Analisa Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba (Studi Pada Riqza Florist Di Jl. Medan-Binjai Km. 12 Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan)

(1)

(2)

Lampiran 1

Daftar Hasil Wawancara

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan kunci (pemilik usaha) dan informan utama (karyawan). Wawancara terhadap informan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan objek penelitian secara jelas. Berikut informan kunci selaku pemilik usaha Rizqa Florist :

Nama : Nelly Masril Usia : 41 Tahun

No Pertanyaan Jawaban

Profil Usaha

1. Sejak kapan usaha Rizqa Florist ini berdiri ?

Usaha Rizqa Florist berdirik sejak tahun 2003.

2. Dimana alamat usaha Rizqa Florist ?

Alamatnya berada di Jalan Medan-Binjai Km. 12, No. 26F, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan.

3. Apakah usaha Rizqa Florist merupakan modal sendiri dan berapa besar dana awal untuk mendirikan usaha ini ?

Ya, usaha ini modal saya sendiri. Untuk modal awalnya sebesar Rp. 25 juta

4. Kenapa memilih usaha ini ? Saya memilih usaha ini karena dulu belum ada usaha seperti ini di daerah tempat saya tinggal, lagi pula usaha ini tidak memerlukan modal yang banyak, makanya saya memilih usaha ini. 5. Apa yang menjadi visi dan

cita-cita ibu membangun usaha Rizqa Florist ?

Visi dan cita cita saya untuk usaha Rizqa Florist ini, saya berharap usaha ini unggul dibidangnya dan bisa bertahan untuk waktu yang lebih lama. 6. Usaha-usaha apa saja yang sudah

ibu lakukan untuk mencapai visi atau cita-cita tersebut ?

Usaha yang saya lakukan tidak banyak ya, saya hanya mengajak teman-teman saya yang saya kenal untuk memesan


(3)

papan bunga kepada saya Pertanyaan tentang SDM

1. Berapa jumlah karyawan ibu dalam menjalakan usaha ini ?

Karyawan yang saya miliki untuk menjalan usaha ini sebanyak 4 orang 2. Apa saja tugas dari karyawan ibu

?

Tugas dari karyawan saya untuk 2 orang pekerja sebagai pemasang bunga, dan 2 orang lagi sebagai supir dan asisten supirnya

3. Bagaimana proses ibu mengrekrut karyawan ?

Saya mengrekrut karyawan pastinya yang bisa untuk merangkai bunga dan yang jujur

4. Apakah ada pelatihan yang diberikan untuk karyawan ?

Untuk pelatihan saya tidak memberikannya, mereka belajar dengan sendirinya saat pemesanan lagi sepi Pertanyaan mengenai keuangan

1. Apakah dalam menjalankan usaha ibu menerapkan pencatatan transaksi-transaksi keuangan ?

Tidak ada catatan transaksi yang jelas dalam usaha saya ini, saya hanya mencatat pengeluaran dan pemesanan 2. Apakah ibu sudah pernah

membuat laporan keuangan usaha ini ?

Untuk laporan keuangan ibu belum pernah buat, ibu hanya mencatat pengeluaran dan pendapatan saja

3. Pengeluaran apa saja yang ibu catat dalam usaha ini ?

Ibu hanya mencatat pembelian bunga dan perlengkapan lainnya, biaya listrik itu saja

4. Berapa keuntungan ibu dalam sebulan ?

Sekitar Rp. 4.000.000 bersihnya sama ibu kira-kira

5. Apakah usaha ini menetapkan target penjualan harian ?

Tidak ada target

6. Apakah usaha ini merencanakan laba tiap bulannya ?

Untuk perencanaan laba tiap bulan ibu juga tidak ada


(4)

7. Untuk tahun 2014 dan 2015 apakah ibu berencana menaikkan perencanaan laba ?

Sepertinya tidak karena usaha ini rata-rata orang yang ada dibidang ini menjual sekitar 100 ribu tidak penah berubah

8. Berapakah gaji yang bapak berikan untuk karyawan ibu ?

Gaji untuk pemasang 800 ribu/bulannya, untuk supir 1,5 juta dan asisten supir 1 juta, tetapi untuk pemasang saya berikan 10.000 tiap papan pemesanan

9. Berapa besar harapan ibu untuk mendapatkan laba minimal tiap bulannya atau per tahunnya ?

Untuk tahun 2014 harapan saya 20 juta, dan 2015 sebesar 25 juta, kalau bisa tiap bulannya naik

Pertanyaan mengenai pemasaran

1. Apakah ibu melakukan pemasaran seperti iklan, sebar brosur atau yang lainnya untuk memperkenalkan usaha bapak ini ?

Untuk penyebaran browsur saya tidak pakai begituan, atau cara pemasaran lainnya, saya hanya memajangkan pamplet usaha saya di depan rumah 2. Berapa harga yang ibu tawarkan

untuk pembuatan papan bunga ini ?

Harga yang saya tawarkan Rp. 100.000/ papan, saya memberikan free antar untuk pemesanan

Pertanyaan mengenai produksi

1. Untuk operasional usaha ini mulai dari pukul berapa ?

Mulai pukul 09.00-17.00 WIB, ini hanya formalitas saja, ada juga pemesanan dilakukan pada malam hari, jika pemesanan banyak bisa karywan kerja sampai pagi

2. Berapa luas bangunan usaha ini ? Luasnya kira-kira 20 m2

3. Berapa konsumen setiap harinya ? Kadang ada yang 4 atau lebih bahkan kurang dari 4 juga pernah

4. Bagaimana cara ibu melakukan pencataan pendapatan ?


(5)

bulannya 5. Apa saja yang diperlukan untuk

pembuatan papan bunga ini ?

Yang diperlukan, kayu, karpet, bunga, dan jarumnya

6. Kapan pembelian perlengkapan dilakukan ?

Ibu biasa melakukan pembelian dilakukan setahun sekali

7. Kendala apa yang dihadapi saat menjalankan usaha ini ?

Kendalanya hanya pada usaha sejenis menurut ibu


(6)

Lampiran 2

Realisasi Biaya Operasional Tahun 2014 dan 2015

Jenis Biaya 2014 (Rp) 2015 (Rp)

5. Biaya gaji 78.000.000 80.980.000

6. Biaya perlengkapan g. Papan h. Bunga i. Jarum 20.000.000 9.000.000 750.000 20.000.000 9.000.000 750.000

Total biaya perlengkapan 29.750.000 29.750.000 7. Biaya Penyusutan (lampiran) 8.750.000 8.750.000 8. Biaya lain-lain

d. Biaya listrik e. Biaya air

f. Biaya transportasi

540.000 360.000 4.800.000 660.000 480.000 5.400.000

Total biaya lain-lain 5.700.000 6.540.000

Total biaya operasional 122.200.000 126.020.000


(7)

Lampiran 3

Data Pendapatan Tahun 2014

Bulan Unit Pendapatan

Januari 130 Rp. 13.000.000

Februari 145 Rp. 14.500.000

Maret 120 Rp. 12.000.000

April 130 Rp. 13.000.000

Mei 140 Rp. 14.000.000

Juni 150 Rp. 15.000.000

Juli 80 Rp. 8.000.000

Agustus 95 Rp. 9.500.000

September 100 Rp. 10.000.000

Oktober 115 Rp. 11.500.000

November 110 Rp. 11.000.000 Desember 125 Rp. 12.500.000

TOTAL 1440 Rp. 144.000.000


(8)

Lampiran 4

Data Pendapatan Tahun 2015

Bulan Unit Pendapatan

Januari 150 Rp. 15.000.000

Februari 150 Rp. 15.000.000

Maret 135 Rp. 13.500.000

April 140 Rp. 14.000.000

Mei 141 Rp. 14.100.000

Juni 130 Rp. 13.000.000

Juli 100 Rp. 10.000.000

Agustus 120 Rp. 12.000.000

September 105 Rp. 10.500.000

Oktober 130 Rp. 13.000.000

November 140 Rp. 14.000.000 Desember 148 Rp. 14.800.000

TOTAL 1589 Rp. 158.900.000


(9)

Lampiran 5

Perhitungan Penyusutan

No Tahun Jenis Peralatan Jumlah Harga

Umur Ekonomis

1. 2003 Gedung 1 50.000.000 40 tahun 2. 2010 Kendaraan 1 60.000.000 8 tahun

Metode garis lurus menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu dan mengakui pembebanan periodik yang sama sepanjang umur aktiva. Estimasi umur ekonomis dibuat dalam periode bulanan atau tahunan. Perhitungan harga dan umur ekonomis usaha Rizqa Florist tidak memiliki nilai residu, maka rumusnya sebagai berikut :

Penyusutan = Harga Perolehan : Umur Ekonomis Berikut perhitungan penyusutan peralatan per tahun :

1. Gedung

Penyusutan = 50.000.000 : 40 = 1.250.000

2. Kendaraan

Penyusutan = 60.000.000 : 8 = 7.500.000

Total Penyusutan Per Tahun

No Peralatan Penyusutan

2014 2015

1. Gedung 1.250.000 1.250.000

2. Kendaraan 7.500.000 7.500.000

Total 8.750.000 8.750.000


(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Ahyari, Agus. 1986. Analisis Pulang Pokok. Yogyakarta: BPFE

Carter dan Usry. 2005. Akuntansi Biaya. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat . 2006. Akuntansi Biaya. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

Efferin, Sujoko et al. 2004. Metode Penelitian untuk Akuntansi sebuah Pendekatan Prsktis. Malang: Banyumedia Publishing

Fuad, M et al. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Garrison, Ray. H et al. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi kesebelas. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Kamaludin. 2013. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bandar Muda

Krisna Warindrami, Armila. 2013. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kuswandi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Niswonger et al. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwati. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE

Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even: Rancangan Linier Secara Ringkas Dan Praktis. Yogyakarta: BPFE


(23)

Skripsi :

Agus Herlambang, Abdi. 2014. Analisis Break Even Point Sebagai Dassar Perencanaan Laba Pada Pangkas Mantap Mellinium. Universitas Sumatera Utara

Natasha, Febby. 2006. Analisis Break Even Point Dalam Perencanaan Laba Pada CV AZ Network Medan. Universitas Sumatera Utara

Pradita Marhaeni, Agustina. 2011. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Industri Kecil Tegel Di Kecamatan Pedurungan Periode 2004-2008 (Studi Kasus Pada Usaha Manufaktur). Universitas Diponegoro Semarang

Puspita K D, Aulia. 2012. Analisis Break Even Point Terhadap Perencanaan Laba PT Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif non statiskal. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu variabel secara mandiri, pengembangan gambaran matematis yang menjelaskan tujuan, batasan, serta hubungan yang ada didalam penelitian pengukuran data kuantitatif, tidak berasal dari sampel orang-orang atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan, melainkan dari biaya, volume penjualan dan pendapatan pada objek penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rizqa Florist yang beralamat di Jalan Medan-Binjai KM. 12 No. 26F Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan. Penelitian dilaksanakan mulai April 2016 sampai dengan selesai.


(25)

3.3 Definisi Konsep 1. Perencanaan Laba

Menurut Carter dan Usry (2005:4) perencanaan laba merupakan suatu proses perencanaan keuangan perusahaan yang telah diperhitungkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Break Even Point

Menurut Carter dan Usry (2006:57) Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan yang menggambarkan jumlah total penghasilan sama dengan total biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

3. Biaya Tetap

Menurut Carter dan Usry (2006:57) Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.

4. Biaya Variabel

Menurut Carter dan Usry (2006:58) Biaya variabel adalah biaya yang secara total meningkat secara proposional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas.


(26)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara dan dokumentasi berupa data realisasi pendapatan dan biaya operasional tahun 2014 dan 2015.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku kuliah, skripsi, jurnal dan media elektronik (internet).

3.5 Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Perilaku Biaya

Menganalisi perilaku biaya yaitu tujuan variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel yang relevan dengan objek penelitian dan mendiagnosis perilaku biaya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Squarest) merupakan metode memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh data. Garis regresi dengan rumus Y = a +bX disesuaikan dengan data yang ada, dimana a mencerminkan biaya tetap dan b mencerminkan biaya variabel (Armila, 2013:77)


(27)

2. Untuk menentukan besarnya tingkat penjualan dalam keadaan break even point dengan rumus :

(Niswonger et al, 2005:334) 3. Target laba untuk menentukan penjualan minimal


(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Usaha

Usaha Rizqa Florist merupakan usaha kecil yang bergerak dibidang jasa pembuatan papan bunga, usaha ini didirikan pada tanggal 14 Februari 2003. Usaha ini didirikan oleh Ibu Nelly Masril yang berlokasi dijalan Medan-Binjai Km. 12 No. 26F Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan. Usaha ini didirikan dengan harapan dapat berkembang dan bersaing dengan usaha sejenis lainnya, karena kita tau usaha ini banyak ditemukan disekitaran daerah ini. Tujuan dari usaha ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dari pemilik usaha.

Modal awal usaha Rizqa Florist adalah Rp. 25 juta yang berasal dari pemilik usaha sendiri. Melalui modal awal tersebut usaha ini mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada 4 orang pekerja, 2 orang sebagai pemasangan bunga, dan 2 orang lagi sebagai supir dan asisten supir.

Usaha Rizqa Florist buka mulai jam 09.00-17.00 WIB, jam buka tersebut hanya formalitas saja kata pemilik, ada juga pelanggan yang memesannya diluar jam yang ditetapkan, karyawan pemasangan pun kerja tidak berdasarkan jam kerja tersebut melainkan banyaknya pemesanan, jika pemesanan banyak maka pekerja pemasangan bungan bisa sampai pagi melakukan pekerjaannya.


(29)

4.1.2 Visi dan Misi

Usaha Rizqa Florist dalam menjalankan kegiatannya tidak ada pernyataan visi dan misi secara tertulis seperti perusahaan atau organisasi pada umumnya, namun bukan berarti usaha ini tidak memiliki visi dan misi, berikut visi dan misi usaha Rizqa Floris :

1. Visi

Visi dari usaha Rizqa Florist adalah membangun solidaritas terhadap pelanggan dan pekerja agar kepercayaan terhadap kami selalu terjaga serta ingin memenangkan persaingan dibidangnya.

2. Misi

Untuk mencapai visi diatas maka usaha Rizqa Florist menetapkan misi yaitu :

a. Pelanggan adalah raja

b. Memberi pelayanan terbaik untuk pelanggan c. Kualitas bunga dan desain tetap dijaga

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu cara atau system pembagian tangung jawab, wewenang dan tugasserta penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi dalan pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyusunan struktur organisasi suatu perusahaan sangat penting untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan secara jelas dan terarah. Dengan adanya struktur organisasi setiap anggota dari suatu


(30)

perusahaan dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga membuat efesiensi dan efektivitas kerja. (Abdi, 2014:38)

Bentuk struktur organisasi pada usaha Rizqa Florist adalah bentuk struktur organisasi garis. Struktur organisasi ini hanya terdiri dari dua tingkatan, yaitu pemilik usaha dan karyawan. Ibu Nelly Masril merupakan pemilik usaha yang berada pada tingkatan atas, sedangkan tingkatan dibawahnya merupakan karyawan, 2 orang sebagai pemasang bunga (Abdul dan Arman), 2 orang lagi sebagai supir (Pinder) dan asisten supir (Beni). Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan struktur organisasi pada usaha Rizqa Florist berikut ini.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Adapun tugas dari masing-masing bagian struktur organisasi pada gambar diatas adalah sebagai berikut :

1. Pemilik Usaha

a. Melayani pelanggan yang datang untuk pemesanan.

b. Menjalankan koordinasi dan pengawasan terhadap kegiatan usaha.

c. Melakukan pencatatan pendapatan dan pengeluaran dalam kegiatan usaha Pemilik Usaha

(Nelly Masril)

Karyawan (Abdul)

Karyawan (Arman)

Karyawan (Pinder)

Karyawan (Beni) Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)


(31)

2. Karyawan

a. Melakukan kegiatan perangkaian bunga b. Mengantarkan pemesanan

4.1.4 Sistem Gaji

Usaha Rizqa Florist dijalankan oleh 5 orang yang terdiri dari 1 orang pemilik usaha dan 4 orang pekerja. Usaha Rizqa Florist memberikan gaji pada karyawannya tiap bulan Rp. 800.000 untuk karyawan perangkai bunga dan Rp. 10.000/papan setiap kali ada pemesanan, usaha rizqa florist ini menjual per papannya Rp. 100.000, untuk supir diberikan Rp. 1.500.000 tiap bulan dan asisten supir Rp. 1.000.000 tiap bulannya.

4.1.5 Prosedur Kerja

Prosedur kerja adalah tahapan dalam tata kerja tentang bagaimana mengelola sebuah pekerjaan yang mengandung pengertian tentang apa, untuk apa dan bagaimana pekerjaan harus diselesaikan. Adapun prosedur kerja Rizqa Florist sebagai berikut :

1. Saaat pelanggan datang untuk pemesanan, pelanggan langsung bertemu pada pemilik usaha dan melakukan transaksi.

2. Setelah adanya pemesanan, karyawan langsung mengerjakannya.

3. Biasanya pemesanan dilakukan sehari atau 2 hari sebelum diantar ketempat tujuan.


(32)

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Sarana dan Prasarana

Dalam menjalankan kegiatan usahanya usaha Rizqa Florist memiliki beberapa sarana dan prasarana yang digunakan, diantaranya sebagai berikut :

1. Gedung

Luas total bangunan untuk kegiatan produksi adalah 20 m2, tempat produksi berada dibelakang rumah pemilik usaha.

2. Kendaraan

Kendaraan yang digunakan Rizqa Florist adalah mobil pick up, kendaraan digunakan untuk mengantar pemesanaan, pengantaraan ini di berikan secara gratis oleh pemilik usaha.

3. Akses Jalan

Akses menuju lokasi usaha merupakan jalan utama Medan-Binjai, akses jalan yang mudah untuk dijangkau konsumen.

4. Tenaga Ahli

Karyawan yang bekerja di Rizqa Florist merupakan tenaga ahli dalam perangkaian bunga, memiliki pengalaman yang cukup baik dalam bidangnya.

5. Perlengkapan

Perlengkapan adalah suatu barang yang dimiliki perusahaan untuk melengkapi suatu pekerjaan atau kegiatan bisnis. Perlengkapan sifatnya lebih mudah habis (masa manfaatnya lebih pendek) jika dibandingkan dengan peralatan dan perlengkapan tidak perlu disusutkan harganya. Berikut perlengkapan yang digunakan Rizqa Florist dalam proses produksinya :


(33)

a. Kayu, busa, kain karpet, paku adalah komponen yang digunakan untuk pembuatan papan sebagai dasar untuk merangkai bunga.

b. Bunga plastik digunakan untuk membuat huruf, angka, gambar dan yang lainnya sesuai dengan pemesanan.

c. Jarum pentol digunakan untuk melekatkan bunga plastik ke papan.

4.2.2 Perhitungan Harga dan Umur Ekonomis

Perhitungan perlu dilakukan untuk mengetahui kisaran asset yang dimiliki perusahaan dan mengetahui umur ekonomis (ketahanan) peralatan yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui operasional bisnisnya. Perhitungan ini diperlukan untuk menghitung penyusutan dari peralatan. Penyusutan merupakan salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap. Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap yang disesabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut. Untuk menghitung penyusutan menggunakan garis lurus.

Tabel 4.1 Perhitungan Harga Dan Umur Ekonomis

No Tahun Jenis Peralatan Jumlah Harga

Umur Ekonomis

1. 2003 Gedung 1 50.000.000 40 tahun 2. 2010 Kendaraan 1 60.000.000 8 tahun


(34)

4.2.3 Pendapatan Usaha

Pendapatan merupakan hasil penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada pelanggan, atau hasil yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan.

Tabel 4.2 Data Pendapatan Usaha Rizqa Florist

Tahun 2014

Bulan Unit Pendapatan

Januari 130 Rp. 13.000.000

Februari 145 Rp. 14.500.000

Maret 120 Rp. 12.000.000

April 130 Rp. 13.000.000

Mei 140 Rp. 14.000.000

Juni 150 Rp. 15.000.000

Juli 80 Rp. 8.000.000

Agustus 95 Rp. 9.500.000

September 100 Rp. 10.000.000

Oktober 115 Rp. 11.500.000

November 110 Rp. 11.000.000 Desember 125 Rp. 12.500.000

TOTAL 1440 Rp. 144.000.000


(35)

Tabel 4.3 Data Pendapatan Usaha Rizqa Florist

Tahun 2015

Bulan Unit Pendapatan

Januari 150 Rp. 15.000.000

Februari 150 Rp. 15.000.000

Maret 135 Rp. 13.500.000

April 140 Rp. 14.000.000

Mei 141 Rp. 14.100.000

Juni 130 Rp. 13.000.000

Juli 100 Rp. 10.000.000

Agustus 120 Rp. 12.000.000

September 105 Rp. 10.500.000

Oktober 130 Rp. 13.000.000

November 140 Rp. 14.000.000 Desember 148 Rp. 14.800.000

TOTAL 1589 Rp. 158.900.000

4.2.4 Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh barang, menghasilkan barang, melakukan pemasaran, dan melakukan penjualan serta biaya-biaya untuk operasional perusahaan. Jika perusahaan merupakan usaha jasa maka biaya operasional untuk memperoleh perlengkapan, peralatan, pemasaran, dan biaya operasional lainnya. Berikut data realisasi biaya operasional tahun 2014 dan 2015.


(36)

Tabel 4.4 Biaya Operasional Usaha Rizqa Florist

Tahun 2014-2015

Jenis Biaya 2014 (Rp) 2015 (Rp)

1. Biaya gaji 78.000.000 80.980.000

2. Biaya perlengkapan a. Papan b. Bunga c. Jarum 20.000.000 9.000.000 750.000 20.000.000 9.000.000 750.000

Total biaya perlengkapan 29.750.000 29.750.000 3. Biaya Penyusutan (lampiran) 8.750.000 8.750.000 4. Biaya lain-lain

a. Biaya listrik b. Biaya air

c. Biaya transportasi

540.000 360.000 4.800.000 660.000 480.000 5.400.000

Total biaya lain-lain 5.700.000 6.540.000

Total biaya operasional 122.200.000 126.020.000

4.3 Perencanaan Laba dengan Analisis Break Even Point 4.3.1 Analisis Perilaku Biaya

Perencanaan laba melalui analisis break even point dalam penelitian ini menggunakan data yang relevan, data tersebut adalah data realisasi pendapatan dan realisasi biaya operasional. Analisis break even point dimulai dengan mengklasifikasikan biaya kedalam biaya tetap dan biaya variabel.


(37)

a. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak dipengaruhi tingkat kegiatan usaha. Biaya tetap Rizqa Florist terdiri dari biaya listrik, biaya air dan biaya transportasi. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan tingkat perubahan kegiatan usaha. Biaya variabel Rizqa Florist terdiri dari biaya gaji dan biaya perlengkapan. Berikut adalah tabel yang menggambarkan biaya tetap dan biaya variabel usaha Rizqa Florist tahun 2014 dan 2015.

Tabel 4.5 Realisasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Rizqa Florist Tahun 2014 dan 2015

Jenis Biaya 2014 (Rp) 2015 (Rp)

Tetap Variabel Tetap Variabel

1.Biaya penyusutan 8.750.000 - 8.750.000 -

2.Biaya gaji - 78.000.000 - 80.980.000

3.Biaya

perlengkapan

- 29.750.000 - 29.750.000

4.Biaya lain-lain a.Biaya listrik b.Biaya air c.Biaya transportasi 540.000 360.000 4.800.000 - - - 660.000 480.000 5.400.000 - - -

Total Biaya 14.450.000 107.750.000 15.290.000 110.730.000 Sumber : hasil penelitian Rizqa Florist, 2016 (data diolah)


(38)

4.3.2 Laporan Laba/Rugi Usaha Rizqa Florist

Laporan laba/rugi adalah laporan yang merupakan bagian dari laporan keuangan yang memuat informasi mengenai hasil operasi perusahaan. Baik itu pendapatan maupun pengeluaran selama periode tertentu. Laporan laba/rugi ini cukup penting, karena laporan ini dapat dijadikan alat untuk memprediksi arus kas dimasa yang akan datang. Berikut laporan laba/rugi pada Rizqa Florist tahun 2014-2015.

Tabel 4.6 Laporan Laba/Rugi Rizqa Florist Tahun 2014 dan 2015

Keterangan 2014 (Rp) 2015 (Rp)

1. Pendapatan 144.000.000 158.900.000

2. Biaya gaji 78.000.000 80.980.000

3. Biaya perlengkapan d. Papan e. Bunga f. Jarum 20.000.000 9.000.000 750.000 20.000.000 9.000.000 750.000 Total biaya perlengkapan 29.750.000 29.750.000 4. Biaya penyusutan (lampiran) 8.750.000 8.750.000 5. Biaya lain-lain

a. Biaya listrik b. Biaya air

c. Biaya transportasi

540.000 360.000 4.800.000 660.000 480.000 5.400.000 Total biaya lain-lain 5.700.000 6.540.000

Total biaya operasional 122.200.000 126.020.000

Laba 21.800.000 32.880.000


(39)

4.3.3 Break Even Point Tahun 2014-2015

Break even point adalah suatu keadaan perusahaan yang menggambarkan jumlah total penghasilan sama dengan total biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 terdapat beberapa biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Tahun 2014

Berikut data pendapatan, biaya tetap dan biaya variabel Rizqa Florist : Penjualan = Rp. 144.000.000

Biaya Tetap = Rp. 14.450.000 Biaya Variabel = Rp. 107.750.000

Berdasarkan data tersebut, maka besarnya break even point untuk tahun 2014 dapat dihitung sebagai berikut :

= 57.401.381

Tahun 2015

Berikut data pendapatan, biaya tetap dan biaya variabel Rizqa Florist : Penjualan = Rp. 158.900.000

Biaya Tetap = Rp. 15.290.000 Biaya Variabel = Rp. 110.730.000


(40)

Berdasarkan data tersebut, maka besarnya break even point untuk tahun 2015 dapat dihitung sebagai berikut :

= 50.437.638

Berdasarkan data analisis yang telah dilakukan pada Rizqa Florist pada tahun 2014 telah mencapai break eve point pada penjualan Rp. 22.642.760 dengan pendapatan yang telah dicapai pada tahun tersebut sebesar Rp. 144.000.000. Untuk tahun 2015 mengalami penurunan break even point pada penjualan Rp. 21.573.720 dengan pendapatan naik pada tahun tersebut sebesar Rp. 158.900.000. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Rizqa Florist dalam keadaan baik karena selisih hasil penjualan dengan tingkat break even point yang telah dilakukan sangat jauh.

4.3.4 Target Penjualan Minimal Tahun 2014-2015

Penjualan minimal merupakan penjualan yang harus dicapai untuk menutupi biaya dan laba yang telah ditentukan. Manajemen harus menentukankeuntungan yang harus dicapai dimasa depan, (Abdi, 2014). Usaha Rizqa Florist menetapkan target keuntungan pada tahun 2014 sebesar Rp. 20.000.000 dan 2015 minimal sebesar Rp. 25.000.000, dengan target keuntungan tersebut dapat dihitung besarnya penjualan minimal sebagai berikut :


(41)

Tahun 2014

=

=

= Rp. 137.250.996

Tahun 2015

=

=

= Rp. 132.970.297

Tingkat laba yang telah diperoleh Rizqa Florist untuk tahun 2014 sebesar Rp. 21.800.000 dengan realisasi penjualan sebesar Rp. 144.000.000, laba yang direncanakan sebesar Rp. 20.000.000 dengan penjualan minimal Rp. 137.250.996 dan laba tahun 2015 sebesar Rp. 32.880.000 dengan realisasi penjualan Rp. 158.900.000 dan laba yang direncanakan sebesar Rp. 25.000.000 dengan penjualan minimal Rp. 132.970.297. Hasil ini menunjukkan kinerja usaha melebihi target laba yang diinginkan pada tahun 2014 dan 2015.


(42)

Break Even Point Tahun 2016

Berikut perkiraan perubahan break even point pada Juli-Desember tahun 2016 dengan harga tetap, mengikuti tahun sebelumnya.

= 50.437.638/tahun atau

=

x 6 = Rp. 25.218.819/6 bulan

Untuk perubahan laba yang terjadi bisa dilihat sebagai berikut. Laba = Pendapatan – (Biaya tetap + Biaya variabel)

= 158.900.000 – (15.290.000 + 110.730.000) = 158.900.000 – 126.020.000

= 32.880.000/tahun atau

=

x 6 = Rp. 16.440.000/6 bulan

Dengan harga tetap dan mengikuti tahun sebelumnya untuk laba pada Juli-Desember tahun 2016 sebesar Rp. 16.440.000 atau Rp. 32.880.000/tahun yang berarti perusahaan telah melebihi target laba minimal Rp. 25.000.000 pada tahun 2016.


(43)

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada Rizqa Florist, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Usaha Rizqa Florist ini didirikan pada tanggal 14 Februari 2003 oleh Ibu Nelly Masril, yang berlokasi di jalan Medan-Binjai, Km. 12, No. 26F, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan.

2. Usaha Rizqa Florist memberikan lapangan pekerjaan kepada 4 orang, dengan gaji pemasang bunga Rp. 800.000/bulannya dan Rp. 10.000/papannya untuk 2 orang pekerja, dengan harga Rp. 100.000/papannya dan supir dengan gaji Rp. 1.500.000/bulannya dan asisten supir Rp.1.000.000/bulannya.

3. Usaha Rizqa Florist sudah dapat mengelompokkan biaya tetap dan biaya variabel

4. Break even point tahun 2014 sebesar Rp. 57.401.381 dengan realisasi penjualan yang dicapai sebesar Rp. 144.000.000. Untuk tahun 2015 usaha ini mencapai penurunan break even point sebesar Rp. 50.437.638, dengan realisasi penjualan naik sebesar Rp. 158.900.000. 5. Laba pada tahun 2016 dengan harga tetap dan mengikuti tahun

sebelumnya diperkirakan Juli-Desember adalah sebesar Rp. 16.440.000 atau Rp. 32.880.000/tahun


(44)

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan maka dalam hal ini penulis akan mengajukan saran yang mungkin berguna bagi perusahaan untuk memberikan masukkan kepada pemilik usaha Rizqa Florist dalam perkembangan usaha yang akan datang, adapun saran saya untuk usaha ini adalah sebaiknya Rizqa Florist menyusun laporan laba/rugi, karena laporan ini sangat penting untuk melihat pekembangan usaha dari tahun ke tahun. Usaha Rizqa Florist ini sebaiknya menjual souvenir juga agar dapat menambah pendapatan, karena dilihat dari pelanggannya sangat memungkinkan untuk menjual hal yang baru. Usaha Rizqa Florist seharusnya jangan memberikan pengantaran secara gratis ini bisa menyebabkan kerugian karena untuk pengantaran dibutuhkan biaya transportasi.


(45)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Perencanaan Laba

2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba

Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan implikasi keuangan yang dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca kas dan modal kerja untuk rencana jangka panjang dan jangka pendek perusahaan. Perencanaan laba jangka panjang merupakan proses yang berkesinambungan untuk mengambil keputusan secara sistematik dan disertai dengan perkiraan terbaik mengenai keadaan dimasa mendatang, mengorganisasikan kegiatan yang diperlukan secara sistematik untuk melaksanakan keputusan. Dengan segala laba dan pertumbuhan yang diharapkan haruslah dipecah kedalam anggaran jangka pendek, agar dapat direncanakan dan dikendalikan secara terarah.

Menurut Carter dan Usry (2005:4), perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Laba adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu tertentu. Suatu rencana laba dari suatu perusahaan terdiri atas anggaran operasi dan laporan keuangan dianggaran secara rinci yang


(46)

mencerminkan tingkat laba atau target yang diperkirakan berusaha untuk dicapai oleh manajemen.

Menurut Kamaludin (2011:88), perencanaan laba merupakan suatu proses perencanaan keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Pelaku perencanaan dalam hal ini adalah manajer keuangan menentukan segala aktivitas perusahaan untuk mencapai target laba yang telah ditentukan.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba merupakan suatu proses perencanaan keuangan perusahaan yang telah diperhitungkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2.1.2 Menetapkan Tujuan Laba

Menurut Carter dan Usry (2005:4), pada dasarnya ada tiga pendekatan yang berbeda dapat diikuti dalam menetapkan tujuan laba.

1. Dalam metode priori, tujuan laba mendominasi perencanaan. Pertama-tama manajemen menentukan tingkat pengembalian yang diinginkan dan berusaha untuk merealisasikannya melalui perencanaan

2. Dalam metode posteriori, tujuan laba berada dibawah perencanaan dan diidentifikasikan sebagai hasil dari perencanaan.

3. Dalam metode pragmatis, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah diuji dan dibuktikan melalui pengalaman.

Dalam menentukan tujuan laba, menajemen sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :


(47)

1. Laba atau rugi yang diakibatkan dari volume penjualan tertentu.

2. Volume penjualan yang diperlukan untuk menutup semua biaya plus menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar biaya oprasional serta menyediakan kebutuhan bisnis masa depan.

3. Titik impas.

4. Volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi sekarang. 5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba.

6. Pengembalian atas modal yang digunakan.

2.1.3 Manfaat Perencanaan Laba

Perencanaan laba berguna untuk mengetahui target penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang ditargetkan. Perencanaan laba terkait dengan jumlah penjualan yang harus dicapai dan biaya yang harus dikeluarkan. Jika biaya yang harus dikeluarkan lebih besar, maka perusahaan harus berusaha untuk menekan biaya tersebut agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Menurut Adolph Matz dalam Aulia Puspita (2012:6), perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang.

Perencanaan laba atau penganggaran mempunyai manfaat bagi perusahaan yaitu :

1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan. 2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan


(48)

organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil suatu keputusan.

3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba. 4. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai

segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana saling berkaitan.

5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala.

Dengan berbagai manfaat diatas, maka pihak manajemen merasa tergugah atau berfikir bagaimana agar perencanaan laba tersebut dapat berhasil yang akan berakibat pula pada keberhasilan suatu usaha.

2.2 Biaya

2.2.1 Pengertian Biaya

Salah satu data yang diperlukan oleh manajemen perusahaan untuk memperoleh laba yang diinginkan adalah informasi biaya. Melalui informasi biaya manajemen dapat menyusun laba yang diingikan untuk membantu keputusan yang akan datang, sehingga diperlukan definisi kata biaya dengan tepat. Menurut Darsono dan Ari (2009:19), biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa yang akan mendatang. Menurut Kuswandi (2008:46), biaya adalah semua pengeluaran untuk


(49)

mendapatkan barang dagang, baik yang diproduksi sendiri maupun yang merupakan hasil pembelian dari pihak lain (misalnya supplier atau pemasok) hingga barang tersebut terjual kembali kepada pihak pembeli (pemakai/pelanggan) baik yang berkaitan didalam maupun diluar usaha pokok perusahaan. Sedangkan Mulyadi (2000:506) menyatakan, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi/yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tertentu untuk tujuan tertentu

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengeluaran yang dikorbankan perusahaan dan memberikan manfaat dimasa yang akan datang.

2.2.2 Pengelompokan Biaya

Biaya yang harus dikeluarkan di dalam pelaksanaan operasi terdiri dari berbagai macam. Jumlah dan jenis biaya dalam rangka pelaksanaan operasi perusahaan ini akan dapat dipisahkan atas dasar berbagai macam keperluan pula. Untuk keperluan analisis pulang pokok ini berbagai macam biaya tersebut akan dapat dipisahkan menurut hubungannya dengan perubahan tingkat kegiatan dalam perusahaan tersebut.


(50)

Menurut Carter dan Usry (2006:57), biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel, atau biaya semi variabel.

1. Biaya Tetap

Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagai biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat variabel jangka panjang. Jika semua aktivitas bisnis menurun sampai dengan titik nol dan tidak ada prospek untuk kenaikan, perusahaan akan melakukan melikuidasi dan menghindari semua biaya. Jika aktivitas diharapkan untuk meningkat diatas kapasitas yang sekarang, biaya tetap harus dinaikkan untuk menangani peningkatan volume yang diperkirakan. Misalnya, overhead pabrik memasukkan item seperti supervise, penyusutan, sewa, asuransi properti, pajak properti semuanya secara umum dianggap sebagai biaya tetap. Jika manajemen memperkirakan permintaan atas produksi perusahaan meningkat di atas kapasitas sekarang, manajemen mungkin mengusahakan tambahan pabrik, peralatan, tenaga kerja tidak langsung. Satu jenis biaya tertentu sebaiknya diklasifikasikan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang aktivitas yang terbatas. Rentang aktivitas yang terbatas ini disebut rentang yang relevan (relevant range).


(51)

2. Biaya Variabel

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkatkan secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya. Ketika volume aktivitas meningkat sampai batas tertentu, manajemen mungkin menambahkan mesin baru yang lebih efesien atau menggantikan mesin sekarang dengan mesin yang lebih produktif. Dalam rentang aktivitas yang terbatas, hubungan antara suatu aktivitas dengan biaya yang terkait bisa mendekati liniaritas. Hubungan ini diilustrasikan dalam gambar, dimana garis penuh (garis B) mewakili biaya variabel aktual pada semua tingkat aktivitas dan garis putus-putus (garis A) Sumber : Carter dan Usry (2006:69)


(52)

mewakili biaya variabel yang terhitung pada semua aktivitas sebagai ditentukan dari observasi dalam rentang aktivitas yang relevan.

3. Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karateristik-karateristik dari biaya tetap maupun variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, biaya pensiun, pajak penghasilan dan biaya asuransi jiwa.

Dua alasan adanya karateristik semivariabel pada beberapa jenis pengeluaran : a. Pengaturan minimum mungkin diperlukan, atau kuantitas minimum dari perlengkapan atau jasa mungkin perlu dikonsumsi untuk memelihara kesiapan beroperasi. Di luar tingkat minimum biaya yang biasanya tetap, tambahan biaya bervariasi terhadap volume.

Sumber : Carter dan Usry (2006:70)


(53)

b. Klasifikasi akuntansi berdasarkan objek pengeluaran atau fungsi, umumnya mengkelompokan biaya tetap dan biaya variabel secara bersama-sama.

Hubungan ini diilustrasikan dalam gambar, dimana garis A: mewakili elemen biaya tetap terhitung dari biaya semivariabel, garis B: total biaya variabel dan garis C: biaya aktual. Total biaya variabel yang diestimasikan adalah selisih antara titik-titik di garis B dengan titik-titik di garis A. Dimana garis B dan garis C berpotongan, asumsi linear hampir mendekati hubungan aktual.

2.2.3 Metode Memisahkan Biaya Semivariabel

Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, atau mengevaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda, biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan. Biaya-biaya yang seluruhnya tetap atau seluruhnya variabel dalam rentang aktivitas yang diantisipasi harus diidentifikasi, dan komponen tetap dan variabel dari biaya semivariabel harus diestimasikan. Menurut Armila (2013:74),

Gambar 2.3SemiVariabel


(54)

ada tiga metode yang dapat dipergunakan dalam menentukan biaya tetap dan biaya variabel :

1. Metode Titik Tinggi dan Rendah

Untuk menghitung tarif biaya variabel per unit maka kita perlu membagi selisih antara titik tertinggi dan terendah dan membaginya dengan selisih jumlah jam dari kedua kegiatan tersebut. Sebagai ilustrasi kegiatan PT. Eccobudy ingin memisahkan biaya iklan semivariabel untuk 6 bulan terakhir tahun 2002. Data biaya dan aktivitas selama 7 bulan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kegiatan Semivariabel PT. Eccobudy

Bulan

Biaya Iklan Rp (Y)

Jam Kerja (X)

Januari 6.900.000 46

Februari 7.500.000 61

Maret 6.400.000 40

April 7.200.000 55

Mei 8.100.000 63

Juni 8.800.000 70

Juli 6.800.000 52


(55)

Perhitungan :

Tingkat Kegiatan Biaya Tertinggi 70 jam kerja Rp. 8.800.000 Terendah 40 jam kerja Rp. 6.400.000

Selisih 30 jam kerja Rp. 2.400.000

Tarif biaya iklan variabel per jam Rp. 80.000 Biaya tetap = total biaya – biaya variabel

= Rp. 8.800.000,-(Rp. 80.000 x 70 jam) = Rp. 3.200.000,-

Rumus persamaan : Y = Rp. 3.200.000 + Rp. 80.000 X 2. Metode Scatter Graph

Merupakan metode yang memperhatikan pertimbangan visual. Pada metode ini yang diperhatikan adalah pola umum perilaku biaya. Dalam menentukan pemilihan garis, manajer atau analisis biaya bebas menentukan tetapi tetap harus mempertimbangkan pengalaman masa lalu dengan melihat dari pola umum perilaku biaya. Sebagai ilustrasi PT. Pandityatama bergerak dibidang pembuatan mainan mobil-mobilan. Sebagai biaya persiapan maka ditentukanlah jam persiapan sebagai penggerak biaya persiapannya.


(56)

Tabel 2.2 Kegiatan Biaya Persiapan PT. Pandityatama

Bulan Biaya Persiapan Jam Persiapan

Januari Rp. 1.000.000 100

Februari Rp. 1.250.000 200

Maret Rp. 2.250.000 300

April Rp. 2.500.000 400

Mei Rp. 2.750.000 500

Dengan asumsi pilihan terbaik setelah mempertimbangkan pengalaman masa lalu adalah garis yang melalui titik 1 dan 3, maka biaya variabel dapat dihitung sebagai berikut :

X1 = 100 Y1 = 1.000.000 X3 = 300 Y3 = 2.250.000 Maka biaya variabel (V)

V = (2.250.000-1.000.000)/(300/100) V = 1.250.000/200 = 6.250

Sehingga biaya tetap adalah Rp. 2.250.000 - (Rp. 6.250 x 300) = Rp. 375.000

Jadi biaya persiapan (Y) = Rp. 375.000 + Rp. 6.250 Sumber : Armila (2013:76)


(57)

3. Metode Kuadrat Terkecil (Least Squarest)

Merupakan metode memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel yang menggunakan seluruh data. Garis regresi dengan rumus Y = a + bX disesuaikan dengan data yang ada. Metode kuadrat terkecil menganggap bahwa hubungan biaya dengan volume penjualan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi. x2

y = a + bx

Keterangan :

y : Variabel tidak bebas (biaya) x : Variabel bebas (volume kegiatan) a : Unsur biaya tetap

b : Unsur biaya variabel

Dalam kasus biaya pemeliharaan PT. Pandityatama menghitung estimasi regresi kuadrat kecil total biaya tetap (a) dan biaya variabel per unit (b) :

a = Rp. 35.000 b = Rp. 150

Dengan menggunakan metode regresi kuadrat kecil, elemen biaya tetap dari biaya pemeliharaan adalah Rp. 35.000 per bulan dan elemen biaya


(58)

variabel adalah Rp. 150 per hari untuk tiap unit. Dalam rumus persamaan linier Y=a + bX, rumus biaya yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y = Rp. 35.000 + Rp. 150X (X menunjukan aktivitas)

2.3 Analisis Break Even Point 2.3.1 Pengertian Break Even Point

Di dalam menyusun perhitungan break even point untuk suatu perusahaan, maka perlu diketahui bagaimana cara menyusun perhitungan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan break even point di dalam hal ini adalah suatu titik yang menunjukkan keadaan total penerimaan pendapatan sama dengan total biaya yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa titik break even merupakan titik dimana perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan. Di dalam keadaan ini seluruh penerimaan pendapatan perusahaan tersebut hanya akan dipergunakan untuk menutup biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Hansen dan Mowen (2005:274), titik impas (break even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Menurut Darsono dan Ari (2009:247) titik impas adalah suatu kondisi bisnis dimana pelaku bisnis tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Menurut Niswonger, et al (2005:231), titik impas (break even point) adalah tingkat operasi dimana pendapatan perusahaan dan biaya yang telah dikeluarkan persis sama. Pada kondisi impas, perusahaan tidak merealisasikan laba operasi maupun mengalami rugi operasional.


(59)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa break even point atau sering disebut titik impas (pulang pokok) adalah suatu keadaan perusahaan yang menggambarkan jumlah total penghasilan sama dengan total biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

2.3.2 Pengertian Analisis Break Even Point

Analisis break even point merupakan salah satu bentuk analisis biaya, volume dan laba yang analisisnya menggunakan biaya variabel dan biaya tetap. Analisis break even point digunakan untuk menentukan tingkat penjualan untuk menutup biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Menurut Riyanto (2001:359), analisis break even point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Arsyad (2008:209), menjelaskan bahwa analisis pulang pokok (break even point) merupakan teknik analisis penting yang digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan dan laba.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis break even point mempelajari hubungan antara biaya keuntungan dan volume kegiatan, dan dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakah perusahaan akan impas menutupi biaya-biaya. Suatu perusahaan dikatakan titik impas (break even point) yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba-rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian.


(60)

2.3.3 Kegunaan Analisis Break Even Point

Analisis break even point adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui kaitan antara penjualan, produksi, harga jual dan laba rugi. Dengan mengetahui perkaitannya, analisis break even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan perusahaan. Menurut Sigit (2002:2) kegunaan-kegunaan Break Even, antara lain:

1. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk perencanaan laba atau profit planning.

2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan break even dan sebagai alat pengendalian.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungannya menurut break even dan laba yang ditargetkan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manajer.

Karena analisis break even dapat digunakan untuk berbagai bahan pertimbangan bagi seorang manajer perusahaan di dalam mengambil keputusan, baik perusahaannya itu hanyalah sekedar warung kopi, usaha angkutan, hotel, pemborong, jasa, ataupun pabrik besar, maka perlu memahami analisis break even. Bagi perusahaan kecil ataupun perusahaan besar pada prinsipnya adalah


(61)

sama caranya dalam menghitung dan menganalisis break even, bedanya hanya dalam besarnya angka-angka dan jenis-jenis komponen biaya.

2.3.4 Asumsi-Asumsi Dalam Analisis Break Even Point

Di dalam menganalisis break even termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisis break even menetapkan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan, maka harus diadakan atau dianggap ada atau diperlakukan seperti dipersyaratkan. Jadi jika syarat tidak ada, dapat dianggap ada inilah yang disebut asumsi. Menurut Sigit (2002:2) ada asumsi-asumsi yang diperlukan agar dapat menganalisis break even ialah :

1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel.

2. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.

3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.

4. Harga jual per unit konstan selama periode analisis.

5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu terjual habis.

6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk sama.


(62)

2.3.5 Kelemahan Dalam Analisis Break Even Point

Menurut Syafi (1997:364) mengungkapkan bahwa terdapat kelemahan-kelemahan di dalam analisis break even point antara lain :

1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga jual terkadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran pasar.

2. Asumsi terhadap penggolongan biaya tetap dan biaya variabel mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin dan peralatan lainnya sehingga perhitungan biaya variabel perunit juga akan dapat dipengaruhi perubahan ini.

3. Biaya tetap juga tidak terlalu tetap pada berbagai kapasitas.

4. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

2.3.6 Penetapan Tingkat Break Even Point

Perhitungan break even point menggunakan rumus break even yang tepat. Pada dasarnya sebagaimana telah diketahui, bahwa analisis break even ini akan berusaha untuk mengetahui hubungan antara penerimaan pendapatan perusahaan, biaya dan tingkat produksi di dalam sebuah perusahaan, maka untuk menyusun perhitungan break even ini tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah tersebut. Untuk menetapkan besarnya tingkat break even point diperlukan seluruh data yang dibutuhkan seperti, data pengklasifikasi biaya dan laporan laba rugi.


(63)

Menurut Garrinson, et al (2008:334), ada beberapa cara pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung break even point antara lain :

1. Pendekatan Persamaan

Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, yaitu :

Laba = (Penjualan – Biaya Variabel) – Biaya Tetap atau

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba

Pada titik impas, laba adalah nol. Dengan demikian titik impas dapat dihitung dengan menemukan titik dimana penjualan sama dengan total beban variabel dan beban tetap.

Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas diterangkan melalui ilustrasi berikut ini : Perusahaan Acoustic Concepts beroperasi dengan biaya tetap Rp. 35.000biaya variabel per unit Rp. 150 dengan harga jual perunit Rp. 250. Berapa penjualan pengeras suara yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba 250 Q = 150 Q + 35.000 + 0

100 Q = 35.000

Q = 350 pengeras suara


(64)

2. Pendekatan Marjin Kontribusi

Pendekatan marjin kontribusi memusatkan pada ide yang telah didiskusikan sebelumnya bahwa setiap unit yang terjual memberikan sejumlah marjin kontribusi yang akan menutup biaya tetap.

a. Berdasarkan Unit

Perhitungan break even point berdasarkan unit dapat dilakukan dengan rumus :

BEP (unit) =

Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas diterangkan melalui ilustrasi berikut ini :

Sebuah perusahaan yang memproduksi barang jadi sejumlah 500 unit dengan harga jual Rp. 250 per unit. Biaya tetap Rp. 35.000 setahun dan biaya variabel Rp. 150 per unit. Berapa unit penjualan barang yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.

BEP (unit) =

= 350 unit

b. Berdasarkan Penjualan dalam Rupiah

Pertimbangan break even point berdasarkan unit dapat dilakukan dengan rumus :

Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas diterangkan melalui ilustrasi berikut ini :


(65)

Sebuah perusahaan yang memproduksi barang jadi sejumlah 500 unit dengan harga jual Rp. 250,- per unit. Biaya tetap Rp. 35.000,- setahun dan biaya variabel Rp. 150,- per unit. Berapa volume penjualan barang yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.

BEP (Rupiah) =

=

= Rp. 87.500

3. Pendekatan Grafik

Pendekatan grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas (break even point) digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total. Langkah-langkah dalam pembuatan grafik break even point akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Sumbu datar (sumbu x) menunjukkan volume penjualan yang dinyatakan dalam satuan unit.

2) Sumbu tegak (sumbu y) menunjukkan pendapatan penjualan dan biaya dalam rupiah.

3) Pembuatan garis penjualan (TR) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pada volume penjualan sama dengan nol, pendapatan penjualan sama dengan nol.


(66)

4) Pembuatan garis total biaya (TC) dilakukan sebagai berikut :

a. Total (TC) ini dimulai dari titik potong antara FC dengan sumbu vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. TC dimulai dari grafik FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Ketika itu perusahaan belum berproduksi maka biaya total adalah sebesar dengan biaya tetap.

b. Garis lurus kemudian ditarik untuk menghubungkan titik x=0; y= biaya tetap dengan x = unit penjualan; y = pendapatan penjualan. 5) Pembuatan garis biaya tetap ditarik dengan menghubungkan titik x=0;

y = biaya tetap dengan titik x = unit penjualan. Pembuatan garis biaya variabel ditarik dengan menghubungkan titik x = 0; y = biaya variabel dengan titik x = unit penjualan.

6) Break even terletak pada titik perpotongan garis pendapatan penjualan dengan garis biaya. Garis ditarik pada titik perpotongan tersebut x=jumlah unit; y= break even dalam rupiah.

7) Daerah sebelah kiri break even yaitu bidang antara garis total biaya dengan garis total pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan penjualan lebih rendah dari total biaya. Sedangkan daerah sebelah kanan BEP yaitu bidang diantara garis pendapatan penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba karena pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.


(67)

Gambar 2.4 Grafik Break Even Point

2.3.7 Penerapan Break Even Point dalam Perencanaan Laba

Analisis break even point dapat membantu manajer/pimpinan perusahaan untuk mengetahui dari perubahan salah satu faktor dari harga jual, biaya variabel dan biaya tetap terhadap laba yang akan dicapai. Dengan bantuan analisis break even point juga dapat direncanakan laba atau rugi pada setiap tingkat kapasitas kegiatan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa biaya tetap diestimasikan sebesar Rp. 200.000,- dan laba yang diinginkan adalah Rp. 100.000,-. Harga jual per unit Rp. 75,- biaya variabel per unit Rp. 45,-. Hitunglah penjualan unit yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai laba yang direncanakan.

UNTUNG

RUGI

TR

TC VC

FC

Volume Penjualan (Unit) Pendapatan dan

penjualan


(68)

(Niswonger et al, 2005:235)

2.3.8 Perubahan Harga dan Biaya dalam Analisis Break Even Point

Analisis break even point merupakan perubahan penerimaan pendapatan dan biaya yang ada dalam perusahaan adalah semata-mata diakibatkan oleh terdapatnya perubahan tingkat penjualan yang ada dalam perusahaan tersebut. Perubahan tingkat penjualan yang ada dalam perusahaan tersebut akan mengakibatkan perubahan terhadap penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut (Ahyari, 1986:122) ada tiga perubahan yang mempengaruhi break even point yaitu : perubahan harga jual produk, biaya tetap, biaya variabel.

1. Perubahan Harga Jual Produk

Perubahan yang terjadi didalam harga jual produk perusahaan tersebut akan mempunyai pengaruh langsung terhadap penerimaan pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu penerimaan pendapatan perusahaan yang bersangkutan, maka besarnya break even point dalam perusahaan yang bersangkutan ini akan berubah dengan terdapatnya perubahan harga jual produk perusahaan.

Perubahan harga jual yang terjadi di dalam perusahaan ini akan mempunyai pengaruh searah terhadap penerimaan pendapatan perusahaan. Di


(69)

dalam hal ini berarti apabila harga jual produk perusahaan tersebut naik, maka penerimaan pendapatan perusahaan juga akan naik. Demikian sebaliknya apabila harga jual perusahaan turun maka penerimaan pendapatan perusahaan juga akan turun.

2. Perubahan Biaya Tetap

Perubahan biaya tetap yang ada didalam suatu perusahaan akan berakibat langsung terhadap perubahan biaya total yang ada didalam perusahaan. Biaya tetap sebagai salah satu unsur biaya apabila bertambah besar biaya total yang ada didalam perusahaan tersebut akan menjadi bertambah pula. Besarnya pertambahan yang terjadi pada biaya tetap yang ada didalam perusahaan yang bersangkutan tersebut.

Perubahan tingkat break even point ini akan searah dengan perubahan biaya tetap yang ada dalam perusahaan tersebut, yang ini berarti apabila terdapat kenaikkan biaya tetap dalam perusahaan, maka tingkat break even point dalam perusahaan tersebut juga akan naik. Sebaliknya apabila terjadi penurunan biaya tetap dalam perusahaan tersebut maka akan terdapat penurunan tingkat break even point dalam perusahaan tersebut.

3. Perubahan Biaya Variabel

Biaya variabel yang ada dalam perusahaan ini merupakan salah satu unsur pembentuk biaya total (disamping biaya tetap) dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu biaya variabel dalam suatu perusahaan ini juga akan mempengaruhi biaya total yang ada didalam perusahaan, sehingga tingkat break even point dalam perusahaan juga akan berubah karenanya. Di dalam


(70)

suatu perusahaan, apabila terjadi kenaikkan biaya variabel per unit, maka untuk memproduksikan sejumlah unit tertentu akan terjadi kenaikkan dalam jumlah biaya variabel, yang berakibat terhadap kenaikkan jumlah biaya total yang ada dalam perusahaan. Dengan naiknya jumlah biaya total ini maka tingkat break even point dalam perusahaan tersebut akan menjadi naik.

2.4 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian berhubungan dengan analisis break even point sebagai perencanaan laba.

No Tahun Nama Judul Penelitian Hasil

1. 2012 Aulia Puspita K D

“Analisis Break Even Terhadap Perencanaan Laba PR. Kratifa Hasta Mandiri

Yogyakarta”

Analisis break even point total tahun 2009 yaitu Rp.

14.517.416.341, break even point total tahun 2011 yaitu Rp. 8.706.410.182. Perusahaan menetapkan profit margin tahun 2009 sebesar 25%, profit margin tahun 2010 sebesar 20%, profit


(71)

margin tahun 2011 sebesar 35%. 2. 2014 Abdi Agus

Herlambang

“Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba Pada Pangkas Mantap

Mellinium”

Analisis break even point total tahun 2012 sebesar Rp.

16.930.325 dan tahun 2013 sebesar Rp. 17.236.646. Perusahaan menetapkan target keuntungan pada tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp.

40.000.000, terget penjualan minimal yang harus dicapai perusahaan tahun 2012 Rp. 101.048.023 dan tahun 2013 Rp. 101.759.859. 3. 2011 Agustina

Pradita Marhaeni

“Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan

Tahun 2009 dengan perkiraan hasil penjualan Rp.


(72)

Laba Pada Industri Kecil Tegel Di Kecamatan Pedurungan

Periode 2004-2008 (Studi Kasus Usaha Manufaktur)”

6.338.537.220 dan biaya keseluruhan Rp. 2.422.045.998 maka akan diperoleh laba bersih sebesar Rp. 3.916.491.232. Melalui analisis trend maka ramalan BEP tahun depan dapat diketahui, antara lain mengenai volume penjualan tegel tahun 2009 sebesar Rp. 6.338.537.220, dengan demikian terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya.

4. 2006 Febby Natasha

“Analisis Break Even Point Dalam Perencanaan Laba Pada CV. AZ Network Medan”

Analisis titik impas (Break Even Point) total yang dicapai oleh CV. AZ Network Medan pada tahun 2003 adalah sebesar


(73)

Rp. 124.645.265 dan pada tahun 2004 Break Even Point total yang dicapai adalah sebesar Rp.

181.696.781. tingkat margin of safety CV. AZ Network medan pada tahun 2003 adalah sebesar 60,5% dan pada tahun 2004 adalah sebesar 57%.


(74)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha sekarang ini berjalan sangat pesat, termasuk juga Usaha Mikro Kecil Menengah atau sering disebut UMKM merupakan usaha yang dijalankan dalan skala kecil yang tujuan akhirnya adalah memperoleh laba yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha menjadi lebih besar. Hal ini mengakibatkan daya beli saat ini juga semakin meningkat dan dapat berpengaruh tinggi pada perusahaan dalam menentukan tingkat harga dan volume penjualan.

Perusahaan dalam menjalankan operasinya pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan laba, disamping itu juga untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Besar kecilnya laba yang akan diperoleh merupakan suatu ukuran kesuksesan manajemen dalam mengelola suatu perusahaan, oleh karena itu manajemen harus mampu mengambil keputusan untuk menentukan laba yang ditargetkan, dan hal itu haruslah berdasarkan suatu analisis. Salah satu analisis yang digunakan adalah Analisis Break Even Point atau Analisis Titik Impas.

Usaha Rizqa Florist berdiri pada 14 Februari 2003. Usaha Rizqa Florist ini merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang jasa yang menghasilkan hiasan papan bunga. Sejak berdirinya, usaha ini secara umum berjalan dengan baik, hampir tidak ditemukan adanya kendala-kendala dalam proses produksi. Namun pemilik usaha mengaku tidak terampilnya dalam catatan keuangan


(75)

sehinggapemilik sulit untuk mengetahui kinerja keuangan dan menyusun perencanaan laba.

Analisis break even point merupakan teknik analisis untuk mempelajari hubungan antar biaya, laba serta volume penjualan. Dengan analisis break even point ini, pemilik usaha akan memiliki target operasi yang jelas dalam memperoleh laba. Sebenarnya Rizqa Florist dalam operasinya dapat menerapkan analisis break even point, tetapi karena keterbatasan pengetahuan mengenai teknik ini, pemilik usaha mengalami kesulitan dalam menerapkan analisis break even point yang benar dalam suatu usaha. Sehingga kegiatan usaha berlangsung apa adanya, jadi wajar saja pemilik mengalami kesulitan dalam pencapaian target laba.

Dari hasil survey pendahuluan, maka pemilik harus mulai menerapkan analisis break even point. Penerapan analisis break even point ini diharapkan dapat membantu pemilik usaha di dalam menentukan langkah untuk menghindari resiko terjadinya kerugian dan juga membantu dalam menyususn perencanaan laba yang akan dicapai. Berikut keuntungan yang diperoleh Rizqa Florist 2 tahun terakhir.

Tahun Rupiah

2014 144.000.000

2015 158.900.000

Sumber : Rizqa Florist (2016)


(76)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul : Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba (Studi Pada

Rizqa Florist di Jl. Medan-Binjai Km. 12 Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan).

1.2 Rumusan Masalah

Analisis Break Even Point membantu manajemen dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian target laba yang akan datang, dan menghindari terjadinya kerugian. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Penerapan

Analisis Break Even Point Membantu Penyusunan Perencanaan Laba pada

Rizqa Florist ?”.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan terhadap Rizqa Florist. Penelitian menggunakan analisis break even point dalam penyususnan perencanaan laba. Penelitian dilakukan dengan menganalisis realisasi biaya produksi, realisasi volume penjualan, dan realisasi laba yang terjadi pada tahun 2014 dan 2015 untuk membuat perencanaan laba tahun 2016.


(77)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis break even point membantu penyusunan perencanaan laba pada Rizqa Florist.

1.5 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap agar penelitian ini memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi peneliti berikutnya dalam penulisan skripsi mengenai analisis break even point untuk merencanakan laba.

2. Manfaat Praktis

Analisis break even dapat digunakan sebagai informasi bagi pemilik usaha Rizqa Florist untuk menyusun perencanaan labayang lebih baik sehingga dapat meningkatkan laba dalam usahanya.


(78)

ABSTRAK

Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba

(Studi pada Rizqa Florist di Jalan Medan-Binjai, Km. 12, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan)

Nama : Dewi Anggreany Batu Bara NIM : 120907025

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Bisnis

Pembimbing : Karlonta Nainggolan SE, M.Sc

Skripsi ini berjudul “Analisis Break Even Point sebagai Perencanaan Laba (Studi pada Rizqa Florist di Jalan Medan-Binjai, Km. 12, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan). Latar belakang penelitian ini adalah pemilik sulit mengetahui kinerja keuangan dan menyusun perencanaan laba karena kurang terampilnya dalam catatan keuangan. Hal ini dapat diatasi dengan menerapkan analisis break even point, dengan analisis break even point pemilik usaha akan memiliki target operasi yang jelas dalam memperoleh labanya dan dapat menyusun biaya pengeluaran dan pemasukan dengan baik.

Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis break even point membantu penyusunan perencanaan laba pada Rizqa Florist. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif dengan pendekatan kuantitatif non statiskal. Data dan informasi penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis perilaku biaya, rumus break even point, dan rumus penjualan minimal.

Usaha Rizqa Florist adalah usaha yang bergerak dibidang jasa papan bunga. Berdasarkan analisis break even point total tahun 2014 sebesar Rp. 57.401.381 dan tahun 2015 sebesar Rp. 50.437.638, perusahaan menetapkan target keuntungan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 20.000.000 dan tahun 2015 sebesar Rp. 25.000.000, target penjualan minimal yang harus dicapai perusahaan tahun 2014 Rp. 137.250.996 dan tahun 2015 Rp. 132.970.297.


(79)

Analisa Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba (Studi Pada Riqza Florist Di Jl. Medan-Binjai Km. 12

Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MendapatkanGelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

DEWI ANGGREANY BATU BARA 120907025

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(80)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi robbil’alamin. Segala puji hanya milik Allah SWT atas

segala nikmat, rahmat dan karunia-nya yang tak terhingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisa Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba (Studi Pada Riqza Florist Di Jl. Medan-Binjai Km. 12 Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan)”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun mudah-mudahan dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekurangannya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti pendidikan yang telah saya laksanakan. Penghargaan dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda tercinta Rizal Efendi Batu Bara dan Ibunda yang kusayangi Hanifah Hanum yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayangnya serta perhatian moril maupun materil serta kakak tersayang Aghesty Fahrevi Batu Bara. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis


(81)

Saya juga banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing MA, selaku ketua program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution. Sos. MSP, selaku sekertaris program studi ilmu administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan

4. Ibu Karlonta Nainggolan SE, M.Sc, Selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta pikiran, kritik dan saran yang membangun untuk menyelesaikan skripsi ini

5. Kak Siswati saragih Sos. MSP, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 7. Bang Farid, Selaku Administrator Program Studi Ilmu Administrasi

Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

8. Ibu Nelly Masril dan seluruh karyawan yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk melakukan penelitian ini


(82)

9. Teman-teman dari Administrasi Bisnis Stambuk 2012 baik kelas A dan B dan buat teman-teman dekat saya Linda Erika, Ayu Rahmawati, Yeni Tania Nainggolan, Mulyani Anggi Putri, Ayu Wulandari, Yuni Indriani Sinaga 10. Teman seperjuangan saya Yohana Siregar, Terimakasih

11. Semua pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Medan, Juni 2016 Penulis

Dewi Anggreany BB NIM.120907025


(83)

ABSTRAK

Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba

(Studi pada Rizqa Florist di Jalan Medan-Binjai, Km. 12, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan)

Nama : Dewi Anggreany Batu Bara NIM : 120907025

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Bisnis

Pembimbing : Karlonta Nainggolan SE, M.Sc

Skripsi ini berjudul “Analisis Break Even Point sebagai Perencanaan Laba (Studi pada Rizqa Florist di Jalan Medan-Binjai, Km. 12, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan). Latar belakang penelitian ini adalah pemilik sulit mengetahui kinerja keuangan dan menyusun perencanaan laba karena kurang terampilnya dalam catatan keuangan. Hal ini dapat diatasi dengan menerapkan analisis break even point, dengan analisis break even point pemilik usaha akan memiliki target operasi yang jelas dalam memperoleh labanya dan dapat menyusun biaya pengeluaran dan pemasukan dengan baik.

Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis break even point membantu penyusunan perencanaan laba pada Rizqa Florist. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif dengan pendekatan kuantitatif non statiskal. Data dan informasi penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis perilaku biaya, rumus break even point, dan rumus penjualan minimal.

Usaha Rizqa Florist adalah usaha yang bergerak dibidang jasa papan bunga. Berdasarkan analisis break even point total tahun 2014 sebesar Rp. 57.401.381 dan tahun 2015 sebesar Rp. 50.437.638, perusahaan menetapkan target keuntungan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 20.000.000 dan tahun 2015 sebesar Rp. 25.000.000, target penjualan minimal yang harus dicapai perusahaan tahun 2014 Rp. 137.250.996 dan tahun 2015 Rp. 132.970.297.


(1)

ABSTRAK

Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba

(Studi pada Rizqa Florist di Jalan Medan-Binjai, Km. 12, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan)

Nama : Dewi Anggreany Batu Bara NIM : 120907025

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Bisnis

Pembimbing : Karlonta Nainggolan SE, M.Sc

Skripsi ini berjudul “Analisis Break Even Point sebagai Perencanaan Laba (Studi pada Rizqa Florist di Jalan Medan-Binjai, Km. 12, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan). Latar belakang penelitian ini adalah pemilik sulit mengetahui kinerja keuangan dan menyusun perencanaan laba karena kurang terampilnya dalam catatan keuangan. Hal ini dapat diatasi dengan menerapkan analisis break even point, dengan analisis break even point pemilik usaha akan memiliki target operasi yang jelas dalam memperoleh labanya dan dapat menyusun biaya pengeluaran dan pemasukan dengan baik.

Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis break even point membantu penyusunan perencanaan laba pada Rizqa Florist. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif dengan pendekatan kuantitatif non statiskal. Data dan informasi penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis perilaku biaya, rumus break even point, dan rumus penjualan minimal.

Usaha Rizqa Florist adalah usaha yang bergerak dibidang jasa papan bunga. Berdasarkan analisis break even point total tahun 2014 sebesar Rp. 57.401.381 dan tahun 2015 sebesar Rp. 50.437.638, perusahaan menetapkan target keuntungan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 20.000.000 dan tahun 2015 sebesar Rp. 25.000.000, target penjualan minimal yang harus dicapai perusahaan tahun 2014 Rp. 137.250.996 dan tahun 2015 Rp. 132.970.297.


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Laba ... 5

2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba ... 5

2.1.2 Menetapkan Tujuan Laba ... 6

2.1.3 Manfaat Perencanaan Laba ... 7

2.2 Biaya ... 8

2.2.1 Pengertian Biaya ... 8

2.2.2 Pengelompokkan Biaya ... 9

2.2.3 Metode Memisahkan Biaya Semi Variabel... 13

2.3 Analisis Break Even Point ... 18

2.3.1 Pengertian Break Even Point ... 18

2.3.2 Pengertian Analisis Break Even Point ... 19

2.3.3 Kegunaan Analisis Break Even Point ... 20

2.3.4 Asumsi-Asumsi dalam Analisis Break Even Point ... 21


(3)

2.3.6 Penetapan Tingkat Break Even Point ... 22

2.3.7 Penerapan Break Even Point dalam Perencanaan Laba ... 27

2.3.8 Perubahan Harga dan Biaya dalam Analisis Break Even Point ... 28

2.4 Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 34

3.2 Lokasi Penelitian ... 34

3.3 Definisi Konsep ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Teknik Analisis Data... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38

4.1.1 Sejarah Usaha ... 38

4.1.2 Visi dan Misi ... 39

4.1.3 Struktur Organisasi... 39

4.1.4 Sistem Gaji ... 41

4.1.5 Prosedur Kerja ... 41

4.2 Penyajian Data ... 42

4.2.1 Sarana dan Prasarana... 42

4.2.2 Perhitungan Harga dan Umur Ekonomis ... 43

4.2.3 Pendapatan Usaha ... 44

4.2.4 Biaya Operasional ... 45

4.3 Perencanaan Laba dengan Analisis Break Even Point ... 46

4.3.1 Analisis Perilaku Biaya ... 46

4.3.2 Laporan Laba/Rugi Usaha Rizqa Florist ... 48

4.3.3 Break Even Point Tahun 2014-2015 ... 49


(4)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 53 5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laba 2 Tahun Terakhir Rizqa Florist ... 2

Tabel 2.1 Kegiatan Semi Variabel PT. Eccobudy... 14

Tabel 2.2 Kegiatan Biaya Persiapan PT. Pandityatama ... 16

Tabel 4.1 Perhitungan Harga dan Umur Ekonomis ... 43

Tabel 4.2 Data Pendapatan Usaha Rizqa Florist Tahun 2014 ... 44

Tabel 4.3 Data Pendapatan Usaha Rizqa Florist Tahun 2015 ... 45

Tabel 4.4 Biaya Operasional Tahun 2014-2015 ... 46

Tabel 4.5 Realisasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Tahun 2014-2015 ... 47


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Biaya Tetap ... 11

Gambar 2.2 Biaya Variabel ... 12

Gambar 2.3 Biaya Semi Variabel... 13

Gambar 2.4 Grafik Break Even Point ... 27