63
j. Komunitas WatesKulonprogo
Koordinator Komunitas WatesKulonprogo adalah“DN”. Komunitas ini sebenarnya bertujuan untuk mewadahi semua waria yang tinggal di
WatesKulonprogo namun waria yang bergabung baru sembilan orang. 2 orang dari mereka bisa dibilang masih setengah-setengah
menjadi waria. Maksudnya,dari segi penampilan, mereka masih berpakaian laki-laki pada siang hari.
4. Kondisi Subjek Penelitian a. Identitas Subjek
Terdapat tiga subyek penelitian perwakilan dari waria anggota IWAYO. Pertama, Ketua IWAYO, “SR”. Waria yang lahir di Bantul
pada 15 Oktober 1962 ini memiliki banyak pengalaman di berbagai organiasai. Pengalaman itu dia dapat sejak berkegiatan selama sekolah
hingga dalam dunia perkuliahan di UGM. Kedua, Bendahara IWAYO, “SL”. Waria yang lahir di Balai
Satu, Manggopoh, Kecamatan Lubung, Kabupaten Agam, Sumatra Barat itu memiliki sejumlah pengalaman hidup saat memperjuangakan
diri untuk memperoleh pekerjaan. Dia sering mendapat penolakan di dunia kerja lantaran menjadi waria. Pengalaman yang pernah dialami
waria yang lagir pada 06 Juni 1979 itu memutuskan bergabung
dengan IWAYO dan membantu kawan-kawan senasibnya.
64 Subjek terakhir, “CC” adalah waria biasa yang beruntung
memiliki keluarga yang mendukung dia dalam memperoleh hak pendidikan. Kisah perjuanagan waria asal Ponorogo, Jawa Timur
tersebut menjadi sebuah cerita yang bisa menjadi hal untuk memotivasi waria lain. Kemampuan akademik “CC” tidak berbeda
dengan manusia lain. Hanya dia pernah ditolak dalam instasi perguruan tinggi lantaran menjadi waria.
B. Data Penelitian 1. Pemenuhan Hak Pendidikan Waria di Yogyakarta
Hak pendidikan merupakan hak setiap manusia begitu juga dengan kaum waria di Yogyakarta. Hak-hak pendidikan setiap warga negara sudah
dijamin dalam konstitusi yakni Undang-undang Dasar 1945 bahkan sudah ditegaskan pula dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No. 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya KIHESB. Waria sebagai warga negara memiliki hak yang sama seperti warga
negara lainnya. Pemerintah sebagai pembuat dan penyelenggara kebijakan bertanggung jawab atas terpenuhinya, secara khusus hak pendidikan
terhadap warganya. Dalam KIHESB Pasal 13 dan 14 menetapkan bahwa setiap
manusia mempunyai hak memperoleh pendidikan, bahwa hak ini