IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persentase Serangan Pada Daun Bawang Merah
Hasil pengamatan persentase serangan penyakit layu Fusarium pada setiap pengamatan mulai pengamatan 3 - 8 dapat dilihat pada lampiran 5 - 10. Dari hasil
analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan nyata dan sangat nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan sangat
nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Beda Rataan Persentase Serangan Penyakit Layu Fusarium Pada Minggu I-VIII
Perlakuan Pengamatan
III IV
V VI
VII VIII
A0 A1
A2 A3
A4 15 a
0 b 5 a
0 b 0 b
40 A 20 B
10 B 0 C
0 C 70 A
50 B 40 B
0 C 5 C
85 A 60 B
55 B 5 C
10 C 90 A
70 B 60 B
5 C 10 C
90 A 80 A
60 B 5 C
10 C
Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 notasi huruf kecil dan tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1
notasi huruf besar menurut Uji Jarak Duncan.
Rata-rata persentase serangan hasil pengamatan III Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan A1, A3, dan A4 berbeda nyata dengan perlakuan A0 dan A2,
dimana persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A0, sebesar 15, kemudian perlakuan A2 sebesar 5, sedangkan yang terendah pada perlakuan A1,
A3 dan A4 sebesar 0. Rata-rata persentase serangan hasil pengamatan IV Tabel 1 menunjukkan
bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata terhadap A0, dimana persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 sebesar 40, sedangkan yang
terendah terdapat pada perlakuan A3 dan A4 sebesar 0.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata persentase serangan hasil pengamatan V Tabel 1 menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata terhadap A0, dimana persentase
serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 sebesar 70, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A3 sebesar 0.
Rata-rata persentase serangan hasil pengamatan VI - VII Tabel 1 menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan
A0, dimana persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 sebesar 90 pada pengamatan VII sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A3
sebesar 5. Rata-rata persentase serangan hasil pengamatan VIII Tabel 1 menunjukkan
bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan A0 dan A1, dimana persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 sebesar 90
pada pengamatan VII sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A3 sebesar 5.
Dari Tabel 1, terlihat bahwa pemberian jamur antagonisme T. harzianum dapat menghambat pertumbuhan F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd.
et Hans. Keadaan ini ditunjukkan oleh rendahnya persentase serangan penyakit layu Fusarium pada masing-masing perlakuan. Persentase serangan penyakit
tertinggi pada perlakuan A2 sebesar 60, A3 sebesar 5 , dan A4 sebesar 10 , dibandingkan perlakuan A0 sebesar 90 dan A1 sebesar 80. Hal ini
dikarenakan jamur antagonisme T. harzianum dapat menekan perkembangan jamur F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd. et Hans. Hal ini sesuai
dengan Sinulingga 1989 yang menyatakan bahwa Trichoderma dapat
membunuh jamur lain. Mekanisme antagonisme Trichoderma terhadap jamur lain
Universitas Sumatera Utara
15 40
70 85
90 90
20 50
60 70
80
5 10
40 55
60 60
5 5
5 5
10 10
10 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
I II
III IV
V VI
VII VIII
Pengamatan Pe
rs en
ta se
S er
an ga
n
A0 A1
A2 A3
A4
merupakan mekanisme pengendalian hayati, yang berlangsung dengan cara antibiosis, parasistisme, dan kompetisi.
Gambar 6. Histogram Pengaruh Kerapatan T. harzianum Terhadap Persentase Serangan Penyakit Layu Fusarium
F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd. et Hans.
Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa persentase serangan penyakit layu Fusarium tertinggi terdapat pada perlakuan A0, sebesar 90 pada
pengamatan VII dan VIII. Hal ini menunjukkan bahwa serangan penyakit layu Fusarium sangat tinggi di lapangan. Tingginya serangan dimulai dari pengamatan
III dan terus meningkat hingga pengamatan VIII. Pada perlakuan A3 dan A4 mampu menekan serangan penyakit 80 hingga 85. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Moekasan, dkk, 2000 yang menyatakan bahwa tanaman yang terinfeksi melalui bibit, gejala serangan mulai terlihat pada umur 7 - 14 hari
setelah tanam. Sedangkan jika terinfeksi melalui tanah, gejala serangan mulai terlihat pada umur 30 hari sesudah tanam.
Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa persentase serangan penyakit layu Fusarium pada perlakuan A3 kerapatan T. harzianum 10
8
konidialiter air
Universitas Sumatera Utara
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan A4 kerapatan T. harzianum 10
10
konidialiter air. Hal ini disebabkan pengaruh faktor lingkungan terutama pengaruh curah hujan dan ketersediaan kandungan air yang berpengaruh terhadap
perkembangan F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd. et Hans., berbeda pada masing-masing polibag. Pada saat penelitian dilaksanakan, keadaan
curah hujan pada bulan Juni-Agustus 2008 selalu berubah-ubah Lihat Lampiran 17. Ditambah lagi penyiraman yang dilakukan menggunkan gembor
dengan ukuran 1 gembor yang berukuran standard4 polibag. Hal ini sesuai dengan literatur Walker 1969 yang menyatakan bahwa penyakit ini dapat
berkembang dengan baik pada suhu tanah 21-33
o
C. Suhu optimumnya adalah 28
o
C. Sedangkan curah hujan dan kelembaban tanah yang membantu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Curah hujan yang dikehendaki
adalah 1.500 - 2.500 mmtahun. Penyakit ini juga dapat berkembang dengan baik pada kelembaban 70 90.
2. Intensitas Serangan Pada Umbi Bawang Merah