THE CONVENTION ON LONG RANGE TRANSBOUNDARY AIR POLLUTION 1979

4. Harus didukung dengan bukti yang jelas dan meyakinkan. Batasan kerusakan yang demikian disebut dengan high – threshold atau batasan tinggi yang bersifat ketat karena syarat yang harus dipenuhi dapat dikatakan sangat berat. Di samping itu Tribunal juga menyatakan bahwa baik hukum internasional maupun hukum perdata Amerika Serikat tidak membenarkan pernyataan tentang adanya “the right to use or permit to use as its territory in such a manner as to cause injury by fumes in or to the territory of another at the properties or persons thereof”. 24 Pertama, ia merupakan konvensi multilateral pertama dalam bidang pengendalian polusi udara. Kedua, ia adalah konvensi pertama dalam “pencemaran dapat mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan atau kerugian atas kepemilikan yang terdapat di wilayah korban itu sendiri” Pernyataan ini merupakan penegasan secara implisit bahwa pencemaran dalam dari kerusakan dapat mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan atau setidaknya kerugian atas property atau kepemilikan yang terdapat di wilayah negara korban injured state itu sendiri.

B. THE CONVENTION ON LONG RANGE TRANSBOUNDARY AIR POLLUTION 1979

The convention on long Range Transboundary Air Pollution tahun 1979 yang selanjutnya akan disebut Konvensi Geneva merupakan suatu bentuk yang luar biasa. 24 www.american.edu TEDTRAIL. HTM tentang Trail Smelter Case, Op. Cit., Universitas Sumatera Utara perlindungan lingkungan hidup dimana hampir semua negara baik Eropa Barat dan Timur dan juga dari Amerika Utara turut berpartisipasi. Ketiga, ini adalah suatu konvensi dimana baik negara yang wilayah yurisdiksinya merupakan sumber polusi dan negara yang wilayah yurisdiksinya terkena polusi lintas batas itu saling bekerjasama. Oleh karena itu, pada pandangan pertama terlihat bahwa konvensi ini merupakan usaha yang sukses dalam bidang perlindungan lingkungan hidup. Pada dasarnya konvensi ini merupakan hasil dari negara – negara Skandinavia untuk menyadarkan masyarakat internasional tentang polusi udara lintas batas negara dan masalah – masalah lain yang sehubungan dengannya, seperti hujan asam yang dianggap sebagai penyebab utama rusaknya danau – danau di Skandinavia. Negara – negara Skandinavia berusaha menjadikan masalah polusi udara lintas batas sebagai suatu topik dalam UN Conference on the Human Environment tahun 1972 di Stockholm, namun kebanyakan negara – negara partisipan belum siap untuk membuat rekomendasi khusus mengenai masalah ini. Namun, usaha ini mendapat dukungan pada Conference on Security and Co – Operation in Europe CSCE di Helsinki. Bagian tertentu dari Final Act Helsinki ditujukan untuk masalah kerjasama di bidang lingkungan hidup, dan memerangi polusi udara yang disebutkan sebagai hal pertama dalam kerjasama tersebut. Pada tahun 1976 mulailah dibuat suatu perjanjian dalam polusi udara lintas batas negara, dan dalam waktu 3 tahun EEC berhasil menyelesaikan teks konvensi yang diaklamasi pada pertemuan tingkat tinggi dalam rencana kerja EEC tentang perlindungan lingkungan pada tanggal 13 hingga 15 November 1979 di Geneva. Konvensi ini Universitas Sumatera Utara ditandatangani di pertemuan tersebut oleh 35 negara partisipan termasuk komunitas eropa. Konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 16 Maret 1983 pada saat kedua puluh empat negara penandatangan telah meratifikasinya. Isi Konvensi Geneva Di satu sisi negara partisipan dari Eropa Barat dan Timur, dan juga negara – negara lain yang dengan cara lain melakukan atau terkena akibat dari polusi udara jarak jauh, akan menaruh harapan dengan adanya konvensi ini. Namun di sisi lain, harus disadari bahwa isi konvensi ini sangat terbatas. Dengan memandang pertanyaan penting mengenai bagaimana mengurangi dan mencegah polusi udara termasuk polusi udara jarak jauh, konvensi ini hanya memiliki kewajiban – kewajiban secara umum. a. Manajemen Kualitas udara Dalam konvensi ini manajemen kualitas udara hanya dijabarkan secara umum. Tidak ada kewajiban khusus, seperti mengurangi pembuangan asap zat pencemar tertentu dalam jumlah tertentu dan juga dalam jangka waktu tertentu, yang disetujui. Alasan dari ketidakadaan ini dapat ditemukan tidak hanya dari kurangnya bukti – bukti ilniah mengenai jenis, jumlah dan akibat dari zat – zat pencemar tertentu, tapi juga dari kurangnya keinginan politikuntuk ikut serta mengambil kewajiban khusus untuk mengurangi dan mencegah polusi udara. Pasal dalam konvensi Geneva yang berhubungan dengan hal ini dapat kita lihat dari pasal 2 yaitu : 25 25 Pasal 2, Konvensi Geneva, Tahun 1979 Universitas Sumatera Utara “ The Contracting Parties, taking due to account of the facts and problems involved, are determined to protect man and his environment agaisn’t air pollution and shall endeavour to limit and, as far as possible, gradually reduce and prevent air pollution including long – range transboundary air pollution.” “Pihak – pihak yang mengadakan kontrakperjanjian : disebabkan karena fakta dari laporan yang melibatkan masalah seperti yang ditetapkan yakni melindungi manusia dan lingkungannya terhadap polusi udara dan membatasinya sejauh mungkin sehingga akan berkurang dan mencegah meluasnya polusi udara”. Seperti yang dapat kita lihat dalam pasal 2 diatas, yang menjadi kewajiban adalah – “…… are determined to protect and his environment agaisn’t air pollution” “Ditetapkan untuk mencegah manusia dan lingkungannya terhadap polusi udara” – dan tujuannya – “……to limit and gradually reduce and prevent air pollution”. “membatasinya dan perlahan – lahan menguranginya serta mencegah polusi udara.” Selain itu terdapat usaha yang sama untuk mencegah kewajiban yang tertampau jauh mengenai manajemen kualitas udara seperti dalam pasal 6 konvensi Geneva : 26 “ Taking into accounts articles 2 to 5, the ongoing research, exchange of information and monitoring and the result theorof, the cost and effectivenees of local and other remedies and, in order to combat air pollution, in particular that originating from new or rebuilt instalations, each contracting party undertakes 26 Pasal 6 Konvensi Geneva, Tahun 1979 Universitas Sumatera Utara to develop the best policies and strategies including air quality management system and, as part of them, control measures compatible with balanced development, in particular by using the best available technology which is economically feasible and low – and non – waste technology.” “Mengenai laporan mencakup pasal 2 sampai 5 yakni mengenai penelitian yang sedang berlangsung, pertukaran informasi dan pencatatan hasilnya, biaya dan kemanjuran obat lokal dan lainnya dalam memberantas polusi udara, khususnya dari instalasi baru ataupun yang dibangun kembali maka setiap pihak yang mengadakan kontrakperjanjian berusaha menjalankan kebijaksanaan yang terbaik termasuk sistem manajemen untuk kualitas udara dan bagian – bagiannya seperti nilai kontrol yang cocok dan seimbang dengan perkembangan, khususnya dengan mempergunakan teknologi terbaik yan secara ekonomi aman untuk dikerjakan.” Dapat dilihat, pasal 6 tidak memberikan insentif bagi negara partisipan untuk mengadopsi tindakan – tindakan pengendalian yang membatasi dan secara efektif mencegah polusi udara, justru pasal 6 memberikan segala kemungkinan untuk melakukan tindakan apapun selama tidak merusak susunan ekonomi yang ada. b. Informasi dan Konsultasi Kewajiban negara untuk memberitahu dan berkonsultasi satu sama lain mengenai perlindungan lingkungan dan juga tentang jalan dan cara untuk mengendalikannya dikenal sebagai suatu prinsip dari hukum lingkungan Universitas Sumatera Utara internasional. 27 Menurut pasal 4 konvensi, negara – negara partisipan akan saling bertukar informasi dan menganalisa tindakan mereka, kegiatan ilmiah dan tindakan – tindakan secara teknik yang ditujukan untuk memerangi polusi udara. Bidang – bidang pertukaran informasi ditulis dalam pasal 8 konvensi Geneva yaitu : Selama negara tidak dapat menyamakan standarnya untuk aktifitas yang berhubungan dengan rusaknya lingkungan, kewajiban untuk memberitahu dan berkonsultasi satu sama lain menjadi sangat penting. Dengan cara ini, setidaknya kesadaran tentang adanya polusi lingkungan lintas batas negara akan terus dipromosikan dan kesadaran itu sendiri merupakan langkah awal untuk mengambil tindakan pencegahan apapun. 28 27 Lothar Gundling, Multilateral Co – Operation Of States Under The ECE Convention on Long Range Transboundary Air pollution , Netherlands, Martinus Nijhoff Publishers, 1986, hal. 23. 28 Pasal 8, Konvensi Geneva, Tahun 1979 “a data on emmisions at periods of time to be agrees upon, of agreed air pollutants, starting with sulphur dioxide, coming from grid – units of agreed size; or on the fluxes of agreed air pollutants, starting with sulphur dioxide, across national borders, at distances and at periods of time to be agreed upon; b major changes in national policies and in general industrial development, and their potential impact, which would be likely to cause significant change in long – range transboundary air pollution; c control technologies for reducing air pollution relevant to long – range transboundary air pollution; d the projected cost of the emmisions control of sulphur compounds and other major air pollutants on a national scale; Universitas Sumatera Utara e meteorological and physico – chemicals data relating to the processes during transmission; f physico – chemicals and biological data relating to the effects of long – range transboundary air pollution and the extent of the damage which these data indicate can be atributed to long – range transboundary air pollution; g national, sub regional and regional policies and strategies for the control of sulphur coumpounds and other major air pollutant.” “a. pencatatanpengeluaran data pada setiap waktu telah disetujui yakni bahan penyebab polusi udara seperti sulfur dioxide yang berasal dari satuan jaringan listrik dengan ukuran tertentu atau bahan penyebab polusi udara yang berubah terus menerus yang dinilai dari sulfur dioxide melampaui batas nasional pada jarak dan periode yang telah disetujui ; b. Perubahan utama pada kebijaksanaan nasional dan perkembangan yang berhubungan dengan industri secara umum serta yang dapat mempengaruhinya yang dapat menyebabkan perubahan yang nyata pada batas lintas polusi udara ; c. Secara teknologi, kontrol untuk menurunkan polusi udara adalah relevan terhadap jarak jauh batas polusi udara ; d. Biaya proyek kontrol pengeluaranpencatatan dari bahan – bahan campuran sulfur dan bukan polusi udara pada skala nasional ; e. Data – data yang berhubungan dengan meteorologi dan zat kimia yang berpengaruh terhadap manusia selama proses transmisi ; f. Data mengenai zat kimia yang berpengaruh kepada manusia dan kehidupan sebagai akibat dari luasnya batas lintas polusi udara dan luasnya tingkat Universitas Sumatera Utara kerusakan dimana data ini merupakan indikasi karena luasnya batas lintas polusi udara ; g. Kebijaksanaan nasional, sub regional serta regional strategi siasat untuk mengkontrol bahan – bahan campuran sulfur dengan bahan – bahan penyebab polusi udara yang lain.” Pasal 5 menyatakan bahwa konsultasi harus diadakan pada saat – saat awal antara negara yang terkena akibat dari polusi udara jarak jauh dengan negara yang di dalam wilayah negara tersebut terdapat sumber dari polusi udara jarak jau tersebut. Selain itu, sebuah negara dapat meminta konsultasi dari negara lain dengan syarat – syarat sebagai berikut : 1. pertama, apabila suatu negara terkena dampak dari polusi udara jarak jauh; 2. kedua, apabila negara yang dimintai konsultasi merupakan negara tempat sumber polusi udara jarak jauh itu berada; dan, 3. ketiga, sumber dari polusi udara itu berhubungan dengan kegiatan yang diadakan oleh negara yang disebut dalam syarat kedua. Universitas Sumatera Utara c. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan Implementasi dan perkembangan lebih lanjut tentang program kerjasama untuk mengawasi dan mengevaluasi perpindahan jarak jauh zat – zat pencemar di Eropa. Pasal 7 dalam Konvensi Geneva menyatakan tentang kerjasama antara negara – negara partisipan dalam hak penelitian dan pengembangan. Bidang kerjasama yang dimaksud adalah : 29 29 Pasal 7, Konvensi Geneva, 1979 “ a existing and proposed technology for reducing emmisions of sulphur coumpound and other major air pollutants, including technical and economic feasibility, and environmental consequences; b instrumentation and other technoques for monitoring and measuring emmisions rates and ambient concentrations of air pollutants; c improved models for a better understanding of the transmissions of long – range transboundary air pollutions; d the effects of sulphur coumpounds and other major air pollutants in human health and the environment, including agriculture, forestry, materials, aquatic and other natural ecosystems and visibility, with a view to estabilishing a scientific basis for doseeffects relationships designed to protect the environment; e the economic, social and environmental assessment of alternative measures for attaining environmental objectives including the reduction of long – range transboundary air pollutions; Universitas Sumatera Utara f education and training programmes related to the environmental aspects of pollution by sulphur coumpounds and other major pollutants.” “a. Teknologi yang ada dan dengan maksud untuk menurunkan akibat bahan – bahan penyebab utama polusi udara termasuk secara teknik dan tingkat keamanannya serta akibatnya terhadap lingkungan; b. Alat – alat dan cara lain untuk memonitor dan mengukur kecepatan emisi dan konsentrasi bahan penyebab polusi udara; c. Contoh yang dimanfaatkan untuk pengertian yang lebih baik dari polusi udara yang melebihi batas; d. Akibat dari campuran bahan – bahan termasuk sulfur dan bahan utama lainnya yang menyebabkan polusi udara terhadap kesehatan manusia dan lingkungan termasuk pertanian, kehutanan, laut dan ekosistem alam lainnya dan jarak pandang dengan dilihat berdasarkan ilmu pengetahuan untuk mengetahui hubungan sebab akibatnya untuk melindungi lingkungan; e. Penilaian ekonomi, kemasyarakatan serta lingkungan dengan nilai ukuran yang lain untuk mencapai suatu sasarantujuan termasuk menurunnya luas batas lintas polusi udara; f. Pendidikan serta program pelatihan berhubungan dengan aspek terhadap lingkungan oleh polusi yang disebabkan oleh bahan – bahan sulfur dan bahan penyebab polusi lainnya.” d. Badan Eksekutif Konvensi Geneva tidak hanya menyediakan kewajiban bagi negara-negara partisipan namun juga membentuk suatu rencana kerja institusional untuk Universitas Sumatera Utara menjaga implementasi dan perkembangan lebih lanjut dari konvensi itu sendiri. Untuk tujuan ini dua badan permanen yaitu sekretariat pasal 11 dan badan eksekutif pasal 10 . Badan eksekutif terdiri dari suatu majelis yang berisi wakil- wakil dari negara partisipan dan dinyatakan dalam rencana kerja senior advisors dalam ECE Government on Environmental problem. Badan ini mengadakan pertemuan secara teratur dan mempunyai tugas seperti yang ditulis dalam pasal 10 Konvensi Geneva : 30 30 Pasal 10, Konvensi Geneva, 1979 Implementasi Konvensi Geneva Apabila kita mencoba untuk mengevaluasi Konvensi Geneva secara keseluruhan maka kita akan mendapati bahwa hasil dari konvensi ini tidaklah terlalu memuaskan. Kewajiban untuk mengambil tindakan guna mengurangi polusi udara lintas batas hanya dituliskan secara umum. Tidak ada kewajiban dibawah Konvensi ini, untuk mengurangi zat-zat pencemar, seperti sulfur dioksida, dalam jangka waktu tertentu. Walaupun begitu, Konvensi ini tidak bisa dianggap sebagai suatu peristiwa yang berakhir dengan penandatanganannya dan mulai berlakunya saja. Namun Konvensi ini merupakan suatu proses, proses kerjasama yang di dalamnya tidak hanya kewajiban – kewajiban terbatas dari Konvensi ini di implementasikan, tapi ia juga menawarkan suatu kesempatan untuk mengembangkan kewajiban itu lebih jauh lagi dan untuk mengambil tindakan – tindakan yang diperlukan untuk mengurangi polusi udara lintas batas negara. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENGATURAN ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA

LINTAS BATAS NEGARA

A. BENTUK KERJASAMA MENGENAI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG TERDAPAT DI ASEAN

1. ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 Masalah – masalah lingkungan mengandung dimensi internasional dan juga bersifat timbal balik, yaitu dalam arti, bahwa dalam suatu peristiwa sebuah negara menjadi penderita pencemaran lingkungan, tetapi dalam peristiwa lain, kegiatan – kegiatan di dalam negara itu merupakan sumber pencemar lingkungan lintas batas. Oleh sebab itu, perlindungan lingkungan dipandang sebagai sebuah kepentingan bersama yang dapat diwujudkan jika terdapat kerjasama antar negara dalam lingkup global maupun regional. Sebagai sebuah perbandingan dapat dilihat dari upaya negara – negara di kawasan Eropa Barat dan Timur, serta amerika Utara untuk mengatasi masalah pencemaran udara lintas batas dan hujan asam acid rain, yaitu dengan menyepakati dan mengikatkan diri pada The Geneva Convention on the Long – Range Transboundary Air Pollution 1979. Konvensi ini juga mendorong negara – negara peserta konvensi untuk mengadakan kerjasama di bidang penelitian dan pengembangan, antara lain di bidang – bidang teknologi pengurangan emisi, instrumen atau teknik – teknik pemantauan dan pengukuran tingkat emisi dan konsentrasi emanien zat – zat pencemar udara, serta program pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan pengendalian udara. Universitas Sumatera Utara