Intensitas Serangan Pada Umbi Bawang Merah

lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan A4 kerapatan T. harzianum 10 10 konidialiter air. Hal ini disebabkan pengaruh faktor lingkungan terutama pengaruh curah hujan dan ketersediaan kandungan air yang berpengaruh terhadap perkembangan F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd. et Hans., berbeda pada masing-masing polibag. Pada saat penelitian dilaksanakan, keadaan curah hujan pada bulan Juni-Agustus 2008 selalu berubah-ubah Lihat Lampiran 17. Ditambah lagi penyiraman yang dilakukan menggunkan gembor dengan ukuran 1 gembor yang berukuran standard4 polibag. Hal ini sesuai dengan literatur Walker 1969 yang menyatakan bahwa penyakit ini dapat berkembang dengan baik pada suhu tanah 21-33 o C. Suhu optimumnya adalah 28 o C. Sedangkan curah hujan dan kelembaban tanah yang membantu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Curah hujan yang dikehendaki adalah 1.500 - 2.500 mmtahun. Penyakit ini juga dapat berkembang dengan baik pada kelembaban 70 90.

2. Intensitas Serangan Pada Umbi Bawang Merah

Hasil pengamatan intensitas serangan penyakit layu Fusarium dapat dilihat pada lampiran 13. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang sangat nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan Penyakit Layu Fusarium Setelah Panen Perlakuan Rataan A0 A1 A2 A3 A4 77,83 A 54,31 B 48,86 B 1,73 C 5,32 C Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1 notasi huruf besar menurut Uji Jarak Duncan. Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase serangan pada semua perlakuan A1, A2 A3, dan A4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan A0, dimana persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A0, sebesar 77,83, sedangkan yang terendah pada perlakuan A1, A3 dan A4 sebesar 1,73. Dari tabel 2 di atas dapat juga dilihat bahwa perlakuan A3 berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan A0, A1, dan A2. Tetapi perlakuan A3 tidak berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan A4. Intensitas serangan penyakit pada perlakuan A0, sebesar 77,83, A1 sebesar 54,31, A2 sebesar 48,86, A3 sebesar 1,73, dan A4 sebesar 5,32. Dari tabel 2 juga terlihat bahwa pemberian T. harzianum dengan kerapatan 10 8 konidialiter air dan 10 10 konidialiter air lebih efektif untuk mengendalikan layu fusarium bila dibandingkan dengan pemberian T. harzianum dengan kerapatan 10 4 konidialiter air dan 10 6 konidialiter air. Keadaan ini ditunjukkan oleh rendahnya intensitas serangan penyakit pada perlakuan A3 kerapatan T. harzianum 10 8 konidialiter air sebesar 1,73 dibandingkan dengan perlakuan A0 kontrol sebesar 77,83. Berdasarkan uji beda jarak rata-rata Duncan, semua perlakuan berbeda sangat nyata. Hal ini terjadi karena jamur T. harzianum dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan yang kurang baik, dan mempunyai pertumbuhan yang cepat pada tanah. Dalam proses kompetisi, Universitas Sumatera Utara 77,83 54,31 48,86 1,73 5,32 10 20 30 40 50 60 70 80 90 A0 A1 A2 A3 A4 Perlakuan In te ns ita s Se ra ng an Trichoderma memiliki kemampuan memperebutkan tempat dan sumber makanan dalam tanah atau sekitar perakaran tanaman rizosfer. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinulingga 1989 yang menyatakan bahwa dalam keadaan lingkungan yang kurang baik, miskin hara atau kekeringan, Trichoderma akan membentuk klamidospora sebagai propagul untuk bertahan. Propagul ini akan tumbuh dan berkembang biak kembali apabila lingkungan kembali normal. Gambar 7. Histogram Pengaruh Kerapatan T. harzianum Terhadap Intensitas Serangan Penyakit Layu Fusarium F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd. et Hans. Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa intensitas serangan penyakit layu Fusarium tertinggi terdapat pada perlakuan A0, sebesar 77,83, dan terendah terdapat pada perlakuan A3, sebesar 1,73. Hal ini menunjukkan bahwa serangan penyakit layu Fusarium sangat tinggi di lapangan. Namun, dalam serangan penyakit yang sangat tinggi ini pada perlakuan A3 dan A4 mampu menekan serangan penyakit 72,51 hingga 76,10. Hal ini dapat terjadi karena Trichoderma memperebutkan tempat dan sumber makanan dalam tanah atau sekitar perakaran tanaman rizosfer, mengeluarkan antibiotik atau metabolisme yang menghambat kegiatan F.oxysporum Schlecht. f.sp. cepae Hanz. Snyd. et Hans., dan menghancurkan dinding miselium parasit, yang dapat dihubungkan dengan keberadaan enzim  1-3 glukanase, ekstraseluler-kitinase akibat Universitas Sumatera Utara memarasit secara langsung terhadap patogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chet 1987 yang menyatakan bahwa di alam, jamur antagonis dapat berinteraksi dengan jamur lain yang diekspresikan dalam aktifitas mikoparasitisme hiperparasitisme, kompetisi, serta antibiosis dan lisis. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa adanya hubungan antara data persentase serangan pada daun dan intensitas serangan pada umbi. Pada tabel 1 Pengamatan VIII menunjukkan bahwa rata-rata persentase serangan pada daun untuk perlakuan A0 sebesar 90, A1 sebesar 80, A2 sebesar 60, A3 sebesar 5, dan A4 sebesar 10. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata intensitas serangan pada umbi untuk perlakuan A0 sebesar 77,83, A1 sebesar 54,31, A2 sebesar 48,86, A3 sebesar 1,73, dan A4 sebesar 5,32.

3. Produksi Umbi Bawang Merah KgPlot

Dokumen yang terkait

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

9 157 125

Potensi Cendawan Endofit Dalam Mengendalikan Fusarium Oxysporum F.SP. Cubense Dan Nematoda Radopholus Similis COBB. Pada Tanaman Pisang Barangan (Musa Paradisiaca) Di Rumah Kaca

0 42 58

Teknik PHT Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum f. sp capsici Schlecht) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum armuum L.) di Dataran Rendah.

0 27 138

Uji Antagonis Trichoderma spp. Terhadap Penyakit Layu (Fusarium oxysforum f.sp.capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L) Di Lapangan

3 52 84

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Perkembangan Penyakit Layu Fusarium ( Fusarium oxysporum f.sp cúbense ) Pada Beberapa Varietas Tanaman Pisang ( Musa paradisiaca L. )

2 30 74

Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum (schlecht.) f.sp lycopersici (sacc.) Synd.ei Hans Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill)

4 63 70

TANGGAPAN BEBERAPA KULTIVAR BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP SERANGAN Fusarium oxysporum f.sp. cepae PENYEBAB PENYAKIT MOLER DI LAHAN KABUPATEN NGANJUK.

3 4 73

Streptomyces sp. Sebagai Biofungisida Patogen Fusarium oxysporum (Schlecht.) f.sp. lycopersici (Sacc.) Snyd. et Hans. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.).

0 0 3

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

1 2 64

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

2 2 9