BENTUK KERJASAMA MENGENAI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG TERDAPAT DI ASEAN

BAB IV PENGATURAN ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA

LINTAS BATAS NEGARA

A. BENTUK KERJASAMA MENGENAI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG TERDAPAT DI ASEAN

1. ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 Masalah – masalah lingkungan mengandung dimensi internasional dan juga bersifat timbal balik, yaitu dalam arti, bahwa dalam suatu peristiwa sebuah negara menjadi penderita pencemaran lingkungan, tetapi dalam peristiwa lain, kegiatan – kegiatan di dalam negara itu merupakan sumber pencemar lingkungan lintas batas. Oleh sebab itu, perlindungan lingkungan dipandang sebagai sebuah kepentingan bersama yang dapat diwujudkan jika terdapat kerjasama antar negara dalam lingkup global maupun regional. Sebagai sebuah perbandingan dapat dilihat dari upaya negara – negara di kawasan Eropa Barat dan Timur, serta amerika Utara untuk mengatasi masalah pencemaran udara lintas batas dan hujan asam acid rain, yaitu dengan menyepakati dan mengikatkan diri pada The Geneva Convention on the Long – Range Transboundary Air Pollution 1979. Konvensi ini juga mendorong negara – negara peserta konvensi untuk mengadakan kerjasama di bidang penelitian dan pengembangan, antara lain di bidang – bidang teknologi pengurangan emisi, instrumen atau teknik – teknik pemantauan dan pengukuran tingkat emisi dan konsentrasi emanien zat – zat pencemar udara, serta program pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan pengendalian udara. Universitas Sumatera Utara Jika negara – negara di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara dihadapkan pada masalah pencemaran udara lintas batas yang bersumber dari kegiatan industri yang telah mendorong mereka untuk menyepakati Konvensi Geneva 1979, maka negara – negara ASEAN dihadapkan pada masalah pencemaran udara lintas batas yang bersumber dari kebakaran hutan. Kebakaran hutan merupakan masalah lingkungan yang telah mendapatkan perhatian ASEAN sejak tahun 1985, yaitu melalui ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 selanjutnya disebut ASEAN ACNN. 31 ASEAN ACNN merupakan kerangka hukum kerjasama negara – negara ASEAN dalam bidang konservasi alam dan sumber daya alam secara umum. Namun di dalamnya ASEAN ACNN juga memuat kewajiban – kewajiban negara ASEAN untuk mencegah kebakaran hutan, sebagaimana tercermin dalam pasal 6 ayat 1 dan 2 yaitu : 32

a. control clearance of vegetation; prevent bush and forest

fire…” “1 The contracting parties shall, in the view of the role of vegetation and forest cover in the functioning of natural ecosystems, take all necessary measures to ensure the conservation of the vegetation cover and in particular of the forest cover on lands under their jurisdiction.” “2 they, in particular, endeavor to : 31 Takdir Rahmadi, “Aspek-Aspek Hukum Kebakaran Hutan” Jurnal Hukum Lingkungan Agustus 1999 hal. 87 32 Pasal 6 ayat 1 dan 2 ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 Universitas Sumatera Utara “ 1. Pihak yang mengadakan kontrak perjanjian pada peraturan tumbuhan serta hutan lindung terhadap kegunaan ekosistem yang alami mencakup semua nilai ukuran yang perlu untuk menjamin perlindungan alam terhadap tumbuhan yang dilindungi terutama terhadap hutan lindung pada daratan yang dikuasai hukum.” “ 2. Terutama, mereka mengusahakan : a. mengkontrol tumbuhan yang diizinkan; mencegah kebakaran semak belukar dan hutan…” Seperti yang telah dikatakan di atas, ASEAN ACNN memang tidak secara khusus membahas mengenai masalah polusi udara lintas batas. Karena itulah masih dibutuhkan suatu peraturan khusus yang memang ditujukan tentang hal ini. Selain karena memang sangat diperlukan, beberapa pasal dalam ASEAN ACNN juga tidak memuat suatu ketentuan yang jelas. Pasal 19 ASEAN ACNN secara spesifik menegaskan kewajiban negara untuk tidak menimbulkan polusi udara lintas batas, dimana hal ini diterima sebagai suatu prinsip internasional. 33 33 Pasal 19 ayat 2 ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 Permasalahannya terletak dimana ASEAN ACNN ini tidak memuat cara – cara ataupun standar yang berguna untuk mengurangi polusi tersebut. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa adanya pembentukan suatu ketentuan di bawah perjanjian ini merupakan cara yang paling mungkin dan praktis untuk menyelesaikan masalah polusi udara lintas batas negara yang terjadi di ASEAN. Universitas Sumatera Utara Selain itu, dalam pasal 24 ayat 2 ASEAN ACNN ditulis bahwa untuk mengimplementasi perjanjian ini, negara anggota dapat mengadopsi ketentuan lain. 34 Mengingat waktu terjadinya pencemaran udara lintas batas negara semakin lama dan dampak yang ditimbulkannya semakin buruk, maka menteri – menteri lingkungan hidup ASEAN menyepakati formula ASEAN Cooperation Plan on Transboundary Pollution, Juni 1995 selanjutnya disebut ASEAN CPTP. ASEAN CPTP memuat tiga bidang program, yaitu : Apabila ini dihubungkan dengan pasal 19, yang mewajibkan negara anggota untuk mencegah terjadinya polusi udara lintas batas negara, maka adanya suatu ketentuan untuk mengatasi masalah itu merupakan cara yang terbaik untuk dilakukan di masa depan. 2. ASEAN Cooperation Plan on Transboundary pollution 1995 35 a. Transboundary atmospheric pollution pencemaran udara lintas batas; b. Transboundary movement of hazardous wastes pergerakan limbah bahan berbahaya dan beracun lintas batas; c. Transboundary shipborne pollution pencemaran lintas batas bersumber dari kapal. 34 Pasal 24 ayat 2 ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 35 Takdir Rahmadi, Op. Cit. hal. 87 Universitas Sumatera Utara Isi ASEAN CPTP terdiri dari empat komponen, yaitu objectives sasaran, strategies strategi, activities kegiatan dan institutional arrangements pengaturan kelembagaan. Sasaran yang ingin dicapai melalui ASEAN CPTP di bidang pencemaran udara lintas batas adalah : a. to assess the origin and causes, nature and extent of local and regional haze incidents menganalisis asal dan sebab – sebab, sifat dan cakupan peristiwa – peristiwa asap di tingkat lokal dan regional; b. to prevent and control the sources of haze at both national and regional levels by applying environmentally sound technologies in the assessment, mitigation and management of haze; and mencegah dan mengendalikan sumber asap pada tingkat nasional dan regional dengan menerapkan teknologi yang berwawasan lingkungan dan dengan penguatan kemampuan analisis, minimalisasi dan pengendalian asap; dan c. to develop and implement national and regional emergency response plans mengembangkan dan melaksanakan rencana tanggap darurat di tingkat nasional dan regional. Untuk mencapai ketiga sasaran tersebut di atas, ASEAN menyepakati dua strategi, yaitu strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. Strategi jangka pendek adalah mencegah terjadinya kebakaran hutan yang disebabkan oleh kegiatan manusia, terutama di bidang kegiatan pengolahan usaha perkayuan, Universitas Sumatera Utara pertanian dan transmigrasi. Untuk itu langkah – langkah berikut perlu diambil, yaitu : a. timely detection and prevention of forest fires through early warning systems of the development of ground forces and preparedness of local communities deteksi tepat waktu, pencegahan kebakaran hutan melalui sistem peringatan dini, penyebaran petugas – petugas dan penyiapan masyarakat lokal; b. prohibit burning of biomass generated largely by developments projects during dry periods, particularly in the region affected by dry water pelarangan pembakaran biomassa yang pada umumnya dilaksanakan melalui proyek – proyek pembangunan selama musim panas, terutama di wilayah – wilayah yang dipengaruhi oleh musim panas; c. during haze periode, to minimize any generations of pollution from local sources, to activate communication network for the sharing information, and to activate relevant joint activities and; selama terjadinya kabut asap, meminimalisasi terjadinya pencemaran yang berasal dari sumber – sumber lokal, mengaktifkan jaringan komunikasi untuk berbagai informasi dan mengaktifkan kegiatan – kegiatan bersama yang diperlukan dan; d. promote investment in alternative uses of biomass mendorong investasi di bidang alternatif penggunaan biomassa. Universitas Sumatera Utara Strategi jangka panjang adalah mendorong sektor – sektor ekonomi untuk tidak melakukan praktek – praktek pembakaran zero – burning practices dalam kegiatan pembukaan tanah baru, tetapi menerapkan metode – metode pengolahan lahan yang berwawasan lingkungan. Selanjutnya, di dalam wilayah – wilayah yang mudah terbakar, misalnya wilayah dengan kandungan batubara dan lahan gambut, kegiatan investasi harus dilaksanakan dengan cara – cara yang tepat. ASEAN sepakat untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan berikut : 1. menetapakan “focal point” di tiap – tiap negara yang antara lain mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut : a. melakukan inventarisasi sumber – sumber daya yang ada; b. menetapkan mekanisme penyebaran informasi regional; c. mengidentifikasi jenis informasi untuk disebarluaskan; 2. memperluas peran the ASEAN Specialized Meteorological Centre ASMC untuk mengembangkan model pergerakan udara agar dapat memprediksi alur dan penyebaran asap; 3. menetapkan prosedur pelaporan dan penyiagaan kebakaran hutan oleh aparat di bidang kehutanan dan yang terkait; 4. mengembangkan baku mutu udara bersama dan mengharmonisasikan teknik – teknik sampling; 5. mengembangkan sebuah sistem perangkat bahaya kebakaran regional; 6. berbagi pengetahuan dan teknologi pencegahan dan minimalisasi kebakaran hutan dan sumber – sumber emisi lainnya; 7. menetapkan sebuah mekanisme kerjasama penanggulangan kebakaran hutan dan sumber emisi lainnya dan titik sumber; Universitas Sumatera Utara 8. memperluas peran “the ASEAN Institute of Forest Management” AIFM untuk memperkuat kapasitas negara anggota melalui pelatihan pengelolaan kebakaran hutan; 9. meningkatkan kemampuan nasional dan regional dalam mengatasi kebakaran hutan dan sumber – sumber emisi lainnnya. Di bidang kelembagaan, masing – masing negara anggota ASEAN telah menetapakan “focal point”, sebagaimana dicantumkan dalam Annex A ASEAN CPTP, yaitu : a. Di Brunei adalah Kepala Unit Lingkungan Menteri Pembangunan; b. Di Indonesia adalah Deputi Pengendalian Pencemaran BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan c. Di Philipina adalah Direktur Biro Pengelolaan Lingkungan Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam; d. Di Singapore adalah Kepala Bagian Perencanaan Strategis dan penelitian, Departemen Lingkungan; e. Di Thailand adalah Direktur Jenderal Departemen Kehutanan. Selain itu, ASEAN telah sepakat untuk mendayagunakan lembaga – lembaga di lingkungan ASEAN guna mengatasi pencemaran udara lintas batas negara, yaitu : a. The ASEAN Specialized Meteorological Centre ASMC; b. ASEAN Institute of Forest Management AIFM; Universitas Sumatera Utara c. ASEAN Working Group on Forestry, ASEAN Joint Consultative Committee JCC Subcommitte on Forest, dan Brunei – Indonesia – Malaysia – Philipina BIMP, East ASEAN Growth Areas EAGA Subcommitte on Forest. 3. Regional Haze Action Plan 1997 Para Menteri lingkungan ASEAN mengadakan pertemuan pada tanggal 22 – 23 Desember 1997 dan mengadopsi ASEAN Regional Haze Action Plan RHAP guna menaggulangi masalah polusi asap yang terjadi di ASEAN yang disebabkan oelh kebakaran hutan dan lahan. Tujuan utama dari rencana ini adalah : a. mencegah kebakaran hutan dan lahan melalui manajemen dan pengaturan yang lebih baik; b. membentuk suatu mekanisme operasional guna mengawasi kebakaran hutan dan lahan; c. menguatkan kapabilitas pemberantasan kebakaran hutan dan lahan regional. Dalam RHAP ini juga disebutkan bahwa negara – negara anggota ASEAN akan membentuk suatu Rencana Nasional National Plans guna menyatukan kebijakan dan Strategi untuk mencegah dan mengurangi kebakaran hutan dan lahan. Rencana ini akan berisi unsur – unsur sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Kebijakan untuk mengekang aktivitas yang dapat menimbulkan kebakaran hutan dan lahan dan mengontrol emisi yang dikeluarkan oleh sumber – sumber bergerak maupun yang tidak bergerak, termasuk pelarangan sistem pembakaran lahan secara terbuka dan kendali yang ketat akan praktek sistem pertanian dengan cara “tebang dan bakar” selama musim kemarau; b. Strategi untuk mengendalikan aktivitas yang dapat menimbulkan kebakaran hutan dan lahan dan mengontrol pembuangan emisi dari sumber – sumber yang bergerak maupun tidak bergerak adalah : 1. pembentukan suatu peraturan manajemen kualitas udara guna melarang pembakaran lahan; 2. penegakan hukum dan peraturan; 3. pengimplementasian suatu struktur pengawasan dan pelaporan kualitas udara, dan membentuk pengawasan sumber – sumber emisi lokal, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak; 4. pembentukan suatu badan pengendali komite yang mengembangkan strategi dan rencana penanggulangan guna menghadapi masalah kebakaran hutan; 5. penggunaan teknologi informasi untuk menyediakan informasi untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan asap kepada badan – badan yang bersangkutan guna mencegah dan mengendalikan meluasnya kebakaran, dan guna meningkatkan kesadaran masyarakat umum akan situasi kebakaran. Universitas Sumatera Utara c. Suatu bentuk pelayanan yang dapat mencegah aktivitas – aktivitas yang dapat menimbulkan kebakaran hutan dan lahan; d. Prosedur pengoperasian untuk penggerakan mekanisme pencegahan meluasnya kebakaran hutan yang lebih cepat; e. Pengembangan penggunaan lain biomassa dan cara – cara yang tepat untuk membuang sampah – sampah pertanian. Rencana ini akan menegaskan sistem pengawasan dan peringatan awal akan adanya kebakaran hutan, pengumpulan secara sistematis kondisi – kondisi meteorologi dan penyebaran api dan asap, dan data – data yang dibutuhkan. Sebagai bagian dari usaha ini, ASEAN Specialized Meteorological Centre ASMC akan lebih diperluas fungsinya. ASMC akan bertugas sebagai pusat informasi regional dalam mengumpulkan, menganalisa dan menelaah informasi yang diambil dari satelit dan data – data meteorologi yang dibutuhkan untuk mendeteksi dan mengawasi kebakaran hutan dan lahan dan terjadinya polusi asap. 1. ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 – 2005 Perkembangan ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 – 2005 merupakan sebuah tonggak dalam kerjasama regional. Persiapan pembentukannya dimungkinkan dengan adanya bantuan finansial dari Hans Seidel Foundation – Jakarta HSFJ, partisipasi langsung dari negara – negara anggota ASEAN, koordinasi biro manajemen lingkungan dari Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Philipina dan Sekretariat ASEAN. Universitas Sumatera Utara Environmental Education EE atau pendidikan lingkungan telah didefenisikan sebagai proses untuk membantu masyarakat, melalui pendidikan formal dan non formal, untuk mendapatkan pengertian, keahlian, dan nilai – nilai yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi sebagai bagian masyarakat yang aktif dan terinformasi dalam perkembangan masyarakat yang sadar lingkungan dan adil sosial. 36 a. perkembangan sumber daya manusia untuk EE : guru – guru yang dapat secara efektif mengajar pendidikan lingkungan, guru yang Program ini bertujuan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian untuk melindungi, menjaga dan mengeksploitasi lingkungan dengan cara sebaik – baiknya hingga menguntungkan generasi masa sekarang dan masa depan. Selain itu ia juga mencakup dan mempelajari bagaimana menggunakan teknologi baru, meningkatkan produktivitas, menghindari musibah lingkungan, mengurangi kemiskinan, memberikan kesempatan – kesempatan baru dan membuat keputusan yang bijaksana. Salah satu perhatian utama di antara negara – negara anggota ASEAN adalah bagaimana mempromosikan kesadaran atas lingkungan lokal nasional di antara generasi muda di sekolah dan di luar sekolah, orang – orang pemerintahan, dan masyarakat lainnya. karena besarnya perbedaan geografi, geologi, iklim dan juga budaya di antara negara – negara anggota ASEAN, masalah lingkungan yang dihadapi juga berbeda – beda. Masalah lain yang mendapat perhatian khusus adalah : 36 Part I. ASEAN Environmental Education Plan 2000 - 2005 Universitas Sumatera Utara dapat menulis buku dan bahan ajar lainnya tentang EE untuk digunakan di sekolah, pelatihan guru dalam bidang EE b. integrasi tentang EE yang lebih efektif dalam kurikulum formal c. kerjasama institusional antar departemen yang lebih besar dalam merencanakan dan mengimplementasikan kegiatan dan proyek EE d. partisipasi publik yang lebih besar dalam kegiatan EE dan dalam menyelesaikan masalah lingkungan e. lebih banyak informasi dasar tentang lingkungan lokal nasional f. bahan – bahan EE untuk masyarakat umum dalam bentuk sederhana dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti g. buku – buku tentang EE bagi pelajar setingkat SD dan SMP h. ahli – ahli lingkungan yang akan bertugas sebagai konsultan EE i. sebuah rencana kerja EE dalam tingkatan nasional bagi negara – negara yang belum mempunyainya j. alokasi dana yang lebih besar guna membiayai program EE dalam tingkatan nasional untuk mendukung proyek – proyek seperti pelatihan dan penulisan buku Untuk mengatasi kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam mengimplementasikan proyek EE, maka negara – negara anggota ASEAN mengajukan strategi – strategi sebagai berikut : 37 37 Proposed Strategies ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 - 2005 Universitas Sumatera Utara 1. Penginstitusional EE dalam semua tingkatan pendidikan, dari tingkat Taman Kanak – Kanak hingga Universitas, termasuk universitas pendidikan pengajar. 2. Membuat suatu kurikulum rencana kerja EE untuk pendidikan umum dimana negara anggota akan menggunakannya sebagai titik awal dalam mengembangkan kurikulum EE mereka sendiri, yang didasarkan pada kebutuhan, tujuan, budaya, praktek, dan sumber daya alam dan manusia yang tersedia 3. Melengkapi pengajar dengan bahan – bahan pendukung EE, dan mendorong sekolah – sekolah untuk mengembangkan Pusat Pendidikan EE mereka sendiri 4. Menyiapkan suatu sumber ajaran tentang EE mengenai lingkungan lokal dan regional ASEAN bagi pengajar 5. Mengadakan seminar kerja untuk pengembangan sumber daya manusia dalam EE 6. Mendorong penggunaan permasalahan lingkungan lokal dan regional, pengalaman dan praktek dalam menangani masalah lingkungan untuk mengembangkan pengajaran dan bahan ajar EE 7. Mengembangkan : a keahlian bekerja dengan orang lain; b keahlian yang dibutuhkan dalam zaman informasi ini; dan c nilai – nilai dan prilaku yang mementingkan arti lingkungan 8. Membawa sekolah dan masyarakat menjadi lebih dekat dengan cara membuat mereka mengambil kegiatan EE bersama - sama Universitas Sumatera Utara 9. Mengadakan kampanye sadar lingkungan yang lebih banyak bagi sekolah dan masyarakat umum 10. Mendorong partisipasi publik dan juga perusahaan – perusahaan umum dan organisasi non pemerintahan dalam program – program lingkungan 11. Mendirikan perpustakaan EE bagi generasi muda yang tidak bersekolah 12. Menerjemahkan buku – buku tentang lingkungan 13. Mengadakan seminar EE bagi wanita, kaum muda, dan bagian – bagian lain dari masyarakat 14. Bertujuan untuk merubah pola pikir masyarakat umum hingga berpikiran sadar lingkungan 15. Mendukung EE dalam mengembangkan : kapabilitas sumber daya manusia dan bahan – bahan pendidikan 16. Menyediakan pengetahuan lingkungan secara dasar untuk semua badan pemerintahan, dan masyarakat umum lewat seminar ataupun diskusi dan melalui informasi, pendidikan dan komunikasi EE 17. Mengumpulkan dan membangun suatu pusat data tentang informasi lingkungan dan teknik pengajaran untuk masyarakat ASEAN 18. Membangun suatu jaringan dengan akademisi, kalangan bisnis dan industri, dan media untuk menyediakan suatu mekanisme dalam pertukaran informasi, keahlian, pengalaman dan bahan – bahan EE Universitas Sumatera Utara 19. Mengenal strategi EE yang berhasil di suatu negara anggota, dimana negara anggota lainnya dapat mengadaptasi cara itu 20. Berbagi bahan pendukung EE : Video, buku, poster, dan lain – lain. Sesama negara ASEAN 21. Mendirikan suatu Pusat Pendidikan Lingkungan ASEAN 2. ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002 Pada tanggal 10 Juni 2002 para menteri Lingkungan Hidup ASEAN menandatangani ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution di Kuala Lumpur, Malaysia. Perjanjian ini mengikat negara – negara anggotanya untuk saling bekerjasama dalam mencegah polusi asap dengan cara mengendalikan kebakaran, membentuk suatu sistem peringatan dini, pertukaran informasi dan teknologi serta penyediaan bantuan apabila diperlukan. Perjanjian ini merupakan perjanjian pertama di dunia yang khusus membahas tentang polusi asap lintas batas negara. Tujuan perjanjian ini adalah mencegah dan mengawasi polusi asap lintas batas negara yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan yang harus dikurangi ataupun ditiadakan, melalui usaha nasional dan kerjasama regional dan internasional yang lebih ditingkatkan lagi. 38 Dalam perjanjian ini disebutkan juga kewajiban – kewajiban bagi negara – negara anggota yaitu : 39 1. Bekerjasama dalam mengembangkan dan mengimplementasikan peraturan – peraturan yang mencegah dan mengawasi polusi asap lintas batas negara 38 Pasal 2, ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002. 39 Pasal 4, ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002. Universitas Sumatera Utara yang disebabkan oleh kebakaran hutan atau lahan yang harus dikurangi, dan untuk mengendalikan sumber kebakaran, termasuk pemantauan sumber kebakaran, pengembangan suatu sistem peringatan dini, pertukaran informasi dan teknologi, dan penyediaan bantuan apabila diperlukan. 2. Apabila polusi asap lintas batas negara bersumber dari wilayah yurisdiksi suatu negara, maka negara itu harus segera membantu permintaan tentang informasi atau konsultasi sehubungan dengan kebakaran itu dari negara atau negara – negara yang terkena polusi asap itu, dengan cara yang sedapat mungkin meminimalisir akibat – akibat dari polusi tersebut. 3. Mengambil tindakan – tindakan legislatif, administratif, dan atau tindakan lainnnya untuk mengimplementasikan kewajiban negara anggota dalam perjanjian ini. Dalam pengimplementasian perjanjian ini, maka negara anggota akan mematuhi prinsip – prinsip di bawah ini : 40 1. Sesuai dengan Charter of the United Nations dan prinsip hukum internasional, maka negara anggota mempunyai hak mutlak untuk mengeksploitasi sumber – sumber alamnya sesuai dengan kebijakan lingkungan dan pengembangannya masing – masing, dan kewajiban untuk memastikan bahwa aktivitas – aktivitas di dalam yurisdiksi atau kendali mereka tidak merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat masyarakat negara lain atau wilayah lain yang berada di luar yurisdiksi mereka. 40 Pasal 3, ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002 Universitas Sumatera Utara 2. Dalam semangat solidaritas dan kerjasama dan sehubungan dengan kebutuhan, kapabilitas dan situasi negara masing – masing, maka negara – negara anggota akan meningkatkan kerjasama dan koordinasi untuk mencegah dan mengawasi polusi asap lintas batas negara yang harus dikurangi. 3. Negara – negara anggota harus mengambil tindakan pencegahan untuk mengantisipasi, mencegah dan mengawasi polusi asap lintas batas negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan, untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkannnya. Apabila terdapat ancaman serius dari polusi asap lintas batas negara ini, maka tindakan – tindakan pencegahan akan diambil oleh negara yang bersangkutan. 4. Negara anggota harus mengusahakan penggunaan sumber alamnya, termasuk hutan dan lahan, dalam cara yang tidak merusak lingkungan dan berkepanjangan. 5. Negara anggota, dalam menghadapi masalah polusi asap lintas batas negara, harus melibatkan semua pihak yang terlibat, seperti masyarakat lokal, organisasi non pemerintah, petani, dan perusahaan – perusahaan pribadi. Selain itu, dibawah perjanjian ini juga akan dibentuk ASEAN Coordinating Center for Transboundary Haze Pollution Control, yang bertugas membantu kerjasama dan koordinasi antar negara – negara anggota Asean dalam Universitas Sumatera Utara menangani akibat – akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan atau lahan, terutama polusi asap yang ditimbulkan karenannya. 41 Namun, peraturan – peraturan dalam perjanjian ini hanya dapat diberlakukan dalam 60 hari setelah diratifikasi oleh keenam negara penandatangan, tanpa adanya batasan waktu apabila tidak dapat mematuhi syarat tersebut. 42 3. 1st Meeting Of The Sub-Regional Ministerial Steering Committee Msc On Trans-Boundary Haze Pollution Pada 10th Asean Ministerial Meeting On The Environment 10th Amme Dan 5th Asean Plus Three Environment Ministers Meeting Emm Ini dikarenakan faktor yang mendasari perjanjian ini adalah kebersamaan minat dalam menghadapi masalah polusi asap yang terjadi di Asia. 43 41 Pasal 5 ayat 1, ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002 42 Pasal 29 ayat 1, ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002 43 www. Hukumonline.com, Database Perlinbun. htm Rangkaian pertemuan 10th th ASEAN Ministerial Meeting on the Environment 10th AMME dan 5th ASEAN Plus Three Environment Ministers Meeting EMM telah diselenggarakan di Cebu City, Filipina pada tanggal 8-11 November 2006. Pertemuan didahului dengan pertemuan ASEAN Centre for Biodiversity dan ASEAN Senior Officials Meeting SOM for the 10th AMME guna mempersiapkan agenda yang akan disampaikan dan disahkan pada pertemuan para Menteri. Disela-sela rangkaian pertemuan tersebut juga diadakan 1st Meeting of the Sub-regional Ministerial Steering Committee MSC on Trans-Boundary Haze Pollution yang diketuai oleh Indonesia dan dihadiri oleh 5 Negara anggota ASEAN Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Universitas Sumatera Utara Sidang ke-10 ASEAN Ministerial Meeting on the Environment dan Sidang ke-5 ASEAN Plus Three EMM dipimpin oleh Filipina sebagai Chairman dan Singapura sebagai Vice-Chairman. Pertemuan dihadiri oleh para Menteri Negara- negara ASEAN yang menangani isu Lingkungan Hidup, serta para Menteri Lingkungan Hidup Cina, Jepang, dan Republik Korea. Pertemuan membahas kerjasama regional di bidang lingkungan hidup, serta menyepakati Cebu Resolution on Sustainable Development. Dalam pertemuan ke-3 Governing Board mengenai ASEAN Centre for Biodiversity ACB terdapat beberapa pokok bahasan, seperti proses rekrutmen staf, pengadaan perlengkapan IT, rancangan kerja serta anggaran. ACB akan membuka kembali lowongan untuk jabatan Executive Director serta Director Programme Development and Implementation. Pertemuan ASEAN untuk persiapan 10th AMME membahas isu-isu penting yang perlu ditindaklanjuti, antara lain: 1. Draft ASEAN Framework Agreement on Access to, and Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from the Utilisation of Biological and Genetic Resources dimana baru tiga negara yang telah menandatangani yakni Filipina, Laos dan Singapura; 2. ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources: Mengingat perjanjian ini baru ditandatangani oleh beberapa negara ASEAN sejak tahun 1985, maka negara-negara anggota ASEAN perlu melakukan pengkajian kembali terhadap isi perjanjian tersebut. Universitas Sumatera Utara 3. Pertemuan menyepakati indikator lingkungan untuk Clean Air, Clean Water dan Clean Land, dan juga ASEAN Environmentally Sustainable Cities Award yang kriterianya akan dikembangkan lebih lanjut oleh ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities AWGESC; 4. Pada agenda pembahasan Trans-boundary Haze Pollution, ASEAN Specialized Meteorological Centre ASMC menyampaikan perkembangan terkini mengenai asap dan cuaca; 5. Dalam rangka implementasi ASEAN Agreement on Trans-boundary Haze Pollution , pertemuan merekomendasikan untuk mengadopsi ASEAN Peatland Management Strategy APMS, dan menindaklanjuti implementasi dan finalisasi National Action Plan oleh masing-masing negara anggota. Pertemuan menyepakati pula agar TOR Panel of ASEAN Experts on Fire-and-Haze Assessment and Coordination dapat ditiinjau ulang, terutama terhadap prosedur operasional Panel, berdasarkan pengalaman dari 3 tiga misi di Sumatra dan Kalimantan. Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop yang telah dijadwalkan pada kuartal pertama tahun 2007; 6. Pada 1st Meeting of the Sub-regional Ministerial Steering Committee MSC on Trans-Boundary Haze Pollution Indonesia melaporkan hasil Regional Workshop on Developing Integrated Action Plan on Dealing with Trans-boundary Haze Pollution yang diselenggarakan di Jakarta, 2 Nopember 2006. Sidang menyepakati Terms of Reference TOR for the Universitas Sumatera Utara Ministerial Steering Committee on Trans-Boundary Haze Pollution, and the Sub-regional Technical Working Group on Trans-boundary Haze Pollution serta Indonesias Plan of Action in Dealing with Transboundary Haze Pollution. 7. Pertemuan ke-1 Ministerial Steering Committee menyepakati pula proposal Indonesia bahwa negara-negara anggota MSC dapat membantu peningkatan kapasitas di satu atau lebih wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, Menteri LH Indonesia secara aklamasi telah ditunjuk menjadi Ketua MSC, dan Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan sebagai Ketua TWG untuk periode 2 dua tahun pertama. Pokok-pokok pertemuan ASEAN- Plus Three antara lain sbb : a. Pertemuan membahas perkembangan kerjasama, komitmen serta sektor- sektor potensial dalam implementasi kerjasama ASEAN dengan Negara- negara plus three. b. Dalam kesempatan tersebut, Delegasi RI mengundang ketiga negara plus three untuk menghadiri First Government Meeting on Urban Air Quality in Asia di Yogyakarta, 13-14 Desember 2006 dan Konferensi Internasional Tingkat Tinggi pada bulan Desember 2006 yang bertujuan untuk menggalang dukungan dana dan program kemitraan bagi implementasi PoA. Universitas Sumatera Utara

B. PERATURAN – PERATURAN MENGENAI POLUSI UDARA YANG TERDAPAT DI NEGARA – NEGARA ASEAN