Ragam Diksi Pada Upacara Adatsaur Matua Masyarakat Batak Toba : Tinjauan Sosiolinguistik

(1)

RAGAM DIKSI PADA UPACARA ADATSAUR MATUA MASYARAKAT BATAK TOBA : TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan Oleh:

NAMA : Mariana Andini NIM :100703014

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

ABSTRAK

Skripsi ini diberi judul Ragam Diksi pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba: Tinjauan Sosiolinguistik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua, ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun, dan juga ragam diksi yang digunakan penutur hula-hula, dongan sabutuha dan boru pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba Desa Parsoburan Tengah Kecamatan Habinsaran Kabupaten Tobasa.Dalam menganalisis ragam diksi pada upacara adat saur matua masyarakat batak Tobamengacu pada teori J. Fishman dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Nababan dan Alwasilah dalam Aslinda dan Leoni Syafyahya dan juga yang dikemukakan oleh Keraf. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini:1. Tahapan-tahapan upacara adat saur matua yang terdapat pada masyarakat batak Toba, Desa Parsoburan Tengah Kecamatan Habinsaran Kabupaten Tobasa ada 5 yaitu; acara martonggo raja (musyawarah), acara moppo (memasukkan mayat atau jenazah kedalam peti), acara mangonda-ondai dan panggalangon (upacara pada malam hari), acara partuatni na saur matua(upacara penguburan), acara ungkap hombung (membicarakan harta peninggalan yang telah saurmatua), 2. Pemakaian ragam diksi yang terdapat pada upacara adat saur matua berbeda dengan bahasa sehari-harinya yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, dan pantun, 3. Ragam diksi yang digunakan oleh penutur pihak hula-hula,berbeda dengan dongan sabutuha, maupun boru yang terdapat pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini diberi judul “Ragam Diksi Pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba:Tinjauan Sosiolinguistik”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi satu persyaratan menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan Sarjana (S-1) di Departemen Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Untuk memperoleh pemahaman akan isi yang dibahas, penulis memaparkan rincian sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,dan manfaat penelitian. Pada bab II akan dibahas tinjauan pustaka, yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan. Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari: metode penelitian, metode dasar, lokasi dan sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV merupakan pembahasan tentang masalah yang ada pada perumusan masalah. Bab V merupakan kesimpulan dan Saran.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan maupun kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

Mariana Andini 100703014


(5)

HATA PATUJOLO

Parjolo sahali au mandokhon mauliate tu amanta Debata, disiala sude asi dohot holong ni roha-Na nadilehon tuhita tarlumobi tu au sandiri, gabe adong gogo laho mangulahon dohot pasaeon skripsi on.

Skripsi namarjudul “Ragam Diksi pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba: Tinjauan Sosiolinguistik”. Skripsi on hubaen jala huparsiaphon laho manggoki na gabe sada syarat laho pasaehon sikkolahu sian Departemen Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Nalaho manjalo pangantusion, nalaho sibahason dison patorangkon ruhut-ruhut ni skripsion sian parjolo sahat tu ujungna.

Bab na parjolo, dibagas bab on hupatorang ma parjolo latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dohot manfaat penelitian. Di bab paduahon dipatorang tinjauan pustaka, i ma kepustakaan na relevan dohot teori na pahe. Udutna muse, di bab patoluhon dipatorang disi metode penelitian, metode dasar, lokasi dohot sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data. Di bab paopathon dison ma dipatorang sude masalah na adong dijudul skripsion. Bab palimahon i ma kesimpulan dohot saran.

Au sandiri godang dope hahurangan dohot hagaleon dibagasan panurata ni skripsion, alai sian serep niroha au mangido pandapot manang hatorangan sian hamu angka dongan tarlumobi na manjaha nalaho padengganhon skripsion.

Medan, Oktober 2014 Panurat,

Mariana Andini 100703014


(6)

htpTjolo

pr\joloshliaHmn\dko\mUliateTamn\tdebtdisialSdeasidohto\ hola^onirohnndileehno\Thittr\LmobiTaHsn\dirigbead^ogogo lhom>lhno\dohto\psaehno\sikirpi\siano\sikirpi\siano\nmr \JdL\rgm\dki\sipdUpcradt\saR\mTams\yrkt\btk\tobtni\jUan \sosiaoli>asi\tki\sikirpi\siano\Hbhne\jlHpr\siap\hno\lh om^gokingbesiart\lhopsaehno\ski\kolHsian\ss\t\rdaerh\pk L\ts\ali\MBdUnipre\sits\SmterUtrnlhomn\jlop<n\Tsiano\nl hosibhsno\aHsn\diridisno\ptor^hno\RhT\RhT\nisikirpi\sia no\sian\pr\jolosht\TUj^nbb\npr\jolopr\Mlan\dibgs\bb\ano \Hptor^mpr\jololtr\belk^mslRMsn\mslTJan\penelitian\dhto \mn\paat\penelitian\dibb\pDahno\dipator^tni\jUan\pS\tkn mne\ckP\kepS\tkan\y^relepn\dhto\teaoriy^diGnkn\UdT\nMse dibb\ptoLhno\diptor^disimetodepenelitian\metodedsr\loks idn\sM\bre\dtpenelitianan\s\TRmne\penelitianmetodepe<M\ Pln\dtmetodeanlissi\dtdibb\paopt\hno\disno\mdiptor^Sdem slnad^o\diJdL\sikirpi\siano\bb\plimhno\disno\kesmi\Pln\ dohto\srn\aHsn\dirigod^dopehHr<n\dohto\hgleano\dibgsn\p Nrtn\nisikirpi\siano\alIsian\serpe\nirohaHm<idopn\dpto\ mn^htor<n\sian\a^kdo<n\tr\Lmobinmn\jhnlaopde^gn\hno\sik irpi\siano\

medn\ ako\tobre\2014 pNrt\

mrianan\dini 100703014

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan


(7)

berkah untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, dukungan, bimbingan, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada orang tua yang penulis sangat sayangi Ayahanda (A.Sitompul) dan Ibunda (+T.br.Panjaitan) yang telah bersusah payah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan juga tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan perhatian baik material maupun spiritual selama penulis mengikuti perkuliahan sampai saat ini. Selanjutnya, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staff dan pegawai dijajaran Fakultas Ilmu Budaya.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum.,selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sekaligus pembimbing II penulis yangselalu sabar dan semangat untuk memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku Sekertaris Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Asriaty R.Purba, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yangselalu mendukung dan memberikan masukan–masukan kepada penulis dalam penyusunanskripsi ini hingga selesai.


(8)

5. Seluruh dosen di Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Abang Desmon Sitompul, Hendrik Sitompul,(+)Gunawan Sitompul, Erbin Sitompul, dan Daud Sitompul.ST, kakak Ratna Ida br.Sitompul, kakak ipar Gotman br.Sianturi, Linda suryani br.Simanjuntak dan Meisautri br.Situmorang, abang iparToga Harahap terimakasih buat support serta doa dan materi yang telah kalian berikan dan selalu memberikan saya semangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman Mahasiswa/i seperjuangan;masdaniati Bancin, esti Putri br.Sitepu, fernando Sinaga, javier hasoloan Sirait, elpi riauli br.Saragih, dan seluruh anak IMSAD yang belum penulis sebutkan, terimakasih penulis ucapkan atas bantuan dan dorongan serta doa yang diberikan kepada penulis.

8. Kepada teman-teman di kos Jl. Prona 1 yang selalu memberi dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan junior di IMSAD stambuk ’11,’12,’13, yang selalu membantu dan memberi dorongan kepada penulis.

Dengan rasa suka cita penulis memohon doa kepada Tuhan agar selalu diberkati dalam melakukan pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Oktober 2014 Penulis,


(9)

Mariana Andini 100703014

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii UCAPAN TERIMA KASIH ... iv


(10)

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Kepustakaan yang Relevan... 6

2.1.1 Pengertian Sosiolingu istik ... 6

2.1.2 Pengertian Diksi ... 7

2.1.2.1Pengertian Ragam Diksi dalam Kata ... 7

2.1.2.2 Pengerian Ragam Diksi dalam Frase ... 8

2.1.2.3 Pengertian Ragam Diksi dalam Ungkapan atau Idiom ... 8

2.1.2.4 Pengertian Ragam Diksi dalam Umpasa atau Pantun ... 9

2.2Teori yang Digunakan ... 10

BAB.III METODE PENELITIAAN ... 12

3.1. Metode Penelitiaan ... 12

3.2 Metode Dasar ... 12

3.3 Lokasi dan Sumber Data Penelitian ... 12

3.4 Instrumen Penelitian ... 13

3.5Metode Pengumpulan Data ... 13

3.6 Metode Analisis Data ... 14


(11)

4.1 Tahapan-Tahapan pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak

Toba ... 15

4.1.1 Acara Moppo ... 22

4.1.2 Acara Mangondai-Ondai/Panggalangon ... 30

4.1.3 Acara Partuat Ni Naung Saur Matua ... 53

4.2 Ragam Diksi pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba ... 66

4.2.1 Ragam Diksi dalam Kata ... 67

4.2.2 Ragam Diksi dalam Frase ... 70

4.2.3 Ragam Diksi dalam Ungkapan atau Idiom ... 73

4.2.4 Ragam Diksi dalam Penggunaan Umpasa ... 75

4.3 Ragam Diksi dari Segi Penutur ... 79

4.3.1 Diksi mengenai Kata ... 79

4.3.2 Diksi mengenai Frase ... 81

4.3.3 Diksi mengenai Pantun atau Umpasa ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ...

1. Data Orang Meninggal ... 2. Daftar Informan ... 3. Surat Pengantar Penelitian ... 4. Surat Keterangan dari Lurah ...


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Diksi dalam Kata ... 70 Bagan 2: Kata yang digunakan pihak hula-hula,dongan sabutuha,dan boru ... 79 Bagan 3:Kata yang digunakan pihak hula-hula ... 80


(13)

Bagan 4: Kata yang digunakan pihak dongan sabutuha ... 80

Bagan 5:Kata yang digunakan pihak boru ... 81

Bagan 6:Frase yang digunakan pihak hula-hula, dongan sbutuha, dan boru ... 82

Bagan 7:Frase yang digunakan pihak hula-hula ... 82

Bagan 8:Frase yang digunakan pihak dongan sabutuha ... 83

Bagan 9:Frase yang digunakan pihak boru ... 83

Bagan 10: Umpasa yang digunakan pihak hula-hula,dongan sabutuha dan boru 84 Bagan 11:Umpasa yang digunakan pihak hula-hula ... 85

Bagan 12:Umpasa yang digunakan pihak dongan sabutuha ... 87


(14)

ABSTRAK

Skripsi ini diberi judul Ragam Diksi pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba: Tinjauan Sosiolinguistik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua, ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun, dan juga ragam diksi yang digunakan penutur hula-hula, dongan sabutuha dan boru pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba Desa Parsoburan Tengah Kecamatan Habinsaran Kabupaten Tobasa.Dalam menganalisis ragam diksi pada upacara adat saur matua masyarakat batak Tobamengacu pada teori J. Fishman dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Nababan dan Alwasilah dalam Aslinda dan Leoni Syafyahya dan juga yang dikemukakan oleh Keraf. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini:1. Tahapan-tahapan upacara adat saur matua yang terdapat pada masyarakat batak Toba, Desa Parsoburan Tengah Kecamatan Habinsaran Kabupaten Tobasa ada 5 yaitu; acara martonggo raja (musyawarah), acara moppo (memasukkan mayat atau jenazah kedalam peti), acara mangonda-ondai dan panggalangon (upacara pada malam hari), acara partuatni na saur matua(upacara penguburan), acara ungkap hombung (membicarakan harta peninggalan yang telah saurmatua), 2. Pemakaian ragam diksi yang terdapat pada upacara adat saur matua berbeda dengan bahasa sehari-harinya yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, dan pantun, 3. Ragam diksi yang digunakan oleh penutur pihak hula-hula,berbeda dengan dongan sabutuha, maupun boru yang terdapat pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LatarBelakangMasalah

Dalam interaksi kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan sarana untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan dengan manusia yang lain. Sarana yang diperlukan adalah bahasa. Kridalaksana (1993:21) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Dengan demikian, bahasa merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, yang digunakan untuk berkomunikasi.

Bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku, setiap suku memiliki bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa yang digunakan setiap suku itu adalah bahasa daerah. Fungsi bahasa daerah selain sebagai alat komunikasi, juga sebagai lambang identitas daerah, pendukung dan alat komunikasi antar warga/suku tertentu.

Bahasa Batak Toba merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara. Selain menjadi alat komunikasi, bahasa Batak Toba juga berfungsi sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya dan sebagai bahasa pendukung budaya bagi masyarakat Batak Toba yang dipergunakan pada upacara-upacara adat atau acara lainnya. Salah satu upacara yang sering ditemukan dalam masyarakat Batak Toba adalah upacara adat saur matua.


(16)

Sinaga (2010:36) mengatakan bahwa jenis upacara adat kematian pada masyarakat Batak Toba terdiri atas:

1. Mate ponggol, yaitu; anak yang belum berumah tangga meninggal dunia.

2. Mate di paralang-alangan, yaitu: seseorang yang sudah berumah tangga tetapi belum sempat mempunya anak.

3. Mate mangkar, yaitu: seseorang yang meninggal di mana anak-anaknya masih kecil-kecil

4. Mate hatungganeon, yaitu: seseorang yang meninggal dan anaknya sudah ada yang menikah tetapi belum mempunyai cucu.

5. Mate sari matua, yaitu: seseorang yang meninggal telah mempunyai cucu,tetapi anaknya belum menikah semua.

6. Mate saur matua, yaitu: seseorang yang meninggal dunia dan telah beranak cucu.

7. Mate saur matua bulung, yaitu: orang yang meninggal dunia dan telah marnini dan marnono.

Pada kesempatan ini penulis akan membicarakan tentang upacara adat saur matua pada masyarakat Batak Toba. Tata cara adat pada masyarakat Batak Toba terangkum dalam kebudayaan dan unsur Dalihan Na Tolu, ini mendasari kehidupan bermasyarakat bagi seluruh warga masyarakat Batak Toba, terdiri dari tiga unsur yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi yaitu, hula-hula,dongan sabutuha dan boru.

Adapun arti dari ketiga unsur Dalihan Na Tolu adalah sebagai berikut :

a. Hula-hula ialah pihak yang memberikan anak dara/istri (wife giving party) yaitu kelompok yang terdiri dari :

1. Orang tua ibu atau nenek perempuan kita ( bona niari). 2. Orang tua nenek perempuan suami ( bona tulang). 3. Saudara laki-laki ibu (tulang).

4. Orang tua isteri (simatua) serta anaknya. 5. Teman semarga/seperut dari 1 s/d 5.


(17)

b. Dongan tubu, ialah pihak atau kelompok yang terdiri dari: 1. Kawan semarga kita.

2. Marga lain yang sejenis dan termasuk dalam kelompok marga kita sendiri.

c. Boru, ialah pihak yang menerima anak dara/isteri (wife receiving party) yaitu kelompok yang terdiridari:

1. Anak perempuan.

2. Anak perempuan bersama suami.

3. Suami saudara perempuan bapak (amangboru).

4. Marga lain yang sejenis dengan kelompok marga“hela atau amangboru”.

Ketiga unsur dalihan na tolu ini sangat selaras, seimbang, dan teguh terutama dalam setiap upacara-upacara adat. Dalihan na tolu, yang dimiliki khususnya oleh masyarakat Batak, adalah merupakan falsafah yang di kemudian hari menjadi landasan hukum adat di kalangan masyarakat Batak dan diakui keunggulan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai alat pengayom yang khas di kalangan masyarakat Batak dari dahulu hingga dewasa ini.

Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa kata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata.


(18)

Ragam diksi muncul dalam kegiatan upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba. Kedudukan dalihan na tolu, baik itu dalam statusnya sebagai hula-hula,dongan sabutuha, maupun boru, sangat dominan. Ragam diksi muncul saat komunikasi berlangsung antara masing-masing kedudukan. Inilah yang melatarbelakangi, sekaligus alasan penulis untuk mengangkat judul” Ragam Diksi Pada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba.

1.2 Rumusan Masalah

Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan terperinci, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tahapan-tahapan upacara adat saur matua pada masyarakat Batak Toba?

2. Apasajakah ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba?

3. Ragam diksi apasajakah yang digunakan penutur hula-hula, dongan sabutuha dan boru dalam upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba?

1.3 TujuanPenelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.

2. Mendeskripsikan ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.


(19)

3. Mendeskripsikan ragam diksi yang digunakan penutur hula-hula, dongan sabutuha dan boru dalam upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.

1.4 ManfaatPenelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memperkaya pengetahuan budaya mengenai upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.

2. Menjadikan referensi di Departemen Sastra Daerah untuk dibaca oleh mahasiswa Sastra Daerah.

3. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai variasi/ragam diksi pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sosiolinguistik.

2.1.1 Pengertian Sosiolinguistik

Kridalaksana (1978:94) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.

Pengkajiaan bahasa tidak semata-mata dititikberatkan pada aspek internalnya di mana bahasa sebagai suatu sistem bunyi yang bermakna, tetapi juga dapat ditelusuri secara eksternal dalam kaitannya dengan disiplin ilmu lain seperti sosiolinguistik. Dengan kata lain, sosiolinguistik adalah kajian antardisiplin yang mencakup pemakai bahasa dan ciri khas variasi bahasa yang kecenderungannya selalu berinteraksi.

Bram dan Dickey (dalam Kailani Hasan, 2001:75) mengatakan bahwa sosiolinguistik mengkhususkan kajiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupanya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi.


(21)

2.1.2 Pengertian Diksi

Menurut Kridalaksana (1993:44) bahwa diksi ialah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang.

Menurut Enre (1988:101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.

2.1.2.1 Pengertian Ragam Diksi dalam Kata

Bloomfield (dalam Tarigan 1985:6) menyebutkan bahwa Kata adalah “bentuk bebas yang paling kecil”, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara berdikari.

Keraf (2006:21) menambahkan bahwa pengertian yang terkandung dalam sebuah kata adalah makna yang mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Atau dengan kata lain, kata-kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Pemahaman akan kata itu sangat penting agar tujuan komunikasi dapat bertujuan dengan baik.


(22)

2.1.2.2 Pengertian Ragam Diksi dalam Frase

Frase adalah kelompok kata yang secara deskriptif berfungsi sebagai satu unsur sintaksis dalam kalimat.

Keraf (1991:27) menyatakan bahwa frase merupakan suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.

Kridalaksana (1993:14) menegaskan bahwa frase merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat rapat, dapat renggang.

Parera (1994:62) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.

2.1.2.3 Pengertian Ragam Diksi dalam Ungakapan atau Idiom

Idiom berasal dari bahasa yunani, idios yang berarti khas, mandiri, khusus atau pribadi. Menurut keraf (2005:109) yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.

Djajasudarma (2009:20) mengungkapkan bahwa makna idiomatik adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata–kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dengan kata lain gabungan kata tersebut sudah memiliki makna tersendiri yang berlainan dengan makna kata pembentuknya dan jika digabung dengan kata lain maka maknanya akan berubah.


(23)

Alwasilah (1993:165) menyebutkan bahwa idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam grup itu. Senada dengan pendapat di atas, arifin (2009:53) menyatakan ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Menurut dua pendapat di atas, dapat ketahui bahwa idiom merupakan susunan yang khas dalam sebuah bahasa dan mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Susunan kata satu dan lainnya dalam idiom saling melengkapi, tidak dapat digantikan, dan tidak dapat dihilangkan.

2.1.2.4 Pengertian Ragam Diksi dalam Umpasa atau Pantun

Penggunaan umpasa merupakan warisan budaya bagi masyarakat Batak umumnya. Umpasa atau bahasa berpantun memuat pesan tidak hanya mengenai arti kehidupan tetapi juga pesan moral dalam menjalani kehidupan. Umpasa atau bahasa berpantun yang terdiri dari dua baris menempatkan baris pertama berupa sampiran dan baris kedua berupa isi. Sedangkan umpasa yang terdiri dari empat baris adalah dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir berupa isi.

Keindahan untaian kata bahasa pantun atau umpasa menambah indahnya, tidak hanya rangkaian kata tetapi juga pesan maupun makna yang hendak disampaikan. Untuk itu tanpa kehadiran umpasa maka acara kegiatan adat bagi masyarakat Batak Toba terasa hampa.


(24)

Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia (Waluyo,1987:9).

Menurut Surana (2001:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12.

2.2 Teori yang Digunakan

Teori merupakan landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberi jawaban terhadap masalah yang akan dibahas.

Teori yang digunakan dalam menganalisis ragam diksi pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba mengacu pada teori J. Fishman, Nababan,Alwasilah dan yang dikemukakan oleh Keraf.

J. Fishman (dalam Chaer dan Leonie Agustina1972:4) mengemukakan bahwaSociolinguistics is the study of the characteristics of language varieties, the characteristics of their functions, and the characteristic of their speakers as these three constantly interact, change and change one another within a speech community( sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur ).

Menurut Nababan (dalam Aslinda dan Leoni Syafyahya 2007:19) mengemukakan variasi bahasa berkenaan dengan fungsinya/fungsiolek, ragam atau register. Variasi bahasa dari segi penggunaan berhubungan dengan bidang pemakaian, contohnya dalam kehidupan sehari-hari, ada variasi di bidang militer, sastra, jurnalistik, dan kegiatan keilmuan lainnya. Perbedaan variasi bahasa dari segi penggunaan terdapat pada kosa katanya. Setiap bidang akan memiliki sejumlah kosa kata khusus yang tidak ada dalamm kosa kata bidang ilmu lainnya.

Alwasilah(Aslinda dan Leoni Syafyahya 2007:19) mengatakan register adalah suatu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek sosial atau regional. Pembicaraan register biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa digunakan oleh siapa,


(25)

dimana, dan kapan oleh penuturnya, sedangkan register berkaitan dengan bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa.

Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.

a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat.

b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek dan subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. (Nawawi 1991:63).

3.2 Lokasi dan Sumber Data Penelitian

Lokasi yang dipilihuntuk penelitian ini adalah Desa Parsoburan Tengah, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir. Lokasi ini merupakan daerah penutur bahasa Batak Toba, yang masih memakai bahasa Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari. Sumber penelitianadalah penutur bahasa Batak Toba dan juga buku-buku yang berhubungan dengan adat saur matua.


(27)

3.3 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian atau alat bantu penelitian. Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara ( tape recorder), kamera, dan alat tulis.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Metode kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data melalui

buku–buku yang berhubungan dan berkaitan erat dengan penelitian. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang digariskan. Dalam metode ini penulis mencari buku–buku pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Metode observasi yaitu penulis langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati secara langsung upacara adat saur matuapadamasyarakat Batak Toba.

3. Metode wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan informan untuk mendapatkan kebenaran lebih lanjut dan terperinci tentang data yang dibahas. Teknik yang digunakan adalah teknik rekam dan teknik catat atau tulis.


(28)

3.5 Metode Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian, penulis harus memastikan analisis mana yang digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.

Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.Data yang diperoleh akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. b. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

c. Setelah data diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian yang telah ditetapkan.

d. Menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis, sehingga semua data dipaparkan dengan baik.


(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Tahapan-tahapanpada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak

Toba

Pada awal tulisan telah dikemukakan bahwa ragam merupakan corak pemakaian bahasa yang berbeda sebagaimana pakar sosiolinguistik mendefenisikannya. Untuk itu, ragam atau warna pemakaian bahasa merupakan tampilan bahasa yang merujuk pada pembicaraan pokok persoalan, suasana, maupun situasi yang dimasuki oleh pemakai bahasa.

Dalam kegiatan upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba segala sesuatunya harus bernuansa hukum adat yang mencakup unsur Dalihan Na Tolu. Tanpa kehadiran ketiga unsur tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi hukum adat sebagai kegiatan upacara adat. Untuk itu, ketiga unsur adat seperti hula-hula, boru, dan dongan sabutuha harus hadir dalam kegiatan tersebut.

Pada saat seseorang yang sudah saur matua, mayatnya harus dibersihkan dan dibaringkan di ruang tengah rumah yang kakinya mengarah ke jabu(bona rumah suhut). Pada saat yang bersamaan, pihak laki-laki baik dari keturunan orang tua yang meninggal maupun sanak saudara berkumpul di rumah duka dan membicarakan bagaimana upacara yang akan dilaksanakan kepada orang tua yang sudah saur matua itu. Dari musyawarah keluarga akan diperoleh hasil-hasil dari setiap hal yang dibicarakan.


(30)

Setelah keperluan upacara dipersiapkan, maka upacara adatsaur matua ini dapat dilaksanakan. Pelaksanaan upacara adat saur matua ini terbagi atas 5 bagian, yaitu:

1. Acara martonggo raja (musyawarah)

2. Acara moppo (memasukkan mayat atau jenazah kedalam peti)

3. Acara mangonda-ondai dan panggalangon (upacara pada malam hari) 4. Acara partuatni na saur matua( upacara penguburan)

5. Acara ungkap hombung (membicarakan harta peninggalan yang telah saurmatua)

1.Acara Mangarapot (Musyawarah)

Acara mangarapot dilakukan setelah dilaksanakanya acara moppo atau acara memasukkan jenazah ke dalam peti. Sebelum diadakanya mangarapot atau musyawarah, pihak keluarga atau keturunan yang telah saur matua mengadakan musyawarah singkat. Tujuan musyawarah singkat ini adalah untuk mempersiapkan apa saja yang akan dibicarakan dalam musyawarah umum nanti. Dalam musyawarah singkat keluarga, semua pembicaraan dicatat oleh para suhut untuk kemudian dipersiapkan ke musyawarah umum. Waktu untuk mengadakan musyawarah umum ini juga harus ditentukan pada saat kapan akan dilaksanakan. Setelehditentukan hari yang tepat untuk mengadakan musyawarah atau rapot, maka diundanglah pihak punguan ni huria,hulahula, dongan tubu, boru, raja adat, dan parsahutaon supaya dapat menghadiri acara tersebut. Setelah acara mangarapot (musyawarah) dilaksanakan, maka diadakanlah pembagian tugas bagi setiap pihak suhut.


(31)

2.Acara Moppo

Moppo adalah memasukkan jenazah ke dalam peti mayat. Dalam acara moppo ini telah dipersiapkan segala keperluan yang akan digunakan untuk acara nantinya. Yang mengikuti acara ini adalah pihak hulahula, boru, dan suhut. Pihak hulahula sangat berperan penting dalam acara moppo, karena yang akan memasukkan jenazah ke dalam peti mayat tersebut adalah pihak hulahula. Menurut adat yang berlaku, tidak dibenarkan pihak mana pun memasukkan jenazah ke dalam peti mayat yang telah disediakan. Acara moppo dilakukan satu atau dua hari sebelum upacara penguburan dilakukan.

3. Acara Mangonda-ondai dan acara panggalangon.

Acara mangonda-ondai dan acara panggalangon adalah acara yang dilaksanakan pada malam hari menjelang acara partuat ni naung saur matua. Acara mangonda-ondai dilakukan sebagai pengganti acara mangandung (meratapi orang meninggal). Istilah ini diganti karena masyarakat pada jaman dahulu berfikir bahwa orang yang telahsaur matua tidak layak untuk diratapi karena telah menyelesaikan tanggungjawab dan sudah memperoleh kebahagiaan semasa hidupnya. Istilah mangonda-ondai juga dapat disebut dengan acara menari dan bersuka cita yang diiringi dengan gondang atau musik.

Acara panggalangon merupakan acara yang dilakukan oleh pihak boru kepada pihak hulahula. Acara ini dilakukan karena semua keturunan dari yang saur matua sudah gabe (telah menerima berkat yang berlimpah). Tidak semua keturunan orang yang saur matua dapat melakukan hal ini seperti ini, karena tidak


(32)

semua keturunan dari orang yangsaur matua mampu melakukan acara panggalangon, dan menurut adat masyarakat Batak Toba juga tidak mewajibkan adanya acara panggalangon.

Pada acara mangonda-ondai dan panggalangon, semua keturunan yangsaurmatua, hulahula, dongan sahuta, sahabat, serta semua keturunan leluhur yang saurmatua hadir pada acara tersebut. Dalam acara ini, boru memberi saweran atau sumbangan (galang) berupa uang kepada hulahula masing-masing yang diawali oleh boru suhut memberikan sumbangan kepada hulahulanya yaitu keturunan laki-laki dari yang saur matua. Di dalam acara mangonda-ondangi dan panggalangon inilah terlihat bahwa boru menghormati hulahula dan hulahula mengasihi boru.

4. Acara partuat ni naung saur matua (Acara Pemakaman)

Acara partuat ni naung saur matua terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: a. Acara panambolon

b. Acara di jabu c. Acara maralaman

d. Acara sesudah upacara saur matua e. Acara ungkap hombung

a. Acara panambolon ( menyembelih kerbau atau lembu)

Pada saat upacara panambolon dimulai, semua pihak suhut serta panambol sudah bersiap-siap di tengah halaman rumah suhut. Pada upacara adat saur matua, biasanya diadakan acara pemotongan atau acara menyembelih kerbau atau lembu. Pihak suhut menyerahkan acara penyembelihan ini kepada


(33)

panamboli dengan memberikan sebuah piring yang berisi beras, sirih, beserta pisau yang akan digunakan untuk menyembelih kerbau atau lembu tersebut. Darah kerbau atau lembu yang telah disembelih biasanya ditortorhon (diangkat lalu menari mengelilingi halaman) yang tujuanya untuk memberitahukan kepada seluruh yang ada di tempat tersebut bahwa yang disembelih telah berhasil dilaksanakan. Menurut adat orang Batak, ketika seorang laki-laki yang saur matua, maka yang disembelih adalah kerbau, dan jika seorang perempuan yangsaur matua, maka yang disembelih adalah lembu atau babi (namarmiak-miak). Tetapi tidak di semua wilayah menggunakan adat seperti yang telah dijelaskan di atas.Upacara panambolon biasanya dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 7.00 WIB hingga selesai.

b. Acara di jabu

Pada saat upacara di jabu dimulai, zenajah dibaringkan di jabu bona (ruang tamu). Letaknya berhadapan dengan kamar orang tua yang meninggal ataupun kamar anak-anaknya dengan diselimuti ulos sibolang. Suami atau istri yang ditinggalkan duduk di sebelah kanan tepat di samping jenazah itu, dan diikuti oleh anak laki-laki mulai dari anak yang paling besar atau yang lebih tua sampai anak yang paling kecil atau anak yang paling muda dengan menggunakan ulos. Anak perempuan (boru) dari orang tua yang meninggal, duduk di sebelah kiri peti mayat. Sedangkan cucu dan cicitnya ada yang duduk di belakang atau di depan orang tua mereka masing-masing. Semua unsur dalihan natolu sudah hadir di rumah duka dengan mengenakan ulos.

Upacara di jabu ini biasanya di buka pada pagi hari yaitu sekitar pukul 9.00 WIB oleh pengurus gereja. Acara di dalam rumah biasaya dihadiri oleh sanak


(34)

saudara yang meninggal. Dalam acara tersebut, semua keturunan dari yang telah saur matua beserta keluarga terdekatnya memberikan sepata dua kata kepada yang telahsaur matua sebagai kata-kata perpisahan atau kata-kata terakhir. Pemimpin acara di rumah tersebut adalah pengurus gereja dan mengenakan pakaian resmi gereja.

c. Acara Maralaman

Setelah acara gereja selesai dilaksanakan di dalam rumah, maka jenazah ini diangkat ke halaman rumah sambil diiringi dengan lagu perpisahan (biasanya lagu gereja). Yang mengangkat peti mayat itu biasaya pihak boru yang dibantu oleh suhut. Peti mayat orang meninggal ini ditutupi dengan ulos sibolang. Semua unsur dalihan natolu sudah berkumpul di halaman dan mengambil posisi masing-masing.

Upacara maralaman adalah upacara terakhir sebelum penguburan mayat orang meninggal. Di dalam adat Batak Toba, kalau orang yang sudahsaur matua maka harus diberangkatkan dari antara bidang ke kuburan (disebut partuatna), maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat partuatna. Pada upacara ini, posisi dari semua unsur Dalihan Natolu berbeda dengan posisi mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. Pihak suhut berbaris mulai dari kanan ke kiri, dibelakang mereka berdiri parumaen (menantu perempuan) dari orang yang meninggal, dan posisi suhut ini berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak perempuan dari yang meninggal beserta dengan pihak boru lainya berdiri membelakangi rumah duka kemudian hulahula berdiri di samping kanan rumah duka.


(35)

Setelah semua unsur dalihan natolu dan pargonsi pada tempatnya, lalu pengurus gereja membuka kembali upacara di halaman dengan bernyani lebih dahulu, kemudian pembacaan Firman Tuhan, bernyani lagi dan diakhiri dengan doa penutup. Setelah acara kebaktian selesai, rombongan dari pengurus gereja mengawali kegiatan margondang. Acara di halaman dilakukan oleh setiap kelompok dalihan natolu secara berurutan. Setelah acara di halaman ini selesai, maka tibalah saatnya acara pemakaman. Acara ini dibawakan oleh pengurus gereja. Setelah selesai acara pemakaman, kembalilah semua yang turut mengantar ke rumah duka.

d. Acara Sesudah Acara Saur Matua

Setelah acara pemakaman selesai, maka kembalilah pihak suhut, hasuhuton, boru, dongan sabutuha, dan hulahula ke rumah duka, untuk melanjutkan acara berikutnya. Acara yang akan dilakukan selanjutnya adalah, semua para undangan baik hula-hula, dongan tubu, dongan sahuta, ale-ale, dan lain-lain menyerahkan silua (beras atau padi di dalam tando). Selesai acara tersebut dilanjutkan dengan acara makan siang. Setelah acara makan siang, kemudian dilanjutkan dengan acara pembagian jambar.

e. Acara Ungkap hombung/Buha Hombung

Setelah pembagian jambar, maka kepada setiap hulahula yang memberikan ulos pada saat acara di halaman akan diberikan piso-piso (uang yangdigunakan untuk membeli ulos) kepada hulahula.

Apabila seorang ibu yang meninggal, maka akan diadakan mangungkap hombung (buha hombung) yang dilakukan oleh hulahula dari ibu yang meninggal,


(36)

biasanya dijalankan oleh ama naposona (anak dari abang atau adik yang meninggal). Buha hombung artinya membuka simpanan dari ibu yang meninggal. Hombung adalah suatu tempat tersembunyi dalam rumah, dimana seorang ibu biasanya menyimpan harta keluarga; pusaka, perhiasan, emas dan uang (Togatorop,2003:42)

Harta kekayaan ini diminta oleh hulahula sebagai kenang-kenangan, juga sebagai kesempatan terakhir untuk meminta sesuatu dari simpanan “borunya” setelah selesai mangungkap hombung, maka upacara di tutup oleh pengetua adat.

4.1.1 Acara Moppo

Parjolo marende sian bukku ende nomor 18:4 ‘bernyanyi dari kidung jemaat nomor 18:4’

Doshon hauma na dumenggan nama rohanghu di jolo. Sai lopokhon ma na denggan tu bagasan rohanghon. Sai tumpahi hatami asa gok parbue i.

‘Penebus, dengarkanlah kami yang pada-Mu berseru, buka tingkap anugrah-Mu, b’rikanlah berkat penuh’

Suhut :

Dihita bona hasuhuton mardos ni roha ma hita nalao mandokkhon hata tu hulahulata, “dos maroha”.

‘Kita yang bersaudara sepakatlah kita, siapa diantara kita yang bisa bicara sama hula-hula kita’

Dongan tubu:

dos ma rohatta, sisada hata ma hita.


(37)

Suhut :

Mauliate ma dihamu raja ni hulahulanami, disiala olo hamu ro mandapothon hami tu bagasnami on. Di bagasan tingki on, dilehon Tuhanta do di hita hahipason dohot hagogoon boi hita marpungu di bagasan manogot on. Suang songoni ma di hamu da tulang, nantulang, songoni nang lae dohot baonami. Naung tangkas parjolo nuaeng natuatuanami di son, on ma tingki na uli dohot na lehet laho pasahatonnami tu hamu asa baenonmuna tu jabu-jabuna. Suang songoni situtu ma tu hamu saluhutna amanami, asa tung tangkas tangianghon hamu tu Amanta na martua Debata! Asa dapot songon na nidok ni natuatua

‘Terima kasih banyak kami ucapkan kepada hulahula kami, yang telah datang ke rumah kami ini. Pada saat ini, Tuhan telah memberikan kita kesehatan dan kekuatan sehingga kita dapat berkumpul di pagi yang indah ini. Begitu juga kepada hulahula kami, di sini kita lihat orang tua kami yang telah meninggal dunia, inilah saat yang tepat untuk memasukkannya ke dalam peti mayat, kami juga sangat mengharapkan doa dari hulahula kami’

Asa tangkas marsitogu-toguan tu dolok dohot tu toruan

Molo tung adong di hami di ari naung salpu hata na hurang uli, Asa tung tangkas tangianghon hamu hami rajanami,

Tangkas hami marsianju-anjuan, anggiat dapot na niluluan, Jumpang na ni jalahannami tu angka tingki na naing ro!

‘Agar kami bisa saling tolong menolong dari atas ke bawah’

‘Walaupun ada di dalam keluarga kami hubungan yang kurang baik’ ‘Mohon doakanlah kami anak-anakmu’

‘Sehingga kami bisa saling mengerti dalam keadaan apapun dan kami dapat mencapai tujuan kami’


(38)

‘Pada hari yang akan datang’.

Tung songoni pe na boi dipasahat hami hata na uli lumobi laho pasahathon natuatuanami asa bahenonmu tu jabu-jabuna , sai las ma roha ni badan muna, las roha ni tondi muna. Songoni ma jolo sidohononnami tu hamu saluhutna raja ni hula-hulanami. Botima

‘Sekianlah yang dapat kami sampaikan kepada hulahula kami. Sebelum memasukkan jenazah orang tua kami ke dalam peti, kami juga berharap,agar hulahula kami bahagia dan memperloleh keselamatan pada hari yang akan datang. Sekian dan terima kasih’

Hulahula suhut:

Jadi mauliate ma, apala diparnakkok ni mata ni ari, nang nakkok so sadia tarlunmobi di hamu pinompar ni natuatua naung saur matua on. Jadi, di son nuaeng hita tutu naing mandok mauliate tu Debata ala nunga tangkas dilehon di hita saluhutna hahipason, jala dinatangkas nuaeng tabereng boltang namborukkon, songon na nidok ni natarsurat i ingkon tong do pakkeon mu songon napasangaphon natuatua i di tingki ngoluna. Tontong do di pasangap hamu natorasmu lumobi namborukkon, jala diulaon ni namboru on tarida do hoi-hoi na di angka ibotonami dohot di laenami. Parbuena i sihamuliatehonon do tu Debata, ala naung gabe maranak dohot marboru! Molo dalan ni ngolu i, sai lam ditambai Tuhanta ma i dohot angka bisuk. Jumolo tangkas binereng di ngolu na i ditangiangna namartangiang adian borngin , uli ni daging pe manogotna tu balian jala dung botari mulak tu huta laho manarihon ngolu muna on do sude. Binereng di ulaon pe, diparonanon pe, di tangiangna pe laho mardalan borngin agia di podomanna dang holan dirina disarihon, hamuna do disarihon, sampe marniang namboru on. Alani i sai tontong do dipasangap hamu, diahuhon hamu diangka tangiang mu. Angka tangiangna i dioloi Debata. Ditangiangkon namboru on do di bagasan rohana , di naso binegemu, alai jawabna nunga dijalo hamu. Diama jawabanna? “Mauliate ma Debata tuganjangna ma umur ni dainang on, boi dijalo hami poda, boi dijalo hami dalan ni ngolu tung pe songon dia pangampum di hami, boi hami hipas-hipas,boi hami maranak marboru, sai angka imbur magodang ma”, ima jawaban na sihamuliatehononmu tu Debata. Jadi, disudena i di naung pinasangapmu namboru on. Hami pe hulahulamu, mauliate ma dohononnami di hamu sahat tu natuatuamuna on dipasangap hamu natoras muna,sai dioloi Debata ma tu joloan ni ari on angka pangidoanmuna nalaho mambahen tu jabu-jabuna, sai dioloi Debata ma i sude, dilehon ma muse di hamu angka hagabeon songoni nang habisukon, sada ni roha asa tubu dihamu angka silas ni roha, ganjang ni umur ungganjang sian umur ni namboru on, songoni nang dalan ni ngolu. Asima roha ni Tuhan Debata disahaphon ma tu hamu sumunsutna angka nametmet, sai tupempengna ma saurmatua angka naung saurmatua, tubuhan anak na so tubuhan anak, jala tubuhan boru na so tubuhan


(39)

boru dilehon Debata di hamu tu joloan on. Jadi, on pe di ho namboru, nunga dipasangap angka gelleng mon ho, hami pe dison angka namarhulahula na laho pamasukhon tu jabum naimbaru, sotung manarita di tingki di ngolu ni badanmu dohot tondim. Sidok mauliate do hami di sude dohot di angka ianakhonmon mamuji Debata asa di pudianmu, ditongosi angka asi ni rohaNa di angka naringkot di pardagingon nang partondion. Asa tontong na gabe boi satahi tu dolok satahi tu toruan, jala dapot na niluluan jumpang na nijalahan. Botima.

‘Terima kasih. Jadi, pada saat pagi hari yang berbahagia ini, terlebih kepada keluarga yang telah ditinggalkan oleh namboru kami ini. Di sini kita patut mengucapkan terima kasih ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana kita telah melihat namboru kami yang terletak di sini, sama seperti yang telah tertulis, kita harus menghormati orang tua kita ini selama hidupnya. Kami melihat jelas bahwa kalian telah menghormati orang tua terlebih namboru kami ini, dan dari semua yang telah dilakukan namboru kami ini, semua jerih payahnya itu terlihat sampai saat ini. Semua hasil jerih payah orang tua ini patut kalian syukuri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar diberikan kepada kalian rezeki yang berlimpah, begitu juga dengan kebijaksanaan. Dahulu jelas kami perhatikan semasa hidupnya, dalam setiap melakukan aktifitasnya, dia selalu mengawali dengan doanya agar apa yang akan dikerjakan dapat berbuah yang baik sehingga dia bisa membiayai hidup kalian anak-anaknya, dengan demikian kalian semua anak-anaknya juga selalu menghormati dan menaati orang tua kalian ini. Tanpa sepengetahuan kalian, namboru ini selalu berdoa, dan doanya pun dikabulkan oleh Tuhan. Kenapa saya katakana demikian? Kami melihat berkat yang telah diberikan Tuhan kepada kalian. Semuanya itu patut kalian syukuri kepada Tuhan. Kami pun sebagai hulahula patut mengucapkan terima kasih kepada kalian semua karena sudah menghormati namboru kami ini. Begitu juga nanti pada saat memasukkan jenazah namboru ini, agar lancar dan tanpa ada halangan. Semoga Tuhan


(40)

memberikan kalian berkat yang melimpah, diberikan kebijaksanaan, serta umur yang panjang. Demikianlah yang bisa kami sampaikan kepada kalian anak-anak kami, terima kasih’

Hulahula suhut:

Hu bereng nunga tung tingkos pambahenanmuna di namborunghon dipartuaon na on. Sudena i sian las ni rohamuna do na laho pasangaphon natua-tuaon. Songon hatanghu sinangkin ma, nunga ganjang umur ni namboru on, sai gumanjang ma umur muna. Tangiang ni namboru on na saleleng on, sai lam ditambai ma di hamu angka dalan ni panggabean songoni nang angka dalan ni bisuk dohot hapistaran. Nang tu angka parsingkola pe, sai tumalona ma di angka parsingkolaan. Jadi, nunga masuk be namborukkon mangingani jabuna naimbaru on di natorasmu na dipasangamuna on. Sai anggiat ma martinangi amanta Debata, disahaphon ma di pudian ni namboru on angka hagabeon, sada ni roha, songoni nang angka habisukon nang jabatan, jala suang songoni nang angka na ringkot di angka parngoluon, sioloi Tuhan hamu tu joloan ni ari on tu angka pinomparna. Jadi, hu gok i pe songon hata ni umpasa

‘Kami perhatikan, semua yang telah kalian lakukan dalam acara kematian namboru kami ini, kalian sudah memberikan yang terbaik untuk namboru kami ini. Seperti yang saya katakan tadi, semoga umur kalian lebih panjang dari umur namboru kami yang telah saur matua ini. Seperti doa namboru ini, semoga diberikan kepada kalian rezeki, diberikan kebijaksanaan dan kecerdasan. Begitu juga kepada yang sedang bersekolah, diberikan kepintaran. Dengan demikian, setelah namboru kami ini dimasukkan ke dalam peti, kedepanya diberikan kalian umur yang panjang, kebijaksanaan, diberikan putra dan putri, dan semoga kalian semakin patuh dan taat kepada Tuhan. Akhir kata, kami ucapkan seperti kata pepatah’

Asa bintang ma na rumiris

Ombun na sumorop di dolok ni purba tua Asa anak ma dihamu riris

Boru torop dongan muna saur matua ‘Bintang yang bertabur dilangit’


(41)

‘Hembun yang bergumpal di atas awan’

‘Diberikanlah kepada kalian putra yang cerdas’ ‘Putri juga yang pintar’

Asa pirma pongki

daon-daon ni pansalongan

di pudian ni namboru on asa tung pirma tondimu jala tu tiurna angka pansamotan.

‘Semakin kuatlah pongki’

‘Sebagai pengikat daun ubi yang telah diambil’

‘Di balik kematian namboru kami ini diberikanlah kepada kalian roh yang semakinkuat’

‘Dan rejeki yang berlimpah’.

Sahat ma solu Sahat tu bontean

Nunga hupasahat hami tu hamu angka hata na uli, ba tu joloan on sahatma hamu gabe

Jala sahat parhorasan ‘Sampailah perahu’ ‘Sampai ke pelabuhan’

‘Kami sudah menyampaikan kata-kata nasihat kepada kalian’ ‘Semogalah kalian memperoleh keselamatan’

Suhut:

Hugohi ma di hamu rajanami, hulahulanami. Tangkas naung ta paadop-adop nuaeng natuatuanami, namborumuna rap di bagasan tingki on na boltang nuaeng, jala di bagasan tingkion diparnangkok ni mataniari on nunga dibahen hamu tu jabuna na imbaru inongnami naung saurmatua on. Anggiat ma tutu moppo ma di hami panggabean parhorasan, moppo ma di hami siganjang ni umur lumobi sian umur ni natuatuanami naung jumolo dialap Tuhanta on di hami saluhutna bona ni hasuhuton. Antong, di hamu angka lae, anggiat ma songon na nidok ni badanmuna i nidok ni tondimuna. Asa dilehon ma tutu di hami gogo


(42)

dohot hahipason di na paadop-adop dohot di na laho pasahathon marsogot tu inganan parsatongkinan i natuatuanami on jala namborumuna on lae. Asa songon tangiangmuna i dohot hata na uli hatamuna i ma nian lae sai tubu di hami dame dibagasan las ni roha, tubu di hami angka bisuk dohot hapistaran, jala sai dilehon Tuhanta tutu songon na ni dok ni tangiangmuna i, gabe na ni jama ni tangannami di balian, sinur napinahannami di huta, jala dipartigatiga pe dohot pardalan-dalan mangomo ma nang partiga-tiga. Jala di angka namarsingkola saluhutna angka pomparanna, sai dilehon Tuhanta ma angka bisuk nang hapistaran na tangkas, asa jumpang na nijalahan, dapot na niluluan tu angka tingki na naing ro. Asa songon hata ni natuatua ma songon pangampuon mangampu hatamuna i rajanami.

‘Terima kasih kami ucapkan kepada hulahula kami. Pada saat ini jelas kita lihat orangtua kami yang telah dahulu meninggalkan kita, dan telah dimasukkan ke dalam peti yang kami sediakan. Dengan ini, semoga kami mendapatkan kebahagiaan, dan umur yang panjang lebih panjang dari usia orang tua kami yang telah maninggal pada saat ini. Begitu juga dengan kekuatan dan kesabaran diberikan oleh Tuhan kepada kami dalam mempersiapkan acara yang akan dilakukan nanti sesuai dengan doa para hulahula kami sekalian. Dan sesuai dengan perkataan dan doa kalian kepada Tuhan, kami dapat saling membantu dengan bersatu hati dan bisa berdamai di dalam sebuah kebahagiaan, serta kecerdasan. Akhir kata kami ucapkan sesuai dengan kata-kata leluhur kita terdahulu’

Asa jolo sampulu pitu ma ninna asa sampulu ualu

hata na denggan dohot hata na uli lumobi ma tangiangmuna i diampu hami ma I martonga ni jabu

‘Tujuh belas dahulu’ ‘Kemudian delapan belas’

‘Semua nasihat yang telah kalian berikan kepada kami’


(43)

suhut namartinodohon:

Binege, pinahusor-husor, ro hamu hulahulanami tutu di bagasan manogot on mandapothon hami nasahasuhuton. Di bagasan manogoton ma tutu natuatuanami on diparnangkok ni mataniari on dipamasuk hamu tu jabuna naimbaru. Alani i angka rajanami anggiat ma tutu dioloi Tuhanta marhite hamu:” moppo ma tutu di hami parsaulian, moppo ma di hami sada ni roha, moppo ma di hami panggabean. Anggiat ma tutu songon hata ni natuatua, saut ma tutu nang songon na nidok ni natuatua, di tangihon Tuhanta ma tutu ari na uli, ari na denggan, jala on ma ari na tuk di hami be. Alani i angka rajanami dang tarbalos hami sude angka pambahenanmuna i, sian Tuhanta ma i tutu jalo hamu angka balos ni i sud! Molo tung adong angka na hurang lobi pambahenannam, sai marpanganju ma hamu hulahulanami! Songoni ma jolo sidohononnami tu hamu angka rajanami. Mauliate.

‘Kami mendengar, dan kami menyimak, pada pagi hari ini, kalian datang hulahula yang kami hormati. Disini telah dimasukkan orang tua kami ini ke dalam rumahnya yang baru. Dengan demikian, melalui hulahula kami, Tuhan mengabulkan segala permintaan kita semua yakni, kami bisa mendapatkan kebahagiaan, panjang umur dan kecerdasan yang dari Tuhan kita. Dan pada saat ini juga kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada hulahula kami atas kebaikan kalian selama ini kepada kami, semoga Tuhan membalaskan semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada kami. Kalau ada pun perkataan kami yang kurang berkenan di hati hulahula kami, kami memohon maaf kepada seluruh hulahula kami’

Boru suhut:

Mauliate ma di hamu hulahulanami, ala nunga ro hamu di bagasan manogoton mamoppohon natuatua on tu jabu-jabuna. Sai anggiat ma tutu songon hatamuna i moppo tutu di hami sude pinompar ni dainang on lumobi ma diangka laenami on sada ni roha, songon na nidokmuna i tutu , sai nangkok ma tu hami angka panggabean nang parhorasan tu ari angka na mangihut. Songon i ma jolo na boi hu pasahat hami tu hamu hulahulanami, mauliate.


(44)

‘Terima kasih kami ucapkan kepada hulahula kami atas kesediaanya pada pagi hari ini datang untuk memasukkan jenazah orang tua kami ke dalam rumahnya yang baru yaitu, peti jenazah. Semoga dengan ini kami semua mendapatkan kebahagiaan, kesatuan hati pada hari yang akan datang. Demikianlah yang bisa kami sampaikan kepada seluruh hulahula kami, terima kasih’

4.1.2 Acara mangonda-ondai /Panggalangon

Dalam acara mangonda-ondai dan panggalangon, diawali dengan bernyani dari kidung jemaat nomor 268.

Debatanghu do donganhu ganup ari ganup taon. Tumpahanna do langkangku urupanna au manaon. Pos do rohangki disi, Debata do donganhi, saleleng ni lelengna i.

‘Tuhankunya, temanku setiap saat. Dilindunginya setiap langkahku. Bersukacita hatiku, Tuhankunya temanku selama-lamanya’

‘Setelah selesai bernyanyi, kemudian berdoa untuk menyerahkan acara yang akan dilaksanakan kepada yang Kuasa’

Suhut:

Naing hu ondas-ondasi hami ma jolo nian natuatuanami naung saur matua on.Alani i, mangido ma hami tu hamu amang parmusiknami asa marmula gabe, marmula horas di hami nasahasuhuton pomparan ni ompungnami, bahen da amang ma jolo gondang mula-mula i.

‘Kami ingin menari untuk orang tua kami yang telah meninggal ini. Jadi, kami meminta kepada pemain musik, supaya memalu gondang yaitu gondang mula-mula, agar berawal kebahagiaan bagi kami sekeluarga’


(45)

‘Setelah menari gondang mula-mula, maka suhut juga meminta agar pemain musik memalu gondangsomba-somba.’

Mauliate ma amang ala nunga dipatupa ho na hombar i, sai anggiat ma tutu marmula di hami hagabeon, hasangapon, marmula nang hamoraon tu angka tingki na naing ro. Laos songon i ma amang, asa husomba hami Amanta na Martua Debata, bahen da amang ma jolo gondang somba i!

‘Terima kasih kami ucapkan kepada pemain musik kami, semoga dengan ini berawallah kebahagiaan, kehormatan, begitu juga dengan kekayaan pada hari yang akan datang. Dan kami juga meminta kepada pemain musik agar memalu gondang somba, karena kami ingin menyembah Tuhan yang Maha Kuasa pemberi berkat, terima kasih’

‘Semua keturunan dari yang meninggal menari sambil menyembah Tuhan yang Kuasa’

Asa liat ma muse panggabean, liat parhorasan di hami nasahasuhuton, bahen da amang ma gondang liat-liat, asa huliati hami natuatuanami naung saurmatua on.

‘Terima kasih kembali kami ucapkan kepada pemain musik kami. Saat ini juga kami ingin meminta kembali agar pemain musik kami memalu gondang liat’.

‘Dalam acara liat-liat, semua keturunan dari yang meninggal beserta keluarga yang lain yang termasuk keturunan nenek moyang mereka menari sambil mengelilingi mayat dari yang meninggal’

Mauliate ma amang namalonami, nunga dibahen ho gondang liat i, jala ihuthon da amang ma tu gondang sahala!.


(46)

‘Terima kasih pemusik kami,kalian telah memainkan gondang liat, lanjutkanlah kembali ke gondang sahala!’

‘ Dalam acara gondang sahala, di sini yang menari khusus keturunan dari yang meninggal sambil mengelilingi mayat dari orang tua mereka’

Suhut:

Nunga tangkas marsijou-jouan sahata tu dolok, sahata tu toruan, molo tung adong na hurang di angka tingki naung salpu, dihami pomparan ni natuatua naung saur matua on, asa tung tangkas hami marsianju-anjuan, asa dapot na niluluan, jumpang na nijalahan. Antong asa dipasu-pasu hahana ma anggina, disiuk-siuk anggina hahana bahen da amang ma jolo gondang na hombar tusi!

‘Sudah jelas seia sekata, kalau ada yang kurang lebih pada hari yang lewat keturunan orang tua kami yang telah saur matua ini, semogalah kami bisa saling memaafkan, agar kami bisa bahagia. Jadi, agar yang lebih tua datang memberkati adik-adiknya, dan adik-adiknya memeluk yang lebih tua, kami meminta agar pemain musik memalu musik yang sesuai dengan itu’

Boru suhut:

Jadi, nunga di son hulahulanami, naing ma nian ro hami marsomba tu hamu hulahulanami. Manang songon dia pe among angka borumuna rajanami, angka laenami, angka bao, ba marpanganju ma hamu lae, dohot hamu bao. Parmusiknami, bahen ma jolo gondang somba i!

‘Sekarang kami ingin menyembah hulahula kami. Walaupun seperti apa nanti yang kami lakukan dan kami sampaikan kepada kalian, kami memohon pengertian kalian kepada kami. Jadi, bagi para pemusik, kami meminta tolong agar memalu gondang somba’!

Dalam acara somba-somba ini, boru suhut memberikan saweran berupa uang kepada hulahulanya atau disebut dengan manggalang.


(47)

Boru suhut:

Songoni hulahula marboru, tung songoni do na boi hupasahat hami tutu hulahulanami. Botima sahat ni hata sian hami.

‘Hanya itulah yang bisa kami sampaikan kepada semua hulahula kami, sekian dan terima kasih’

suhut :

Tung sian nasa rohamuna na sian ate-atemuna laho manomba hami hulahulamuna. Marhitehon i sai ditangihon Amanta na martua Debata ma, asa gabe hami hulahulamuna. Songon i ma sidohononnami di hamu angka borunami saluhutna. Botima

‘Kalian datang menyembah kami dengan setulus hati. Melalui ketulusan hati kalian, Tuhan melihat dan mendengarkan semua doa kita, dan memberikan berkat yang melimpah kepada kalian boru kami’

suhut namarhamaranggi:

jadi, molo dibereng hami do tutu tampakna do tajomna

rim ni tahi do tu gogona

‘Jadi, bila kami perhatikan’ ‘Tumpul dahulu baru tajam’

‘Kesatuan hatilah yang menciptakan kekuatan’.

Molo huida hami do pinompar ni da inang on, tung rim, tung rap do anak, boru, dohot hela. Nang pangidoannami tu joloan on, angka di hamu anggingku, hamu angka natuatuanami sai anggiat ma tutu tubuan anak tubuan boru, pempeng saur matua tu joloan on. Asa songon hata ni umpasa ma dohononhu


(48)

‘Jika kami perhatikan semua keturunan orang tua yang telah saur matua ini, bersatu hati semua baik laki-laki maupun perempuan. Permintaan kami juga ke depanya kepada Tuhan, semoga diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan umur yang panjang. Jadi, untuk mengahkiri perkataan kami, seperti pepatah mengatakan’

asa horas ma hamu namarhamaranggi tangkas ma tu na saurmatua.

Asa hipas-hipas angka na di bona pasogit Horas nang na dipangarantoan

‘Selamatlah kalian yang berkaka adik’ ‘Selamat sampai akhir hayat nanti’

‘Sehat-sehat semua yang tinggal di tanah kelahiran’ ‘Selamat juga bagi parantau’

Jadi, on pe amang pargonsi parindahan na sunsup, parlompan na tabo. Asa bahen da amang ma jolo gondang mula-mula i, manguduti ma somba-somba dohot liat.

‘Jadi, pemain musik kami, tolong mainkan gondang somba-somba dan dilanjutkan dengan gondang liat’

Suhut namarhamaranggi :

Nunga mansai las rohanami mangida hamu angka raja ni doli, dohot da amang nang da inang. Jadi, on pe di bagasan tingki on, paloas hamu ma jolo hami mangido gondang, asa husomba-somba hami ma jolo hamu pomparan ni ompungta lumobi ma di dongan tubunami. Jadi on pe namalonami, ala nunga jongjong dison dongan tubunami lumobi ma dipomparan ni da ompungnami asa marsomba hami tu nasida. Bahen da amang ma jolo gondang somba i asa tangkas husomba hami dohot dongan tubu dison.

‘Kami bangga melihat kalian semua. Pada saat ini, kami ingin meminta izin kepada kalian untuk meminta gondang kepada pemain musik kita, karena kami ingin menyembah kalian keturunan leluhur kita terlebih teman satu marga


(49)

kami. Jadi, kepada pemain musik, kami meminta agar memalu gondang somba, agar kami datang menyembah keturunan leluhur dan teman semarga kami di sini’ Suhut namartinodohon:

Tangkas hu ida las ni rohamuna manombanomba hami pomparan ni da ompungta, bah saluhutna ma pomparan ni ompung sitorus na adong di kecamatan Habinsaran. Tangkas do dipatudutudu hamu songon dalan, partanda songon adian. Di hamu pomparan ni ompung naung saur matua on, lumobi ma di angka hulahulanami. Sandok sai dilehon Debata ma tu hamu gabe na ni ulamuna di balian, sinur na pinahan di huta. Songoni ma hata panimpuli sian hami. Asa songon hata ni umpasa do dohononnami

‘Kami telah melihat ketulusan hati kalian untuk menyembah kami keturunan leluhur kita. Begitu juga dengan keturunan leluhur kita yang berkediaman di kecamatan Habinsaran. Kalian telah menunjukkan sebuah jalan, dan pertanda. Kepada semua keturunan dari yang telah saur matua ini terlebih kepada hulahula kami, diberkatilah kalian semua. Untuk mengakhiri perkataan kami, seperti pepatah kami katakan’

Bagot marhalto Na tubu di robean

Horas ma hamu na manjalo Tu hipasna hami namangalean ‘Pohon enau yang tinggi’ ‘Tumbuh di sebuah bukit’

‘Selamatlah kalian yang menerima’

‘Selamat jugalah kami yang telah memberi’

Bahen da amang ma jolo gondang embas asa huembashon hami ma jolo da hahang nang anggi dolinami on!

‘Pemusik kami buatlah gendang embas biar kami embaskan dulu yang hahang nang anggi dolinami ini’.


(50)

Sai anggiat ma tutu di pudian ni ompung naung parjolo saurmatua on, sai sahata ma tutu tu dolok sahata tu toruan asa songon dolok namarsijoujouan. Songoni ma jolo sidohononnami tu hamu angka udanghu dohot angka amangborunghu pinompar ni da oppung on.

‘semogalah kemudian hari seia-sekata,yang telah ditinggalkan orang tua kita ini. Begitulah nasehat dari kami uda dan amangboru klian’

Boru:

Jadi, maminjam ma jolo hami saotik tingi saonari angka raja ni hulahulanami, songonima nang di hita saluhutna. Jadi, di hamu namalonami, bahen ma jolo gondang somba i asa hu somba hami raja ni hulahulanami on, songon i ma nang dalan ni sombanami tu hamu saluhutna raja ni hula-hula. Amang pargonsinami, asa disahap-sahap hami ma jolo angka raja ni hulahula nami on, bahen ma amang gondang na hombar i!

‘Di sini kami ingin meminta sedikit waktu kepada hulahula kami, begitu juga kepada kita semua. Kepada pemain musik, kami ingin meminta agar memalu musik karena kami ingin menyembah hulahula kami saat ini!’

Suhut namarpariban:

Ima jolo taringot tu namangondas-ondasi da oppung na saur matua on. Jadi on pe mauliate parjolo tapasahat tu Tuhanta pardenggan basa i ima na mangaramoti hita saluhutna sahat tu partuaon ni da inang on, dohot di hamu na tangkas dibereng hami jongjong nuaeng di son. Nang hami pe antong angka anggimuna, pariban muna, tontong do mandok mauliate tu Tuhanta pardenggan basa i. Jadi,tu joloan ni ari on pe angka amang, inang sai dapot ma tutu tu sadana rohamuna, jala tangkas hamu marsijou-jouan, dapot ma angka na ni luluanmuna amang tu joloan on. Di partuat ni da oppung on pe, dipasu-pasu Tuhanta ma di hamu angka hagabeon, hapistaran, habisukon, jala dipasahat Tuhanta ma di hamu sada ni rohai, asa tu hipasna hamu di namangalului angka ragam ni pasu-pasu na naing sipasahaton ni Tuhanta tu hamu tu joloan on. Jadi, ala naung tangkas nuaeng dison hami ianakkon ni na sahasuhutonnami namarpariban on, asa tung tangkas di ondas-ondas i hami da oppung naung saurmatua on, bahen da amang ma jolo gondang mula laos mangihut ma gondang somba i.

‘Pertama-tama mari kita ucapkan terima kasih kepada Tuhan kita dimana pada saat ini Dia telah memberikan kita kesehatan sehingga kita berkumpul di tempat ini. dan kami juga mengharapkan agar Tuhan lebih lagi memberkati kalian semua. Pada saat ini kami telah datang ke tempat ini anak dari saudara leluhur kita


(51)

yang telah dahulu meninggalkan kita untuk menari mengelilingi jenazahnnya. Kepada pemain musik, agar memalu gondang mula kemudian dilanjutkan dengan gondangsomba’!

Pariban suhut menari sambil mengelilingi jenajah orang meninggal.

Mauliate ma amang na malo nami , nunga tung tangkas dibahen da amang gondang somba i, asa gabe liat parhorasan ma i dihasuhutonnami, di haha dolinami on, asa hudapothon hami ma jolo paribannami on, tung bahen da amang ma jolo gondang liat-liati.

‘Terima Kasihlah pemusik kami, sudah jelas disampaikan pemusik kami gendang somba itu, agar keselamatan dihasuhutonnami, di haha dolinami on, asa hudapothon hami ma jolo paribannami on, buat klianlah pemusik kami gondang liat-liati’

Suhut:

Parmusiknami, ala nunga mansai las rohanami dibahen paribannami on, asa hudapothon hami paribannami on, bahen ma jolo na hombar tu parparibanon i.

Kami melihat bahwa saudara kami ini begitu bahagia pada saat ini. Kami ingin menemui saudara kami. Untuk itu, kepada pemain musik kami, agar memalu musik yang sesuai dengan persaudaraan!’

‘Dalam acara parparibanon,suhut menyumbang berupa uang kepada paribannya.’

Pariban suhut:

Nunga tung las rohanami tutu dibahen haha angginami on, paribannami on. Jadi, Asa di embas hami ma jolo galang na nilehon ni pariban nami on, bahen hamu ma jolo gondang na hombar tusi.


(52)

Nunga simpul be pangondas-ondason nami di oppung na saur matua on, bahen ma jolo gondang sitio-tio asa tu tiona hami namarpariban.

‘Kami sudah merasa sangat bahagia atas penyambutan dan saweran yang telah diberikan oleh saudara kami ini. Kami ingin menari sebagai pertanda kebahagiaan kami saat ini. Untuk itu, kepada pemain musik, agar memainkan musik sesuai dengan kebahagiaan yang kami rasakan saat ini’

Tulang rorobot:

Nunga dison be nuaeng hami pomparan ni pasaribu. Molo hami hulahula muna, na naing si ingoton muna natarsurat di psalmen 133:1 ma. Ianggo on ingkon suraton muna do on di bagasan roha muna. On ma isina. “Idama denggan nai, uli nai molo sahundulan halak namarhamaranggi" . Jadi, hami pe nunga pos rohanami di hamu saluhutna. Jadi, di pudian ni dainang naung saur matua on, di hamu saluhutna sai dapot hamu ma angka na uli angka na denggan. Jadi on pe, nunga jongjong hami di son hulahula ni halakon. Asa marmula gabe, marmula horas di helanami sitorus on, bahen da amang ma jolo gondang mula-mula i. Songonima angka lae, angka ito, angka amangboru, marmula ma gabe, marmula ma horas di pudian ni oppung naung saur matua on. Asa tangkas jolo husomba hami Debata, asa diusehon pasu-pasu nai di helanami sitorus. Bahen ma jolo gondang somba-somba i. Asa liat panggabean, liat parhorasan di angka gellengnami on saluhutna. Bahen ma jolo gondang liat-liat i!

‘Sudah di sini sekarang marga pasaribu. Kami ingin mengatakan seperti yang tertulis di dalam kitab Mazmur 133:1, yang berbunyi: sungguh alangkah indahnya dan baiknya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun. Kami yakin dan percaya semua itu sudah kalian lakukan. Jadi, kami berharap kedepaNya agar memberikan berkat-Nya lebih lagi. Saat ini juga kami telah datang di tempat ini untuk menari bersama, dan mengawali kebahagiaan, keselamatan. Untuk itu, kami meminta kepada pemain musik agar memalu gondang somba, dan dilanjutkan dengan gondang liat!’

‘Di sini hulahula margaPasaribumenari sambil berkeliling mengelilingi jenazah orang meninggal’


(53)

Suhut:

Mauliate ma angka tulang. Jadi, songonima angka rajanami sampulu jari-jari, pasampulu sada simajujung marsomba hami tu hamu jala mangido maaf hami , alai manang tung songon dia pe annong na dipatupa hami sai las ma roha ni daging, las roha ni tondimuna. Jadi, asa ro hami manomba hulahulanami na jongjong nuaeng di son, alani i bahen da amang ma jolo gondang na hombar tusi!

‘Terima kasih kami ucapkan kepada hulahula kami. Sebelumnya kami meminta maaf apabila nanti ada perkataan dan tingkah laku kami yang kurang berkenan di hati para hulahula kami. Kepada pemain musik kami, kami meminta agar memalu musik yang sesuai dengan kebahagiaan’

Dalam acara ini suhutmanggalang hulahula marga Pasaribu. Suhut:

Songon dalannami manomba tu hamu pasahatonnami ma nian dosdos na boi lehononnami, molo tung dohononmuna pe hami na holit, sai dao ma holit tu ari namangihut. Jadi, molo tung songoni pe na hupasahat hami rajanami, angka nantulang, sai las ma roha ni badanmuna, las roha ni tondimuna. Songoni ma jolo na boi hupasahat hami.

‘Sekarang kami ingin membahagiakan kalian hulahula kami melalui saweran yang akan kami berikan kepada kalian. Janganlah kalian melihat dari nilainya tetapi lihatlah dari ketulusan dan keikhlasan hati kami’

Hulahula pasaribu:

Jadi, mauliate ma angka lae, angka ito, angka boru, angka bere, molo hu ida mansai bagak hamu dibereng hami hulahula muna pasaribu. Alani i tarsunggul ahu, hea ahu lewat sian dalan on, huida tambak on, oppung Yusuf. Naing ma nian hamu marsiamin-aminan songon lampak ni gaol, marsitungkol-tungkolan songon suhat di robean, sinur ma napinahan, gabe ma na diula, mangomo ma angka partiga-tiga. Parmusik nami, asa diembashon hami ma jolo galang ni pamoruonnami on bahen ma jolo gondang na hombar i!

‘Terima kasih kami ucapkan kepada kalian semua keturunan dari yang telah saur matua ini. Saya teringat, kalau saya pernah lewat dari jalan lintas ini. saya melihat makam leluhur kalian, yaitu makam Op.yusuf. Kami mengharapkan


(54)

agar kalian bisa saling tolong menolong dan saling memaafkan dikemudian hari’.Kepada pemain musik, kami meminta agar memalu musik yang sesuai dengan kebahagiaan!

Hulahula suhut:

Asa tung uli, marlapatan, jala marparbue sihataannami tu hamu, dos ma nian rohamu. Jadi, di son hami angka lae, angka namboru, songoni nang angka pinompar ni namboru on, lumobi ma hamu nasahasuhuton pinompar ni namborunami naung jumolo saur matua on, dohot hasuhuton pinompar ni oppung Yusuf. Ro hami pasahathon hata na uli tu hamu asa las roha ni badanmu, las roha ni tondimu. Naung tangkas di bagas on tapaadop-adop ima namboru. Mauliate ma tadok tu Tuhan i di siala naung ganjang umur ni namboru on alai asa dapot ungganjang sian umur ni namboru on tu angka laenami. Jadi, asa tumpak angka na denggan dohot na uli. Nunga tangkas dipaihut-ihut hami sian ari naung salpu i sahat tu sadari on, nang tu ari marsogot pe sai diparsahalai Tuhanta i ma hamu asa dilehon dame dohot holong, asa ari na tiur di hamu, jala ari na tarpasu-pasu dipartuat ni namborunami on asa si tubuan anak hamu situbuan boru. Asa tubu ma di hamu

‘Satukanlah hati kalian, agar apa yang akan kami sampaikan nanti dapat berguna dan bermanfaat. Kami hulahula hadir pada saat ini untuk menyampaikan nasihat kepada kalian semua keturunan Op. Yusuf terlebih kepada keturunan namboru kami yang telah saur matua ini. Kita patut bersyukur kepada Tuhan atas usia panjang yang telah diberikan kepada namboru kami/orang tua kalian. Tetapi kami sangat berharap kepada Tuhan agar diberikan usia yang lebih panjang kepada kalian semua keturunan yang telah ditinggalkan oleh namboru kami ini dan diberikan berkat yang lebih lagi kepada kita semua. Kami telah melihat dan mengikuti acara sejak namboru kami ini meninggal hingga saat ini, dan untuk hari esok pun, semoga Tuhan yang selalu menyertai dan memimpin setiap acara yang akan kalian laksanakan. Dengan demikian, kalian mendapatkan’

Pamuro na somantak sior Parmahan so mantak batahi

Sai tontong ma di hamu anak na boi sipajoloon Dohot angka boru na gabe boi ina.


(55)

‘Pengusir burung yang tidak kehabisan bekal’ ‘Penggembala yang tidak kehabisan batahi’

‘Semoga kalian mendapatkan putra yang bisa menjadi tempat meminta’ ‘Dan putri yang bisa menjadi ibu yang baik’

Jadi, di sudena i sai dilehon Debata ma di hamu sibalum tali, sidaik na ganjang, sibalum hata na bidang. Ingkon dapot do i asa boi las roha. Sai asi ma roha ni Debata asa di sahaphon ma di hamu ganjang ni umur asa sigokhon na tupa ma.

Asa bintang ma na rumiris

Ombun na sumorop di dolok purba tua Asa anak ma di hamu riris

Boru torop jala dongan mu ma i saurmatua ‘Bintang yang bertabur di langit’

‘Hembun yang bergumpal di awan’

‘Semoga kalian diberikan anak yang serdas’ ‘Dan putri yang pintar’

Hulahula suhut:

Nunga hupasahat hami be hata na uli i angka rajanami sahat ma hamu horas sahat gabe. Saonari pe amang namalonami , ala dipasangap laenami on do namborunami on songon patik palimahon i na pasangap natorasna, asa bahen hamu ma jolo siribur-ribur i laho manghorasi namborunghon asa bahen ma

‘Kami telah menyampaikan nasihat kepada anak kami pada saat ini. Jadi, karena orang ini telah menghormati orang tua mereka seperti titah kelima yang berbunyi: harus menghormati kedua orang tua. Oleh sebab itu, kepada pemain musik, agar memalu musik yang bisa menghibur sekaligus kami bisa mendoakan namboru kami ini, yaitu musik’


(56)

sianjur mula tompa asa marmula ma gabe jala marmula horas

bahen ma jolo gondang mula-mula laos dohot ma gondang somba-somba i!

‘Sianjur adalah permulaan’ ‘Sianjur awal penciptaan’ ‘Agar berawal kebahagiaan’ ‘Berawal keselamatan’

‘Pihak hulahula menari diiringi oleh gondang mula-mula’ hulahula suhut:

Sai liat panggabean ma i, liat parhorasan di angka laenghon, saonari pe liat hulahula tu namboruna, bahen da amang ma na hombari!

‘Dalam acara ini hulahula berkeliling, mengelilingi mayat namboru mereka’

Suhut:

Mauliate ma di laenami, inangbaonami, songoni ma nang hamu rajanami , raja ni hulahula. Tulang, “hami gellengmuna tangkas do diboto hamu na pogos do hami gelleng ni raja i, sai tama ma hami mangido tu Amanta Debata, asa gabe na ni ulanami, sinur na pinahan nami asa boi sangap hamu bahenonnami tu angka tingki na naing ro. Jadi, molo tung songon dia pe annong rajanami dalan ni sombanami laho mangadopi hamu, sai las ma roha ni badanmuna, las roha ni tondimuna, songoni ma jolo sidohononnami. Jadi, parmusiknami, asa disomba hami ma jolo angka hulahulanami on, bahen ma jolo amang gondang somba i!

‘Terima kasih kami ucapkan kepada hulahula kami. Kami anak-anak kalian ini berasal dari keluarga yang tidak berada. Oleh Karena itu, kami tidak henti-hentinya meminta berkat kepada Tuhan supaya diberikan berkatNya kepada kami. Jadi, walaupun nanti tidak seberapa kami sampaikan kepada kalian hulahula kami, terimalah dengan ikhlas. Kepada pemain musik, kami meminta


(57)

kalian untuk memalu gondang somba-somba agar kami datang untuk menyembah hulahula kami’

‘Dalam acara ini, pihak suhut memberikan sumbangan kepada hulahula mereka yang berupa uang’

Suhut:

Jadi, Rajanami, raja ni hulahula sai las ma roha ni badanmuna, lasma roha ni tondimuna manjalo galang na dipasahat hami tu hamu, botima.

‘Hanya sedikitlah yang bisa kami sampaikan kepada semua hulahula kami, semoga kalian tulus menerimanya agar bahagia roh dan badan kalian, terima kasih’

Hulahula suhut:

Jadi, las ni rohanami i, nunga di bahen hamu marhite pambahenanmu tu hami palasrohanami. Jadi, diparmonding ni namboru on ma tutu, sude halojaon ni namboru on di ingot hamu do ima dinamarsingkor-singkor i. Sude tangiang ni namboru on hian sai di oloi Debatama, sai tu gabena ma hamu. Hamauliatehon hamu ma na niula ni namboru on. Nunga dibahen hamu be songon patik palimahon i dipasangap hamu natoras mu. Jadi, on pe mauliate ma di Debata sai las di tambai ma pansarian di hamu, sai tu tonggina ma papanganmuna. Di angka parsingkola, sai ditambai Tuhan ma angka bisuk, parbinotoan, nang angka ulaon. Mauliate. Jadi, asa husabe-sabei hami angka na nilehon ni pamoruonnami on, bahen da amang ma jolo na hombar tu si.

‘Kami bahagia berkat pemberian kalian kepada kami. Kalian memberikan sesuai dengan kemampuan kalian. Pada saat namboru ini meninggal, kalian mengingat semua kerja keras namboru kami ini yang telah bersusah payah. Semoga Tuhan mendengarkan semua doa namboru kami ini semasa hidupnya. Dan kalian harus mensyukuri semua berkat yang telah diberikan Tuhan kepada kalian melalui namboru kami ini. kepada pemain musik, agar kami menari untuk


(1)

88 Bagot na marhalto

Tubu di robean

Horas ma hamu na manjalo Tu hipasna hami namangalean. ‘Pohon enau yang tinggi’

‘Tumbuh di sebuah bukit’

‘Selamatlah kalian yang menerima’

‘Selamat jugalah kami yang telah memberi.’

Di na tangkas uju purba Di na tangkas uju angkola Nunga tangkas raja i manungkun

Ba tung tangkas ma hami bona ni hasuhuton marboa-boa. ‘Sudah jelas ujung purba’

‘Sudah jelas ujung Angko la’

‘Kalian sudah bertanya kepada kami’

‘Kami pun akan memberi tahukan apa yang akan kalian lakukan.’


(2)

Bagan13

Umpasa yang digunakan boru

boru

Umpasa

Sititi ma sihompa, golang-golang pangarahutna, tung so sadia pe na hupatupa hami, sai godang ma pinasuna.Artinya, ‘meskipun sajian hanya ala kadarnya, kiranya banyaklah berkatnya.’

Mandekdek ansosoit tongon tu tarumbara

Unang dok hamu hami parholit, silehonon do na soada.Artinya, ‘keadaan yang membuat sehingga segala sesuatunya serba terbatas.’

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut

Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.Artinya, ‘malapetaka akan jauh bila menghargai hula-hula.’


(3)

90 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapatlah disimpulkan bahwa:

1. Tahapan-tahapan upacara adat saur matua yang terdapat pada masyarakat

Batak Toba, daerah parsoburan tengah kecamatan habinsaran kabupaten

Tobasa yaitu acara martonggo raja (musyawarah),acara moppo (memasukkan mayat atau jenazah kedalam peti), acara mangonda-ondai dan panggalangon (upacara pada malam hari), acara partuatni na saur matua( upacara penguburan), acara ungkap hombung (membicarakan harta peninggalan yang telah saurmatua)

2. Pemakaian ragam diksi yang terdapat pada upacara adat saur

matuaberbeda dengan bahasa sehari-harinya yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, dan pantun.

3. Ragam diksi yang digunakan oleh penutur pihak hula-hula,berbeda

dengan dongan sabutuha, maupun boru yang terdapat pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba.


(4)

5.2Saran

1 Setelah penulis melakukan penelitian tentang kajian sosiolinguistik,

khususnya ragam diksi pada upacara adat saur matua masyarakat Batak

Toba ternyata masih banyak hal-hal yang belum terkupas dalam kajian

sosiolinguistik dari berbagai permasalahan yang ada di dalamnya, maka

penulis menyarankan bagi para peneliti dapat mengkaji dari sudut pandang

dan objek yang berbeda yang berhubungan dengan kajian sosiolinguistik.

2 Pembelajaran bahasa daerahsupaya diberlakukan pada sekolah-sekolah mulai tingkat dasar sampai pada tingkat lanjutan sebagai upaya nyata dan bukti yang sangat baik dalam pelestarian bahasa daerah.

3 Dalam hal penelitian ini, penulis juga mengharapkan kritikan-kritikan ataupun saran-saran agar skripsi ini dapat lebih sempurna.


(5)

92 DAFTAR PUSTAKA

Anwarsyah, 1993. Intisari Dasar-Dasar Metode Penelitian. Medan : Lembaga Penelitian Pendidikan dan Keguruan.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Chaer,Abdul. 1997 : Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. . 2009: Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

Halliday.M.A.K. 1992. Bahasa Konteks dan Teks. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Harimurti, Kridalaksana.1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Penerbit PT.Gramedia

Hasan,Kailani.2001. Butir-Butir Linguistik Umum dan Sosiolinguistik. Pekanbaru: Penerbit Unri Press

. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT.Gramedia

Hutasoit,Dewi.2012. Struktur Wacana dalam Upacara Adat Kematian Saur Matua pada Masyarakat Batak Toba.(skripsi). Medan. Universitas Sumatera Utara.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia

Mahsun.2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Nababan,P.W.J.1991.Sosiolinguistik Suatu Pengantar, Jakarta: Gramedia. Nanawi.1991. Metode Penelitian. Jakarta. Gratina


(6)

Ramlan, M.1985. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Rokhman, Fathur.2013. Sosiolinguistik Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa Dalam Masyarakat Multikultural.Yogyakarta: Graha Ilmu.

.2001.Ilmu Bahasa Indonesia:Morfologi. Yogyakarta: CV. Karyono.

Sibarani, Robert.2012. Sintaksis Bahasa Batak Toba.Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sibarani, Parda.1976.Umpama Batak Dohot Lapatanna. Pemantang Siantar: Penerbit Parda

Sinaga,Richard.2010. Meninggal (Adat Dalihan Natolu).Jakarta: Penerbit Dian Utama.

Sugiyono.2009.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ,Bandung: Alfabeta.

Sumarsono dan Pratana,Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Tambun,R.Tanpa Tahun.Hukum Adat Dalihan Na Tolu. Medan: Penerbit Mitra Medan.

Tambunan,E.H.1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaan sebagai Sarana Pembangunan.Bandung: Penerbit Tarsito. Tarigan, Hery Guntur.1983. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Togatorop.2003.“Adat Saur Matua Pada Masyarakat Batak Toba Suatu Kajian Semiotik”. Medan. Universitas Sumatera Utara.

. 1996. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa

Parera, Jos Daniel. 1994. Sintaksis. Jakarta: Gramedia.

Pateda, Mansoer.1985. Semantik Leksikal. Flores: Penerbit Nusa Indah

Suherlan dan Odien R.2003. Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya. Banten: Untirta Press.

Verhaar, 2001. Asas-Asas Lingustik Umum.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.