22
2.3.5 Kelemahan Dalam Analisis Break Even Point
Menurut Syafi 1997:364 mengungkapkan bahwa terdapat kelemahan- kelemahan di dalam analisis break even point antara lain :
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga jual
terkadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran pasar.
2. Asumsi terhadap penggolongan biaya tetap dan biaya variabel mengandung
kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin dan
peralatan lainnya sehingga perhitungan biaya variabel perunit juga akan dapat dipengaruhi perubahan ini.
3. Biaya tetap juga tidak terlalu tetap pada berbagai kapasitas.
4. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
2.3.6 Penetapan Tingkat Break Even Point
Perhitungan break even point menggunakan rumus break even yang tepat. Pada dasarnya sebagaimana telah diketahui, bahwa analisis break even ini akan
berusaha untuk mengetahui hubungan antara penerimaan pendapatan perusahaan, biaya dan tingkat produksi di dalam sebuah perusahaan, maka untuk menyusun
perhitungan break even ini tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah tersebut. Untuk menetapkan besarnya tingkat break even point diperlukan seluruh data
yang dibutuhkan seperti, data pengklasifikasi biaya dan laporan laba rugi.
Universitas Sumatera Utara
23 Menurut Garrinson, et al 2008:334, ada beberapa cara pendekatan yang dapat
digunakan untuk menghitung break even point antara lain : 1.
Pendekatan Persamaan Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi
dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan dari laporan labarugi keuangan perusahaan, yaitu :
Laba = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
atau Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
Pada titik impas, laba adalah nol. Dengan demikian titik impas dapat dihitung dengan menemukan titik dimana penjualan sama dengan total
beban variabel dan beban tetap. Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas
diterangkan melalui ilustrasi berikut ini : Perusahaan Acoustic Concepts beroperasi dengan biaya tetap Rp. 35.000biaya variabel per unit Rp. 150
dengan harga jual perunit Rp. 250. Berapa penjualan pengeras suara yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba 250 Q = 150 Q + 35.000 + 0
100 Q = 35.000 Q = 350 pengeras suara
Dimana Q adalah jumlah kuantitas pengeras suara terjual.
Universitas Sumatera Utara
24 2.
Pendekatan Marjin Kontribusi Pendekatan marjin kontribusi memusatkan pada ide yang telah
didiskusikan sebelumnya bahwa setiap unit yang terjual memberikan sejumlah marjin kontribusi yang akan menutup biaya tetap.
a. Berdasarkan Unit
Perhitungan break even point berdasarkan unit dapat dilakukan dengan rumus :
BEP unit = Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus
diatas diterangkan melalui ilustrasi berikut ini : Sebuah perusahaan yang memproduksi barang jadi sejumlah 500 unit
dengan harga jual Rp. 250 per unit. Biaya tetap Rp. 35.000 setahun dan biaya variabel Rp. 150 per unit. Berapa unit penjualan barang yang
harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas. BEP unit =
= 350 unit b.
Berdasarkan Penjualan dalam Rupiah Pertimbangan break even point berdasarkan unit dapat dilakukan
dengan rumus :
Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas diterangkan melalui ilustrasi berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
25 Sebuah perusahaan yang memproduksi barang jadi sejumlah 500 unit
dengan harga jual Rp. 250,- per unit. Biaya tetap Rp. 35.000,- setahun dan biaya variabel Rp. 150,- per unit. Berapa volume penjualan barang yang
harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas. BEP Rupiah =
= = Rp. 87.500
3. Pendekatan Grafik
Pendekatan grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas break even point
digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total. Langkah-langkah dalam pembuatan grafik break even point
akan dijabarkan sebagai berikut : 1
Sumbu datar sumbu x menunjukkan volume penjualan yang dinyatakan dalam satuan unit.
2 Sumbu tegak sumbu y menunjukkan pendapatan penjualan dan biaya
dalam rupiah. 3
Pembuatan garis penjualan TR dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pada volume penjualan sama dengan nol, pendapatan penjualan
sama dengan nol. b.
Garis lurus kemudian ditarik untuk menghubungkan titik x=0; y=0.
Universitas Sumatera Utara
26 4
Pembuatan garis total biaya TC dilakukan sebagai berikut : a.
Total TC ini dimulai dari titik potong antara FC dengan sumbu vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. TC dimulai dari grafik
FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap FC dan biaya variabel VC. Ketika itu perusahaan belum berproduksi
maka biaya total adalah sebesar dengan biaya tetap. b.
Garis lurus kemudian ditarik untuk menghubungkan titik x=0; y= biaya tetap dengan x = unit penjualan; y = pendapatan penjualan.
5 Pembuatan garis biaya tetap ditarik dengan menghubungkan titik x=0;
y = biaya tetap dengan titik x = unit penjualan. Pembuatan garis biaya variabel ditarik dengan menghubungkan titik x = 0; y = biaya variabel
dengan titik x = unit penjualan. 6
Break even terletak pada titik perpotongan garis pendapatan penjualan dengan garis biaya. Garis ditarik pada titik perpotongan tersebut
x=jumlah unit; y= break even dalam rupiah. 7
Daerah sebelah kiri break even yaitu bidang antara garis total biaya dengan garis total pendapatan penjualan merupakan daerah rugi,
karena pendapatan penjualan lebih rendah dari total biaya. Sedangkan daerah sebelah kanan BEP yaitu bidang diantara garis pendapatan
penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba karena pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 2.4 Grafik Break Even Point
2.3.7 Penerapan Break Even Point dalam Perencanaan Laba