Pola Adaptasi Dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara)

(1)

1

POLA ADAPTASI DAN INTERAKSI MAHASISWA ASAL

PAPUA DENGAN MAHASISWA DAERAH LAIN

(Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Pada Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Muhammad Yamin 100901032

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

2 ABSTRAK

Adaptasi dan interaksi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Interaksi sosial adalah proses timbal balik antara individu dengan individu ataupun dengan kelompok. Mahasiswa asal Papua Mahasiswa Papua di Medan adalah salah satu contoh kelompok remaja yang melakukan migrasi dengan alasan untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda, mahasiswa Papua tentu saja dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di Medan yang umumnya beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa, Cina dan suku lainnya

Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka yang digunakan adalah pola adaptasi untuk melihat proses sosial mahasiswa asal Papua. Interaksi sosial yaitu syarat terjadinya dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang digunakan untuk melihat pola interaksi sosial mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menginterpretasikan data secara kualitatif tentang Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Dari Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara). Metode pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan pedoman wawancara mendalam dan observasi. Unit analisis penelitian meliputi informan kunci dan informan biasa, yang meliputi mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Interpretasi data dilakukan secara kualitatif dengan perbandingan studi pustaka untuk mendapatkan kesimpulan penelitian yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola adaptasi dan interaksi mahasiswa asal papua dan mahasiswa daerah lain bersifat akomodasi toleransi. Tanggung jawab dan pendampingan senior pada tahun 2012 yang menjadi mahasiswa asal Papua pertama yang bertanggung jawab terhadap mahasiswa asal Papua lainnya yaitu pada masa orientasi waktu pertama kali hadir di Universitas Sumatera Utara. Adaptasi mahasiswa asal Papua mencakup adaptasi ataupun menyesuaikan diri dengan : alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, dan tempat tinggal), lingkungan sosial (bahasa, budaya lokal, orang-orang di sekitar tempat tinggal maupun lingkungan kampus), dengan mahasiswa daerah lain (baik di kampus maupun yang tinggal di asrama ataupun yang tinggal diluar), ekonomi (kondisi sosial ekonomi mahasiswa asal Papua). Interaksi Sosial yang bersifat langsung dan interaksi sosial bersifat tidak langsung yang dilakukan oleh mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.

Kata kunci : adaptasi, interaksi, mahasiswa asal Papua, mahasiswa asal daerah lain.


(3)

3 KATA PENGANTAR

Sepal puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Serta tidak lupa penulis mengucapkan shalawat beriring salam atas junjungan nabi besar Muhammad SAW yang tauladannya sangat diharapkan dihari kelak. Penulisan skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini yaitu : “Pola Adaptasi Dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara)”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Olehkarena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orangtua yang tercinta Ayahanda dr. H. Yutu Solihat Sp.AN KAKV dan Ibunda Ike Kamariah, S.E., atas segala doa, dukungan, kasih sayang dan pengorbanan mereka yang telah mereka berikan kepada penulis sampai saat ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada :


(4)

4 2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP

USU.

3. Ibu Dra.Rosmiani,M.A, selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak memberikan masukan dan waktu untuk membimbing sampai skripsi ini selesai.

4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si, selaku dosen dan reader skripsi penulis yang telah banyak memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Staf Administrasi di Departemen Sosiologi, dan Pegawai Pendidikan bagian Departemen Sosiologi, yang selama ini membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

7. Kekasih tersayang, Tri Quari Handayani, S.Sos., beserta keluarga yang telah memberikan semangat, dukungan, doa selama 5 tahun dan membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini selesai serta berjuang bersama untuk menjadi orang-orang sukses yang menjadi semangat penulis untuk menyelesaikan kuliah ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta, Winandar Yoga, S.Sos., Atikah Rahman, S.Pd, Hening Kinasih, S.Sos, Hivo Heradini Lubis, S.Sos, Natalia Sinaga, S.Sos, Sonya Adelina Hutagalung, S.Sos, Veby Veny Velecya Pane, S.Sos, Johan Simamora, S.Sos, Wensdy Tindaon, S.Sos, Imam Syafi’i, S.P.,Warren Stifo, Maykel Rizky atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta


(5)

5 kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga persahabatan kita tidak hanya sampai disini.

9. Komunitas Ganbare, Ibu Dra.Linda Elida, M.Si sebagai ketua Pembina, Bang Reza, Bang Putra, Bang Sharul, Yani, Mbak Yuli dan anggota lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak dukungan, ilmu dan pengalaman dalam berorganisasi.

10.Teman-teman Sosiologi stambuk 2010 yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan kenangan yang telah kita jalani selama perkuliahan dan semoga hubungan kita semua tetap terus terjalin. 11.Semua Informan yang telah membantu penulis dan telah bersedia meluangkan

waktu untuk menjawab kuesioner yang diberikan oleh penulis.

12.Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Penulis,


(6)

6 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

1.5. Definisi Konsep ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi ... 12

2.2 Interaksi Sosial ... 17

2.3 Syarat Terjadinya Interaksi ... 19

2.4 Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial …………. 21

2.5 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ………. 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 27

3.2 Lokasi penelitian ... 27

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 27

3.1.1Unit Analisis ... 27

3.1.2Informan ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Interprestasi Data ... 30

3.6 Jadwal Kegiatan ... 30

3.7 Keterbatasan Penelitian………. 30 BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN


(7)

7

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.2 Karakteristik Informan ... 38

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur …. 39

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama ... 39

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal 40 4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas .. 40

4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku …. . 41

4.3 Profil Informan Mahasiswi dalam Realita Kehidupan Dunia Gemerlap ……….. 42

4.3.1 Paskalis Tugomo ………. 42

4.3.2 Uta ………. ... 44

4.3.3 Elliyus Pase ………. .... 46

4.3.4 Rince Wenda……… 49

4.3.5 Berlinda Wakerkwa……… .. 50

4.3.6 Eva Celia Homer……….. ... 52

4.3.7 Debora Indriyan……….. . 55

4.3.8 Mukti Amsar………... . 56

4.3.9 Ira Atiqah Zahra……… ... 58

4.3.10 Eko Sunantri ……….. 60

4.4 Latar Belakang Hadirnya Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara………... 61

4.5 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua……… ... 63

4.5.1 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Alam 64 4.5.2 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Lingkungan Sosial ... 67

4.5.3 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Mahasiswa Daerah Lain………. ... 70

4.5.4 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Ekonomi ... 74


(8)

8 4.6.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua

Secara Langsung ………. . 76 4.6.1.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Mahasiswa dari Daerah Lain.……… 77 4.6.1.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Masyarakat Sekitar.……… ... 82 4.6.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua Secara Tidak Langsung. ... 85 4.6.2.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Keluarga dan Teman di Papua. ... 86 4.7 Interaksi Sebagai Bentuk Proses Adaptasi

Mahasiswa Asal Papua ……… ... 90 4.8 Pola dan Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi dan

Interaksi………. 93

4.8.1 Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal

Papua ……… 93

4.8.2 Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi

dan Interaksi.……….. ... 94 4.9 Tanggapan Mahasiswa Yang Dari Daerah Lain Terhadap

Mahasiswa Asal Papua……… 99

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 103 5.2 Saran ………. 104 DAFTAR PUSTAKA……….. 105 LAMPIRAN


(9)

9 DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur ……… 39 Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama …. ... 39 Tabel 4.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal … .. 40 Tabel 4.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas …. ... 40 Tabel 4.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku …. ... 41


(10)

2 ABSTRAK

Adaptasi dan interaksi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Interaksi sosial adalah proses timbal balik antara individu dengan individu ataupun dengan kelompok. Mahasiswa asal Papua Mahasiswa Papua di Medan adalah salah satu contoh kelompok remaja yang melakukan migrasi dengan alasan untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda, mahasiswa Papua tentu saja dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di Medan yang umumnya beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa, Cina dan suku lainnya

Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka yang digunakan adalah pola adaptasi untuk melihat proses sosial mahasiswa asal Papua. Interaksi sosial yaitu syarat terjadinya dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang digunakan untuk melihat pola interaksi sosial mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menginterpretasikan data secara kualitatif tentang Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Dari Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara). Metode pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan pedoman wawancara mendalam dan observasi. Unit analisis penelitian meliputi informan kunci dan informan biasa, yang meliputi mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Interpretasi data dilakukan secara kualitatif dengan perbandingan studi pustaka untuk mendapatkan kesimpulan penelitian yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola adaptasi dan interaksi mahasiswa asal papua dan mahasiswa daerah lain bersifat akomodasi toleransi. Tanggung jawab dan pendampingan senior pada tahun 2012 yang menjadi mahasiswa asal Papua pertama yang bertanggung jawab terhadap mahasiswa asal Papua lainnya yaitu pada masa orientasi waktu pertama kali hadir di Universitas Sumatera Utara. Adaptasi mahasiswa asal Papua mencakup adaptasi ataupun menyesuaikan diri dengan : alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, dan tempat tinggal), lingkungan sosial (bahasa, budaya lokal, orang-orang di sekitar tempat tinggal maupun lingkungan kampus), dengan mahasiswa daerah lain (baik di kampus maupun yang tinggal di asrama ataupun yang tinggal diluar), ekonomi (kondisi sosial ekonomi mahasiswa asal Papua). Interaksi Sosial yang bersifat langsung dan interaksi sosial bersifat tidak langsung yang dilakukan oleh mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.

Kata kunci : adaptasi, interaksi, mahasiswa asal Papua, mahasiswa asal daerah lain.


(11)

10 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya timbal balik guna mencapai tujuan. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar perorangan, antar kelompok manusia dan antar orang dengan kelompok masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu


(12)

11 dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikasi terjadi diantara kedua belah pihak (Yulianti, 2003: 191).

Adaptasi dan interaksi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991:55). Adaptasi sering dibaurkan dengan penyesuaian. Oleh karenanya adaptasi tentu merupakan bagian dari rangkaian usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respons terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal. Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu ketidakseimbangan dalam suatu situasi dan kondisi (keadaan atau sistem). Ketidakseimbangan terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan yang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan.

Tuntutan meraih pendidikan berkualitas merupakan salah satu faktor yang mendorong mahasiswa bermigrasi dari satu daerah ke daerah lain. Tetapi, migrasi yang terlalu jauh jaraknya serta memiliki atmosfer budaya dan sosial yang sangat jauh berbeda dengan daerah asal kelahiran akan membuat adaptasi dan interaksi semakin berkembang. Salah satunya adalah mahasiswa asal Papua yang berada di Kota Medan.

Papua merupakan sebuah pulau yang terletak di ujung timur Indonesia. Namun, di pulau ini tidak hanya diisi oleh bagian Negara Republik Indonesia saja, tetapi ada negara lain yang menjadi satu pulau dengan Papua yaitu Papua Nugini


(13)

12 atau East New Guinea yang berada di sebelah timur Papua Indonesia. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Provinsi ini memiliki berbagai macam suku yang mendiami provinsi tersebut diantaranya adalah suku asmat, dani, biak, komoro, dan sebagainya.

tanggal 23 Januari 2015 pukul 18.00).

Masyarakat Papua yang mendiami daerah pesisir lebih terbuka terhadap adanya pengaruh dari luar, sudah sejak lama ujung barat laut Irian dan seluruh pantai utara penduduknya dipengaruhi oleh penduduk dari Kepulauan Maluku (Ambon, Ternate, Tidore, Seram, dan Key), maka adalah tidak mengherankan apabila suku-suku bangsa disepanjang pesisir pantai (Fak-Fak, Sorong, Manokwari dan Teluk Cenderawasih) lebih terbuka menerima pengaruh dari luar. Mengenai kebudayaan penduduk atau kultur masyarakatnya, dapat dikatakan beraneka ragam, beberapa suku mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi yaitu suku-suku di Pantai Selatan Irian yang lebih dikenal sebagai Suku Asmat. Selain itu dari segi bahasa digolongkan kedalam kelompok bahasa Melanesia dan diklasifikasikan dalam 31 kelompok bahasa dimana jumlah pemakai bahasa tersebut sangat bervariasi mulai dari puluhan orang sampai puluhan ribu orang.

Kemudian, jika dilihat dari perkembangan pendidikan di daerah Papua, pada masa penjajah, pendidikan mendapat jatah yang cukup besar dalam anggaran pemerintahan Belanda. Akan tetapi pendidikan tidak disesuaikan dengan


(14)

13 kebutuhan tenaga kerja disektor perekonomian modern, dan lebih diutamakan nilai-nilai Belanda dan agama Kristen. Pada akhir tahun 1961 rencana pendidikan diarahkan kepada usaha peningkatan keterampilan, tetapi lebih diutamakan pendidikan untuk kemajuan rohani dan kemasyarakatan. Pada tahun 1950-an pendidikan dasar terus dilakukan oleh kedua misi keagamaan tersebut. Pada tahun 1961 tercatat murid yang berasal dari papua belajar di sekolah menengah pertama, belajar diluar negeri, serta ada yang masuk sekolah pertanian maupun sekolah perawat kesehatan. Tahun 2006 mulai terjadi kemunduran pendidikan di daerah Papua mengingat masa Belanda di Papua buku-bukupengajar hingga prabot selalu dipenuhi untuk masyarakat Papua.

diakses pada

tanggal 3 Juni 2015 pukul 14.00 WIB)

Dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Papua masih menjadi provinsi yang tertinggal dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dibandingkan dengan provinsi yang lain. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai. Anak usia 7-12 tahun yang seharusnya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) tetapi tidak mendapat kesempatan untuk mengeyam bangku SD. Hal itu dikarenakan terbatasnya ketersediaan gedung sekolah disejumlah kampung yang tersebar di gunung dan lembah yang belum memiliki infrastruktur Pendidikan Dasar.


(15)

14

pukul 15.00).

Pemerintah pusat dan DPR telah mengeluarkan UU Nomor 21/2001 tentang otonomi khusus bagi Papua tujuannya untuk mengejar ketertinggalan yang pada hakikatnya untuk melakukan percepatan pembangunan bagi Provinsi Papua dan Papua Barat agar bisa sederajat dengan provinsi lain. Pemerintah membuat sebuah lembaga yang bernama Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) yang bertujuan untuk mendukung koordinasi, memfasilitasi, dan mengendalikan pelaksanaan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. UP4B dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2011 dengan masa kerja sampai 2014 yang berkedudukan di Ibukota Provinsi Papua.

(http://www.up4b.go.id/index.php/component/content/article/15-halaman/37- tentang diakses pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 13.00).

Salah satu yang menjadi fokus utama dalam program UP4B yang dibuat oleh pemerintah adalah Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK). Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) ini memberikan kesempatan bagi putra/putri asli Papua lulusan SMA/SMK untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di luar Papua. Program ini dimulai sejak 2012 dengan mengirimkan 770 siswa lulusan SMA/SMK ke 32 PTN melalui koordinasi, sinkronisasi dan fasilitasi UP4B dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, dan


(16)

15 Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI) serta Pemerintah Provinsi Papua, Papua Barat, dan Kabupaten/Kota.

Januari 2015 pukul 20.00).

Demikian juga halnya dengan mahasiswa perantau seperti mahasiswa Universitas Sumatera Utara asal Papua yang diterima melalui program Afirmasi. Universitas Sumatera Utara mulai menerima mahasiswa Afirmasi sejak tahun pertama diadakan yaitu tahun 2012. Seluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara asal Papua tersebut tinggal di asrama putra dan asrama putri serta diberikan biaya hidup perbulan dan akan kembali ke daerah masing-masing untuk membangun daerahnya setelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Sumatera Utara.

Mahasiswa Papua di Medan adalah salah satu contoh kelompok remaja yang melakukan migrasi dengan alasan untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda, mahasiswa Papua tentu saja dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di Medan yang umumnya beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa, Cina dan suku lainnya Tetapi pada kenyataannya, mereka mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan berinteraksi terkait adanya perbedaan nilai, norma, kebiasaan, dan etika sosial yang berlaku di masyarakat.

Perbedaan budaya, karakter, adat-istiadat, dialek bahkan lingkungan menyebabkan mahasiswa Papua mengalami kesulitan besar dalam melakukan


(17)

16 adaptasi dan interaksi sosial. Selain itu, kebiasaan perilaku mahasiswa Papua lainnya adalah berbicara dengan suara keras, suka tertawa lantang, bertemperamen tinggi sehingga sering menyulut kegaduhan atau perkelahian yang membuat interaksi menjadi kurang efektif dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan serta proses belajar yang akan mereka tempuh tidak efektif.

Keberadaan mahasiswa pendatang atau perantau di daerah yang baru akan menyebabkan suatu perasaan asing bagi para mahasiswa pendatang ketika berada di lingkungan yang baru. Ketika pertama kali berada di sebuah lingkungan baru, berbagai macam ketidakpastian (uncertainty) dan kecemasan dialami oleh hampir semua individu. Ketidakpastian dan kecemasan ini relatif berbeda pula antar individu ketika melakukan komunikasi yang pada gilirannya akan menyebabkan munculnya tindakan atau perilaku yang tidak fungsional. Ekspresi perilaku yang tidak fungsional tersebut antara lain tidak memiliki kepedulian terhadap eksistensi orang lain, ketidaktulusan dalam berkomunikasi, menghindari komunikasi dan cenderung menciptakan permusuhan (Turnomo Rahardjo: 2005). Misalnya, salah satu kecemasan yang dialami bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara asal Papua ini adalah dalam hal berkomunikasi karena ketika individu masuk dan mengalami kontak budaya lain. Dalam hal ini mahasiswa asal Papua dan mahasiswa yang berasal dari daerah lain melakukan proses komunikasi dan terlibat dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara mereka. Karena itu, sangat wajar ketika individu masuk dalam lingkungan budaya baru mengalami kesulitan bahkan tekanan mental karena belum terbiasa dengan hal-hal yang ada di lingkungan baru.


(18)

17 Mahasiswa asal Papua yang datang ke Medan sebagai suatu lingkungan baru mungkin akan menghadapi banyak hal yang berbeda seperti cara berpakaian, bertingkah laku, cara berbicara, cuaca, makanan, bahasa, orang-orang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda. Apalagi, budaya tidak hanya meliputi cara berpakaian maupun bahasa yang digunakan, namun budaya juga meliputi etika, nilai, konsep keadilan, perilaku, hubungan pria wanita, konsep kebersihan, gaya belajar, gaya hidup, motivasi bekerja, ketertiban lalulintas, kebiasaan dan sebagainya (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 97). Tetapi dengan semua perbedaan yang ada, mereka harus tetap bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Adaptasi yang dilakukan oleh para mahasiswa asal Papua merupakan aktifitas yang dilakukan untuk mengarah ke suatu tujuan, yaitu proses sosialisasi untuk terciptanya harmoni kelompok, sedangkan aktifitas untuk adaptasi merupakan aktifitas tujuannya.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pola adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa yang berasal dari Papua dengan mahasiswa dari daerah lain dengan studi deskriptif pada mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini menetapkan objek penelitiannya meliputi mahasiswa yang berasal dari Papua dan mahasiswa dari daerah lain yang bermukim di Asrama Putra Universitas Sumatera Utara Medan. Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :


(19)

18 1. Bagaimana adaptasi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain

di Universitas Sumatera Utara?

2. Bagaimana interaksi sosial mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain di Universitas Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui pola adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa asal Papua dan mahasiswa dari daerah lain. Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui dan menginterpretasikan pola adaptasi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain di Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui dan menginterpretasikan pola interaksi sosial mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain di Universitas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Sosiologi Perkotaan khususnya terkait dengan pola adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain.

2. Untuk menambah referensi kajian penelitian yang dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta dapat memberikan sumbangan bagi cakrawala pengetahuan.


(20)

19 1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, Universitas Sumatera Utara dan pihak terkait lainnya berupa fakta-fakta di lapangan dalam meningkatkan daya kekritisan, analisis serta berguna bagi masyarakat sehingga memperoleh pengetahuan tambahan tentang pola adaptasi dan interaksi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain di Universitas Sumatera Utara.

1.5 Definisi Konsep

Penulis berharap melalui penelitian ini, ditemukan beberapa pola adaptasi dan interaksi mahasiswa yang bermukim di tengah lingkungan komunitas mahasiswa seperti di Universitas Sumatera Utara Medan. Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran ganda pada kemudian hari maka penelitian ini perlu dibuat defenisi konsep. Beberapa konsep yang digunakan, anatara lain :

1. Mahasiswa berasal dari Papua adalah individu yang berasal dari daerah Papua dan mengambil peran sebagai salah seorang masyarakat, yang terdaftar dalam sebuah lembaga pendidikan formal, yakni Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Sumatera Utara.

2. Mahasiswa berasal dari daerah lain adalah individu yang berasal dari berbagai daerah yang sedang mengikuti program Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini mahasiswa yang


(21)

20 dimaksud adalah mahasiswa local yang umumnya beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa maupun Cina.

3. Pola adaptasi adalah bentuk atau model adaptasi yang berlangsung antara mahasiswa Papua dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain di Universitas Sumatera Utara Medan

4. Pola interaksi adalah adalah bentuk atau model interaksi yang berlangsung antar mahasiswa Papua dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain di Universitas Sumatera Utara Medan .

5. Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi adalah salah stu program UP4B yang dibuat oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan bagi putra dan putri yang berasal dari daerah pinggiran salah satunya berasal dari Papua untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).


(22)

21 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pola Adaptasi

Menurut Soekanto (2006), adaptasi adalah proses penyesuaian dari individu, kelompok maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Adaptasi antar budaya dalam “Stranger Adaptation” adalah penyesuaian diri oleh seseorang atau sekelompok orang saat memasuki budaya yang berbeda (Furnham, 1992). Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan.” Menurut Karta Sapoetra membedakan adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra: 1987).

Pada hakekatnya adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian diri setiap individu untuk memasuki ke dalam suatu kelompok masyarakat sehingga adaptasi memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap individu di dalam suatu kelompok untuk tetap melangsungkan kehidupan. Menurut Suparlan (1993), adapun syarat-syarat dasar tersebut mencakup:


(23)

22 1) Syarat dasar alamiah-biologi merupakan manusia harus makan dan minum

untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya. 2) Syarat dasar kejiwaan merupakan manusia membutuhkan perasaan tenang

yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah.

3) Syarat dasar sosial merupakan manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh.

Dalam proses kehidupan manusia, individu tidak dapat begitu saja untuk melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan diluar dirinya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial karena setiap lingkungan tersebut mempunyai aturan dan norma-norma yang membatasi tingkah laku individu tersebut. Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. 3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.

5) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.


(24)

23 Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Menurut Aminuddin (2000), menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu di antaranya:

1) Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2) Menyalurkan ketegangan sosial.

3) Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial. 4) Bertahan hidup.

Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisio-organik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat pemukiman yang sedikit banyaknya mempengaruhi ciri-ciri psikologisnya, maupun kebutuhan biologis yang harus dipenuhinya, keduanya merupakan lingkungan alam fisio-organik tempat manusia beradaptasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Alam fisio organik disebut juga lingkungan eksternal. Adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal merupakan fungsi kultural dan fungsi sosial dalam mengorganisasikan kemampuan manusia yang disebut teknologi. Keseluruhan prosedur adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal, termasuk keterampilan, keahlian teknik, dan peralatan mulai dari alat primitif sampai kepada komputer elektronis yang secara bersama-sama memungkinkan pengendalian aktif dan mengubah objek fisik serta lingkungan biologis untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. (Alimandan, 1995:56).

Selama adaptasi berlangsung dan keselurahan prosedur adaptasi berusaha untuk dipenuhi oleh setiap individu serta adanya campur tangan dari lingkungan eksternal, setiap individu akan mengalami perubahan dalam kehidupan sosialnya


(25)

24 karena setiap individu akan menemukan individu lain dengan latar belakang yang berbeda, dimana mereka mulai melakukan interaksi dan lambat laun perbedaan yang ada diantara mereka akan menciptakan perubahan-perubahan sosial baru dalam kehidupannya. Perubahan perubahan tersebut meliputi: perubahan sikap dan perilaku, pemahaman terhadap toleransi dan toleransi (Walgito: 2010).

Setiap migran atau pesinggah yang menciptakan perubahan-perubahan sosial baru merupakan salah satu upaya di setiap individu masuk ke dalam suatu budaya yang tidak dikenal. Menurut Kim (1995) dalam konteks ini, ia mengembangkan pemikiran tentang sesuatu yang terjadi ketika individu, yang lahir dan dibesarkan dalam suatu budaya, memasuki budaya lain yang tidak dikenal. Begitu juga dengan penyesuaian diri mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari daerah lain di lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Menurut Winata (2014), secara konseptual intervensi pekerja social terhadap mahasiswa yakni penyesuaian diri mahasiswa dengan individu lain dan kelompok didalam kampus dan lingkungan tempat tinggalnya. Menurut peneliti, mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan individu lain adalah mahasiswa yang mudah bergaul dan pandai membawa diri dengan lingkungan social yang baru. Penyesuaian diri terhadap individu antara satu sama lain merupakan indikator keberhasilan mahasiswa dalam berinteraksi di masyarakat dan lingkungan. Sedangkan secara operasional, mahasiswa yang sukses beradaptasi terhadap lingkungan kampus adalah mahasiswa yang mampu menjalankan perannya yakni belajar. Sebagai penunjang kesuksesan mahasiswa dalam beradaptasi dilingkungan kampus


(26)

25 mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan diri dengan cara aktif kuliah, mengerjakan tugas, belajar kelompok dan memanfaatkan perpustakaan.

Selanjutnya, menurut Winata (2014) mengatakan ada beberapa faktor penghambat dan pendukung dalam proses adaptasi bagi mahasiswa pendatang. Faktor penghambat yang dimaksud adalah :

1) Perbedaan-perbedaan dalam keyakinan inti, nilai-nilai, dan norma-norma situasional antara di tempat asal dan di tempat baru.

2) Hilangnya gambaran-gambaran budaya asal yang dipegang dan semua citra dan simbol yang familiar yang menandakan bahwa identitas yang dulu familiar dari para pendatang baru telah hilang.

3) Rasa ketidakmampuan para pendatang dalam merespons peraturan baru secara tepat dan efektif.

Sedangkan faktor pendukung yang dimaksud adalah : 1) Rasa tenteram dan meningkatnya harga diri.

2) Fleksibilitas dan keterbukaan kognitif.

3) Kompetensi dalam interaksi sosial dan meningkatnya kepercayaan diri dan rasa percaya pada orang lain.

Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suparlan (2002), pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi


(27)

26 dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat- istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan.

2.2 Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia dan antar orang dengan kelompok-kelompok masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara kedua belah pihak (Yulianti, 2003: 91). Seiring dengan pemahaman interaksi sosial yang terus berkembang maka, Bonner menyebutkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, memperbaiki kelakuan orang lain, dan sebaliknya (Gunawan.2000;31)

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Ahmadi, 2004: 100).

Salah satu yang melandasi interaksi sosial adalah teori interaksi simbolik yang dipergunakan di penilitian dalam aplikasikannya. Menurut Blumer


(28)

27 (Ritzer:2007), istilah interaksi simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi manusia. Kekhasnya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakan dan bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap orang lain tersebut.

Menurut Fahroni (2009), makna-makna tersebut yang diberikan oleh orang lain tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu. Tindakan-tindakan yang dilakukan akan melahirkan batasan bagi orang lain. Namun, dalam perkembangan Blumer, mengemukakan bahwa aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokan, dan mengkonformir makna dalam hubungannya dengan situasi, dimana dia ditempatkan dan diarahkan tindakannya seperti yang dikatakan Blumer, bahwa sebenarnya interprestasi seharusnya tidak dianggap sebagai proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai intruniens bagi pengarahan dan pembentukan tindakan.

Beranjak dari teori ini, maka tindakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berasal dari Papua dan mahasiswa yang berasal dari daerah lainnya merupakan suatu proses interaksi yang berada didalamnya tercakup dari simbol-simbol masing-masing pihak saling menginterprestasikan makna yang ditangkapnya. Artinya tindakan mereka merupakan hasil dari pemaknaan masing-masing dari realitas sosial. Dengan demikian proses interaksi antara keduanya merupakan suatu proses yang saling stimulus, merespon tindakan dan hubungan sebagai hasil proses interprestasi dari masing-masing mahasiswa tersebut.


(29)

28 2.3 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Terjadinya interaksi sosial, karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Menurut Rouceck dan Warren, interaksi adalah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, dengan mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui Kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme, fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain lagi, atau secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari jauh (Abdulsyani.2007;154)

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Menurut Soerjono Sukanto (2001), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi. Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. 1. Kontak Sosial

Kata kontak terdapat dua buah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu Con atau Cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh (Soekanto:2001). Sehingga kontak dapat diartikan menyentuh bersama-sama.


(30)

29 Namun sebagai gejala sosial, kontak dapat dilakukan tanpa harus dengan menyentuhnya, seperti berbicara dengan orang lain. Lebih lanjut Soekanto menyatakan bahwa kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : 1. Antara individu dengan individu, hubungan timbal balik antara individu dan

individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengkar.

2. Antara individu dengan kelompok.

3. Antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.

Kontak sosial dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara; misalnya ; melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain. Sedangkan kontak sosial secara langsung, adalah kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialoq diantara kedua belah pihak tersebut. Yang paling penting dalam interaksis sosial tesebut saling mengerti antara kedua belah pihak; sedangkan kontak badaniah bukan lagi merupakan syarat utama dalam kontak sosial, oleh karena hubungan demikian belum tentu terdapat saling pengertian. Kontak sosial tejadi tidak semata-mata oleh karena adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi syarat pokok kontak sosial, yaitu reaksi (tanggapan) dari pihak lain sebagai lawan kontask sosial (Ibid;154).

2. Komunikasi

Menurut Soekanto (2001), pengertian komunikasi difokuskan pada tafsiran seseorang terhadap kelakuan orang baik berupa pembicaraan, gerak-gerik, badan


(31)

30

maupun sikap guna menyampaikan pesan yang diinginkannya. Orang tersebut kemudian memberi reaksi terhadap perasaan orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan disatu pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang atau sekelompok lainnya. Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi komunikasi atau saling mengetahui dan tidak saling memahami maksud masing-masing pihak, maka dalam keadaan demikian tidak terjadi kontak sosial. Dalam komunikasi sosial masing-masing orang yang sedang berhubungan; misalnya jabatan tangan dapat ditafsirkan sebagai kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan dan lain-lain (Ibid;155).

2.4 Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Di dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut :

1. Situasi sosial (The nature of the social situation), memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu lain yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang digunakan jelas harus berbeda dengan pola interaksi yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang sedang dihadapi.

2. Kekuasaan norma-norma kelompok (The norms prevailing in any given social group), sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu.


(32)

31

Misalkan, individu yang menaati norma-norma yang ada di dalam setiap berinteraksi individu tersebut tidak akan pernah membuat suatu kekacauan, berbeda dengan individu tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu tersebut pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan kekuasaan norma-norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya.

3. Their own personality trends, adanya tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga berpengaruh terhadap perilakunya. Misalkan, di dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan, hal ini dapat dilihat seorang anak berinteraksi dengan guru memiliki tujuan untuk menuntut ilmu di dunia sekolah, seorang pedagang sayur dengan ibu-ibu rumah tangga, memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sebagainya.

4. A person’s transitory tendencies (Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara). Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya seorang warga biasa yang berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam kelompok sosialnya.

5. Adanya penafsiran situasi (The process of perceiving and interpreting a situation), di mana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman atau rekan yang terlihat murung dan suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapinya, dan tidak


(33)

32

seharusnya individu lain itu terlihat bahagia dan ceria dihadapannya, bagaimanapun individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang sedang dihadapi, dan berusaha untuk membantu menafsirkan situasi yang tidak diharapkan menjadi situasi yang diharapkan (Santoso, 2004 : 12).

Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati (Setiadi: 2011) :

1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang.

2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir rasional.

3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati.

4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang lain yang ditiru (idolanya)

5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain. Jika menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing. Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja dikucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya. Demikian ulasan


(34)

33 tentang adaptasi seorang individu dalam masyarakat.

2.5 Bentuk Interaksi Sosial

Hendro Puspito (2003) menyatakan bahwa pada umumnya bentuk dan pola interaksi sosial ada 2 (dua) jenis yaitu proses sosial yang bersifat menggabungkan (associative processes) dan proses sosial yang menceraikan (dissociative process). Proses sosial yang mengarah menggabungkan ditujukan bagi terwujudnya nilai-nilai yang disebut kebijakan-kebijakan sosial seperti keadilan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas dan dikatakan sebagai proses positif. Sedangkan proses sosial menceraikan mengarah kepada terciptanya nilai-nilai negatif atau asosial seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecehan dan ini dikatakan proses negative.

Menurut Hendro (2003), ada beberapa bentuk dari proses sosial asosiatif dan disosiatif. Bentuk-bentuk proses sosial asosiatif adalah:

1. Kerja sama, ialah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau lebih perorangan atau kelompok mengadakan kegiatan bersama guna mencapai tujuan yang sama. Bentuk ini paling umum terdapat di antara masyarakat untuk mencapai dan meningkatkan prestasi material maupun non material.

2. Asimilasi, ialah berasal dari kata latin assimilare yang artinya menjadi sama. Definisi sosiologisnya adalah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau lebih individu atau kelompok saling menerima pola kelakuan masing-masing sehingga akhirnya menjadi satu kelompok yang terpadu. Mereka memasuki


(35)

34 proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan tunggal untuk hidup bersama.

3. Akomodasi, berasal dari kata latin acemodare yang berarti menyesuaikan. Definisi sosiologisnya adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk tidak saling mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi atau menghentikan ketegangan yang akan terjadi atau yang sudah terjadi. Akomodasi ada 2 bentuk yakni toleransi dan kompromi. Bagi pihak pihak yang terlibat dalam proses ini, bersedia menanggung derita akibat kelemahan yang dibuat masing masing disebut toleransi. Bila pihak masing masing mau memberikan konsensi kepada pihak lain, yang berarti mau melepaskan sebagian tuntutan yang semula dipertahankan sehingga ketegangan menjadi kendor, disebut kompromi

Bentuk-bentuk disosiatif terdiri dari:

1. Persaingan, adalah bentuk proses sosial dimana satu atau lebih individu atau kelompok berusaha mencapai tujuan bersama dengan cara yang lebih cepat dan mutu yang lebih tinggi. Dengan adanya persaingan itu, masyarakat mengadakan seleksi untuk mencapai kemajuan.

2. Penghalang (oposisi), berasal dari bahasa Latin opponere yang artinya menempatkan sesuatu atau seseorang dengan maksud permusuhan. Oposisi adalah proses sosial dimana seseorang atau sekelompok orang berusaha menghalangi pihak lain mencapai tujuannya.

3. Konflik, berasal dari bahasa latin confligere yang berarti saling memukul. Konflik berarti suatu proses dimana orang atau kelompok berusaha


(36)

35 menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya

Bentuk-bentuk interaksi dapat menguntungkan bila berlangsung dalam perhitungan rasional dan mendatangkan keuntungan bagi yang menjalankannya. Akan tetapi dapat menjadi merugikan bila kerjasama dan persaingan atau pertikaian dijalankan berdasarkan emosional dan sentimen yang tidak terkontrol sehingga hasilnya kerap kali membawa kerugian serta kekecewaan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa interaksi sosial yang berkesinambungan cenderung membentuk keteraturan. Bila hubungan yang terjadi sedemikian rupa didasarkan oleh status dan peranannya maka hubungan itu dinamakan dengan relasi sosial. Hubungan antar jemaat adalah hubungan yang didasarkan pada status dan peranan semua pihak. Dengan demikian hubungan antar jemaat harus menggambarkan ciri yang khas dari relasi sosial


(37)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin, 2001:48). Jenis penelitian ini juga mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Demikian juga halnya dengan penelitian tentang pola adaptasi dan interaksi antara mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain, Pendekatan penelitian secara deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai aktifitas dalam membangun sikap diantara mereka.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kampus Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jln Dr. Mansyur, Medan

3.3 Unit dan Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara.


(38)

37 3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 : 76). Adapun teknik pengambilan informan adalah menggunakan teknik Snowball Sampling. Snowball Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh teman-temannya untuk dijadikan sample (Sugiyono:2013). Alasan peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling untuk mencari informan dikarenakan untuk mempermudah pengambilan data dari orang-orang yang terpercaya dan mengerti tentang mahasiswa asal Papua yang kemudian menunjukan orang lain selanjutnya untuk menjadikan informan berikutnya. Dengan karakteristik informan penelitian adalah:

1. Mahasiswa asal Papua yang aktif dan sedang menjalani masa studi di Universitas Sumatera Utara.

2. Mahasiswa asal Papua yang sudah tinggal minimal 1 tahun.

3. Mahasiswa yang berasal dari daerah lain yang sudah tinggal minimal 1 tahun.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu :

1). Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari informan penelitian di lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan :


(39)

38 a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan peneliti adalah metode observasi langsung. Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi, 2006: 67). Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktifitas mahasiswa asal Papua baik dari pola interaksi maupun pola adaptasi mereka dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Oleh karena itu, data dari metode observasi langsung diharapkan dapat menjadi penunjang data dari metode wawancara.

b. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancari, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2005 : 126). Data yang diperoleh dari wawancara mendalam yaitu berupa pengetahuan informan mengenai pola interaksi dan pola adaptasi mahasiswa yang berasal dari Papua dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

2). Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu mahasiswa asal Papua.


(40)

39 3.5 Interpretasi Data

Data-data yang sudah dikumpulkan akan diinterpretasikan dengan menggunakan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya akan berbentuk laporan yang sudah diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori tertentu berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, selanjutnya akan dipelajari sehingga menghasilkan kesimpulan yang baik (Hasan: 2002).

3.6Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Proposal √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Proposal Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan data dan Analisis data √ √ √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √ √ √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian ini menyangkut tentang pola adaptasi dan interaksi mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Mahasiswa asal Papua sebagai informan masih mengalami kesulitan dalam berinterkasi dengan peneliti.


(41)

40 2. Mahasiswa asal Papua sebagai informan masih tertutup untuk

menceritakan secara langsung kehidupan pribadinya dan sedikit sulit untuk ditemui sehingga menjadi keterbatasan dalam proses wawancara dalam penelitian ini.


(42)

41 BAB IV

TEMUAN DAN INTERPRESTASI DATA 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian.

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (1956),dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal


(43)

42 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009). Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di antaranya adalah mahasiswa asing.

Berikut Pimpinan Universitas antara lain :

1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium 1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium

1962-1964 Prof. Mr. Mahadi, Ketua Presidium 1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium


(44)

43 Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status Universitas Sumatera Utara dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah Universitas Sumatera Utara disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Sumatera Utara di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1966(Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor

1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor 1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium 1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor 1986-1994 Prof. M. Jusuf Hanafiah, Rektor

1994-2010 Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K), Rektor


(45)

44 Universitas Sumatera Utara. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999) yang semula adalah Politeknik Universitas Sumatera Utara.

Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas Sumatera Utara Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan tenaga pendidik. Selain itu di dalam kampus juga terdapat berbagai sarana seperti asrama, arena olah raga, wisma, kafetaria, toko, bank, dan kantor pos. Wisuda dan berbagai acara akademik lainnya diadakan di Auditorium dan Gelanggang Mahasiswa. Sebuah rumah sakit pendidikan yang berlokasi dikampus Padang bulan telah dimulai pembangunannya sejak Agustus 2009. 17.42 WIB).

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menyerahkan beasiswa bidikmisi dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) kepada mahasiswa yang tersebar di tiga perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada di Sumatera Utara atau Medan. Universitas Sumatera Utara mulai menerima


(46)

45 mahasiswa Afirmasi sejak tahun pertama diadakan yaitu tahun 2012. Sedangkan di tahun 2015 perinciannya sebanyak 2.655 mahasiswa penerima berasal dari Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (Unimed) sebanyak 2.922 mahasiswa dan Politeknik Negeri Medan (Polmed) sejumlah 450 orang. Sedangkan untuk beasiwa ADik, diberikan kepada 81 mahasiswa USU dan 13 mahasiswa Unimed. Sedangkan untuk besarannya, mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi akan menerima Rp1 juta dengan perincian Rp600 ribu per bulan diberikan langsung kepada mahasiswa dan Rp400 ribu per bulan diberikan kepada perguruan tinggi. Untuk ADik, mahasiwa akan menerima Rp1,4 juta per bulan dengan perincian Rp1 juta diberikan langsung kepada mahasiswa per bulan dan Rp400 ribu per bulan kepada perguruan tinggi.

Menteri Riset, Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Prof.Mohamad Nasir, PhD.Ak mengatakan, bantuan beasiswa di wilayah Sumut tersebut merupakan bagian dari alokasi pemerintah untuk anggaran bidik misi sebesar Rp2,3 triliun dengan rincian bidik misi On Going kepada 177.730 mahasiswa nilai sebesar Rp1,9 triliun dan bidik misi mahasiswa baru bagi 60 ribu mahasiswa senilai Rp 360 miliar. Sedangkan untuk beasiswa ADik dialokasikan sebesar Rp40 miliar lebih dengan perincian afirmasi On Going 1.673 mahasiswa senilai Rp28 miliar dan afirmasi baru kepada 900 mahasiswa senilai Rp12 miliar.

Selanjutnya Kemenristekdikti juga mengalokasikan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) bagi mahasiswa program S1, D IV dan D III dengan ketentuan Indeks Prestasi (IP) minimal 3,00. Anggaran beasiswa PPA itu sebesarRp 508 miliar untuk 121 ribu mahasiswa dengan besarnya beasiswa Rp 4,2


(47)

46 juta per tahun/mahasisw 2015 Pukul 14.30 WIB)

Berikut adalah rekapitulasi data mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara asal Papua yang mendaftar program AFIRMASI DIKTI mulai tahun 2012 s/d 2014 :

NO Fakultas Program Studi Tahun JLH

2012 2013 2014

1 Kedokteran Pendidikan Dokter 2 1 0 3

2 Kesehatan Masyarakat

Ilmu Kes.Masyarakat 2 1 6 9

3 Keperawatan Ilmu Keperawatan 0 2 3 5

4 Kedokteran Gigi Pendidkan Dokter Gigi 0 2 0 2

5 Farmasi Ilmu Farmasi 0 2 0 2

6 Ilmu Budaya 1. Sastra Indonesia 2 0 0 2

7 Ekonomi dan Bisnis 1. Akuntansi 2 1 1 4

2. Managemen 1 0 2 3

8 Pertanian 1. Agroteknologi 5 0 0 5

2. Agribisnis 1 1 0 2

3. Peternakan 2 0 0 2

4. Ilmu Teknologi Pangan 0 0 1 1

5. Kehutanan 0 0 1 1


(48)

47

2. Teknik Elektro 0 0 1 1

3. Teknik Mesin 0 0 1 1

Total 18 11 17 46

Sumber : Biro Pusat Akademik USU (Keadaan 14 Oktober 2014)

Seluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara asal Papua tersebut tinggal di asrama putra dan asrama putri serta diberikan biaya hidup perbulan dan akan kembali ke daerah masing-masing setelah semua proses kuliah selesai. Ketika pertama kali mahasiswa asal Papua tersebut hadir dan sampai di asrama Universitas Sumatera Utara Medan, mereka disambut seperti biasa dengan acara penyambutan. Acara ini berisi tentang perkenanlan mengenai kampus, keadaan dan kondisi sosial saat mereka tinggal disini. Hal ini mencakup untuk menguji kebersaam para mahasiswa asal Papua dan ketka akan bergabung dengan mahasiswa asal lainnya yang sama-sama berkuliah di Universitas Sumatera Utara.

4.2 Karakteristik Informan

Informan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Karakteristik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam penelitian yaitu berdasarakan agama, suku, lama tinggal, dan fakultas selama informan berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:


(49)

48 4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur

Tabel 4.1

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

No Kategori Umur Jumlah (n) Persentase (%)

1 20-22 tahun 8 80

2 > 22 tahun 2 20

Total 10 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 8 orang (80%) berumur antara 20-22 tahun dan 2 orang (20%) berumur di atas tahun, sehingga mayoritas informan berumur antara 20-22 tahun.

4.2.2 Karakeristik Berdasarkan Agama Tabel 4.2

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kristen 6 60

2 Islam 4 40

Total 10 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.2 dari informan penelitian 6 orang (60%) beragama Kristen dan 4 orang (40%) beragama Islam. Dengan demikian, mayoritas informan adalah beragama Kristen (60%).


(50)

49 4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Lama Tinggal

Tabel 4.3

Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal

No Lama Tinggal Jumlah (n) Persentase (%)

1 1 Tahun 1 10

2 1 Tahun 9 90

Total 10 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian 1 orang (10%) yang tinggal selama 1 tahun, 9 orang (90%) yang sudah tinggal selama ≤ 1 tahun . Dengan demikian mayoritas informan adalah 9 orang (90%) yang sudah tinggal selama ≤ 1 tahun .

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Fakultas Tabel 4.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas

No Fakultas Jumlah (n) Persentase (%)

1 Kesehatan Masyarakat 2 20

2 Pertanian 3 30

3 Teknik 1 10

4 Ekonomi 1 10

5 Ilmu Budaya 2 20

6 Farmasi 1 10

Total 10 100


(51)

50 Berdasarkan Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa informan penelitian 2 orang (20%) yang berkuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, 3 orang (30%) yang berkuliah di Fakultas Pertanian, 1 orang (10%) yang berkuliah di Fakultas Teknik , 1 orang (10%) yang berkuliah di Fakultas Ekonomi, 2 orang (20%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya, 1 orang (%) yang berkuliah di Fakultas Farmasi. Dengan demikian mayoritas informan adalah 3 orang (30%) yang berkuliah di Fakultas Pertanian.

4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Suku Tabel 4.5

Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Rarutu 1 10

2. Ekari 1 10

3. Lanny 2 20

4. Nayak 1 10

5. Maibrat 1 10

6. Batak 2 20

7. Jawa 2 20

Total 10 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.5 dari informan penelitian ada 1 orang (10%) suku Rarutu, 1 orang (10%) suku Ekari, 2 orang (20%) suku Lanny, 1 orang (10%) suku Nayak, 1 orang (10%) suku Maibrat, 2 orang (20%) suku Batak, dan 2


(52)

51 orang (20%) suku Jawa. Dengan demikian, mayoritas informan adalah suku Lanny (20%), Batak (20%) dan Jawa(20%).

4.3 Profil Informan Mahasiswa Asal Papua Dan Mahasiswa Asal Daerah Lain.

4.3.1 Paskalis Tugomo

Paskalis Tugomo adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Elektro. Ia telah berumur dua puluh satu tahun yang lahir di Ekago Papua Bagian Timika. Ia bersuku Ekari. Ia telah tinggal di Medan sudah satu tahun.

Salah satu alasan Paskalis untuk berkuliah di USU adalah agar bisa berkuliah di luar daerah Papua walaupun jauh dengan orangtua. Sebelumnya Paskalis sudah mengetahui sedikit tentang USU dari saudara ia yang sedang bertugas di Medan sehingga ia memilih berkuliah di USU di pilihan kedua ketika ujian seleksi penerimaan mahasiswa ke perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah Papua. Perasaan pertama kali yang dirasakan Paskalis ketika sampai di USU adalah senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.

Pertama kali Paskalis datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang juga akan berkuliah di USU. Setibanya mereka datang ke Medan, mereka mengikuti pengarahan-pengarahan yang dibuat oleh USU itu sendiri untuk mengenal lebih dekat lingkungan yang berada disini dan mereka bertempat tinggal di asrama putra USU. Hal inilah yang menyebabkan Paskalis berkenalan dengan senior-senior satu daerah yang sama-sama berkuliah di USU.


(53)

52 Awalnya rutinitas yang dilakukan oleh Paskalis ketika berada di sini adalah berkeliling di lingkungan asrama seperti berjalan-jalan dan membeli makan di sekitaran USU, pergi ke kampus serta berkenalan dengan mahasiswa daerah lain. Selain itu Paskalis juga sering berbicara dan sudah mendapatkan teman mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Paskalis juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi yang diadakan oleh pihak kampus seperti mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa asal Papua, Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro, bermain futsal dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain serta mengikuti organisasi keagamaan. Paskalis juga sudah diperkenalkan budaya di sini oleh teman kampusnya dan mempelajari bahasa daerah lain seperti bahasa Batak. Selain itu Paskalis juga sudah pernah berkunjung ke daerah asal teman kampusnya yaitu Sibolga. Itulah cara dia untuk bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Paskalis mengakui bahwa ia merasa betah untuk tinggal disini. Ia lebih menyukai bergaul dengan mahasiswa lain walaupun kesulitan yang di hadapi oleh Paskalis adalah cara berbicara dan budaya yang sangat berbeda. Menurut Paskalis penerimaan masyarakat sekitar adalah baik dan ramah walaupun terkadang mahasiswa yang berasal dari daerah lain merasa asing melihat kami. Hal inilah yang membuat mereka merasa dikucilkan dari kelompok mereka. Tetapi dibalik itu semua, ketika sudah menjalin pertemanan sebenarnya mereka mau membantu Paskalis untuk memperkenalkan lingkungan sekitar. Selain itu, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh dengan daerah asal tetapi


(54)

53 Paskalis masih bisa beradaptasinya dan menyukainya. Hal inilah yang disukai dan tidak disukai oleh Paskalis selama tinggal disini.

Mengenai interaksi keluarga yang dilakukan oleh Paskalis adalah Paskalis sering berkomunikasi dengan keluarga terutama dengan orangtua minimal seminggu sekali. Orangtua Paskalis biasanya pergi ke kota daerah mereka hanya untuk bisa berkomunikasi dengan Paskalis minimal satu minggu sekali. Karena jaringan selular baru masuk sekitar satu tahun yang lalu ujar Paskalis. Biasanya ketika waktu liburan tiba, Paskalis pulang ke kampungnya yang di lakukan selama 2 tahun sekali. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.

4.3.2 UTA

Uta yang memiliki nama Dwi R.P. Weriu adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Agrobisnis. Ia lahir di Kaimana dan telah berumur dua puluh satu tahun. Ia bersuku Rarutu yang merupakan bagian Papua Barat. Ia telah tinggal di Medan sudah dua tahun lamanya.

Salah satu alasan Uta lulus dari USU dikarenakan hasil pilihan ketiga dari ujian seleksi beasiswa penerimaan mahasiswa ke perguruan tinggi yang di selenggarakan oleh pemerintah Papua. Sebelumnya Uta memang tidak mengetahui tentang USU walaupun ada saudara ia yang telah tinggal lama di Medan. Walaupun kuliah jauh dari orangtua tetapi Uta sangat senang bisa


(55)

54 berkuliah di daerah lain karena menurut Uta akan banyak dapat pengalaman kalau kita tinggal jauh dari daerah kita sendiri.

Pertama kali Uta datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang lulus ujian seleksi untuk berkuliah di USU serta bersama dengan pendamping perwakilan dari provinsi. Uta mengatakan bahwa ketika kami semua telah sampai disini, pada saat itu kami diberikan motivasi dan pengenalan tentang USU baik dari fakultas masing-masing maupun di lingkungan sekitarnya dan kami bertempat tinggal di asrama putra milik USU. Hal inilah yang menyebabkan Uta dapat berkenalan dengan senior-senior baik dari satu daerah maupun senior-senior yang berasal dari daerah lain di fakultas.

Mula-mula rutinitas awal yang di lakukan oleh Uta adalah masih berkeliling wilayah lingkungan asrama dan kampus. Uta berusaha untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan kampus maupun di asrama. Uta juga mengikuti dan aktif sebagai anggota dengan kegiatan-kegiatan organisasi yang di adakan oleh pihak kampus seperti mengikuti Ikatan Mahasiswa Asal Papua dan IMASEP. Pada saat ini Uta juga sudah mendapatkan teman dekat yang berasal dari suku Melayu. Uta juga sudah diperkenalkan sedikit tentang budaya Melayu oleh teman dekatnya. Itulah cara dia untuk dapat menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Uta mengakui bahwa ia betah untuk tinggal disini. Penerimaan masyarakat selama ini yang di rasakan oleh Uta adalah baik, selalu mau berbaur dengan orang yang berasal dari daerah lain serta mau membantu teman yang sedang kesulitan,


(56)

55 seperti pengalaman Uta yang pernah diberi pinjaman uang oleh teman dekatnya Uta. Walaupun Uta terkadang di jahili dengan teman-teman kampus ia yang berasal dari daerah lain, tetapi Uta tetap tidak peduli dan merasa kalau tidak ada kesulitan ketika bersosialisasi dengan teman-teman kampus yang berasal dari daerah lain disini. Selain itu jika dilihat dari segi makanan, Uta memulai untuk menyukai makanan yang berasal dari daerah ini karena menurut Uta selera dan rasa makanan di sini hampir sama dengan makanan disana yaitu sama-sama mempunyai selera pedas. Sedangkan dari segi cuaca, Uta bisa beradaptasi dengan cuaca di daerah ini karena menurut Uta cuaca di daerah asal dia lebih panas dibandingkan dengan cuaca di sini. Tetapi menurut Uta, ia kurang puas dengan sarana dan prasarana yang di sediakan selama berkuliah di USU. Hal inilah yang disukai dan tidak disukai oleh Uta selama tinggal di daerah ini.

Mengenai interaksi dengan keluarga, walaupun sudah dua tahun Uta tidak pulang ke kampungnya, menurut Uta tidak ada halangan untuk sering berkomunikasi melalui telepon dengan orangtuanya. Uta juga mengatakan bahwa kalau ada keluarga ia yang tinggal di Medan dan sesekali ia berkunjung ke tempat saudaranya tersebut walaupun terkadang hanya seminggu sekali.

4.3.3 Elliyus Pase

Elliyus Pase adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Peternakan. Elliyus lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh satu tahun. Elliyus sudah tinggal di Medan selama tiga tahun. Ia bersuku nayak.


(57)

56 Salah satu alasan Elliyus berkuliah di USU agar bisa berkuliah di luar daerah Papua walaupun jauh dari orangtua. Elliyus mengatakan kalau kami anak-anak Papua memang sengaja dikirim keluar daerah untuk berkuliah dari pemerintah dengan tujuan mengembangkan potensi daerah kami ketika kami kembali nanti. Ia memilih USU pada pilihan ke tiga ketika ujian seleksi penerimaan beasiswa mahasiswa ke perguruan tinggi. Perasaan Elliyus pertama kali sangat senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.

Pertama kali Elliyus datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang berkuliah di USU. Mereka melakukan pengarahan tentang pengenalan daerah dan lingkungan sekitar yang dibuat dari USU melalui perwakilan dari pemerintahan Papua dan mereka bertempat tinggal di Asrama Putra USU. Hal inilah Elliyus banyak dapat berkenalan dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang sudah berkuliah lebih dahulu maupun teman-teman yang berasal dari daerah lain yang sama-sama tinggal di Asrama Putra.

Rutinitas awal yang dilakukan oleh Elliyus adalah berkeliling di lingkungan asrama dan kampus seperti pergi bersama dengan teman-teman yang satu daerah untuk berkeliling di lingkungan asrama, pergi ke kampus dan mengikuti kegiatan awal yang diadakan di kampus, serta bermain futsal dengan teman-teman satu asrama. Menurut Elliyus, semua kondisi lingkungan yang berada disini sangatlah asing baginya. Elliyus terkadang masih kurang percaya diri untuk berteman dengan teman-teman yang berasal dari daerah lainnya sehingga terkadang Elliyus masih mau menutup diri tetapi Elliyus tetap berusaha untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan


(58)

57 kampus maupun di asrama. Elliyus juga sudah mengikuti kegitan-kegiatan aktif yang di adakan oleh kampus seperti sebagai anggota acara seminar yang diselenggarakan oleh kampus, dan aktif mengikuti organisasi-organisasi.

Pada awalnya Elliyus merasa bahwa orang-orang yang berada disini terlalu asing melihat kami sehingga terkadang diejekin dengan mereka. Tetapi dengan begitu Elliyus tetap saja bergabung dan berbaur dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Elliyus mengakui sangatla sulit untuk bisa berbaur dengan orang-orang disekitar. Dari segi bahasa dan cara bergaul yang sangat berbeda tetapi Elliyus ingin belajar untuk memahaminya. Elliyus betah untuk tinggal disini> Menurut Elliyus walaupun awalnya mereka sangatla asing dengan kedatangan kami tetapi lama kelamaan mereka juga sudah mulai terbuka dengan kami, bahkan mahasiswa yang berasal dari daerah lain baik dan mau membantu ketika mau kita kesulitan dalm mengatasi masalah. Selain itu, jika dilihat dari segi cuaca, tempat tinggal, dan makanan yang sangat jauh berbeda tetapi Elliyus masih bisa untuk menyesuaikannya. Inilah caranya untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Mengenai interaksi keluarga, Elliyus sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Elliyus pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.


(59)

58 4.3.4 Rince Wenda

Rince Wenda adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ia lahir di Tembagapura dan telah berumur dua puluh satu tahun. Ia bersuku Lanny. Sudah tiga tahun ia tinggal di Medan untuk berkuliah.

Alasan Rince untuk memilih berkuliah di USU ini adalah karena rasa ingin tahu dia tentang USU dan mencoba untuk berkuliah di wilayah Sumatera. Sebelumnya Rince sudah mencari banyak informasi tentang USU dari internet maupun dari teman-teman perantauan yang dahulunya tinggal di Medan sehingga ia memilih kuliah di USU pada pilihan ketiga di saat seleksi program beasiswa penerimaan mahasiswa baru yang diadakan oleh pemerintah pusat Papua. Walaupun merasakan perasaan senang tetapi Rince juga takut dan sedih berpisah dengan orangtua ketika pertama kali sampai di USU.

Setibanya Rince sampai di USU, Rince dan bersama dengan teman-teman sedaerahnya yang ikut juga berkuliah di USU mengikuti pengarahan-pengarahan tentang memperkenalkan masyarakat dan lingkungan disini bersama dengan perwakilan dari pemerintah Papua dan bertempat tinggal di asrama putri USU. Hal inilah yang menyebabkan Rince mulai bertemu dan berkenalan dengan senior-senior yang berasal dari Papua maupun yang berasal dari daerah lain.

Awalnya rutinitas yang di lakukan Rince hanya sekitaran asrama dan kampus dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan baik dari kampus seperti mengikuti acara keagamaan maupun dari pihak ikatan mahasiswa dari Papua itu sendiri. Dengan begitu Rince dapat berteman dengan teman-teman baru


(60)

59 yang berasal dari daerah lain. Hal inilah cara Rince untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar selama berkuliah di USU.

Rince mengakui bahwa ia betah untuk tinggal disini walaupun pada awalnya ia merasa takut dan tidak percaya diri untuk menghadapi orang-orang disekitarnya karena Rince merasa takut kalau masyarakat tidak menerimanya tetapi setelah beberapa lama Rince tinggal di daerah ini, penerimaan masyarakat sekitar yang dirasakan oleh Rince adalah terbuka, baik dan ramah terhadap kelompok kami. Rince mengatakan walaupun cara bergaul kami yang beridentik dengan kasar serta cara berbicara dan bahasa kami yang sulit dimengerti tetapi Rince tetap berusaha untuk aktif dan belajar menggunakan bahasa Indonesia yang benar agar bisa berbaur dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain. Selain itu, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh dengan daerah asal tetapi Rince masih bisa beradaptasinya dan menyukainya.

Mengenai interaksi keluarga, Rince sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Rince pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.

4.3.5 Berlinda Wakerkwa

Berlinda Wakerkwa adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ia lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh tahun . ia bersuku Lanny dan telah tinggal di Medan sekitar tiga tahun untuk berkuliah di USU.


(1)

114 5. Hendaknya dan diharapkan agar sering untuk mengadakan acara yang sifatnya untuk menjalin pertemanan dan terciptanya kehangatan dalam setipa proses sosial baik adaptasi maupun interaksi sosial.


(2)

115 DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, T. 2000. Reorientasi Manajemen Pendidikan Islam di Era Indonesia Baru. Yogyakarta : UII Prees.

Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin, Burhan (2001) Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Bungin, Burhan, (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Fahroni. (2009). Interaksi Sosial Mahasiswa Asing. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Gerungan. (1991). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Hasan, M. Iqbal, (2002).Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia: Bogor.

Heerdjan, Soerharto, ( 1987), Apa Itu Kesehatan Jiwa?, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hendro Puspito, (2003), Sosiologi Agama, edisi keempat volume dua, Yogyakarta: Kanisius


(3)

116 Kartasapoetra, (1987), Teknologi Konservasi Tanah Dan Air, Jakarta: Gahlia

Indonesia

Meteray, Bernarda. (2012). Nasionalisme Ganda Orang Papua. Kompas: Jakarta.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (2005). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Rahardjo,Turnomo,( 2005). Menghargai Perbedaan Cultural. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ritzer, George. (2007). Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Santoso, Slamet, 2004, Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara

Setiadi,Elly M. dan Kolip Usman, (2011), Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Soekanto Soerjono. (2001). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(4)

117 Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Sugiono (2013), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: ALFABETA

Suparlan (2002), dalam Syaiful. A (2002), “Seminar Strategi Pembangunan Kota dalam Kepemerintahan yang Baik”, Jakarta.

Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI

Winata, Andi. (2014). Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau Dalam Mencapai Prestasi Akademik (Studi Pola Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu Di Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu). Universitas Bengkulu. Bengkulu

Yayuk Yulianti. (2003). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

http://www.papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html di akses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 18.00

mendasar-pendidikan-di-papua di akses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 15.00.

http://www.up4b.go.id/index.php/component/content/article/15-halaman/37- tentang diakses pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 13.00.

Januari 2015 pukul 20.00


(5)

118 http://usu.ac.id/id/article/11/sejarah diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 pukul 17.42 WIB.

http://usu.ac.id/id/kanal/1098/rp-61-m-beasiswa-bidikmisi-adik-disalurkan-ke-6121-mahasiswa diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 Pukul 14.30 WIB


(6)

119 LAMPIRAN FOTO DAN DOKUMENTASI PENELITIAN

1. FOTO DENGAN INFORMAN UTA,PASKALIS DI FAKULTAS PERTANIAN USU DAN FOTO BERSAMA BEBERAPA PENGHUNI ASRAMA PUTERI MAHASISWA ASAL PAPUA

2. FOTO BERSAMA INFORMAN SAAT WAWANCARA DI ASRAMA PUTERA DAN PUTERI USU.