Akibatnya, negara yang merasa dirugikan oleh polusi udara yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dari suatu negara yang mengalami suatu
kebakaran hutan dalam skala yang besar menuntut suatu pertanggung jawaban kepada negara yang mengalami kebakaran hutan skala besar tersebut yang
dianggap sebagai negara yang menjadi suatu sumber polusi udara lintas batas yang bukan hanya mengganggu wilayah negaranya sendiri, tetapi juga
mengganggu wilayah negara lain.
C. PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN
Ada berbagai macam penyebab polusi udara, dimana salah satunya adalah dikarenakan adanya suatu kebakaran hutan dalam skala besar. Penyebab
terjadinya kebakaran hutan ini sendiri ada bermacam – macam, entah karena bencana alam maupun akibat perbuatan manusia.
Kebakaran baik secara alamiah maupun yang disebabkan oleh umat manusia merupakan faktor perubah lingkungan penting bagi berbagai ekosistem
daratan. Kebakaran dapat merusak dan mendatangkan malapetaka, akan tetapi teknik pembakaran dapat juga dianggap sebagai suatu alat yang digunakan untuk
pengelolaan hutan atau lahan di suatu kawasan. Kebakaran mengakibatkan kerusakan karena panas yang ditimbulkannya, akan tetapi teknik pembakaran
dapat pula merangsang akar untuk menghisap air tanah lebih banyak serta dapat merangsang kuncup untuk tumbuh dan dapat merangsang pertumbuhan kecambah
dari beberapa species tumbuhan yang tahan api. Tiga faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan adalah
kesengajaan, kelalaian dan pengaruh alam. Kebakaran hutan berskala besar yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh perbuatan manusia biasanya disebabkan oleh pelanggaran peraturan oleh investor baru di bidang agribisnis khususnya Perkebunan Berskala
Besar Tanpa Bakar PLTB yang merupakan peraturan dari Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Departemen Transmigrasi, Pemukiman
Perambah Hutan yang telah disepakati sejak tahun 1995.
8
Secara umum kegiatan pembukaan lahan hutan, yang sekarang ini dilakukan di luar pulau Jawa, merupakan bagian atau tahapan dari proses
peningkatan pembangunan khususnya dalam rangka pengembangan usaha budi Selain itu ada juga kebakaran hutan yang berskala kecil, yang disebabkan
oleh penyiapan lahan pertanian perorangan yang telah menjadi kebiasaan setiap musim kemarau, karena antisipasi datangnya musim hujan. Masyarakat dengan
sengaja membakar hutan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memperoleh lahan hutan bagi perladangan, memanfaatkan abu serasahnya untuk memupuk
tanah garapan, memperoleh tunas atau rumput muda untuk makanan ternak dan untuk mengalihkan perhatian terhadap keamanan hutan. Bentuk kelalaian atau
kecerobohan masyarakat yang dapat menimbulkan kebakaran hutan, antara lain adalah dengan membuang atau meninggalkan secara sembarangan obor, puntung
rokok atau api unggun yang belum dimatikan. Api dengan mudah dapat menyulut serasah hutan yang kering, lebih – lebih jika terhembus angin kebakaran yang
ditimbulkan oleh pengaruh alam. Kebakaran hutan yang disebabkan hal – hal ini pada awalnya hanya berskala kecil namun kemudian menjadi kebakaran yang
meluas yang sedikit banyak memberikan andil terhadap bencana nasional kebakaran hutan dan lahan.
8
Aca Sugandhy, “Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap keanekaragaman hayati,”
Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997.
Universitas Sumatera Utara
daya tanaman dan untuk pengembangan areal pemukiman. Kegiatan pembukaan lahan untuk pengembangan budi daya tanaman antara lain adalah untuk budi daya
tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh badan – badan usaha yang sedang melakukan pembangunan perkebunan dan
kehutanan, maupun oleh masyarakat yang sedang melakukan persiapan penanaman tanaman pangan.
9
Intensitas dan frekuensi kebakaran bervariasi daya pengaruhnya, baik pengaruh yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap daerah memiliki
ciri sendiri – sendiri dan masalah kebakaran tidak hanya bervariasi di antara berbagai kawasan yang berbeda, akan tetapi juga di dalam kawasan tertentu
Timbulnya kabut asap yang telah menjadi bencana nasional ini, terkait dengan proses – proses kegiatan pembukaan lahan
sebagaimana dijelaskan di atas. Kaitan ini dikarenakan dalam suatu proses pembukaan lahan hutan, dilakukan pembakaran terhadap sisa – sisa material
bahan tebangan atau biomassa seperti dahan, ranting dan daun, langkah pembakaran dilakukan karena dalam proses pembakaran terdapat hal – hal yang
menguntungkan, antara lain cepat, murah, dan sisa – sisa pembakaran akan menjadi input terhadap peningkatan lahan budi daya.
Proses pembakaran sebenarnya selalu terjadi di dalam proses pembukaan lahan dalam persiapan pengembangan budi daya tanaman. Namun terjadinya asap
tebal yang dikarenakan pembakaran hutan seperti pada dasawarsa 1980 dan 1990 – an selain disebabkan karena kondisi alam, yaitu musim kemarau yang
berkepanjangan, juga disebabkan karena tidak terkendalinya kebakaran sebagai akibat kecerobohan para pembuka lahan.
9
Direktur jenderal pengusahaan hutan, “Kebijaksanaan Pembukaan Lahan Hutan Di Bidang Pengusahaan Hutan”,
Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997.
Universitas Sumatera Utara
menurut keadaan habitat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di daerah tropika timbulnya kebakaran cenderung ada kaitannya dengan bentuk kehidupan
rerumputan. Ada beberapa jenis pohon perdu yang tahan terhadap kebakaran sebagai hasil adaptasinya terhadap keadaan kekeringan yang periodik.
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya yang mengakibatkan rusaknya habitat, penurunan populasi serta lenyapnya flora fauna dan mikroba, disamping itu kebakaran hutan berdampak
langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar hutan yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya pangan, sandang, papan dan
obat – obatan sangat tergantung pada potensi keanekaragaman hayati. Kebakaran
tersebut dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan bencana kelaparan terhadap masyarakat tradisional.
Faktor – faktor yang mendorong meluasnya kebakaran hutan ialah :
10
1. Faktor Perubahan Iklim
Secara umum kita memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang – kadang mengalami gangguan karena
datang lebih cepat dan berakhir lebih lambat dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan gejala El Nino – Southern Oscillation atau ENSO yang datang secara tidak
beraturan dan dengan intensitas yang tidak sama pula. Kemampuan meramalkan secara tepat datangnya El Nino ini merupakan salah satu cara mengurangi atau
menghindari dampak negatifnya. Misalnya, musim kemarau yang berkepanjangan
10
Nengah Wirawan, “ Bahaya Kebakaran Hutan dan Pencegahannya “, Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997.
Universitas Sumatera Utara
membuat air sungai menurun sangat drastis, lahan – lahan kekeringan, pepohonan dan tumbuhan lainnya malah ada yang mati sebelum ada api yang melahapnya.
2. Faktor Habitat
Seperti diuraikan diatas, keanekaragaman jenis habitat yang sebenarnya sangat tidak teratur, mempengaruhi tingkat kemudahan kesulitan habitat itu
dalam menghentikan atau membiarkan meluasnya penyebaran api. Ada jenis hutan yang sudah mati kekeringan sebelum terbakar. Jenis hutan seperti ini jelas
akan menghambat meluasnya kebakaran hutan. Ada juga jenis hutan yang mudah terbakar dikarenakan kandungan bahan organiknya. Lahan gambut yang kering
karena kemarau menjadi sangat mudah terbakar. Juga jenis hutan yang mengandung lapisan batu bara coal seam yang menonjol ke permukaan tanah,
seperti yang terdapat di Kalimantan Timur, akan sangat mudah terbakar. Di kedua jenis hutan yang mengandung bahan organik ini api bisa menjalar di permukaan
tanah. Kalau di lahan gambut api bisa dipadamkan oleh hujan lebat yang turn terus menerus dalam kurun waktu tertentu, api di lapisan batu bara lebih bersifat
permanen yang tidak mampu dimatikan oleh hujan.
3. Faktor Sifat Biomassa
Seperti yang sudah disinggung di atas, ada jenis tumbuhan yang tahan api dan ada pula yang mempermudah pembakaran karena kandungan rasin
damarnya. Sebaran dari jenis – jenis ini ada yang mengelompok dan ada yang tidak, sehingga ada tegakan hutan yang terbakar habis dan ada yang relatif masih
Universitas Sumatera Utara
utuh meskipun api telah menghanguskan serasah serta jenis yang tidak tahan kebakaran.
4. Faktor Manusia
Pada masyarakat tradisional, seperti di pedalaman Kalimantan, api merupakan alat utama dalam pembukaan areal pertanian mereka. Melalui
pengalaman yang diteruskan secara turun temurun, proses penebasan, pengeringan dan pembakaran biomassa dilakukan sedemikian rupa sehingga areal yang ditebas
sudah habis terbakar pada saat musim hujan datang. Hal ini tidak saja membuat hujan itu menjadi efektif dalam mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi juga
efektif dalam menghentikan kemungkinan kebakaran yang tidak terkendali. Pengendalian kebakaran juga dilakukan dengan membuat petak – petak
perladangan yang relatif kecil 1 – 2 Ha yang tersebar sendiri – sendiri di dalam kawasan hutan primer atau hutan sekunder yang sudah tua. Dengan cara ini,
meskipun hujan belum tiba, hutan utuh di sekitar petak yang baru dibuka itu secara otomatis akan menghentikan meluasnya kebakaran. Tetapi, dengan adanya
kegiatan pembakaran hutan yang dilakukan di mana – mana oleh pengusaha HPH, yang seringkali berada di areal yang sama atau berdampingan dengan kegiatan
perladangan penduduk, meluasnya jalaran api menjadi tak terhindarkan. Kayu sisa tebangan yang tergeletak di lantai hutan yang kemudian mengering, merupakan
sumber energi baru bagi perluasan area kebakaran.
Umumnya kebakaran hutan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :
11
11
Rubini Atmawidjaja, “ What to do with Forest Fire “ Makalah disampaikan pada International Workshop on Forest Fire and Suprresion Aspects.
Universitas Sumatera Utara
1. Ground Fire Kebakaran di bawah permukaan tanah
Biasanya terjadi karena pembakaran spontan. Humus atau tanah gemuk yang dipakai sebagai bahan pembakar penghasil panas, dimana panas yang
dihasilkan ini sangat hebat sehingga mematikan akar pohon. Di Kalimantan Timur, lapisan batu bara di bawah permukaan tanah terus terbakar bahkan pada
saat musim hujan. Ini merupakan potensi besar bagi terjadinya kebakaran pada saat musim kemarau.
2. Surface Fire kebakaran di permukaan tanah
Ini merupakan jenis kebakaran yang terjadi di permukaan tanah. Api yang dihasilkan akan membakar bahan – bahan yang mudah terbakar, seperti dedaunan,
sampah, ranting atau batang pohon yang telah jatuh. 3.
Crown Fire puncak kebakaran Saat kebakaran yang terjadi di permukaan tanah telah terus meningkat,
maka ia akan menjadi kebakaran puncak. Angin yang bertiup akan membawa daun – daun yang terbakar ataupun percikan api hingga jauh dari sumber
kebakaran itu sendiri.
D. DAMPAK KEBAKARAN HUTAN