99 Kemudian, masalah data yang dijadikan alasan tidak ada upaya
pembinaan terhadap kaum waria sebaiknya segera terselesaikan dengan mendatangi IWAYO atau lembaga lainnya yang memiliki data tentang
jumlah waria yang ada di Yogyakarta dan kemudian dilakukan verifikasi. Pemberian pendidikan yang layak dan pekerjaan yang layak juga
akan berpengaruh terhadap derajat sosial dan kemapanan kehidupan kaum waria.
Hal yang paling penting adalah paradigma dan perilaku birokrasi hendaknya digeser dari yang semula berparadigma “pengaturan,
pengendalian, dan pembinaan” menjadi paradigma “pelayanan, pemberdayaanm, dan fasilitas pembangunan”.
2. Bagi IWAYO
Saran kepada organisasi Ikatan Waria Yogyakarta agar lebih melakukan pendidikan secara mandiri kepada waria-waria agar mereka
memahami bahwa mereka juga memiliki hak yang sama dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut sebagai upay menyeragamkan pendapat
di anatara mereka untuk bertindak membela diri. Selain itu, diberi pengertian bahwa tidak semua masyarakat
memandang rendah kaum waria, sehingga mereka tidak merasa minder untuk bergaul dengan orang lainnya.
Kemudian, meningkatkan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya menjadi satu hal yang baik
100 agar stigma negatif dari masyarakat semakin berkurang. Serta melakukan
kegiatan yang lebih mengasah keterampilan guna meningkatkan kualitas kerja anggotanya, dan pada akhirnya dapat meminimalisir jumlah waria
yang bekerja tidak selayaknya.
3. Bagi Waria
Bagi kaum waria agar lebih menunjukkan perilaku positif yang dapat diterima masyarakat. Karena bagaimana pun juga hidup sebagai
waria akan selalu berdampingan dengan masyarakat secara umum. Karena sebagai waria juga memiliki hakekat sebagai makhluk sosial. Selain itu,
hendaknya waria lebih meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan yang diadakan oleh warga disekitarnya.
4. Bagi Masyarakat
Menjadi waria bukanlah faktor yang sengaja dibuat-buat melainkan memang secara psikologis mereka merasa bahwa dirinya
sebagai perempuan. Masyarakat perlu menyadaribahwa kedudukan waria sebagai bagian dari warga negara adalah sama. Pandangan negatif perlu
disingkirkan karena tidak semua waria berperilaku menyimpang. Perbedaan perilaku, baik-tidak pun terjadi bagi masyarakat pada
umumnya.
101
DAFTAR PUSTAKA
Addi Mawahibun Idhom. 2011. Ini Dia Pesantren Khusus Waria. Diakses dari http:bit.ly1fROGwc
pada 28 September 2013, pukul 13.03 WIB. Aryanto Rido Triawan. 2008. Jadi Kau Tidak Merasa Bersalah? Studi Kasus
Diskriminasi dan Kekerasan terhadap LGBTI. Jakarta: Citra Grafika. Binti Maunah. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: TERAS.
BNJ. 2009. Waria Tidak Miliki Kesempatan Bekerja Normal. Diakses dari http:bit.ly1k39NAQ
pada 26 September 2013, pukul 08.47 WIB. Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif – Pemahaman
Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
______________. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo. Dede Rosyada, dkk. 2005. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat
Madani. Jakarta: Prenada Media. Deddy Mulyana. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Gunawan Setiardja. 1993. Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Kanisius.
Hesti Puspitosari Sugeng Pujileksono. 2005. Waria dan Tekanan Sosial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Huijbers, Theo. 1982. Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah. Yogyakarta: Kanisius.
Husaini Usman Purnomo S. Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Suparyogo Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Joko Sulisyanto. 1997.Hak Asasi manusia di Negara Pancasila: Suatu tindauan Yuridis Normatif tentang Sejarah hak Asasi Manusia dalam Hubungannya
102 dengan Undang-undang dasar 1945. Jakarta. JurnalPasca Sarjana
Fakultas Hukum UI. Hlm. 14. Koeswinarno. 2004. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: LKis Pelangi.
Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Majda El-Muhtaj. 2009. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.
M. Annas Fauzi. 2007. Prilaku Homoseksual Waria Terhadap Penyakit Menular Seksual HIVAIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses dari http:bit.ly1eMug5D
pada tanggal 11 September 2013, pukul 09.35 WIB.
Mansyur Effendi. 1994. Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mardha Tresnowaty Putri dan Hadi Sutarmanto. 2009. Kesejahteraan Subjektif Waria Pekerja Seks Komersial PSK. Jurnal Psikohumanika. 2II. Hlm.
46-55. Mc Chesney, Allan. 2003. Memajukan dan Membela Hak-hak Ekonomi, Sosial,
dan Budaya alih bahasa: Irawan. Yogyakarta: Insist. Miles, M.B. Huberman, A.M. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI
Press. Nevid, J.S Rathus, S.A. 1995. Human sexuality in a world of diversity. USA :
Allyn Bacon. Nur Hamid. 2011. Perlindungan Hukum Bagi Waria Dari Tindak Kekerasan
Dalam Rumah Tangga KDRT Perspektif Hukum Islam. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Diakses dari
http:bit.lyMq3etS pada 26 September 2013, pukul 08.38 WIB.
Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kulaitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 Tahun 2008 Tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Yogyakarta.
103 Rhona K.M. Smith, dkk. 2009. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta:
PUSHAM UII. Soehartono. 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soejono Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian-Suatu Pemikiran dan Penerapan.Jakarta: Rineka Cipta.
Sri Yuliani. 2011. Menguak Konstruksi Sosial di Balik Diskriminasi Terhadap Waria. Universitas Negeri Surakarta. Diakses dari
http:bit.ly1bjCaCS pada 26 September 2013, pukul 08.43 WIB.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta.
Sutopo. 1996. Metode PenelitianKualitatif. Surakarta: UNS Press. Todung Mulya Lubis. 2005. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Zainal Abidin. 2013. Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Deputi
Direktur Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat ELSAM. Jakarta. Diakses dari
http:bit.ly1i15uUC pada 27 September 2013, pukul 09.37
WIB. Zainal Aqib. 2010. Membangun Prestise Sekolah Standar Nasional Sekolah
Berstandar Internasional. Bandung: CV. Yrama Widya. Zunly Nadia. 2005. Waria: Laknat atau Kodrat?. Yogyakarta: Galang Press.
104
Lampiran I. Pedoman Wawancara Waria PEDOMAN WAWANCARA
WARIA Identitas Diri
Nama :
Usia :
Pokok-pokok Pertanyaan:
1. Apa latar belakang anda memilih menjadi seorang waria? 2. Apakah anda tahu, bahwa di Indonesia dalam setiap peraturan tidak
pernah disebutkan kata-kata waria? 3. Jika jawaban no.2 “iya”, mengapa anda tetap memilih menjadi seorang
waria? 4. Apakah selama ini anda pernah mengalami diskriminasi dalam
pemenuhan hak pendidikan sebagai warga negara? 5. Jika jawaban no.4 “iya” dari mana asal diskriminasi itu? apakah dari
masyarkat atahu dari pemerintah instansi pendidikan atahu
keduanya? 6. Diskriminasi yang dilakukan dalam bentuk apa?
7. Apakah anda pernah melakukan upaya untuk memperjuangkan hak- hak pendidikan anda? Jika “iya” uapaya macam apa yang dilakukan?
8. Apakah ada tanggapan dari pemerintah? 9. Menurut anda bagaimana solusi agar hak pendidikan anda terjamin dan
jauh dari diskriminasi?
105
Lampiran II. Pedoman Wawancara Dinas dan Lembaga PEDOMAN WAWANCARA
DINAS-DINAS DAN LEMBAGA PEMERHATI Identitas
Nama :
Jabatan :
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana anda memandang keberadaan waria di Yogyakarta? 2. Apakah anda tahu bahwa para waria masih merasa mengalami
diskriminasi? 3. Menurut anda, boleh atahu tidak waria menjadi pejabat publik artinya
jika memang mampu cara syarat, mereka dapat menjadi pejabat publik seperti anda?
4. Jika no.3 “iya”, apa alasannya? 5. Jika no.3 “tidak”, apa alasannya?
6. Apakah ada peraturan khusus dari pemerintah daerah untuk menjamin waria memperoleh akseshak pendidikan di Yogyakarta?
7. Apakah dari pemerintah daerah pernah melakukan upaya-upaya guna melindungi hak pendidikan waria di Yogyakarta?
8. Upaya semacam apa yang pernah dilakukan oleh Pemda Yogyakarta? 9. Apakah menurut anda jaminan khusus terhadap waria itu diperlukan?
Alasannya apa? 10. Apa anda tahu bahwa para waria pernah melakukan upaya guna
menuntut dipenuhinya hak-hak pendidikan mereka? Bagiamana tanggapan anda terhadap tuntutan mereka?
11. Bagaimana pelayanan birokrasi yang dilakukan pemerintah daerah terahadap para waria?
106
Lampiran III. Hail Wawancara Waria CATATAN WAWANCARA CW I
A. Waria 1. Ketua IWAYO