1 Pelafalan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Lafal adalah : cara seseorang atau

4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan dan memberi contoh yang benar. 5. Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan tatanan bahasa yang dipelajari yang potensial medatangkan kesalahan. 6. Mengkoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran yang serasi. 2. 2.1 Pelafalan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Lafal adalah : cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Pelafalan bunyi dalam pemerolehan suatu bahasa untuk kelompok umur dewasa mahasiswa biasanya dimulai dengan pengenalan alphabeth dari target bahasa yang dipelajari. Chastain 1976 menyatakan bahwa pemerolehan pelafalan bunyi bahasa dari target language merupakan suatu proses oleh karenanya tidaklah terlalu penting untuk memberikan perhatian yang berlebihan terhadap pemerolehan pelafalan bunyi yang sempurna. West 1991 mendukung pernyataan ini dengan mengatakan bahwa proses pelafalan bunyi yang secara pasti mendekati suara dari penutur asli native speaker berlangsung secara bertahap dalam level awal pembelajaran bahasa tanpa adanya koreksi yang terus menerus dari instruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pelafalan yang Universitas Sumatera Utara sempurna dari semua bunyi tidaklah merupakan suatu keharusan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Chastain kemudaian memberikan contoh pelafalan bunyi dalam bahasa Perancis, German, dan Spanyol sebagai berikut: “In French, the additional sounds that cause the most problems are the sounds of the vowel u as in the pronoun tu, eu in deux, and oe as in soeur; 2 the nasal vowel sounds; the sound similar to the ny of the word canyon in English, which is one phoneme in French; and 4 the semi vowel u as it glides sound of the following vowel as in the word lui. In German, problem sounds are the sound of the umlauted vowels ŏ and ū and the sound of consonant r. In Spanish, the additional sounds to be stressed are those of the consonants r and rr”. 1975:339. Penguasaan ranah kata vocabulary juga sangat diperlukan pada proses komunikasi. Kosa kata dalam suatu bahasa erat kaitanya dengan gramatika grammar dari bahasa tersebut. Menurut Yu Shu Ying diasumsikan bahwa“Vocabulary is connected with grammar, so familiarity with grammatical patterns helps the reader guess the meaning of words. For example, a word can be classified as a grammatical item or as a vocabulary item. Beautiful is a vocabulary item, and in functional grammar it is also an epithet in the nominal group the beautiful girl and reflects the speaker’s opinion of the person described. The connection between vocabulary and grammar can be seen by the interdependence of grammatical and lexical cohesion. In a typical text, grammatical and lexical cohesion support each other”. 2001:2. Universitas Sumatera Utara Asumsi ini dapat dikatakan bahwa ranah kata berkaitan erat dengan gramatika. Dengan mengetahui pola gramatika dapat membantu seseorang menebak arti suatu kata. Sebagai contoh, sebuah kata dapat diklasifikasikan sebagai unsur gramatika ataupun unsur ranah kata. Cantik adalah unsur ranah kata, dan dalam fungsi gramatika ini juga merupakan ungkapan yang ditujukan kepada sekelompok orang, yaitu wanita cantik dan langsung merefleksikan pendapat si pembicara terhadap orang yang dimaksud. Hubungan antara ranah kata dan gramatika dapat dilihat dari saling terkaitnya kohesi unsur gramatika dan leksikon. Dalam suatu wacana teks hubungan ini saling mendukung. Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan tujuan. Dengan berkomunikasi kita dapat menyampaikan apa yang kita rasakan, pikirkan, kehendaki dan kita ketahui kepada orang lain. Untuk itu diperlukan kemahiran, ketrampilan dan tutur bahasa yang baik agar mereka yang mendengar atau membaca tulisan dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Salah satu ketrampilan itu adalah bertutur dengan baik. Bertutur dengan baik maksudnya bebas dari gangguan disfungsi alat ucap manusia. Misalnya dapat bertutur dengan baik karena tidak sumbing, cadel, atau tunarungu. Bahasa sebagai objek kajian linguistik pasti memiliki sistem, yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Setiap bahasa memiliki asas-asas, pola-pola yang bersifat wajib dan hakiki yang sering disebut ”tata bahasa”. Tata bahasa bertujuan memberikan kaidah-kaidah untuk membedakan bentuk-bentuk yang benar dari yang tidak benar. Bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen, dalam kenyataannya bahasa sangat bervariasi. Universitas Sumatera Utara Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Chaer, 1994: 1. Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik. Linguistik sebagai ilmu murni ternyata juga bermacam-macam, tergantung kepada bahasa yang diteliti, tujuan, dan cara kerjanya. Linguistik dibedakan atas Linguistik Deskriptif dan Linguistik NormatifPreskriptif. Linguistik deskriptif mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Berbeda dengan linguistik normatif preskriptif, linguistik normatif meneliti bahasa berdasarkan norma atau ketentuan yang telah ada. Jenis linguistik lain ialah linguistik komparatif dan linguistik historis. Sebagaimana terlihat dari namanya, cara kerja dari linguistik komparatif ialah membandingkan. Secara sinkronis, kita sering membandingkan dua satuan lingual atau dua konstruksi untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya. Linguistik historis historical linguistics yaitu memperbandingkan beberapa bahasa yang serumpun dari waktu ke waktu dengan tujuan pokok membuat rekonstruksi bentuk proto bahasa induknya. Setiap ilmu pengetahuan lazimnya dibagi atas bidang-bidang dan sub bidang. Demikian pula ilmu Linguistik lazimnya dibagi menjadi bidang-bidang yang bermacam- macam. Misalnya saja ada linguistik antropologis, yaitu cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli antropologi budaya. Ada juga linguistik sosiologis atau sosiolinguistik, untuk meneliti bagaimanakah dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Bahkan dewasa ini berkembang ilmu linguistik komputasional, yaitu suatu penelitian linguistik dengan bantuan komputer. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi bidang-bidang linguistik diatas, didasari pada bidang yang menyangkut strukrur-struktur dasar saja, seperti struktur bunyi bahasa yang kita kenal dengan sebutan fonetik dan fonologi, susunan struktur kata disebut morfologi, struktur antar-kata dalam kalimat disebut sintaksis, arti atau makna suatu kata disebut semantik. Lalu ada lagi pragmatik yaitu pemakaian bahasa yang menyangkut hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan. Secara umum linguistik sebagai ilmu murni yang empiris mempunyai cabang- cabang: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi meniliti bunyi-bunyi ujar suatu bahasa termasuk pula bunyi suprasegmentalnya. Edi Subroto: 2007: 28 Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan bunyi tertentu, yang agak berbeda-beda menurut bahasa tertentu. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat-sifat akustiknya. Berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. ”Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada dua segi dasar fisik tersebut yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut ”fonetik organik” karena menyangkut alat alat bicara atau Fonetik Artikulatoris karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa. Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara”. JWM Verhaar : 2001: 19 Fonetik Artikulatoris meneliti alat-alat organik manakah yang kita pakai untuk menhgasilkan bunyi bahasa. Manusia juga dapat menghasilkan bunyi-bunyi lain dengan artikulatorisnya, akan tetapi bunyi yang dihasilkan bukan merupakan bunyi bahasa. Universitas Sumatera Utara Misalnya dengan alat artikulatoris yang sama manusia bisa menghasilkan bunyi teriakan, batuk, berdehem, dan sebagainya tetapi bunyi tersebut umumnya tidak bermakna apa-apa. Bila kita berbicara, udara dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan kepangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita-pita suara. Pita-pita itu harus terbuka agar udara bisa keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung atau kedua-duanya. Apabila udara keluar tanpa hambatan, kita tidak akan menghasilkan bunyi bahasa. Contohnya adalah ketika kita bernafas. Hambatan yang perlu untuk menghasilkan bunyi bahasa ada pada pita suara. Fonetik Artikulatoris juga membahas bunyi-bunyi bahasa menurut cara dihasilkannya dengan alat-alat bicara. Bunyi bahasa dibedakan sebagai segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi menurut pola urutannya dari yang pertama sampai dengan yang terakhir atau dari kiri ke kanan. Struktur dari kiri ke kanan itu berupa segmental, artinya ada bagian-bagian yang terkecil menurut urutannya. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi yang dapat dibayangkan sebagai bunyi yang ada diatas segmental. Kita menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan bagian-bagiannya, dengan kerongkongan dan pita-pita suara didalamnya, dan kesemuaan itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru.

2.3 Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Urutan Goresan Penulisan Aksara Mandarin Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

34 341 96

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

6 21 122

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 12

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 2

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 8

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 1 15

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 13

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 0 40

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

3 3 9