II. Dengan demikian peningkatan nilai


(3)

rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,78. Sedangkan persentase hasil belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 57,14% dengan kategori cukup , dan pada siklus II meningkat menjadi 82,14% dengan kategori sangat baik. Dengan demikian peningkatan persentase hasil belajar klasikal siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 25.00%.

5.2. Saran

5.2.1 Kepada Sis wa

Diharapkan bagi para siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran khususnya dalam bertanya jika belum mengerti materi yang dijelaskan guru. Selalu bertanggung jawab dan berusaha mengerjakan tugas dengan mandiri atau melakukan kerjasama dengan kelompok, saling membantu dan mendukung teman untuk berhasil dalam setiap pembelajaran. Banyaklah mengerjakan latihan soal saat di rumah, agar pengetahuan lebih meningkat.

5.2.2 Kepada Guru

Peneliti berharap agar guru dapat memotivasi dan menjalin kedekatan dengan siswa. Menciptakan suasana keakraban dengan siswa akan membuat mereka berani untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan ketika tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Peneliti juga berharap guru dapat menerapkan team game tournament dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan kinerjanya.


(4)

111

5.2.3 Kepada SD Negeri 01 Metro Pusat

Peneliti berharap kepada sekolah agar melakukan inovasi pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap pembelajaran dikelas, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan juga kualitas dalam pembelajaran.

5.2.4 Kepada Peneliti

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian menggunakan team game tournament pada pembelajaran. karena team game tournament ini dapat digunakan pada semua pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Dimyati, dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

_____________. 2013. Proses Belajar Mengajar PT Bumi Aksara. Jakarta. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.

Alfabeta. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Badan Standar Nasional Pendidikan.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT

Raja Grafindo. Jakarta.

________ .2013. Penilaian Autentik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsipdan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(6)

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

______. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 67

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VA SDN 04 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 27 65

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 70

PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 8 63

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 07 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 71

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76