Pola Adaptasi Dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara)

(1)

119 LAMPIRAN FOTO DAN DOKUMENTASI PENELITIAN

1. FOTO DENGAN INFORMAN UTA,PASKALIS DI FAKULTAS PERTANIAN USU DAN FOTO BERSAMA BEBERAPA PENGHUNI ASRAMA PUTERI MAHASISWA ASAL PAPUA

2. FOTO BERSAMA INFORMAN SAAT WAWANCARA DI ASRAMA PUTERA DAN PUTERI USU.


(2)

115 DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, T. 2000. Reorientasi Manajemen Pendidikan Islam di Era Indonesia Baru. Yogyakarta : UII Prees.

Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin, Burhan (2001) Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Bungin, Burhan, (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Fahroni. (2009). Interaksi Sosial Mahasiswa Asing. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Gerungan. (1991). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Hasan, M. Iqbal, (2002).Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia: Bogor.

Heerdjan, Soerharto, ( 1987), Apa Itu Kesehatan Jiwa?, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hendro Puspito, (2003), Sosiologi Agama, edisi keempat volume dua, Yogyakarta: Kanisius


(3)

116 Kartasapoetra, (1987), Teknologi Konservasi Tanah Dan Air, Jakarta: Gahlia

Indonesia

Meteray, Bernarda. (2012). Nasionalisme Ganda Orang Papua. Kompas: Jakarta.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (2005). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Rahardjo,Turnomo,( 2005). Menghargai Perbedaan Cultural. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ritzer, George. (2007). Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Santoso, Slamet, 2004, Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara

Setiadi,Elly M. dan Kolip Usman, (2011), Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Soekanto Soerjono. (2001). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(4)

117 Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Sugiono (2013), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: ALFABETA

Suparlan (2002), dalam Syaiful. A (2002), “Seminar Strategi Pembangunan Kota dalam Kepemerintahan yang Baik”, Jakarta.

Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI

Winata, Andi. (2014). Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau Dalam Mencapai Prestasi Akademik (Studi Pola Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu Di Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu). Universitas Bengkulu. Bengkulu

Yayuk Yulianti. (2003). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

http://www.papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html di akses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 18.00

mendasar-pendidikan-di-papua di akses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 15.00.

http://www.up4b.go.id/index.php/component/content/article/15-halaman/37- tentang diakses pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 13.00.

Januari 2015 pukul 20.00


(5)

118 http://usu.ac.id/id/article/11/sejarah diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 pukul 17.42 WIB.

http://usu.ac.id/id/kanal/1098/rp-61-m-beasiswa-bidikmisi-adik-disalurkan-ke-6121-mahasiswa diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 Pukul 14.30 WIB


(6)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin, 2001:48). Jenis penelitian ini juga mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Demikian juga halnya dengan penelitian tentang pola adaptasi dan interaksi antara mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain, Pendekatan penelitian secara deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai aktifitas dalam membangun sikap diantara mereka.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kampus Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jln Dr. Mansyur, Medan

3.3 Unit dan Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara.


(7)

37 3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 : 76). Adapun teknik pengambilan informan adalah menggunakan teknik Snowball Sampling. Snowball Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh teman-temannya untuk dijadikan sample (Sugiyono:2013). Alasan peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling untuk mencari informan dikarenakan untuk mempermudah pengambilan data dari orang-orang yang terpercaya dan mengerti tentang mahasiswa asal Papua yang kemudian menunjukan orang lain selanjutnya untuk menjadikan informan berikutnya. Dengan karakteristik informan penelitian adalah:

1. Mahasiswa asal Papua yang aktif dan sedang menjalani masa studi di Universitas Sumatera Utara.

2. Mahasiswa asal Papua yang sudah tinggal minimal 1 tahun.

3. Mahasiswa yang berasal dari daerah lain yang sudah tinggal minimal 1 tahun.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu :

1). Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari informan penelitian di lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan :


(8)

38 a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan peneliti adalah metode observasi langsung. Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi, 2006: 67). Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktifitas mahasiswa asal Papua baik dari pola interaksi maupun pola adaptasi mereka dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Oleh karena itu, data dari metode observasi langsung diharapkan dapat menjadi penunjang data dari metode wawancara.

b. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancari, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2005 : 126). Data yang diperoleh dari wawancara mendalam yaitu berupa pengetahuan informan mengenai pola interaksi dan pola adaptasi mahasiswa yang berasal dari Papua dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

2). Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu mahasiswa asal Papua.


(9)

39 3.5 Interpretasi Data

Data-data yang sudah dikumpulkan akan diinterpretasikan dengan menggunakan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya akan berbentuk laporan yang sudah diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori tertentu berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, selanjutnya akan dipelajari sehingga menghasilkan kesimpulan yang baik (Hasan: 2002).

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Proposal √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Proposal Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan data dan Analisis data √ √ √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √ √ √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian ini menyangkut tentang pola adaptasi dan interaksi mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Mahasiswa asal Papua sebagai informan masih mengalami kesulitan dalam berinterkasi dengan peneliti.


(10)

40 2. Mahasiswa asal Papua sebagai informan masih tertutup untuk

menceritakan secara langsung kehidupan pribadinya dan sedikit sulit untuk ditemui sehingga menjadi keterbatasan dalam proses wawancara dalam penelitian ini.


(11)

41 BAB IV

TEMUAN DAN INTERPRESTASI DATA

4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian.

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (1956),dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal


(12)

42 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009). Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di antaranya adalah mahasiswa asing.

Berikut Pimpinan Universitas antara lain :

1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium 1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium

1962-1964 Prof. Mr. Mahadi, Ketua Presidium 1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium


(13)

43 Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status Universitas Sumatera Utara dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah Universitas Sumatera Utara disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Sumatera Utara di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1966(Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor

1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor 1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium 1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor 1986-1994 Prof. M. Jusuf Hanafiah, Rektor

1994-2010 Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K), Rektor


(14)

44 Universitas Sumatera Utara. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999) yang semula adalah Politeknik Universitas Sumatera Utara.

Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas Sumatera Utara Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan tenaga pendidik. Selain itu di dalam kampus juga terdapat berbagai sarana seperti asrama, arena olah raga, wisma, kafetaria, toko, bank, dan kantor pos. Wisuda dan berbagai acara akademik lainnya diadakan di Auditorium dan Gelanggang Mahasiswa. Sebuah rumah sakit pendidikan yang berlokasi dikampus Padang bulan telah dimulai pembangunannya sejak Agustus 2009. 17.42 WIB).

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menyerahkan beasiswa bidikmisi dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) kepada mahasiswa yang tersebar di tiga perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada di Sumatera Utara atau Medan. Universitas Sumatera Utara mulai menerima


(15)

45 mahasiswa Afirmasi sejak tahun pertama diadakan yaitu tahun 2012. Sedangkan di tahun 2015 perinciannya sebanyak 2.655 mahasiswa penerima berasal dari Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (Unimed) sebanyak 2.922 mahasiswa dan Politeknik Negeri Medan (Polmed) sejumlah 450 orang. Sedangkan untuk beasiwa ADik, diberikan kepada 81 mahasiswa USU dan 13 mahasiswa Unimed. Sedangkan untuk besarannya, mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi akan menerima Rp1 juta dengan perincian Rp600 ribu per bulan diberikan langsung kepada mahasiswa dan Rp400 ribu per bulan diberikan kepada perguruan tinggi. Untuk ADik, mahasiwa akan menerima Rp1,4 juta per bulan dengan perincian Rp1 juta diberikan langsung kepada mahasiswa per bulan dan Rp400 ribu per bulan kepada perguruan tinggi.

Menteri Riset, Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Prof.Mohamad Nasir, PhD.Ak mengatakan, bantuan beasiswa di wilayah Sumut tersebut merupakan bagian dari alokasi pemerintah untuk anggaran bidik misi sebesar Rp2,3 triliun dengan rincian bidik misi On Going kepada 177.730 mahasiswa nilai sebesar Rp1,9 triliun dan bidik misi mahasiswa baru bagi 60 ribu mahasiswa senilai Rp 360 miliar. Sedangkan untuk beasiswa ADik dialokasikan sebesar Rp40 miliar lebih dengan perincian afirmasi On Going 1.673 mahasiswa senilai Rp28 miliar dan afirmasi baru kepada 900 mahasiswa senilai Rp12 miliar.

Selanjutnya Kemenristekdikti juga mengalokasikan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) bagi mahasiswa program S1, D IV dan D III dengan ketentuan Indeks Prestasi (IP) minimal 3,00. Anggaran beasiswa PPA itu sebesarRp 508 miliar untuk 121 ribu mahasiswa dengan besarnya beasiswa Rp 4,2


(16)

46 juta per tahun/mahasisw 2015 Pukul 14.30 WIB)

Berikut adalah rekapitulasi data mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara asal Papua yang mendaftar program AFIRMASI DIKTI mulai tahun 2012 s/d 2014 :

NO Fakultas Program Studi Tahun JLH

2012 2013 2014

1 Kedokteran Pendidikan Dokter 2 1 0 3

2 Kesehatan Masyarakat

Ilmu Kes.Masyarakat 2 1 6 9

3 Keperawatan Ilmu Keperawatan 0 2 3 5

4 Kedokteran Gigi Pendidkan Dokter Gigi 0 2 0 2

5 Farmasi Ilmu Farmasi 0 2 0 2

6 Ilmu Budaya 1. Sastra Indonesia 2 0 0 2

7 Ekonomi dan Bisnis 1. Akuntansi 2 1 1 4

2. Managemen 1 0 2 3

8 Pertanian 1. Agroteknologi 5 0 0 5

2. Agribisnis 1 1 0 2

3. Peternakan 2 0 0 2

4. Ilmu Teknologi Pangan 0 0 1 1

5. Kehutanan 0 0 1 1


(17)

47

2. Teknik Elektro 0 0 1 1

3. Teknik Mesin 0 0 1 1

Total 18 11 17 46

Sumber : Biro Pusat Akademik USU (Keadaan 14 Oktober 2014)

Seluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara asal Papua tersebut tinggal di asrama putra dan asrama putri serta diberikan biaya hidup perbulan dan akan kembali ke daerah masing-masing setelah semua proses kuliah selesai. Ketika pertama kali mahasiswa asal Papua tersebut hadir dan sampai di asrama Universitas Sumatera Utara Medan, mereka disambut seperti biasa dengan acara penyambutan. Acara ini berisi tentang perkenanlan mengenai kampus, keadaan dan kondisi sosial saat mereka tinggal disini. Hal ini mencakup untuk menguji kebersaam para mahasiswa asal Papua dan ketka akan bergabung dengan mahasiswa asal lainnya yang sama-sama berkuliah di Universitas Sumatera Utara.

4.2 Karakteristik Informan

Informan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Karakteristik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam penelitian yaitu berdasarakan agama, suku, lama tinggal, dan fakultas selama informan berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:


(18)

48 4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur

Tabel 4.1

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

No Kategori Umur Jumlah (n) Persentase (%)

1 20-22 tahun 8 80

2 > 22 tahun 2 20

Total 10 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 8 orang (80%) berumur antara 20-22 tahun dan 2 orang (20%) berumur di atas tahun, sehingga mayoritas informan berumur antara 20-22 tahun.

4.2.2 Karakeristik Berdasarkan Agama

Tabel 4.2

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kristen 6 60

2 Islam 4 40

Total 10 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.2 dari informan penelitian 6 orang (60%) beragama Kristen dan 4 orang (40%) beragama Islam. Dengan demikian, mayoritas informan adalah beragama Kristen (60%).


(19)

49 4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Lama Tinggal

Tabel 4.3

Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal

No Lama Tinggal Jumlah (n) Persentase (%)

1 1 Tahun 1 10

2 1 Tahun 9 90

Total 10 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian 1 orang (10%) yang tinggal selama 1 tahun, 9 orang (90%) yang sudah tinggal selama ≤ 1 tahun . Dengan demikian mayoritas informan adalah 9 orang (90%) yang sudah tinggal selama ≤ 1 tahun .

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Fakultas

Tabel 4.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas

No Fakultas Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kesehatan Masyarakat 2 20

2 Pertanian 3 30

3 Teknik 1 10

4 Ekonomi 1 10

5 Ilmu Budaya 2 20

6 Farmasi 1 10

Total 10 100


(20)

50 Berdasarkan Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa informan penelitian 2 orang (20%) yang berkuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, 3 orang (30%) yang berkuliah di Fakultas Pertanian, 1 orang (10%) yang berkuliah di Fakultas Teknik , 1 orang (10%) yang berkuliah di Fakultas Ekonomi, 2 orang (20%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya, 1 orang (%) yang berkuliah di Fakultas Farmasi. Dengan demikian mayoritas informan adalah 3 orang (30%) yang berkuliah di Fakultas Pertanian.

4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Suku

Tabel 4.5

Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Rarutu 1 10

2. Ekari 1 10

3. Lanny 2 20

4. Nayak 1 10

5. Maibrat 1 10

6. Batak 2 20

7. Jawa 2 20

Total 10 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.5 dari informan penelitian ada 1 orang (10%) suku Rarutu, 1 orang (10%) suku Ekari, 2 orang (20%) suku Lanny, 1 orang (10%) suku Nayak, 1 orang (10%) suku Maibrat, 2 orang (20%) suku Batak, dan 2


(21)

51 orang (20%) suku Jawa. Dengan demikian, mayoritas informan adalah suku Lanny (20%), Batak (20%) dan Jawa(20%).

4.3 Profil Informan Mahasiswa Asal Papua Dan Mahasiswa Asal Daerah

Lain.

4.3.1 Paskalis Tugomo

Paskalis Tugomo adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Elektro. Ia telah berumur dua puluh satu tahun yang lahir di Ekago Papua Bagian Timika. Ia bersuku Ekari. Ia telah tinggal di Medan sudah satu tahun.

Salah satu alasan Paskalis untuk berkuliah di USU adalah agar bisa berkuliah di luar daerah Papua walaupun jauh dengan orangtua. Sebelumnya Paskalis sudah mengetahui sedikit tentang USU dari saudara ia yang sedang bertugas di Medan sehingga ia memilih berkuliah di USU di pilihan kedua ketika ujian seleksi penerimaan mahasiswa ke perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah Papua. Perasaan pertama kali yang dirasakan Paskalis ketika sampai di USU adalah senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.

Pertama kali Paskalis datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang juga akan berkuliah di USU. Setibanya mereka datang ke Medan, mereka mengikuti pengarahan-pengarahan yang dibuat oleh USU itu sendiri untuk mengenal lebih dekat lingkungan yang berada disini dan mereka bertempat tinggal di asrama putra USU. Hal inilah yang menyebabkan Paskalis berkenalan dengan senior-senior satu daerah yang sama-sama berkuliah di USU.


(22)

52 Awalnya rutinitas yang dilakukan oleh Paskalis ketika berada di sini adalah berkeliling di lingkungan asrama seperti berjalan-jalan dan membeli makan di sekitaran USU, pergi ke kampus serta berkenalan dengan mahasiswa daerah lain. Selain itu Paskalis juga sering berbicara dan sudah mendapatkan teman mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Paskalis juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi yang diadakan oleh pihak kampus seperti mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa asal Papua, Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro, bermain futsal dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain serta mengikuti organisasi keagamaan. Paskalis juga sudah diperkenalkan budaya di sini oleh teman kampusnya dan mempelajari bahasa daerah lain seperti bahasa Batak. Selain itu Paskalis juga sudah pernah berkunjung ke daerah asal teman kampusnya yaitu Sibolga. Itulah cara dia untuk bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Paskalis mengakui bahwa ia merasa betah untuk tinggal disini. Ia lebih menyukai bergaul dengan mahasiswa lain walaupun kesulitan yang di hadapi oleh Paskalis adalah cara berbicara dan budaya yang sangat berbeda. Menurut Paskalis penerimaan masyarakat sekitar adalah baik dan ramah walaupun terkadang mahasiswa yang berasal dari daerah lain merasa asing melihat kami. Hal inilah yang membuat mereka merasa dikucilkan dari kelompok mereka. Tetapi dibalik itu semua, ketika sudah menjalin pertemanan sebenarnya mereka mau membantu Paskalis untuk memperkenalkan lingkungan sekitar. Selain itu, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh dengan daerah asal tetapi


(23)

53 Paskalis masih bisa beradaptasinya dan menyukainya. Hal inilah yang disukai dan tidak disukai oleh Paskalis selama tinggal disini.

Mengenai interaksi keluarga yang dilakukan oleh Paskalis adalah Paskalis sering berkomunikasi dengan keluarga terutama dengan orangtua minimal seminggu sekali. Orangtua Paskalis biasanya pergi ke kota daerah mereka hanya untuk bisa berkomunikasi dengan Paskalis minimal satu minggu sekali. Karena jaringan selular baru masuk sekitar satu tahun yang lalu ujar Paskalis. Biasanya ketika waktu liburan tiba, Paskalis pulang ke kampungnya yang di lakukan selama 2 tahun sekali. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.

4.3.2 UTA

Uta yang memiliki nama Dwi R.P. Weriu adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Agrobisnis. Ia lahir di Kaimana dan telah berumur dua puluh satu tahun. Ia bersuku Rarutu yang merupakan bagian Papua Barat. Ia telah tinggal di Medan sudah dua tahun lamanya.

Salah satu alasan Uta lulus dari USU dikarenakan hasil pilihan ketiga dari ujian seleksi beasiswa penerimaan mahasiswa ke perguruan tinggi yang di selenggarakan oleh pemerintah Papua. Sebelumnya Uta memang tidak mengetahui tentang USU walaupun ada saudara ia yang telah tinggal lama di Medan. Walaupun kuliah jauh dari orangtua tetapi Uta sangat senang bisa


(24)

54 berkuliah di daerah lain karena menurut Uta akan banyak dapat pengalaman kalau kita tinggal jauh dari daerah kita sendiri.

Pertama kali Uta datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang lulus ujian seleksi untuk berkuliah di USU serta bersama dengan pendamping perwakilan dari provinsi. Uta mengatakan bahwa ketika kami semua telah sampai disini, pada saat itu kami diberikan motivasi dan pengenalan tentang USU baik dari fakultas masing-masing maupun di lingkungan sekitarnya dan kami bertempat tinggal di asrama putra milik USU. Hal inilah yang menyebabkan Uta dapat berkenalan dengan senior-senior baik dari satu daerah maupun senior-senior yang berasal dari daerah lain di fakultas.

Mula-mula rutinitas awal yang di lakukan oleh Uta adalah masih berkeliling wilayah lingkungan asrama dan kampus. Uta berusaha untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan kampus maupun di asrama. Uta juga mengikuti dan aktif sebagai anggota dengan kegiatan-kegiatan organisasi yang di adakan oleh pihak kampus seperti mengikuti Ikatan Mahasiswa Asal Papua dan IMASEP. Pada saat ini Uta juga sudah mendapatkan teman dekat yang berasal dari suku Melayu. Uta juga sudah diperkenalkan sedikit tentang budaya Melayu oleh teman dekatnya. Itulah cara dia untuk dapat menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Uta mengakui bahwa ia betah untuk tinggal disini. Penerimaan masyarakat selama ini yang di rasakan oleh Uta adalah baik, selalu mau berbaur dengan orang yang berasal dari daerah lain serta mau membantu teman yang sedang kesulitan,


(25)

55 seperti pengalaman Uta yang pernah diberi pinjaman uang oleh teman dekatnya Uta. Walaupun Uta terkadang di jahili dengan teman-teman kampus ia yang berasal dari daerah lain, tetapi Uta tetap tidak peduli dan merasa kalau tidak ada kesulitan ketika bersosialisasi dengan teman-teman kampus yang berasal dari daerah lain disini. Selain itu jika dilihat dari segi makanan, Uta memulai untuk menyukai makanan yang berasal dari daerah ini karena menurut Uta selera dan rasa makanan di sini hampir sama dengan makanan disana yaitu sama-sama mempunyai selera pedas. Sedangkan dari segi cuaca, Uta bisa beradaptasi dengan cuaca di daerah ini karena menurut Uta cuaca di daerah asal dia lebih panas dibandingkan dengan cuaca di sini. Tetapi menurut Uta, ia kurang puas dengan sarana dan prasarana yang di sediakan selama berkuliah di USU. Hal inilah yang disukai dan tidak disukai oleh Uta selama tinggal di daerah ini.

Mengenai interaksi dengan keluarga, walaupun sudah dua tahun Uta tidak pulang ke kampungnya, menurut Uta tidak ada halangan untuk sering berkomunikasi melalui telepon dengan orangtuanya. Uta juga mengatakan bahwa kalau ada keluarga ia yang tinggal di Medan dan sesekali ia berkunjung ke tempat saudaranya tersebut walaupun terkadang hanya seminggu sekali.

4.3.3 Elliyus Pase

Elliyus Pase adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Peternakan. Elliyus lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh satu tahun. Elliyus sudah tinggal di Medan selama tiga tahun. Ia bersuku nayak.


(26)

56 Salah satu alasan Elliyus berkuliah di USU agar bisa berkuliah di luar daerah Papua walaupun jauh dari orangtua. Elliyus mengatakan kalau kami anak-anak Papua memang sengaja dikirim keluar daerah untuk berkuliah dari pemerintah dengan tujuan mengembangkan potensi daerah kami ketika kami kembali nanti. Ia memilih USU pada pilihan ke tiga ketika ujian seleksi penerimaan beasiswa mahasiswa ke perguruan tinggi. Perasaan Elliyus pertama kali sangat senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.

Pertama kali Elliyus datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang berkuliah di USU. Mereka melakukan pengarahan tentang pengenalan daerah dan lingkungan sekitar yang dibuat dari USU melalui perwakilan dari pemerintahan Papua dan mereka bertempat tinggal di Asrama Putra USU. Hal inilah Elliyus banyak dapat berkenalan dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang sudah berkuliah lebih dahulu maupun teman-teman yang berasal dari daerah lain yang sama-sama tinggal di Asrama Putra.

Rutinitas awal yang dilakukan oleh Elliyus adalah berkeliling di lingkungan asrama dan kampus seperti pergi bersama dengan teman-teman yang satu daerah untuk berkeliling di lingkungan asrama, pergi ke kampus dan mengikuti kegiatan awal yang diadakan di kampus, serta bermain futsal dengan teman-teman satu asrama. Menurut Elliyus, semua kondisi lingkungan yang berada disini sangatlah asing baginya. Elliyus terkadang masih kurang percaya diri untuk berteman dengan teman-teman yang berasal dari daerah lainnya sehingga terkadang Elliyus masih mau menutup diri tetapi Elliyus tetap berusaha untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan


(27)

57 kampus maupun di asrama. Elliyus juga sudah mengikuti kegitan-kegiatan aktif yang di adakan oleh kampus seperti sebagai anggota acara seminar yang diselenggarakan oleh kampus, dan aktif mengikuti organisasi-organisasi.

Pada awalnya Elliyus merasa bahwa orang-orang yang berada disini terlalu asing melihat kami sehingga terkadang diejekin dengan mereka. Tetapi dengan begitu Elliyus tetap saja bergabung dan berbaur dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Elliyus mengakui sangatla sulit untuk bisa berbaur dengan orang-orang disekitar. Dari segi bahasa dan cara bergaul yang sangat berbeda tetapi Elliyus ingin belajar untuk memahaminya. Elliyus betah untuk tinggal disini> Menurut Elliyus walaupun awalnya mereka sangatla asing dengan kedatangan kami tetapi lama kelamaan mereka juga sudah mulai terbuka dengan kami, bahkan mahasiswa yang berasal dari daerah lain baik dan mau membantu ketika mau kita kesulitan dalm mengatasi masalah. Selain itu, jika dilihat dari segi cuaca, tempat tinggal, dan makanan yang sangat jauh berbeda tetapi Elliyus masih bisa untuk menyesuaikannya. Inilah caranya untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Mengenai interaksi keluarga, Elliyus sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Elliyus pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.


(28)

58 4.3.4 Rince Wenda

Rince Wenda adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ia lahir di Tembagapura dan telah berumur dua puluh satu tahun. Ia bersuku Lanny. Sudah tiga tahun ia tinggal di Medan untuk berkuliah.

Alasan Rince untuk memilih berkuliah di USU ini adalah karena rasa ingin tahu dia tentang USU dan mencoba untuk berkuliah di wilayah Sumatera. Sebelumnya Rince sudah mencari banyak informasi tentang USU dari internet maupun dari teman-teman perantauan yang dahulunya tinggal di Medan sehingga ia memilih kuliah di USU pada pilihan ketiga di saat seleksi program beasiswa penerimaan mahasiswa baru yang diadakan oleh pemerintah pusat Papua. Walaupun merasakan perasaan senang tetapi Rince juga takut dan sedih berpisah dengan orangtua ketika pertama kali sampai di USU.

Setibanya Rince sampai di USU, Rince dan bersama dengan teman-teman sedaerahnya yang ikut juga berkuliah di USU mengikuti pengarahan-pengarahan tentang memperkenalkan masyarakat dan lingkungan disini bersama dengan perwakilan dari pemerintah Papua dan bertempat tinggal di asrama putri USU. Hal inilah yang menyebabkan Rince mulai bertemu dan berkenalan dengan senior-senior yang berasal dari Papua maupun yang berasal dari daerah lain.

Awalnya rutinitas yang di lakukan Rince hanya sekitaran asrama dan kampus dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan baik dari kampus seperti mengikuti acara keagamaan maupun dari pihak ikatan mahasiswa dari Papua itu sendiri. Dengan begitu Rince dapat berteman dengan teman-teman baru


(29)

59 yang berasal dari daerah lain. Hal inilah cara Rince untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar selama berkuliah di USU.

Rince mengakui bahwa ia betah untuk tinggal disini walaupun pada awalnya ia merasa takut dan tidak percaya diri untuk menghadapi orang-orang disekitarnya karena Rince merasa takut kalau masyarakat tidak menerimanya tetapi setelah beberapa lama Rince tinggal di daerah ini, penerimaan masyarakat sekitar yang dirasakan oleh Rince adalah terbuka, baik dan ramah terhadap kelompok kami. Rince mengatakan walaupun cara bergaul kami yang beridentik dengan kasar serta cara berbicara dan bahasa kami yang sulit dimengerti tetapi Rince tetap berusaha untuk aktif dan belajar menggunakan bahasa Indonesia yang benar agar bisa berbaur dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain. Selain itu, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh dengan daerah asal tetapi Rince masih bisa beradaptasinya dan menyukainya.

Mengenai interaksi keluarga, Rince sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Rince pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.

4.3.5 Berlinda Wakerkwa

Berlinda Wakerkwa adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ia lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh tahun . ia bersuku Lanny dan telah tinggal di Medan sekitar tiga tahun untuk berkuliah di USU.


(30)

60 Salah satu alasan Berlinda berkuliah di USU adalah dari hasil ujian seleksi beasiswa Afirmasi yang diselenggarakan oleh pemerintahan Papua. Sebelumnya Berlinda mengetahui tentang USU dari orang tuanya. Perasaan pertama kali yang dirasakan oleh Berlinda ketika sampai di USU bingung dan sedih karena Berlinda harus berpisah jauh dan lama dengan orangtuanya demi mengikuti kegiatan perkuliahan. Berlinda juga tidak berkeinginan untuk kuliah disini. Pada awalnya Berlinda ingin sekali berkuliah di Jakarta.

Mula-mula rutinitas awal yang di lakukan oleh Berlinda adalah masih berkeliling wilayah lingkungan asrama dan kampus. Walaupun Berlinda belum mengetahui kondisi masyarakat disini tetapi Berlinda berusaha untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan kampus maupun di asrama. Berlinda juga mengikuti dan aktif sebagai anggota dengan kegiatan-kegiatan organisasi yang di adakan oleh pihak kampus. Tidak jarang juga Berlinda terkadang pergi berjalan-jalan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain seperti pergi ke Berastagi baik secara pribadi maupun bersama dengan kumpulan organisasi. Berlinda juga berusaha untuk belajar dengan budaya dari daerah lain oleh teman-teman kampusnya seperti bahasa Batak begitu juga dengan sebaliknya, Berlinda juga mengajarkan budayanya ke teman-temannya seperti dari tarian-tarian daerah, dan sebagainya. Berlinda juga mengatakan bahwa ia telah mendapatkan teman dekat yang berasal dari daerah lain yaitu dari Aceh.

Berlinda mengakui bahwa ada rasa kurang percaya diri dengan cara bertingkah laku dan berbicara yang sangat berbeda. Pada awalnya Berlinda mengakui kalau Berlinda tidak menyukai, tidak terlalu percaya dengan orang


(31)

61 yang berada disini dan terkesan terlalu ramai dengan lingkungan disini dan sering diejekin dengan orang disekitar tetapi Berlinda tetap untuk berusaha bisa berbaur dengan mereka dan lama kelamaan penerimaan masyarakat sekitar bisa terbuka dengan masuknya kami yang berasal dari ujung timur bagian Indonesia. Itulah cara dia untuk dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan mahasiswa dari daerah lain. Selain dari segi pertemanan, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat jauh berbeda dengan daerah asal tetapi Berlinda masih bisa untuk beradaptasi dan menyukainya. Berlinda mengakui bahwa selama tinggal disini ia telah betah untuk tin ggal di sini.

Mengenai interaksi keluarga, Berlinda sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Berlinda pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.

4.3.6 Eva Celia Homer

Eva Celia Homer adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari Papua yang sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Eva berkuliah di Universiats Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi, Departeman Ekonomi Managemen. Ia telah berumur dua puluh dua tahun di Monokwari. Ia bersuku Maibrat yang merupakan Papua bagian barat. Ia telah lama tinggal di Medan kurang lebih tiga tahun.

Salah satu alasan Eva berkuliah di USU adalah karena dari hasil ujian Beasiswa Afirmasi yang di selenggarakan oleh pemerintahan Papua. Sebelumnya


(32)

62 Eva tidak ada keinginan untuk berkuliah di USU, karena menurut Eva untuk berkuliah disini terlalu jauh. Eva belum mengetahui tentang USU karena pada awalnya keinginan Eva adalah bisa diterima kuliah di ITB Bandung pada saat hasil ujian Beasiswa Afirmasi tersebut keluar. Perasaan Eva pertama kali ketika sampai di USU sangat bingung. Eva sama sekali tidak mengetahui sama sekali tentang bagaimana kondisi berkuliah di Sumatera. Eva juga sangat sedih harus berpisah dengan orangtua untuk berkuliah disini.

Pertama kali Eva datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang juga akan berkuliah di USU. Ketika mereka datang kemari, mereka mengikuti pengarahan-pengarahan yang dibuat oleh USU dan dengan perwakilan dari daerah masing-masing itu sendiri untuk memperkenalkan lebih dekat lingkungan yang berada disini dan mereka bertempat tinggal di asrama putrid USU.

Rutinitas awal yang dilakukan oleh Eva adalah hanya sekitar lingkungan kampus dengan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus yaitu ospek. Eva mengakui kalau pada mulanya Eva sangat malas untuk bisa mengenal dengan lingkungan sekitar tetapi karena faktor keadaan yang memaksa, perlahan-lahan Eva mau berbaur dengan lingkungan kampus sehingga Eva mengakui bahwa sangatlah sulit untuk bisa berbaur dengan lingkungan disini. Dapat dilihat dari segi cara dan bahasa yang digunakan yang terkadang masih asing didengar dan cara bergaul mereka yang terkesan lebih mementingkan diri sendiri tetapi walaupun begitu, penerimaan masyarakat sekitar masih terbuka dengan adanya kami yang sedang berkuliah disini.


(33)

63 Eva juga sudah mendapatkan teman-teman mahasiswi lainnya yang berasal dari daerah lainnya. Eva juga sudah pernah berkunjung ke daerah asal teman-teman kampusnya hanya sekedar rekreasi. Mereka sudah sedikit-sedikit memperkenalkan budaya mereka masing-masing. Eva juga mulai mengikuti kegiatan organisasi baik yang berasal dari kampus, ikatan mahasiswa asal Papua maupun dari keagamaan, dan aktif sebagai anggota. Itulah cara Eva dapat untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang sebelumnya sangat asing sekali bagi Eva.

Eva juga sudah betah untuk tinggal di daerah ini. Hal yang sangat disukai oleh Eva disini adalah orang-orang disini sangatlah pekerja keras, kemudian Eva sangat menyukai dari kondisi cuaca, tempat tinggal walaupun yang sangat jauh berbeda, dan makanan yang mempunyai harga yang relative lebih murah dibandingkan di daerah asal. Tetapi hal yang tidak disukai oleh Eva di lingkungan disini adalah terkadang kami masih saja ada yang mengejek tentang kondisi fisik kami, kemudian sebagian masih ada yang menilai kami kalau kami kasar, selalu tertutup, tidak mau berbaur dengan orang lain. Padahal tidak menutup kemungkinan kalau kami selalu terbuka dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain.

Mengenai interaksi keluarga, Eva sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Eva pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.


(34)

64 4.3.7 Debora Indriyan

Debora adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain yaitu berasal dari Pematang Siantar. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Budaya, Departemen Sastra Inggris. Ia telah berumur dua puluh tiga tahun. Ia bersuku Batak Toba. Ia telah tinggal di Medan untuk berkuliah di USU kurang lebih sekitar tiga tahun.

Debora merupakan salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain yang ikut tinggal di Asrama Putri USU. Menurut Debora, banyak sekali mahasiswa yang berasal dari Papua yang tinggal disini. Debora juga salah satu mahasiswi yang mempunyai teman yang berasal dari Papua. Debora sering berinteraksi dan bergaul dengan mereka. Mereka sudah menjalani pertemanan kurang lebih sekitar 1 tahun.

Menurut Debora dengan adanya keberadaan mereka disini sebenarnya tidak ada yang mengganggu. Debora sangat senang mendapatkan teman yang berasal dari Papus. Menurut Debora semakin menambah pengetahuan dan mengenal teman-teman yang berasal dari daerah yang berbeda. Mereka datang kesini tujuannya untuk belajar. Mereka juga aktif dan berbaur dengan lingkungan sekitar seperti mengikuti kegiatan-kegiatan dalam organisasi-organisasi yang ada di USU seperti organisasi keagamaan maupun organisasi dari ikatan mahasiswa mereka itu sendiri. Menurut Debora cara mereka bergaul dengan lingkungan sekitar sudah mengikuti nilai-nilai yang ada disini tetapi yang Debora lihat sendiri, pada awalnya mereka lebih cenderung tertutup, takut dan tidak ramah untuk bisa bergabung dan bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain malah


(35)

65 terkadang lebih ramah teman-teman yang berasal dari daerah lain yang harus menyapa duluan untuk bisa bergaul dengan mereka. Mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di Asrama Putri ini seperti mempunyai kebiasaan untuk menonton bersama dalam satu kamar khusus untuk mahasiswi Papua dan menurut dari berita dari mahasiswa lainnya kalau mereka terkadang sering bertelanjang bulat yang katanya melakukan salah satu dari adat mereka.

Debora sudah cukup lama bergaul dengan mereka. Menurut Debora terkadang mereka masih mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari adat mereka sendiri. Mereka juga mau mengajarkan budaya-budaya mereka sendiri seperti dari segi bahasa, tarian, dan sebagainya. Walaupun terkadang dari segi cara mereka berbicara kasar dan sulit dimengerti tetapi sebenarnya mereka mau dan terbuka untuk bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

4.3.8 Mukti Amsar

Mukti Amsar adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain yaitu berasal dari Kisaran. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departeman Agribisnis. Ia telah berumur dua puluh tiga tahun. Ia bersuku Batak Toba. Ia telah tinggal di Medan untuk berkuliah di USU kurang lebih sekitar lima tahun.

Ia memiliki teman mahasiswa yang berasal dari Papua yang bernama UTA yang menjadi junior di Fakultas Pertanian. Mereka sudah berteman layaknya senior dan junior di jurusan Agribisnis selama kurang lebih 2 tahun. Interaksi mereka terjalin ketika mengerjakan tugas-tugas kuliah, kuliah bersama, tugas


(36)

66 kelompok dan kegiatan kuliah lainnya. Mereka kebanyakn sering bertemu di kampus.

Dirinya melakukan tidak melakukan kesulitan ketika berinteraksi dengan mahasiswa asal Papua yang dikarenakan kebetulan mahasiswa asal Papua tersebut dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Jadi ketika mereka berinteraksi tetap menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari di lingkungan kampus. Dirinya menggambarkan bahwa mahasiswa asal Papua tersebut sama dengan mahasiswa asal daerah lain, kulit sama hitam, gigi sama putih, kemungkinan karena masih ada mahasiswa asal lainnya yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik jadi yang menyebabkan dirinya jarang berinteraksi dengan mahasiswa asal Papua lainnya. Salah satunya adalah keterbatasan di interaksi.

Sebenarnya dirinya tidak terlalu suka banyak teman, tetapi ingin belajar dan berbagi pengalaman dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain, baik dari Papua bahkan sampai luar negeri karena bisa saja dirinya yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada mereka mahasiswa asal Papua untuk belajar berbahsa Indonesia karena diperkuliahan yang digunakan adalah bahasa Indonesia bukan bahasa local jadi semua mahasiswa dari asal manapun harus bisa berbahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Hal ini yang menyebabkan dirinya mau berteman dengan mahasiswa asal Papua apalagi untuk cerita atau bahasan tentang pertanian. Di Papua lahan pertanian terbuka lebar jadi masih asri sehingga dapat berbagi cerita mereka dengan dirinya tentang Papua yang memiliki keindahan alam yang masih terjamin dan terjaga. Jadi kemungkinan dirinya lebih sering membahas masalah pertanian dengan mahasiswa asal Papua tersebut.


(37)

67 4.3.9 Ira

Ira adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari daerah lain yaitu berasal dari Kota Medan. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Inggris. Ia telah berumur dua puluh dua tahun. Ia bersuku Jawa. Ia telah tinggal di Medan untuk berkuliah di USU kurang lebih sekitar tiga tahun.

Ia memiliki teman mahasiswa yang berasal dari Papua yang bernama Belinda. Mereka bertemu pada saat acara pertukaran mahasiswa USU di Fakultas Ilmu Budaya. Mereka berkenal dan saling berinteraksi. Dirinya menggambarkan mahasiswa yang berasal dari Papua sebagian ada yang lancar dalam berbahasa Indonesia dan ada juga yang masih belum. Hal ini disebabkan karena dirinya jurusan sastra Inggris maka mahasiswa asal Papua ini mau belajar bahasa Inggris tetapi untuk itu, dirinya memastikan bahwa mahasiswa asal Papua tersebut bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dirinya tertarik untuk mengajarkan dan memperkenalkan bahasa Inggris tersebut karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional semua kalangan mahasiswa yang berasal dari daerah manapun setidaknya harus bisa dan tau berbahasa Inggris. Tidak nutup kemungkinan mahasiswa yang berasal dari papua tersebut.

Dirinya juga merasa nyaman berteman dan berkenalan dengan mahasiswa asal Papua bersama dengan teman lainnya sering untuk main ke asrama putri yang menjadi tempat tinggal para mahasiswa asal Papua. Hal yang menarik bagi dirinya adalah bagaimana bisa bersatu dengan teman asal Papua dan yang lain dengan berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ketika saling


(38)

68 bertemu baik di kampus maupun di luar kampus. Kenyamanan itu terjalin karena dirinya sangat senang mempunyai banyak teman dan mendapatkan pengalaman dengan mahasiswa asal Papua tersebut yang sedang berkuliah di USU yang sama dengan dirinya walaupun dirinya dengan mereka tidak satu jurusan.

Selain di kampus, karena sesama perempuan jadi sering bertemu diluar urusan kampus dan kuliah misalnya untuk pergi makan dan jalan bersama di sore hari di lingkungan USU. Dirinya sangat senang karena sedikit banyaknya diperkenalkan budaya suku asal Papua dan menjadi tambahan pengetahuan bagi dirinya tentang keragaman local Indonesia. namun demikian dirinya juga mempunyai teman di luar yang berasal dari daerah lainnya lagi jadi pertemanan dirinya tidak hanya dengan mahasiswa asal Papua tetapi juga mahasiswa dari daerah lain. Kemudian mereka juga saling bertemu an berkumpul, berbagi pengalaman, dan belajar bersama-sama. Ini dilakukan pada sore hari setelah selesai waktu kuliah hanya untuk menghilangkan penat dan rekreasi bersama walau hanya di dalam lingkungan kampus USU. Dirinya menginginkan untuk bisa tidak hanya memiliki teman hanya satu saja. Dirinya bisa berteman dengan siapapun baik dengan menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Yang tidak menutup kemungkinan untuk dirinya diajarkan bahasa local Papua dengan mereka, misalnya untuk mengutarakan interaksi sehari-hari. Maka dari itu dirinya juga ingin belajar dengan mahasiswa asal Papua tersebut.


(39)

69 4.3.10 Eko Sunantri

Eko Sunantri adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain yaitu berasal dari Perdagangan. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Farmasi. Ia telah berumur dua puluh dua tahun. Ia bersuku Jawa. Ia telah tinggal di Medan untuk berkuliah di USU kurang lebih sekitar empat tahun.

Eko juga memiliki teman mahasiswa yang berasal dari Papua satu jurusan dan junior dirinya di Fakultas Farmasi. Dirinya dengan mereka bertemu ketika ada urusan kuliah,semisal di Farmasi itu ada praktik di laboratorium. Dalam hal interaksi dirinya menggunakan bahasa Indonesia dengan mahasiswa asal Papua teserbut walau awalnya,mahasiswa asal papua tersebut tidak terlalu lanvar berbaha Indonesia. Dirinya senang memiliki teman yang berasal dari daerah lain apalagi Papua yang jauh disana,dan untuk belajar Ilmu Farmasi di USU ini. Hal ini yang membuat ketertarikan dirinya untuk mau berteman dan berkenalan dengan mahasiswa asal Papua tersebut. Tidak ada kesulitan yang berarti walau harus mengajarkan dan memberitahukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Farmasi harus perlahan,mungkin istilah-istilah Farmasi banyak yang menggunakan istilah asing dan medis. Jadi harus lancar bahasa Indonesia terlebih dahulu. Mereka mau belajar dengan dirinya,dan terkadang saling bertukar pikiran dan berharap mereka bisa menjalin hubungan pertemanan dengan baik. Karena sejatinya,bahwa menurut dirinya sama tidak ada yang membedakan hanya perkara asal dari manaya. Mau dari Papua mau dari daerah lain kalau mau belajar,dirinya juga mamu mengajarkannya dengan baik. Baik mahasiswa asal Papua dan mahasiswa


(40)

70 asal lainnya. Yang terkadang juga mereka belaja dan berkumpul bersama,tidak hanya sebatas membahas masalah perkuliahan dan hal lain sebagainya.

4.4 Latar Belakang Hadirnya Mahasiswa Asal Papua Di USU.

Mahasiswa asal Papua hadir di Universitas Sumatera Utara melalui program pemerintah yang disebut dengan Beasiswa Afirmasi. Hal ini merupakan salah satu proses untuk pemerataan sosial masyarakat dalam dunia pendidikan dan perkembangan daerah Papua. Universitas Sumatera Utara mulai menerima mahasiswa Afirmasi sejak tahun pertama diadakan yaitu tahun 2012 dengan jumlah mahasiswa 18 orang sebagai angkatan I, 2013 sebagai angkatan kedua berjumlah 11 orang, sedangkan 2014 untuk angkatan III berjumlah 17 orang yang tersebar di 9 Fakultas yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Pertanian, dan Teknologi Universitas Sumatera Utara. Seluruh mahasiswa asal Papua tinggal di Asrama Putra untuk mahasiswa asal Papua yang berjenis kelamin laki-laki, dan asrama putri untuk mahasiswa asal Papua yang berjenis kelamin perempuan. Mereka juga diberikan biaya hidup per bulannya. Hal ini seperti yang diutarakan informan yang bernama Eva:

“…kami sebulan kira-kira sampeklah dua juta kaka. Itu ada yang berasal dari pemerintah pusat ka, dari provinsi, dan dari pemerintah kabupaten. Belum lagi dari orangtua sendiri. Jadi kurang lebih ya..segitula kaka…”


(41)

71 Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa semua mahasiswa asal Papua yang mendapatkan beasiswa Afirmasi dan sedang berkuliah di luar daerah Papua mendapatkan biaya hidup yang diberikan oleh pemerintah baik dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun dari pemerintah kabupaten.

Selajutnya, setelah selesai kuliah mereka ini diharapkan untuk kembali ke Papua membangun daerah asal mereka sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-masing seperti hal yang diutarakan saudara Uta :

“…aku kuliah pertanian cuma untuk bisa membangun pertanian dan mengelolanya dengan baik di Papua sana ka. Jadi ilmu yang kudapatkan disini tidak kusia-siakan disana pas waktu balik ke kampung nanti…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa salah satu tujuan mahasiswa asal Papua tersebut berkuliah di luar daerah Papua hanya untuk kembali dan membangun potensi daerahnya masing-masing sesuai dengan ilmu yang mereka dapatkan dan terapkan di daerah mereka nantinya. Banyak hal yang menjadi harapan mahasiswa asal Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Salah satunya adalah menjadi sumber daya manusia yang mampu bersaing untuk membangun daerah asalnya ataupun bersaing dengan mahasiswa dari daerah lainnya. Tujuannya untuk selain sumber daya manusia yang mampu bersaing namun juga bisa berkompetisi secara professional, tidak memandang dari daerah mana mahasiswa itu berasal. Maka dari itu keberhasilan dalam beradaptasi dan berinteraksi yang akan menjadi patokan dimana mahasiswa asal Papua tersebut tinggal dan menempuh pendidikan. Sebagai salah satu contoh mahasiswa asal Papua yang kuliah di Universitas Sumatera Utara.


(42)

72 4.5 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua.

Mahasiswa asal Papua yang datang ke Medan sebagai suatu lingkungan baru mungkin akan menghadapi banyak hal yang berbeda seperti cara berpakaian, bertingkah laku, cara berbicara, cuaca, makanan, bahasa, orang-orang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda. Apalagi, budaya tidak hanya meliputi cara berpakaian maupun bahasa yang digunakan, namun budaya juga meliputi etika, nilai, konsep keadilan, perilaku, hubungan pria wanita, konsep kebersihan, gaya belajar, gaya hidup, motivasi bekerja, ketertiban lalulintas, kebiasaan dan sebagainya (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 97).

Menurut Winata (2014), mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan individu lain adalah mahasiswa yang mudah bergaul dan pandai membawa diri dengan lingkungan social yang baru. Penyesuaian diri terhadap individu antara satu sama lain merupakan indikator keberhasilan mahasiswa dalam berinteraksi di masyarakat dan lingkungan. Sedangkan secara operasional, mahasiswa yang sukses beradaptasi terhadap lingkungan kampus adalah mahasiswa yang mampu menjalankan perannya yakni belajar. Sebagai penunjang kesuksesan mahasiswa dalam beradaptasi dilingkungan kampus mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan diri dengan cara aktif kuliah, mengerjakan tugas, belajar kelompok dan memanfaatkan perpustakaan.

Adaptasi mahasiswa Asal Papua disini digambarkan dengan cara mereka dapat menyesuaikan diri dengan cuaca, iklim, makanan, minuman, air, sarana prasarana, bahasa dan budaya local, lingkungan sosial, tempat tinggal, orang-orang disekitar dan orang-orang-orang-orang dari daerah lainnya dan ekonominya. Tetapi


(43)

73 dengan semua perbedaan yang ada, mereka harus tetap bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Adaptasi yang dilakukan oleh para mahasiswa asal Papua merupakan aktifitas yang dilakukan untuk mengarah ke suatu tujuan, yaitu proses sosialisasi untuk terciptanya harmoni kelompok, sedangkan aktifitas untuk adaptasi merupakan aktifitas tujuannya.

4.5.1 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Alam (cuaca, iklim,

makanan, minuman, air, sarana dan prasarana)

Adapun penyesuaian adaptasi mahasiswa asal Papua terhadap alam merupakan hal pertama yang terjadi ketika mereka pertama kali sampai di kota Medan khususnya di Universitas Sumatera Utara (Asrama Putra dan Putri). Mereka ada yang buta sama sekali mengenai tentang wilayah Medan. Mereka hanya mengetahui kalau tempat itu adalah sangat jauh dari mereka tinggal. Hal ini tergambarkan dari lamanya perjalanan dan rasa capek secara fisik dan tentunya keadaan alam Papua dan Sumatera jelas berbeda.

Hal ini seperti yang diutarakan informan Berlinda,yaitu :

“…iya kaka, ketika sudah sampai disini kaka, Medan ini sungguh panas kaka. Tidak seperti disana dingin karena saya tinggal di bawah kaki gunung Jayawijaya yang atasnya ada saljunya kaka, jadi dingin terlalu daripada disini…”

Berdasarkan hasil wawancara salah satu informan diatas adalah jarak yang mereka tempuh untuk belajar ke wilayah ini sangatlah jauh. Hal ini dapat dilihat dari jarak rata-rata yang ditempuh untuk ke daerah ini memerlukan waktu seharian penuh. Dengan jarak yang terlalu jauh tentunya kondisi keadaan alam sangat jauh


(44)

74 berbeda dengan daerah asalnya. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa asal Papua harus dapat menyesuaikan diri mereka selama belajar di Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, dalam hal makanan dan minuman sangat jauh berbeda dengan di Papua. Terdapat beranekaragam pilihan untuk ingin makan, minum dengan rasa yang berbeda dengan harga yang sangat terjangkau pula. Untuk makanan sendiri, mahasiswa asal Papua tidak terlalu terkejut dengan adanya perbedaan cita rasa dari makanan yang ada disini. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Paskalis :

“…saya suka pedas kaka, jadi saya tidak terlalu kaget dengan rasa masakan yang ada disini kaka. Hanya disini banyak yang mau pilih-pilih dimakan misalnya rending dan sambal…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa mahasiswa asal Papua tersebut dapat menyesuaikan dengan cita rasa makanan yang berada di daerah ini. Rasa pedas menjadi ciri khas dan hal yang sama disini dengan yang ada di Papua, hanya beda di jenis makanan, masakan dan harganya saja.

Kemudian dari segi pengairan di Medan dengan yang ada di Papua sangatlah berbeda. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Berlinda :

“…biasanya kan kaka, air dikampung kami lebih banyak memakai air dari pegunungan kaka, mungkin karena kampung kami di daerah pegunungan ya kaka..tapi ya setau kami kebanyak manfaatkan air dari alam sih kaka. Makanya air disana dingin bersih dan lancar aja kaka…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa dari segi pengairan bahwa perbeedaan disana masih banyak menggunakan pengairan secara tradisional yaitu


(45)

75 memanfaatkan air dari gunung sedangkan di sini terutama di asrama yang menjadi tempat tinggal mereka menggunakan PAM atau air sumur bor.

Mengenai sarana dan prasarana di Medan lebih ramai dibandingkan di Papua dalam artian memang sama-sama memiliki pendatang dari luar kota yang menjadikan Kota Medan adalah kota metropolitan dan sebagai contoh terdapatnya sarana-sarana hiburan yang tersedia baik indoor maupun outdoor. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rince :

“…sarana dan prasarana yang ada di Medan cukupla lengkap kaka bagi kami. Sangat jauh beda dengan yang ada di Papua kaka. Berbagai hiburan ada. Kemudian mau kemana-mana dan mau ngapa-ngapai semuanya serba ada. Tinggal kita milih aja kaka.contohnya selain tempat hiburan seperti mall, disini banyak tempat fotokopy, warnet, banyak yang jual pulsa, itu semuakan dapat mempermudah kita dalam mengurusi urusan kampus kaka. Itu juga yang membuat saya tidak kesusahan disini…”

Berdasarkan wawancara informan diatas bahwa banyaknya sarana dan prasarana yang terdapat di kota Medan ini dapat membantu khususnya bagi mahasiswa asal Papua dalam mempermudah setiap aktifitasnya. Selain itu, banyaknya terdapat hiburan yang telah disediakan untuk memanjakan setiap masyarakat yang berada di Kota Medan juga menjadi faktor penarik banyaknya mahasiswa asal dari daerah lain khususnya asal Papua untuk menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara Kota Medan walaupun di Papua itu sendiri masih ada universitas negeri tetapi mereka lebih memilih untuk keluar dan akhirnya memilih atau sampai di Universitas Sumatera Uta


(46)

76 4.5.2 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Lingkungan Sosial (Bahasa,

Budaya Lokal, Orang-orang disekitar dan Tempat Tinggal).

Penyesuaian mahasiswa asal Papua terhadap lingkungan sosialnya dapat dilihat dari proses pertama kali hadir atau sampai di Universitas Sumatera Utara seperti bahasa dimana di Kota Medan terdapat banyaknya berbagai bahasa local atau daerah seperti bahasa Batak, Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, Bahasa Cina, Bahasa Gaul Medan dan bahasa-bahasa lainnya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Paskalis :

“…dulu pertama kali saya sangat susah untuk bisa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar karena pengaruh logat daerah aku kaka. Jadi sering kali teman-teman aku yang berasal dari daerah lain kurang mengerti akan perbincangan aku kaka…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa mahasiswa yang berasal dari Papua tersebut mengakui sangatlah sulit untuk bisa beradaptasi dari segi bahasa dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa dari daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh logat dari bahasa daerah mereka sendiri. Tetapi dengan begitu mahasiswa asal Papua terus mencoba terus belajar dan beradapatsi dengan bahasa yang digunakan di daerah ini karena bahasa menjadi patokan utama seseorang individu untuk dapat beradaptasi ditempat tinggalnya demikian juga untuk proses interaksinya.

Dalam hal ini mereka juga harus bisa beradaptasi dengan budaya local yang ada disini misalnya saja disana masih ada yang tidak mengenakan pakaian baik perempuan maupun laki-laki karena sifatnya yang masih tradisional. Disini


(47)

77 semua orang sudah memakai pakaian baik perempuan maupun laki-laki, diluar maupun didalam rumah, baik ketika menjalankan aktifitas ataupun rutinitas.

Selain itu terdapat bercampurnya budaya seperti akulturasi dan asimilasi yang terjadi disini, bisa saja mahasiswa asal Papua berteman kemudian mempelajari dan mengetahui budaya dari mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Sebagai contoh, jika dilihat dari segi budaya pertanian baik dilihat dari cara menanam, memanen, dan hasil pertaniannya. Misalnya mahasiswa asal Papua yang kuliah di jurusan pertanian yang akan mengelola hasil pertanian dengan baik setelah dia belajar dan kuliah di jurusan pertanian USU. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Uta salah satu informan yang berasal dari pertanian:

“…berbicara untuk mengelola pertanian, biasanya kan kaka disana masih banyak menggunakan alat0alat tradisional berbeda dengan yang disini yang menggunakan alat modern. Kalaupun ada alat-alat modern disana masih sedikit disana jumlahnya. Jadi rencana dan harapannya saya bisa memodernkan alat-alat produksi pertanian disana dengan ilmu yang didapat disini…”

Hal ini ditambahkan oleh informan Rince jurusan Kesehatan Masyarakat : “…kami sebagai perempuan disana kaka biasanya kalau tidak sekolah ataupun pulang sekolah biasanya kami pergi ke lading. Kami sudah biasa begitu ka.. mau perempuan mau laki-laki yang penting kami ke ladang. Mungkin beda dengan orang yang ada disini, pulang sekolah bisa jalan-jalan ke kota bersama dengan teman-teman…”


(48)

78 Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa budaya lokal antara di Papua dengan budaya daerah sini jelas berbeda. Perbedaan itu hanya sebagai bentuk keragaman budaya Indonesia dan di dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung dalam proses sosial adaptasi mahasiswa asal Papua tersebut.

Mengenai tempat tinggal dan orang-orang di sekitar, mereka harus mampu menyesuaikan diri karena hal tersebut untuk waktu jangka yang lama. Mereka harus tinggal di asrama (putra ataupun putri) dengan orang-orang di sekitaran tempat tinggal yang baik berasal dari Papua ataupun dari daerah lainnya. Sebagai contoh, mereka harus saling mengenal setidaknya identitas mahasiswa asal daerah lain yaitu nama, asal orang tersebut, dan identitas lainnya. Hal ini untuk kepentingan keberlangsungan hidup selama tinggal di tempat tersebut seperti yang diutarakan salah satu informan UTA yang mengatakan bahwa :

“…ya, namanya disini kami pendatang, pastinya perlu banyak untuk kenal orang disini. Kan, gak mungkin kami gak punya teman. Tidakpun teman kuliah hanya sekedar berkenalan pun bisa agar tidak dilihat sebagai orang yang sombong. Sebenarnya tidak kami saja yang berkenalan duluan begitu juga dengan orang lain yang mau berkenalan dengan kami…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, mahasiswa asal Papua harus bisa membiasakan diri dengan tempat tinggal asrama baik putra maupun putri, mematuhi peraturan, menjaga ketertiban dan fasilitas yang diberikan selama tinggal. Harus memiliki sikap ramah tamah agar tidak terkesan sombong dan sendiri, begitu juga sebaliknya dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Hal ini menjadi patokan agar kesan pertama ketika berkenalan dengan orang lain


(49)

79 yang bukan berasal dari Papua merupakan penerimaan sosial yang baik. Sebagai contoh mahasiswa asal Papua setidaknya harus bisa berkenalan dengan mahasiswa atau orang dari daerah lain agar proses adaptasi dan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan sosialnya baik. Setidaknya orang lain tersebut paling tidak bisa menggambarkan atau menjelaskan kepada mahasiswa asal Papua mengenai keadaan dan kondisi sosial di Universitas Sumatera Utara.

4.5.3 Pola Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Mahasiswa dari Daerah

Lain.

Adapun yang menjadi dasar utama dalam adaptasi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain yaitu proses penyesuaian diri mahasiswa asal Papua dengan bahasa, tingkah laku dan gaya hidup mahasiswa dari daerah lain. Bila mana bahasa adalah alat utama seorang individu sebelum dan sesudah ketika menginginkan untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa dari daerah lainnya.

Kemudian solusi yang diberikan adalah dengan adanya pendampingan dari senior mahasiswa asal Papua yang terlebih dahulu sudah berada disini. Misalnya menceritakan tentang keberadaan dan keadaan sosial orang-orang yang berada disini beserta keanekaragamannya. Selanjutnya, mereka yang datang kesini tidak sendirian, namun mereka datang bersama-sama dengan mahasiswa asal Papua lainnya yang juga berkuliah di Universitas Sumatera Utara melalui program beasiswa Afirmasi yang dibuat oleh pemerintahan daerah sebagai salah satu program memajukan daerahnya. Pemerintah tersebut bertanggung jawab


(50)

80 membawa mereka dari sana sampai disini serta memberikan hak dan kewajiban mereka selama mereka disini. Selain itu, selama mahasiswa asal Papua berada disini, mereka harus mengikuti segala jenis kegiatan dan program yang diadakan oleh penyelenggara seperti kegiatan penyambutan mahasiswa baru yang berasal dari Papua yang dibuat baik dari pihak kampus ataupun organisasi mahasiswa asal Papua tersebut.

Adapun kegiatannya tidak hanya sekedar penyambutan tetapi orientasi yang menunjukan tentang kehidupan sosial disini misalnya sebagai contoh, perkenalan satu sama lain, saling mengenal, dan menghadapi kehidupan sosial ekonomi disini. Hal tersebut menjadi patokan agar mereka mahasiswa asal Papua bisa menjalani proses adaptasi atau penyesuaian diri dari lingkungan yang berada di Papua dengan yang berada disini. Kegiatan-kegiatan tersebut masih relatif dilakukan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan dan motivasi diri karena berkaitan dengan selama pembelajaran tentang proses yang akan mereka jalani disini yaitu berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Seperti yang di ungkapkan oleh salah satu informan Eva :

“…namanya kami baru datang, masih buta disini. Wajar para kaka-kaka yang sudah disini menceritakan kepada kami bagaimana orang-orang disini kaka…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas melihat bahwa betapa pentingnya penyesuian diri tersebut karena hal ini terkait dengan berperilaku dan bertingkah laku ke depannya selama mereka berada disini. Selanjutnya tingkah laku dapat


(51)

81 memperlihatkan nilai dan norma yang terdapat di tempat tinggal yang sekarang yaitu di asrama. Penyesuaian tingkah laku tersebut seperti:

1. Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan yang terdapat di asrama. 2. Menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban di dalam asrama. 3. Menjalin hubungan baik terhadap sesame penghuni asrama.

Dari ketiga hal diatas merupakan salah satu contoh bagaimana mahasiswa asal Papua untuk dapat beradaptasi dengan mahasiswa dari daerah lain dengan tingkah laku yang baik pula. Dengan demikian bilamana tingkah laku yang baik akan menciptakan image yang baik pula yang diciptakan oleh mahasiswa asal Papua agar terciptanya harmonisasi sosial dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Hal ini diutarakan oleh Debora yaitu mahasiswa yang berasal dari Pematang Siantar :

“…pertama kali ketemu dengan anak-anak Papua, mereka ramah sih..Cuma sebagian ada yang bahasa Indonesia nya lancar dan ada yang nggak. Jadi akupun pertama-tama agak takut siy.. tapi pandai-pandai la kita becakapsama orang itu. Baik-baik kok orangnya kalau sudah kenal. Intinya Cuma perkara becakap saja…”

Hal ini di tambahkan oleh Eva, informan mahasiswa asal Papua :

“…kami kaka memang diakui masih ada yang susah pakai bahasa Indonesia, kebanyakan masih banyak yang pakai logat Papua. Apalagi kalau jumpa sama kawan sesama dari Papua. Jadi kebanyakan make bahasa daerah…”


(52)

82 Berdasarkan wawancara diatas menggambarkan bawasannya betapa pentingnya menjaga sikap baik tingkah laku dan perilaku sehari-hari dalam bersosialisasi satu dengan yang lain. Selain itu, banyak kesempatan untuk bertemu dengan orang lain, melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan dalam proses adaptasi dan interaksi selama mereka bertemu dan melakukan proses interaksi tersebut.

Berbicara mengenai gaya hidup jelas berbeda terhadap orang yang berada disini dengan orang yang berada di Papua. Sama seperti halnya dengan adaptasi bahasa, intonasi bisa sama kerasnya tetapi logat, makna dan arti jauh berbeda. Maka dari itu mahasiswa asal Papua tersebut harus mampu menyesuaikan dirinya. Hal tersebut berkaitan dengan hal yang mengenai gaya hidup yaitu proses penyesuaian diri mahasiswa asal Papua dengan kondisi atau keadaan gaya hidup di daerah ini seperti yang diutarakan oleh Berlinda :

“…kami terbiasa disana matahari terlihat itu ketika jam 11 siang kaka, karena masih terselimuti oleh kabut gunung, jadi kami mulai beraktifitas jam 11 siang setelah adanya matahari. Belum lagi yang memang masih tinggal di balik pegunungan yang kadang sinar matahari tidak sampai…”

Menurut penuturan diatas, setelah sampai di Medan mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan seperti keramaian, kegaduhan, aktifitas di pagi hari dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Apalagi di asrama harus bangun pagi untuk bersiap-siap menjalani aktifitas di kampus dan membereskan kamar di asrama masing-masing. Hal ini terkait dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera Utara dan di asrama.


(53)

83 Kemudian jika dilihat dari segi pakaian yang digunakan oleh mahasiswa asal Papua masih sama atau sesuai dengan mahasiswa pada umunya. Namun hal ini sangat berbeda halnya dimana jika dilihat dari asalnya. Di Papua juga masih terdapat beberapa sekelompok orang yang masih tidak menggunakan pakaian. Beda halnya dengan orang yang berada disini, semuanya memakai pakaian lengkap dan menutupi badannya. Tolak ukur gaya hidup juga dapat dilihat dari keseharian aktifitas dan rutinitas mahasiswa asal Papua dan mahasiswa dari daerah lain. Ada yang terbiasa mengikuti kegiatan seperti main futsal, kegiatan agama, dan kegiatan kampus atau kegiatan bersama lainnya. Meskipun demikian mereka harus terbiasa dengan hal tersebut yang sangat berbeda di tempat mereka berasal, yang terkadang hanya menghabiskan waktu untuk melakukan aktifitas pertanian. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga hal disini juga bisa mereka melakukan disana namun pasti hanya sesama mereka orang Papua. Kalau di sini mereka berbaur dengan satu sama lain dan mereka menyesuaikan dirinya sesuai dengan kondisi dan keadaan di Universitas Sumatera Utara.

4.5.4 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Ekonomi.

Mengenai adaptasi ekonomi yang kita ketahui bahwasannya mahasiswa asal Papua yang hadir di Universitas Sumatera Utara dikarenakan adanya beasiswa Afirmasi dari pemerintah Papua. Hal ini yang nota bene semua keperluan dan kebutuhan hidup para mahasiswa asal Papua dipenuhi oleh Pemerintah. Kemudian, mereka memanfaatkannya dengan sebaiknya, ada yang bergantung dari uang saku dari pemerintah dan ada juga yang mendapat tambahan


(54)

84 atau kiriman dari orang tua di Papua. Secara tidak langsung mereka harus juga pandai memanajemen keuangan mereka selama mereka tinggal disini. Kaitannya dengan penghematan sesuai dengan kebutuhan sehari-harinya. Hal yang menjadi patokan adaptasi ekonomi adalah kebiasaan mereka saat mengelola keuangan secara pribadi sebelum atau setelah berada di Universitas Sumatera Utara ini. Dari pada itu, kesemuanya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing karena keperluan hidup sehari-hari mereka sendiri yang tahu jadi sedikit banyaknya merekalah yang memanajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan hidupnya selama tinggal di asrama dan kuliah di Universitas Sumatera Utara. Hal ini diutarakan oleh Uta sebagai berikut :

“…kami disini memang semuanya ditanggung oleh pemerintah kaka, tapi ya pandai-pandai kamilah kaka untuk mencukupi biaya disini, lagian kami jauh dari orangtua, sebagian tidak ada keluarga disini…”

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukan bahwa semua proses sosial ekonomi mahasiswa asal Papua sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemerintah melalui program beasiswa ini. Daripada itu, mereka harus bisa mengelola semua jenis proses sosial ekonomi yang berkaitan dengan jual beli, simpan pinjam dan pengelolaan keuangan yang lebih bersifat mandiri apalagi mereka jauh dari orang tua ataupun saudara sehingga tidak menutup kemungkinan mereka sendiri yang harus belajar untuk mengelola keuangan dan segala jenis kebutuhan yang berkaitan dengan uang harus baik.


(55)

85 4.6 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua.

Interaksi dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan adaptasi. Interaksi sosial mahasiswa asal Papua adalah proses timbal balik untuk terjalinnya hubungan sosial antara mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain. Hal ini dapat menciptakan sebuah interaksi sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung.

Adapun salah satu yang melandasi interaksi sosial adalah teori interaksionis simbolik seperti yang dinyatakan oleh Blummer (2007), istilah interaksionis simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi manusia khususnya adalah bahwa manusia atau individu saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakan dan bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung ataupun tidak langsung tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap orang lain tersebut. Dengan demikian, sinkronisasi interaksi sosial tidak dapat dipisahkan dengan proses sosial lainnya seperti dalam penelitian ini yaitu interaksi sosial dengan adaptasi yang terjadi atau dilakukan oleh mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.

4.6.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua Secara Langsung.

Dalam penelitian ini, interaksi keduanya baik langsung maupun tidak langsung dapat menjadikan proses harmonisasi sosial dan hubungan-hubungan sosial yang dijalani mahasiswa asal Papua selama tinggal di asrama dan berkuliah


(56)

86 di Universitas Sumatera Utara. Daripada itu, proses interaksi sosial secara langsung seperti yang diutarakan oleh informan yang bernama Elliyus :

“…hal utama ketika kami sampai kaka adalah untuk kita tau bagaimana bisa berinteraksi dengan orang disini yah.., tentunya dengan menggunakan bahasa Indonesia walaupun sebagian dari kami masih ada yang logat dari Papua masih kental…”

Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bawasannya, ketika mahasiswa asal Papua hadir disini mereka melakukan proses interaksi secara tidak disadari. Hal ini berlaku dan terjadi pada semua mahasiswa asal Papua. Intinya seperti berbicara, menanyakan sesuatu hal, saling berkenalan dan bentuk proses interaksi lainnya.

4.6.1.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Mahasiswa dari

Daerah Lain.

Interaksi Sosial mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain bersifat langsung. Hal ini terjadi dikarenakan prosesnya melalui hubungan kontak langsung atau saling berinteraksi sekaligus tatap muka dan secara verbal. Dalam hal ini interaksi sosial mahasiswa asal Papua menggunakan dan melalui proses yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Ini merupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial yang menurut Soerjono Soekamto yang menyatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi apabila tidak memenuhi dua syarat tersebut.


(57)

87 Mahasiswa asal Papua melakukan interaksi sosial secara langsung dengan mahasiswa dari daerah lain melalui proses tatap muka dan berdialog diantara kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun tempat tinggal di asrama. Kegiatan ini terus berlangsung selama mereka saling bertemu dalam kehidupan sehari-harinya. Banyak hal yang mendasari setiap proses interaksi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain. Misalnya dalam keperluan atau dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti berinteraksi untuk berbicara mengenai urusan kampus, urusan kepentingan organisasi, dan aktifitas sehari-hari baik di kampus maupun di asrama.

Dengan demikian kontak sosial secara langsungpun terjalin selama mereka saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, ketika mahasiswa asal Papua ingin atau ada keperluan untuk beberapa hal keperluan di kampus setidaknya ia akan berinteraksi dengan teman kampus yang dari daerah lain karena mahasiswa asal Papua tidak harus selamanya satu jurusan sehingga ia harus beinteraksi dengan mahasiswa dari daerah lain. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Eva :

“…kami kaka sering bertanya sama kawan yang lain yang satu jurusan tapi tidak dari Papua. cuma untuk menanyakan urusan kampus, dan tugas kuliah lainnya karena kami kan yang dari Papua ini gak semua satu jurusan kaka…”

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa menunjukan bahwa mahasiswa asal Papua memang harus berinteraksi untuk mendapatkan informasi seperti informasi yang menyangkut dengan urusan perkuliahan, organisasi dan sebagainya. Proses interaksi tersebut memang dilakukan setiap hari ketika


(58)

88 mahasiswa asal Papua bertemu dengan orang lain baik di saat sedang diperkuliahan, asrama ataupun disaat berada di lingkungan luar.

Mengenai proses interaksi yang pada awalnya harus dengan melihat lawan interaksinya. Hal ini berkaitan dengan karakteristik lawan interaksi yaitu :

1. Bentuk tubuh untuk memperlihatkan objek lawan interaksi. Dalam hal ini mahasiswa asal Papua yang melakukan interaksi dengan mahasiswa dari daerah lain yang sebelum melakukan atau terjadinya interaksi pastinya fisik seperti bentuk tubuh yang terlihat. Mahasiswa asal Papua cenderung berfisik dengan bentuk tubuh yang tidak terlalu tinggi, kekar, berambut keriting atau bergelombang dan ciri fisik mahasiswa asal Papua pada umumnya.

2. Warna kulit merupakan penggambaran ciri khas asal daerah atau kesukuan bilamana mahasiswa asal Papua yang identik berkulit hitam. Hal itu sangat berbeda dengan mahasiswa dari daerah lain yang kecenderungannya berkulit bersawo matang.

3. Bahasa merupakan penggambaran pokok utama dalam proses interaksi. Pada umumnya identik dengan bahasa lokal atau logat yang mereka miliki yaitu bahasa daerah Papua yang beranekaragam logat sesuai dengan suku dan wilayah tempat tinggal daerah mereka.

Kemudian setelah kontak sosial dilakukan berikutnya yaitu komunikasi. Komunikasi menjadi hal yang utama dalam berinteraksi mahasiswa asal Papua baik dengan mahasiswa dari daerah lain ataupun masyarakat sekitar. Komunikasi dilakukan dengan cara langsung ataupun tidak langsung. Proses tersebut ditentukan dari keperluan dalam mencari informasi. Ada yang berkomunikasi


(1)

4 2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP

USU.

3. Ibu Dra.Rosmiani,M.A, selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak memberikan masukan dan waktu untuk membimbing sampai skripsi ini selesai.

4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si, selaku dosen dan reader skripsi penulis yang telah banyak memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Staf Administrasi di Departemen Sosiologi, dan Pegawai Pendidikan bagian Departemen Sosiologi, yang selama ini membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

7. Kekasih tersayang, Tri Quari Handayani, S.Sos., beserta keluarga yang telah memberikan semangat, dukungan, doa selama 5 tahun dan membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini selesai serta berjuang bersama untuk menjadi orang-orang sukses yang menjadi semangat penulis untuk menyelesaikan kuliah ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta, Winandar Yoga, S.Sos., Atikah Rahman, S.Pd, Hening Kinasih, S.Sos, Hivo Heradini Lubis, S.Sos, Natalia Sinaga, S.Sos, Sonya Adelina Hutagalung, S.Sos, Veby Veny Velecya Pane, S.Sos, Johan Simamora, S.Sos, Wensdy Tindaon, S.Sos, Imam Syafi’i, S.P.,Warren Stifo, Maykel Rizky atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta


(2)

5 kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga persahabatan kita tidak hanya sampai disini.

9. Komunitas Ganbare, Ibu Dra.Linda Elida, M.Si sebagai ketua Pembina, Bang Reza, Bang Putra, Bang Sharul, Yani, Mbak Yuli dan anggota lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak dukungan, ilmu dan pengalaman dalam berorganisasi.

10. Teman-teman Sosiologi stambuk 2010 yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan kenangan yang telah kita jalani selama perkuliahan dan semoga hubungan kita semua tetap terus terjalin. 11. Semua Informan yang telah membantu penulis dan telah bersedia meluangkan

waktu untuk menjawab kuesioner yang diberikan oleh penulis.

12. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Penulis,


(3)

6 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

1.5. Definisi Konsep ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi ... 12

2.2 Interaksi Sosial ... 17

2.3 Syarat Terjadinya Interaksi ... 19

2.4 Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial …………. 21

2.5 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ………. 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 27

3.2 Lokasi penelitian ... 27

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 27

3.1.1 Unit Analisis ... 27

3.1.2 Informan ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Interprestasi Data ... 30

3.6 Jadwal Kegiatan ... 30

3.7 Keterbatasan Penelitian………. 30 BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN


(4)

7

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.2 Karakteristik Informan ... 38

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur …. 39

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama ... 39

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal 40 4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas .. 40

4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku …. . 41

4.3 Profil Informan Mahasiswi dalam Realita Kehidupan Dunia Gemerlap ……….. 42

4.3.1 Paskalis Tugomo ………. 42

4.3.2 Uta ………. ... 44

4.3.3 Elliyus Pase ………. .... 46

4.3.4 Rince Wenda……… 49

4.3.5 Berlinda Wakerkwa……… .. 50

4.3.6 Eva Celia Homer……….. ... 52

4.3.7 Debora Indriyan……….. . 55

4.3.8 Mukti Amsar………... . 56

4.3.9 Ira Atiqah Zahra……… ... 58

4.3.10 Eko Sunantri ……….. 60

4.4 Latar Belakang Hadirnya Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara………... 61

4.5 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua……… ... 63

4.5.1 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Alam 64 4.5.2 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Lingkungan Sosial ... 67

4.5.3 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Mahasiswa Daerah Lain………. ... 70

4.5.4 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Ekonomi ... 74


(5)

8 4.6.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua

Secara Langsung ………. . 76 4.6.1.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Mahasiswa dari Daerah Lain.……… 77 4.6.1.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Masyarakat Sekitar.……… ... 82 4.6.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua Secara Tidak Langsung. ... 85 4.6.2.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Keluarga dan Teman di Papua. ... 86 4.7 Interaksi Sebagai Bentuk Proses Adaptasi

Mahasiswa Asal Papua ……… ... 90 4.8 Pola dan Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi dan

Interaksi………. 93

4.8.1 Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal

Papua ……… 93

4.8.2 Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi

dan Interaksi.……….. ... 94 4.9 Tanggapan Mahasiswa Yang Dari Daerah Lain Terhadap

Mahasiswa Asal Papua……… 99

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ………. 104

DAFTAR PUSTAKA……….. 105 LAMPIRAN


(6)

9 DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur ……… 39 Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama …. ... 39 Tabel 4.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal … .. 40 Tabel 4.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas …. ... 40 Tabel 4.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku …. ... 41