PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

NI NENGAH LADY PRASANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

NI NENGAH LADY PRASANTI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat. Untuk mengoptimalkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran tematik maka penelitian ini menggunakan metode inquiry sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan metode inquiry.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpul data dilakukan dengan observasi dan tes hasil belajar. Alat pengumpul data berupa lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode inquiry dalam proses pembelajaran tematik dapat meningkatkan motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat motivasi kerja kelompok dari siklus I sebesar 61,6 dengan predikat cukup, siklus II sebesar 68,9 dengan predikat baik dan pada siklus III sebesar 80 dengan predikat baik, sedangkan rata hasil belajar siklus I sebesar 65,2 dengan predikat cukup siklus II nilai rata-rata sebesar 70 dengan predikat baik dan siklus III sebesar 80 dengan predikat baik.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur tanggal 19 September 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan bapak Ketut Siem dan ibu Ni Wayan Siplin.

Pendidikan formal peneliti dimulai dari SD Negeri 1 Pugungraharjo dan selesai pada tahun 2004. Kemudian peneliti melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Sekampung Udik dan selesai pada tahun 2007. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 peneliti melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(8)

MOTO

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya

tanpa kehilangan semangat. (Winston Chuchill)

Kegagalan ialah satu-satunya yang dapat diraih tanpa pengerahan tenaga sedikitpun.


(9)

i PERSEMBAHAN

”OM SWASTYASTU”

OM AWIGNAM ASTU NAMO SIDAM OM Ano Badrah Kratawoyantu Wiswatah

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan terima kasih serta bangga kepada :

Ayahanda Ketut Siem dan Ibunda Ni Wayan Siplin

Tercinta

Yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, dan mencurahkan kasih sayangnya serta memotivasi agar menjadi anak yang lebih baik

dan mendoakan untuk keberhasilan ananda.

Kakakku I Wayan Aan Sasmita

Yang telah memberikan doa, dukungan, bimbingan, nasihat, dan motivasi untuk keberhasilanku.

Adikku Ni Nyoman Ota Sujati Ningsih

Yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk keberhasilanku.

Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik dan dapat menyelesaikan studi.


(10)

i SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Hyang Widhi Wasa atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penggunaan Metode Inquiry untuk Meningkatkan Motivasi Kerja Kelompok dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi ini serta telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.


(11)

ii 4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan telah memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro dan Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan selama proses penyusunan skripsi, saran, nasihat, dan motivasi serta masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing II yang telah membantu, membimbing, memberikan saran dan motivasi terhadap pengajuan judul serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Ibu Hj. Suyeti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Metro Pusat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10. Ibu Juahir, S.Pd.SD., selaku guru kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.


(12)

iii 11. Siswa-siswi Kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat yang telah berpartisipasi

aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

12. Teman-teman PGSD kelas A angkatan 2010 ( Dian, Diesna, Eni, Fenti, Ana, Leni, Meri, Meylisa, Rena, Andel, Rita, Melda, Ami, Ica, Asri, Astri, Ayu Pd, Ayu Sil, Deasy, Devy, Diah Nur, mbak Diah, Dwi, Gita, Idha, Fatih, Indah, Renny, Sandi, Feri, Habibie, Rio, Andi, Fajar, Ijonk, Dayat, Andri), terimakasih atas kebersamannya selama ini, serta terimakasih atas doa dan dukungannya serta seluruh sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, dukungan, nasihat, motivasi dan doanya selama ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Amin

Metro, Juni 2014 Peneliti


(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik ... 8

2.2 Metode Inquiry ... 18

2.3 Motivasi Kerja Kelompok ... 23

2.4 Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 29

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.3 Alat Pengumpulan Data ... 31

3.4 Teknik Analisis Data ... 32

3.5 Prosedur Penelitian ... 33

3.6 Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Awal ... 44

4.2 Hasil Penelitian ... 45

4.3 Pembahasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(14)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Predikat untuk Kinerja Guru ... 32

2. Indeks Nilai Kuantitatif ... 33

3. Motivasi Kerja Kelompok dalam Pembelajaran Siklus I ... 48

4. Kinerja Guru Siklus I ... 50

5. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 50

6. Motivasi Kerja Kelompok dalam pembelajaran Siklus II ... 55

7. Kinerja Guru Siklus II ... 56

8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 57

9. Motivasi Kerja Kelompok dalam pembelajaran Siklus III ... 61

10.Kinerja Guru Siklus III ... 62

11.Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 62

12.Motivasi Kerja Kelompok ... 64

13.Kinerja Guru ... 66


(15)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Motivasi Kerja Kelompok ... 65 2. Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 67


(16)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 73

2. Perangkat Pembelajaran ... 80

3. Motivasi Kerja Kelompok ... 116

4. Kinerja Guru ... 120

5. Afektif ... 129

6. Psikomotorik ... 132

7. Kognitif ... 135


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap individu. Dengan adanya pendidikan yang diberikan kepada setiap individu dapat berpengaruh terhadap kehidupannya.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan menjadi salah satu wadah bagi umat manusia untuk belajar, mengembangkan potensi juga sebagai sarana untuk memberikan pengarahan serta bimbingan kepada peserta didik dalam pertumbuhannya untuk membentuk kepribadian yang berilmu, bertaqwa kepada Tuhan, kreatif, mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang diberikan pada setiap sekolah mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah. Seiring perkembangan zaman kurikulum mengalami perkembangan dan perubahan. Hal ini terjadi tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan tersebut secara terus menerus


(18)

2

menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini berakar pada budaya lokal dan bangsa, yang berarti bahwa kurikulum tersebut harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat atau nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting. Keberhasilan implementasinya sangat ditentukan oleh guru. Guru SD harus memiliki pemahaman, kesadaran, kemampuan, kreativitas, kesabaran, dan keuletan. Selain itu, pelaksanaanya menggunakan pembelajaran tematik terpadu dan prosesnya dengan pendekatan saintifik (scientific).

Kemendikbud (2013: 216), pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Selain itu, proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berkaitan dengan hal ini, Kemendikbud (2013: 59) menyatakan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 pada pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik antara lain: pembelajaran berbasis proyek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran penemuan (discovery learning). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa


(19)

3

secara utuh. Pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik di sekolah dasar mengacu pada buku panduan guru dan buku siswa.

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen siswa dan wawancara dengan guru kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 terdapat beberapa kendala antara lain guru kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tematik karena kurangnya referensi tentang berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Dengan pembelajaran tersebut menunjukkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih cenderung pasif sehingga kurang memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa terkadang masih ragu-ragu, malu, takut, dan sungkan ketika diminta guru untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, atau mengemukakan pendapat. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah terlihat pada saat pengamatan di SD tersebut nilai rata-rata ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 siswa adalah 55. Selain itu, guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar yang bersumber dari buku guru dan siswa yang disediakan Kemendikbud. Bahan ajar yang disediakan masih terlalu sempit dan menuntut guru untuk mencari dan mengembangkannya. Masalah selanjutnya adalah penilaian pada pembelajaran tematik sulit diterapkan dan dimengerti oleh guru. Penilaian pembelajaran tematik merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran, merupakan bagian terpenting dalam suatu pembelajaran. Karena dengan penilaian guru dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(20)

4

Sehubungan dengan masalah tersebut, sesungguhnya suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah agar siswa termotivasi untuk dapat lebih aktif dan percaya diri dalam menggali pengetahuannya sendiri dan memecahkan masalah sesuai dengan konsep yang dipelajari. Penggunaan model, strategi, atau metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan memahami konsep yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa pembelajaran tematik di kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat belum berjalan secara maksimal. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran agar lebih memotivasi siswa dan hasil belajar siswa dapat dicapai secara maksimal. Salah satu alternatif yang dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat adalah dengan menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode inquiry (penyelidikan). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Sedangkan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong/memotivasi anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Menurut Komalasari (2010: 73) inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak


(21)

5

belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan motivasi kerja kelompok dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Guru belum sepenuhnya menggunakan pendekatan saintifik.

2. Kurangnya pengetahuan guru tentang model, strategi, atau metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013.

3. Kurangnya motivasi kerja kelompok dalam pembelajaran. 4. Rendahnya hasil belajar siswa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik agar dapat meningkatkan motivasi kerja kelompok siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?


(22)

6

2. Apakah penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Meningkatkan motivasi kerja kelompok siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Meningkatnya motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik.


(23)

7

2. Bagi guru

Meningkatnya kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode inquiry melalui pembelajaran tematik.

3. Bagi sekolah

Meningkatnya hasil belajar dan kualitas pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode inquiry melalui pembelajaran tematik.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penelitian tindakan kelas serta dapat juga dijadikan bahan rujukan untuk implementasi pada pembelajaran tema lainnya.


(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik 2.1.1Pengertian Belajar

Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Menurut Komalasari (2010: 2) belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang baik secara aktual maupun potensial. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu. Menurut Slameto (Hamdani, 2011: 20) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Cronbach (Hamdani, 2011: 20) menyatakan Learning is shown by a change in behavior as a result of experience (belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

Menurut Gagne (Hardini, 2012: 4) belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman sedangkan menurut Hardini (2012: 4) belajar pada dasarnya berbicara


(25)

9

tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, persepsi, dan tingkah laku afektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman.

2.1.2Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Lindgren (Suprijono, 2009: 7) bahwa hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Menurut Sudjana (2011: 3) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 381) mengartikan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Staton (Nabisi, 2008: 1.12) hasil belajar diukur berdasarkan ada tidaknya perubahan tingkah laku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku yang baru.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari proses pembelajaran melalui evaluasi. Evaluasi dapat dijadikan sebagai alat ukur atau pertimbangan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa.


(26)

10

2.1.3 Pengertian Pembelajaran Tematik

Menurut Depdiknas (Trianto, 2009: 79) Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tema-tematik merupakan salah satu jenis dari pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa

Model pembelajaran tematik di SD memiliki beberapa tahapan yaitu: pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari standar isi. Ketiga membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema. Keempat membuat jaringan KD dan indikator. Kelima menyusun silabus tematik dan yang keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengkondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik.

Menurut Kemendikbud (2013: 193), pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.


(27)

11

Selanjutnya Trianto (2009: 84) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan hal ini Suryosubroto (2009: 133) berpendapat bahwa pembelajaran tematik diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.

Depdikbud (Trianto, 2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran tematik mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, antara lain :

a. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak dan pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. b. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari dan rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.

c. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Guru lebih banyak sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan.

d. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.


(28)

12

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik yaitu suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran dalam satu tema yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi siswa.

Kemendikbud (2013: 194) menyatakan tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut.

a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu,

b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama,

c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan,

d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik,

e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain,

f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas,

g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan, dan budi pekerti dan moral peserta didik dapat


(29)

13

ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.5 Pendekatan Saintifik

Menurut Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran


(30)

14

sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Kemendikbud (2013: 9) menyatakan Pendekatan Saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut :

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan mencoba. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. 3) Mengumpulkan informasi/eksperimen

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Anak perlu dibiasakan untuk menghubungi-hubungkan antara informasi satu dengan yang lain, untuk mengambil kesimpulan.

4) Mengasosiasi/mengolah informasi

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai


(31)

15

kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kepada yang bertentangan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Pendekatan saintifik biasanya tampak jelas ketika siswa terlibat dalam pembelajaran tertentu, yaitu: pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran penemuan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran tematik.

2.1.6 Penilaian Otentik

Menurut Nurgiyantoro (2011: 23) penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Komalasari (2010: 148) mengungkapkan bahwa penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah


(32)

16

yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

Johnson (Komalasari, 2010: 147) mengemukakan bahwa penilaian otentik memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar. Kemendikbud (2013: 5) Beberapa jenis penilaian otentik meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Penilaian Sikap

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran. 2. Penilaian Pengetahuan

a. Tes Tulis

Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

b. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon


(33)

17

pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang diucapkan.

c. Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

3. Penilaian Keterampilan Penilaian Kinerja

Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas.

Menurut Kemendikbud (2013: 244) Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

2) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.


(34)

18

2.2 Metode Inquiry

2.2.1.Pengertian Metode Inquiry

Metode inquiry disebut juga metode penemuan yang sangat penting untuk dilakukan siswa usia sekolah dasar. Menurut Sagala (Hardini, 2012: 33) metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupa menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Sedangkan Hamdani (2011: 182) menyatakan inquiry adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan.

Hardini (2012: 70) mengungkapkan pembelajaran inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Adapun tujuan metode inquiry menurut Hardini (2012: 33) adalah : a. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan

memproses bahan pelajaran.

b. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.

c. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

d. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

Sedangkan prinsip strategi inquiry menurut Hardini (2012: 99) sebagai berikut :


(35)

19

1. Siswa akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan atau kurang jelas.

2. Siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka.

3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki.

4. Inquiry dalam kelompok dapat memperkaya pikiran dan

membantu siswa belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang lain.

Menurut Komalasari (2010: 73-74) ada 5 komponen umum dalam pembelajaran dengan metode inquiry antara lain :

a. Question

Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.

b. Student Engangement

Dalam metode inquiry keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan, dimana siswa dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.

c. Cooperative Interaction

Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok dan mendiskusikan berbagai gagasan.

d. Performance Evaluation

Dalam menjawab permasalahan biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk berupa slide presentasi, grafik, poster, poster, karangan, dan lain-lain.

e. Variety of Resources

Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar. Sedangkan langkah-langkah metode inquiry sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah

2. Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.

3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lainnya.


(36)

20

Hardini (2012: 35-36) Pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :

a) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.

b) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka.

c) Merupakan metode yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut :

a) Jika menggunakan metode pembelajaran ini akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru. 2.2.2.Macam-macam Metode Inquiry

Metode inquiry mempunyai beberapa macam jenis antara lain inquiry terpimpin, inquiry bebas dan inquiry bebas yang dimodifikasi. Sund and Trowbridge mengemukakan tiga macam metode inquiry sebagai berikut:

1. Inquiry terpimpin (Guide Inquiry)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini terutama


(37)

21

bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru. 2. Inquiry bebas (Free Inquiry)

Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok memiliki tugasnya sendiri sendiri, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data dan pengevaluasi proses.

3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modifiel Free Inquiry)

Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian (Sund and Trowbridge dalam Trianto, 2007: 146).


(38)

22

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode inquiry karena diantara macam-macam metode inquiry yang lebih cocok untuk siswa kelas IV adalah inquiry terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inquiry terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry adalah metode pembelajaran yang menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Dengan demikian metode inquiry sangat tepat digunakan dalam pembelajaran tematik yang mengunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1) merumuskan masalah, 2) mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lainnya.


(39)

23

2.3 Motivasi Kerja Kelompok 2.3.1 Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh di dalam proses belajar mengajar. Menurut Hanafiah (2010: 26) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dari peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Uno (2007: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Motivasi yang ada dalam diri siswa dapat berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa.

Menurut Sudjana (2011: 61) keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal: minat, semangat, tanggung jawab, reaksi dan rasa senang siswa. Sedangkan Masnur (Hamdani, 2011: 290) menyatakan motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang, tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dari adanya motivasi tersebut.


(40)

24

Menurut Amri (2013: 169) dengan adanya motivasi maka siswa akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa ke arah positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan.

Fungsi motivasi dalam pembelajaran

1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. 2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan

perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Menurut Biggs dan Telfer (Amri, 2013: 26) menyatakan bahwa ada empat golongan motivasi belajar siswa, antara lain :

1. Motivasi instrumental dimana siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.

2. Motivasi sosial dimana siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol. 3. Motivasi berprestasi dimana siswa belajar untuk meraih

prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.

4. Motivasi intrinsik siswa belajar karena keinginannya sendiri. Menurut Amri (2013: 169) dengan adanya motivasi, maka siswa akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan, dan manfaatnya. Sedangkan Dalyono (Amri, 2013: 169) motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa, motivasi belajar adalah suatu kekuatan atau dorongan baik dalam diri siswa


(41)

25

maupun dari luar diri siswa yang dapat merubah perilaku siswa dalam belajar.

2.3.2 Alat Ukur Motivasi Belajar

Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang dalam mengamati motivasi belajar siswa digunakan lembar observasi motivasi belajar yang berisi beberapa indikator motivasi belajar yang nantinya akan diisi oleh observer yang mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas.

Arifin (2011: 152) menyatakan motivasi dan keterampilan dapat diukur dengan tes perbuatan, adapun perubahan sikap dan pertumbuhan siswa dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap dan lain-lain. Notoadmojo (2005: 135) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu : a) tes proyektif, b) kuesioner, dan c) observasi.

Arikunto (2010: 30) menyatakan observasi/ pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Sedangkan menurut Trianto (2011: 233) observasi/pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi observasi dipakai untuk a) menilai minat, sikap, dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan b) melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok.

Menurut Arifin (2011: 153) mengungkapkan observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam


(42)

26

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan utama observasi yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.

2. Untuk mengukur perilaku kelas baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik, interaksi peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya terutama kacakapan sosial.

Adapun kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:

a) Kelebihan observasi

1. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena

2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.

3. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi.

4. Tidak terikat dengan laporan pribadi. b) Kelemahan observasi

1. Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca.

2. Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

3. Biasanya masalah pribadi sulit diamati.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa alat ukur motivasi yang tepat digunakan adalah lembar observasi yaitu dengan cara mengamati segala perilaku dalam setiap kegiatan untuk mengetahui penilaian proses dan hasil belajar dalam pembelajaran.


(43)

27

2.3.3 Pengertian Kerja Kelompok

Menurut Homans kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung. (http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-karakteristik

kelompok.html, 2013)

Menurut Dhino kelompok adalah sekumpulan orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka, imbasnya, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok.

Karakteristik kerja kelompok sebagai berikut :

1. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik secara verbal maupun non verbal.

2. Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.

3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.

4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.

5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.

(http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-karakteristik-kelompok.html, 2013)

Menurut De Vito kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma,


(44)

28

atau peraturan yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.

(http://jl-hengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html, 2011) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kerja kelompok adalah kumpulan individu yang bekerja sama dan saling berinteraksi satu sama lain. Saling berkomunikasi dengan mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi individu dan tercipta sebuah ikatan yang erat diantara anggota kelompok. Dengan demikian motivasi kerja kelompok adalah suatu kekuatan atau dorongan dari dalam maupun luar suatu kelompok yang dapat merubah perilaku dalam belajar dengan mengutamakan kepentingan bersama.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Apabila guru kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran tematik menggunakan metode inquiry dengan langkah-langkah yang tepat dan baik, maka akan meningkatkan motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa”.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat Wardhani, (2008: 1.4). Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Adapun siklus dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:


(46)

30

Siklus Penelitian Tindakan Kelas (sumber dari Arikunto 2006: 16)

1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat, Kota Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian tindakan kelas adalah siswa di kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat, Kota Metro. Jumlah murid saat ini sebanyak 28 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data. Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi Siklus I

Pengamatan Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Perencanaan

Siklus III Refleksi


(47)

31

karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk penilaian kompetensi pengetahuan (kognitif) dilakukan dengan cara pemberian tes tertulis berupa pertanyaan singkat. b. Teknik non tes

Teknik non tes digunakan untuk penilaian kompetensi sikap (afektif) melalui observasi (pengamatan) dengan cara observer (pengamat) mengamati kegiatan pembelajaran dan mengumpulkan data untuk mengetahui motivasi kerja kelompok dan kinerja guru. Sedangkan Penilaian keterampilan (psikomotorik) melalui unjuk kerja yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dan dinilai menggunakan daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik.

3.3 Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain:

1. Lembar observasi, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi kerja kelompok dan kinerja guru dalam proses belajar selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa yaitu penilaian terhadap sikap,


(48)

32

pengetahuan dan keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik.

3.4Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan dinamika proses belajar, sasarannya adalah data tentang motivasi kerja kelompok dan kinerja guru yang bersumber dari lembar pengamatan.

Persentase motivasi kerja kelompok dan hasil belajar setiap siswa serta kinerja guru

diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

N = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

( sumber dari Purwanto 2008: 102 )

Tabel 1 Predikat untuk Kinerja Guru sebagai berikut :

Predikat Nilai

Amat Baik (AB) 90 < AB ≤ 100

Baik (B) 80 < B ≤ 90

Cukup (C) 70 < C ≤ 80

Kurang (K) ≤ 70

(sumber dari Badan PSDMPK-PMP, 2013: 151)

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa sebagai kesimpulan keberhasilan penelitian. Analisis yang didapat dari hasil belajar siswa yang dilakukan melalui penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan.

R

N = X 100 SM


(49)

33

Tabel 2 Indeks Nilai Kuantitatif dengan skala 1 - 4 dan 0 - 100 adalah :

Konversi nilai akhir Predikat (Pengetahuan dan

Keterampilan)

Klasifikasi sikap dan Ekstrakurikuler Skala 0-100 Skala 0-4

86-100 4 A

SB (sangat baik)

81-85 3.66 A-

76-80 3.33 B+

B (baik)

71-75 3.00 B

66-70 2.66 B-

61-65 2.33 C+

C (cukup)

56-60 2 C

51-55 1.66 C-

46-50 1.33 D+

K (kurang)

0-45 1 D

(sumber dari Badan PSDMPK-PMP, 2013: 108) 3.5Prosedur Penelitian

Siklus I

Tema : Tempat Tinggalku

Sub Tema : Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran: 1 (satu)

1. Tahap Perencanaan

a) Menganalisis kompetensi dasar dan indikator.

b) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi yang terdiri dari soal, sumber belajar, dan media yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

c) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi kerja kelompok dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.


(50)

34

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dengan menanyakan kabar mereka. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan dimana kalian tinggal?

b) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan apa tujuan yang akan dicapai dari kegiatan tersebut dengan bahasa yang sederhana yang dapat dipahami.

b.Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan tentang tempat tinggal mereka adalah Kota Metro di Provinsi Lampung Pulau Sumatera. Untuk lebih jelasnya guru memperlihatkan peta Pulau Sumatera dan menujukkan dimana letak Provinsi Lampung terutama letak kota Metro.

b) Siswa diminta maju untuk menunjukkan kota-kota apa saja yang terletak di sebelah utara, selatan, barat dan timur pada peta Provinsi Lampung.

c) Siswa duduk secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan secara individu siswa mengamati peta Pulau Sumatera. Siswa mendiskusikan jawaban dalam kelompoknya kemudian guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan jawabannya. Guru sudah menyediakan kompas untuk menunjukkan posisi suatu benda sesuai dengan arah mata angin.

d) Guru mengajak siswa untuk keluar kelas kemudian berdiri menghadap ke arah matahari. Kemudian guru bertanya berada di sebelah manakah bayanganmu? Matahari terbit di sebelah timur maka bayanganmu berada


(51)

35

di sebelah barat. Guru meminta siswa untuk merentangkan tangan dan menentukan arah utara, selatan, barat, dan timur .

e) Siswa diminta untuk menuliskan benda-benda yang ada di arah utara, selatan, barat, dan timur. Siswa ke depan kelas untuk membacakan jawabannya siswa dapat memperagakannya dengan membentangkan tangan kemudian siswa yang lain dapat memberi masukan. Guru menyimpulkan benda-benda yang ada di arah utara, selatan, barat, dan timur.

f) Guru meminta siswa mengamati gambar Pulau Papua dan siswa diminta untuk mencari kota Wamena dan melingkarinya. Siswa menuliskan batas-batas dari kota Wamena. Siswa juga menjawab pertanyaan yang telah disediakan mengenai posisi kota Wamena.

g) Guru menjelaskan tentang legenda pada peta yang dibaca. Kemudian siswa diminta membuat pulau impian sesuai dengan keinginan siswa dan disertai dengan pertanyaan yang dibuat siswa.

h) Guru meminta siswa untuk membaca teks tentang kota Wamena dan kemudian menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Setelah itu juga siswa menyimpulkan dari teks yang telah dibaca dan mempresentasikan di depan kelas.

i) Setelah itu guru memberikan sebuah lagu dari Papua yaitu lagu Apuse dan guru mengajarkan cara membaca notasi angka dan panjang pendek lagu tersebut.

j) Kemudian siswa diminta satu persatu menyanyikan lagu Apuse dengan notasi angka.


(52)

36

k) Siswa melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

c. Kegiatan Penutup

a) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan.

b) Guru melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa

untuk tetap rajin belajar.

3. Tahap Observasi

a) Menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran

b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik pada kelas IVB.

c) Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran.

d) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a) Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan observasi. b) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran tematik

dengan menggunakan metode inquiry.

c) Melakukan refleksi terhadap kesesuaian media yang digunakan dalam proses pembelajaran.


(53)

37

Siklus II

Tema : Tempat Tinggalku

Sub Tema : Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran : 2 (dua)

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

1. Tahap Perencanaan

a) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.

b) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.

c) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi yang terdiri dari soal, sumber belajar, dan media yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi kerja kelompok dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dengan menanyakan kabar mereka

b) Sebelum memulai pelajaran guru mengingatkan siswa tentang kota Metro dan Wamena yang telah dipelajari di pelajaran sebelumnya, dan


(54)

38

menanyakan apa yang kalian ketahui tentang kota Metro dan Wamena? dan siswa menjawab dengan mengangkat tangan

c) Kemudian guru menunjukkan peta Kepulauan Seribu, dan menanyakan apa yang kalian pikirkan ketika mendengar Kepulauan Seribu? Dan kira-kira berapa jumlah pulau di Kepulauan Seribu? Siswa pun menjawab pertanyaan itu dengan bergantian, kemudian guru menulis jawaban itu di papan tulis

b. Kegiatan Inti

a) Siswa membaca teks tentang kondisi alam Kepulauan Seribu. Kemudian duduk berkelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dari informasi yang siswa dapatkan siswa akan mendiskusikan dalam kelompoknya. Setelah itu siswa diminta menceritakan kembali tentang kondisi alam Kepulauan Seribu.

b) Siswa menjawab pertanyaan tentang kondisi alam Kepulauan Seribu. c) Siswa mengamati gambar Kepulauan Seribu, dan kemudian siswa secara

bergantian menyebutkan nama-nama pulau yang ada di Kepulauan Seribu berdasarkan arah utara, selatan, barat, dan timur.

d) Guru menanyakan kepada siswa apakah kalian tahu bahwa warna di peta menunjukkan perbedaan daratan?

e) Guru menguatkan mengenai legenda warna pada peta setelah itu siswa diminta menjawab pertanyaan tersebut mendiskusikannya dengan teman sebangku.


(55)

39

f) Siswa diminta untuk mengamati peta pulau jawa kemudian siswa menuliskan kota-kota yang merupakan dataran tinggi dan dataran rendah pada lembar yang telah disediakan.

g) Siswa mengamati gambar pada buku kemudian membuat 5 pertanyaan tentang kenampakan alam.

h) Kemudian siswa mendiskusikan hasil pengamatannya dan kemudian menuliskan perbedaan dari ketiga tempat pada gambar.

i) Siswa melakukan wawancara kepada 5 orang teman kemudian siswa menanyakan kepada temannya tentang tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi.

j) Kemudian siswa menuliskan hasil wawancaranya.

k) Siswa melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

c. Kegiatan Penutup

a) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan.

b) Guru melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa

untuk tetap rajin belajar.

3. Tahap Observasi

a) Menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran

b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik pada kelas IVB.

c) Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran.


(56)

40

d) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a) Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan observasi. b) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran tematik

dengan menggunakan metode inquiry.

c) Melakukan refleksi terhadap kesesuaian media yang digunakan dalam proses pembelajaran.

d) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

Siklus III

Tema : Tempat Tinggalku

Sub Tema : Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran : 3 (tiga)

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus III. Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi:

1. Tahap Perencanaan

a) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II.

b) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi dari siklus II.


(57)

41

c) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi yang terdiri dari soal, sumber belajar, dan media yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi kerja kelompok dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dengan menanyakan kabar mereka

b) Sebelum memulai pelajaran guru mengingatkan siswa tentang Kepulauan Seribu, setelah kita mengenal Kepulauan Seribu sekarang kita akan mengenal pulau Bali. Kemudian guru menunjukkan peta pulau Bali.

b. Kegiatan Inti

a) Siswa menganalisa pulau Bali. Siswa berdiskusi untuk menemukan kenampakan alam yang ada di Bali dengan benar. Kemudian siswa mempresentasikan di depan kelas.

b) Siswa mengamati rute rumah Paman di Denpasar. Siswa menjawab pertanyaan dengan menjelaskan rute tersebut sesuai arah mata angin Kemudian mendiskusikan dengan kelompok masing-masing.

c) Siswa mengamati denah rumah Made. Kemudian siswa membuat 5 pertanyaan tentang kenampakan alam. Kemudian pertanyaan tersebut ditukarkan dengan teman sebangku dan meminta temannya untuk menjawab pertanyaan tersebut.


(58)

42

d) Siswa mengamati gambar dan teks tentang sungai kemudian diskusikan dengan kelompok apa yang telah diketahui, apa yang ingin diketahui, dan apa yang dipelajari ? Siswa dapat mencari informasi tentang perairan melalui apa saja kemudian disampaikan di depan kelas.

e) Siswa melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

c. Kegiatan Penutup

a) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan.

b) Guru melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa

untuk tetap rajin belajar.

3. Tahap Observasi

a) Menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.

b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik pada kelas IVB.

c) Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran.

d) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a) Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan observasi. b) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran tematik


(59)

43

c) Melakukan refleksi terhadap kesesuaian media yang digunakan dalam proses pembelajaran.

d) Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa. e) Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

f) Mengumpulkan dan menyusun data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III untuk digunakan dalam penyusun Proposal Tindakan Kelas.

3.6Indikator Kerberhasilan

Kegiatan penelitian ini berhasil jika terjadi:

1. Peningkatan motivasi kerja kelompok pada kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik.

2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan terhadap siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat pada pembelajaran tematik dengan menggunakan metode inquiry dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan metode inquiry pada pembelajaran tematik terbukti dapat meningkatkan motivasi kerja kelompok. Siklus I sebesar 61,6 dengan predikat cukup, siklus II sebesar 68,9 dengan predikat baik dan pada siklus III sebesar 80 dengan predikat baik, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,3 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11,1.

2. Penggunaan metode inquiry pada pembelajaran tematik terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 65,2 dengan predikat cukup, siklus II sebesar 70 dengan predikat baik, dan siklus III sebesar 80 dengan predikat baik.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

1. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih memahami manfaat metode pembelajaran, khususnya metode inquiry karena metode ini cocok dalam


(61)

70

pembelajaran tematik dan juga memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam melatih keterampilan. Tentunya harus diimbangi dengan motivasi belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

2. Guru

Sebaiknya dalam menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik, sehingga pembelajaran yang diharapkan akan tercapai dengan baik.

3. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai serta dapat memotivasi guru-guru untuk berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Antara lain seperti penggunaan media realia sehingga bisa membantu mewujudkan visi dan misi sekolah.

4. Peneliti

Disarankan untuk dapat mengembangkan pengetahuan serta keterampilan dalam pembelajaran tematik, sehingga kelak menjadi guru yang profesional.


(62)

71

DAFTAR PUSTAKA

Agusariyanto, Catur. 2012. Macam-macam Inquiry. Diakses Rabu, 10 September 2014 pukul 15.00. http://caturagusariyanto.blogspot.com/2012/07/macam-macam inquiry.html.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Angga, Kadek. 2012. Contoh Kisi-kisi. diakses Sabtu, 18 Januari 2014 pukul 14.00. http://anggagocill.blogspot.com/2011/12/contoh-kisi-kisi.html. Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama

Widya. Bandung.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. . 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dhino. 2013. Pengertian dan Karakteristik Kelompok. Diakses Sabtu, 8 Februari 2014 pukul 07:46 (http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-karakteristik-kelompok.html)

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Suhana Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hardini, Isriani & Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Familia. Yogyakarta.

Hengki. 2011. Definisi Kelompok. Diakses Sabtu, 8 Februari 2014 pukul 07:46 http://jl-hengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Semester II Sekolah Dasar. Badan PSDMPK-PMP. Jakarta.


(63)

72

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Tema 8 Tempat Tinggalku Buku Guru. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Tema 8 Tempat Tinggalku Buku Siswa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Nabisi, Lapono dkk. 2008. Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Dikjen Dikti. Jakarta.

Notoatmojo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku. Rineke Cipta. Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Suprijono , Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta.

Jakarta.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Prenada Media Group. Jakarta.

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, I.G.A.K dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

d) Siswa mengamati gambar dan teks tentang sungai kemudian diskusikan dengan kelompok apa yang telah diketahui, apa yang ingin diketahui, dan apa yang dipelajari ? Siswa dapat mencari informasi tentang perairan melalui apa saja kemudian disampaikan di depan kelas.

e) Siswa melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

c. Kegiatan Penutup

a) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan.

b) Guru melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap rajin belajar.

3. Tahap Observasi

a) Menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.

b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik pada kelas IVB.

c) Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran.

d) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a) Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan observasi. b) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran tematik


(2)

proses pembelajaran.

d) Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa. e) Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

f) Mengumpulkan dan menyusun data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III untuk digunakan dalam penyusun Proposal Tindakan Kelas.

3.6Indikator Kerberhasilan

Kegiatan penelitian ini berhasil jika terjadi:

1. Peningkatan motivasi kerja kelompok pada kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry

dalam pembelajaran tematik.

2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan terhadap siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat pada pembelajaran tematik dengan menggunakan metode inquiry dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan metode inquiry pada pembelajaran tematik terbukti dapat meningkatkan motivasi kerja kelompok. Siklus I sebesar 61,6 dengan predikat cukup, siklus II sebesar 68,9 dengan predikat baik dan pada siklus III sebesar 80 dengan predikat baik, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,3 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11,1.

2. Penggunaan metode inquiry pada pembelajaran tematik terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 65,2 dengan predikat cukup, siklus II sebesar 70 dengan predikat baik, dan siklus III sebesar 80 dengan predikat baik.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

1. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih memahami manfaat metode pembelajaran, khususnya metode inquiry karena metode ini cocok dalam


(4)

pembelajaran tematik dan juga memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam melatih keterampilan. Tentunya harus diimbangi dengan motivasi belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

2. Guru

Sebaiknya dalam menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran tematik, sehingga pembelajaran yang diharapkan akan tercapai dengan baik.

3. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai serta dapat memotivasi guru-guru untuk berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Antara lain seperti penggunaan media realia sehingga bisa membantu mewujudkan visi dan misi sekolah.

4. Peneliti

Disarankan untuk dapat mengembangkan pengetahuan serta keterampilan dalam pembelajaran tematik, sehingga kelak menjadi guru yang profesional.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agusariyanto, Catur. 2012. Macam-macam Inquiry. Diakses Rabu, 10 September 2014 pukul 15.00. http://caturagusariyanto.blogspot.com/2012/07/macam-macam inquiry.html.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Angga, Kadek. 2012. Contoh Kisi-kisi. diakses Sabtu, 18 Januari 2014 pukul 14.00. http://anggagocill.blogspot.com/2011/12/contoh-kisi-kisi.html. Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama

Widya. Bandung.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. . 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dhino. 2013. Pengertian dan Karakteristik Kelompok. Diakses Sabtu, 8 Februari 2014 pukul 07:46 (http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-karakteristik-kelompok.html)

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Suhana Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hardini, Isriani & Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Familia. Yogyakarta.

Hengki. 2011. Definisi Kelompok. Diakses Sabtu, 8 Februari 2014 pukul 07:46 http://jl-hengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru

Implementasi Kurikulum 2013 Semester II Sekolah Dasar. Badan


(6)

Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Tema 8 Tempat Tinggalku Buku Guru. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Tema 8 Tempat Tinggalku Buku

Siswa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Nabisi, Lapono dkk. 2008. Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Dikjen Dikti. Jakarta.

Notoatmojo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku. Rineke Cipta. Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Suprijono , Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta.

Jakarta.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Prenada Media Group. Jakarta.

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, I.G.A.K dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 67

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 68

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 70

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 70

PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 8 63

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVA SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 75

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 07 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 71

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76