BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MITOLOGI
2.1 MITOLOGI PENCIPTAAN MANUSIA
Mitologi atau mite juga termasuk kedalam Folklor. Berdasarkan asal katanya, folklor berasal dari dua kata yaitu “folk” dan “lore”. Kata folk dapat
diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya.
Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan
yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi secara
turun temurun, sedikitnya dua generasi. Di samping itu, yang paling penting adalah mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore diartikan
sebagai tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun, baik secara lisan maupun melalui suatu contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat. Pengertian folklor secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh
yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu. Seorang seorang ahli folklor James Danandjaya menyebutkan sembilan
ciri-ciri folklor, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni
disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat
dari suatu generasi ke generasi berikutnya. b.
Tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang
cukup lama paling sedikit dua generasi. c.
Ada exist dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut lisan,
biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat
mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
d. Anonim, yaitu penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
e. Mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya,
selalu menggunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan
tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaanndan penutup yang baku, seperti “sohibul hikayat… dan
mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya cerita… demikianlah konon”.
Universitas Sumatera Utara
f. Mempunyai kegunaan function dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
g. Pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika
umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
h. Milik bersama collective dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu
diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
i. Bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatan kasar, terlalu
spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut: a.
Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kebudayaan. c.
Sebagai alat pendidik anak. d.
Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Universitas Sumatera Utara
Istilah Inggris “myth” berasal dari perkataan Latin “mythus” atau Yunani “mythos”. Menurut kamus, mitos didefenisikan sebagai peraturan khayali belaka,
yang biasanya melibatkan tokoh-tokoh, tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian luar alami supernatural, dan meliputi beberapa ide umum mengenai gejala alam
atau sejarah. Dalam percakapan sehari-hari, mitos pada umumnya diartikan sebagai cerita bohong, kepalsuan, dan hal-hal yang berbau “dongeng”.
Penyebutan sesuatu sebagai mitos akan mengisyaratkan perendahan nilai dari sesuatu sehingga tidak perlu dipertahankan. Dalam pengertian ini, mitos memiliki
makna yang sama dengan tahayul dari bahasa arab Takhayyul, yakni pengkhayalan, dongeng atau supertisi Ruslani, 2004:3.
Sebagaimana telah dikemukakan, manusia praaksara telah memiliki kesadaran sejarah. Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran
sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk folklore yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat.
Seorang pakar kajian agama, Mircea Eliade mendefenisikan mitos sebagai “kisah nyata” dan sebuah kisah yang paling berharga karena mitos memiliki nilai
sakral, patut diteladani, dan signifikan. Mitos tidak hanya mengisahkan asal-usul dunia, manusia, binatang, atau tanaman, tetapi juga seluruh peristiwa primordial
yang mengakibatkan manusia hidup seperti sekarang ini, berkelompok berdasarkan jenis kelamin, terorganisasi dalam suatu masyarakat, diwajibkan
bekerja untuk menyambung dan memmenuhi kebutuhan hidup, dan berkarya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Melalui mitos, manusia tidak hanya menjelaskan dunia mereka, tetapi secara simbolis juga menampilkan kembali. Mitos bukan hanya deskriptif, tetapi
juga pencerita peristiwa itu sendiri. Mitos menghadirkan masa lalu dan masa yang akan datang sekaligus. Melalui mitos, manusia terhubung dengan lingkungan,
dengan nenek moyang, dengan keturunan, dan dengan yang berada di luar jangkauannya.
Mitos menurut Hariyono 1996 : 72 adalah sebuah cerita tentang kejadian atau peristiwa alam dan kehidupan manusia yang mampu memberikan pedoman
dan arah tertentu kepada sikap dan sekelompok orang. Cerita tersebut dapat dituturkan tetapi juga dapat diungkapkan lewat kesenian seperti tari-tarian atau
pementasan wayang. Inti cerita itu merupakan lambang yang mencetuskan pengalaman manusia purba, yakni lambang kebaikan, kejahatan, keselamatan,
hidup atau mati, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat.
Mitologi termasuk dalam suatu kesusasteraan suci yang mengandung suatu konsepsi-konsepsi dan dongeng-dongeng suci mengenai sifat-sifat dan kehidupan
dewa-dewa serta makhluk halus lainnya, dan memuat ajaran serta aturan dan hukum-hukum keagamaan. Para penganut suatu religi selalu menganggap
kesusasteraan suci sebagai sesuatu yang sakral atau keramat Koentjaraningrat, 1998:211
Fungsi dari mitos ialah untuk mengakomodasikan, memberikan dukungan dan memberikan landasan kebenaran dari kepercayaan tradisional dan tingkah
laku. Malinowski dalam Harsojo 1971:202 menyatakan bahwa mitos bagi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang mendukungnya bukanlah sekedar cerita yang menarik atau yang dianggap bersejarah, akan tetapi merupakan satu pernyataan dan kebenaran yang
tinggi, atau kenyataan yang utama, yang memberikan pola dan landasan bagi kehidupan dewasa ini. Pengetahuan tentang mitos yang telah lampau memberikan
intensif dan pembenaran bagi ritual dan tindak-tindak moral, dan juga membina pelaksanaan yang benar dari tindakan-tindakan yang suci.
W. Schimidt menarik kesimpulan dari penyelidikannya tentang mitologi di Indonesia. Menurutnya, semua mitologi di daerah-daerah bahasa-bahasa
Austronesia dapat dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama berpusat pada tokoh bulan, di dalam mitologi-mitologi bulan, penciptaan dunia dan hidup
tidak terjadi sebagai hasil perkawinan antara dewa dan dewi. Sedangakan golongan kedua berpusat kepada tokoh matahari, di dalam mitologi-mitologi
matahari, penciptaan dunia dan hidup terjadi sebagai akibat perkawinan antara bumi dan matahari, atau antara bumi dan langit. Mitologi jenis ini terdapat pada
suku-suku bangsa Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, dan juga pada penduduk kepulauan Polinesia. Pada bangsa-bangsa yang mempunyai bulan,
kepercayaan kepada Dewa Tertinggi masih utuh. Sebaliknya, pada bangsa-bangsa yang mempunyai mitologi matahari, kepercayaan kepada Dewa Tertinggi itu
dipercayai telah menjadi satu dengan matahari, dan menjadi seorang tokoh dewa dalam mitologi saja Koentjaraningrat, 1958:243-245.
Sistem mitos dari suku-suku bangsa dalam Harsojo 1971:202 biasanya berisi mengenai dua hal yaitu :
a. Kosmologi, merupakan penjelasan yang lengkap tentang alam semesta.
Universitas Sumatera Utara
b. Kosmogoni, merupakan penjelasan tentang penciptaan dan asal-usul
manusia. Pada alam pemikiran mistis, manusia merasakan dirinya dikepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya, Hariyono, 1996:71. Dewa adalah makhluk yang oleh manusia dibayangkan
mempunyai nama, bentuk dan ciri-ciri, sifat-sifat, dan kepribadian yang tegas. Gambaran ini terpatri dalam pikiran manusia berkat adanya dongeng-dongeng dan
kesusasteraan suci yaitu mitologi, baik yang lisan maupun tulisan Koentjaraningrat, 1998:204. Dewa deity adalah makhluk supernatural yang
menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia, disembah, dianggap suci, dan keramat, dan dihormati oleh manusia. Dewa
dianggap berwujud bermacam-macam, biasanya berwujud manusia atau binatang. Dengan kekuatan luar biasa mereka dapat hidup abadi. Mereka juga memiliki
kepribadian masing-masing, memiliki emosi, kecerdasa, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, badai, banjir, dan sebagainya
termasuk keajaiban adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Mereka juga mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia dan menentukan nasibnya.
Mereka dapat pula memberi hukuman. Beberapa Dewa yang supernatural yang tidak memiliki kemahakuasaan penuh disembah dengan sederhana. Para makhluk
supernatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut Dewa, sedangkan Dewi
adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita Dewa, Wikipedia, 2007. Dalam mitologi diceritakan segala macam perilaku dan sifat dari setiap
tokoh dewa, mulai dari kepahlawanannya, jasa-jasanya, wataknya, perasaannya,
Universitas Sumatera Utara
dan sebagainya, yang mirip dengan perilaku serta sifat manusia, namun dengan kemampuan yang lebih unggul. Di antara semua dewa dalam suatu religi,
biasanya ada yang disebut sebagai “dewa tertinggi”, yang masing-masing dianggap manguasai salah satu gejala atau kekuatan alam, misalnya dewa
matahari, dewa bulan, dewa langit, dewa bumi, dewa gunung, dewa hujan, dewa sungai, dewa bumi, dewa-dewa yang melindungi perbuatan-perbuatan dan milik
manusia misalnya dewa perburuan, dewa pertanian, dewa kemakmuran, dan dewa perang, tetapi juga ada dewa penipu, dewa maut. Para dewa juga dianggap
mempunyai istri dan anak-anak, yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu dalam dunia dewata.
Dalam mitologi, para dewa biasanya tersusun secara tinggi-rendah. Dua tokoh mitologi yang banyak dijadikan obyek analisa para ahli antropologi adalah
tokoh dewa tertinggi dewa pencipta alam dan tokoh dewa penipu. Kedua tokoh dewa ini juga terdapat dalam mitologi dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
Contoh tokoh dewa tertinggi terdapat dalam mitologi orang Batak Toba yaitu Ompu Tuan Mulajadi Nabolon yang dianggap sebagai pencipta alam yang
menguasai musim-musim, hujan, guntur, petir, dan kesuburan. Ompu Mulajadi Nabolon juga merupakan leluhur yang menurunkan semua orang Batak Toba,
sedangkan tokoh dewa penipu terdapat dalam mitologi banyak bangsa dan suku bangsa di dunia, misalnya dalam mitologi Yunani kuno, kebudayaan-kebudayaan
Semit kuno, mitologi orang Skandinavia, kebudayaan China dan Jepang, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Di Jepang kepercayaan terhadap dewa-dewa diwujudkan dalam Shinto 神
道 . Ajaran Shinto secara harafiah berarti “Jalan Para Dewa”. Shin juga dibaca
sebagai kami 神
, ini adalah istilah untuk para dewa-dewi, jiwa para leluhur, setan dan jiwa alam seperti binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Shinto mulai
dikenal di Jepang pada periode Yayoi 300SM. Shinto adalah agama asli orang Jepang pada masa lampau, dan masih dilaksanakan hingga pada saat ini dengan
dilakukan banyak modifikasi terutama karena pengaruh ajaran Budha dan Konghucu. Shinto pada saat ini lebih banyak diperingati dalam bentuk ritual dan
festival-festival keagamaan “kami “ Para Dewa-Dewi Shinto, Wikipedia, 2007. Shinto sudah dipuja dan dikenal oleh orang Jepang berabad-abad sebelum
kedatangan ajaran Budha yang masuk melalui China dan Korea pada abad ke-6. Salah satu dewa yang dipuja adalah ajaran Shinto adalah Tensho Daijin atau yang
lebih dikenal dengan Amaterasu Omikami Dewi Matahari.
2.2 MITOLOGI TENTANG ASAL-USUL MANUSIA 2.2.1 MITOLOGI JEPANG