Faktor lain yang mempengaruhi mutu adalah titik cair dan kadungan gliserida, refining  loss
,  plastisitas  dan spread  ability, kejernihan  kandungan  logam  berat  dan bilangan penyabunan.
Tabel 2.2. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit No.
Parameter Norma Maksimum
1. Mutu Minyak
Asam lemak Bebas ALB Kadar air
Kadar kotoran 3,5
0,15 0,02
2. Mutu Inti
ALB Air
Cangkang + kotoran Biji pecah
Berubah warna Lemak dalam inti
2 7
6 15
40
Lanjutan Tabel 2.2. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit No.
Parameter Norma Maksimum
3. Kehilangan Minyak
Pada Ampas Pada Drap Akhir
Pada drap buangan Pada tandan kosong
Pada minyak di biji Pada air rebusan
Kenaikan ALB dalam pabrik 4 4,5
0,5 0,7 0,49
2,5 3,0 0,5 1,5
0,50 0,30
4. Kehilangan Inti
Dalam ampas Jumlah inti dalam cangkang
Dalam tandan kosong 2
2 0,2
Sumber : PTPN IV Kebun Adolina
2.6. Kegunaan Minyak Kelapa Sawit
Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan nonpangan.
2.7.1. Minyak sawit untuk industri pangan
Universitas Sumatera Utara
Kenyataan  menunjukkan  banyak  industrilis  dan  konsumen  cenderung menyukai  dan  menggunakan  minyak  sawit. Dari  aspek  ekonomis,  harganya  relatif
murah  dibandingkan  dengan  minyak  nabati  lain.  Selain  itu  komponen  yang terkandung  di  dalam  minyak  sawit  lebih  banyak  dan  beragam  sehingga
pemanfaatannya  juga  beragam.  Saat  ini  telah  banyak  pabrik  pengolah  yang memproduksi  minyak  goreng  dari  kelapa  sawit  dengan  kandungan  kolesterol  yang
rendah. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak
sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenesis. Produksi  CPO  di  Indonesia  sebagian  besar  di  fraksinasi  sehingga  dihasilkan  fraksi
olein cair dan fraksi stearin padat. Sebagai  bahan  baku  untuk  minyak  makan,  minyak  sawit  antara  lain  juga
digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue Fauzi, Y., 2002.
Margarine memiliki titik cair pada suhu 42
o
C. Oleh sebab itu minyak tersebut perlu dihidrogenasi dengan bantuan katalis Ni. Proses hidrogenasi adalah penambahan
atom H pada ikatan ganda rantai karbon akan menghasilkan konfigurasi cis dan trans. Vanaspati  sejenis  minyak  makan  yang  banyak  digunakan  di  daerah  Timur
Tengah. Minyak tersebut memiliki titik leleh 41
o
C. Memiliki sifat khas yang bentuk nya  semi  solid,  banyak  digunakan  dalam  penggorengan  makanan.  Pabrik  vanaspati
akan  banyak  menyerap  fraksi  stearin  yang  dihasilkan  oleh  reaksi  fraksinasi  dan rafinasi. Shortening banyak digunakan dalam pembuatan roti yang memiliki sifat yang
hampir sama dengan margarine Lubis, A.U., 1995. Sebagai  bahan  pangan,  minyak  sawit  memiliki  beberapa  keunggulan
dibandingkan  minyak  goreng  lain,  antara  lain  mengandung  karoten  yang  diketahui
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai zat anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu  kandungan  asam  linoleat  dan  linolenatnya  rendah  sehingga  minyak  goreng  yang
terbuat dari minyak sawit memiliki kemantapan kalor heat stability yang tinggi dan tidak  mudah  teroksidasi.  Oleh  karena  itu,  minyak  sawit  sebagai  minyak  goreng
bersifat  lebih  awet  dan  makanan  yang  digoreng  dengan  minyak  sawit  tidak  cepat tengik.
2.7.2. Minyak sawit untuk industri nonpangan