II. 3 Pemeriksaan Penunjang II. 3.1 Radioiogi
Tanggal 16 Oktober 2008 di RS. Swasta di kota Medan Foto toraks P. A
Tanggal 24 Oktober 2008 di RSU. H. Adam Malik saat masuk Foto toraks P.A
Kesan : • Tampak gambaran konsolidasi
homogeny dengan masih tampak air brochogram pada paru kanan.
• Tampak adanya benda asing peluru di lapangan bawah paru
kanan panah
Kesan : • Tampak gambar beberapa
kavitas berisi dengan air flud level pada lapangan tengah dan
bawah paru kanan panah hitam
• Tampak adanya atelektase panah merah.
• Tampak adanya benda asing peluru di lapangan bawah paru
kanan dalam lingkaran
Universitas Sumatera Utara
Foto toraks Lateral Kanan
II. 3.2. Foto toraks Lateral Kanan
Darah rutin Hb
: 11,2 gDl Leukosit
: 9.900mm3 Trombosit
: 185.000mm3 KGD ad random
: 137 mgdl Fungsi hati
SGOT : 48 UL
SGPT : 65 UL
Fungsi ginjal Ureum
: 22 mgdl Creatinin
: 0,6 mgdl Elektrolit
Natrium : 120 mEqL
Kalium : 4,2 mEqL
Chloride : 89 mEqL
Kesan : • Tampak gambaran beberapa
kavitas berisi dengan air flud level pada lapangan tengah dan
bawah paru kanan panah hitam
• Tampak adanya benda asing peluru di lapangan bawah paru
kanan dalam lingkaran
Universitas Sumatera Utara
AGDA pH
: 7.504 pCO2
: 32,2 mmHg pO2
: 65,0 mmHg HCO3
: 31,7 Total CO2
: 32,9 BE
: + 1 Saturasi
: 95,6 Kesan
: Alkalosis respiratorik
EKG Kesan
: Sinus Takhikardia Toleransi Bronkoskopi
: Low risk
II.4 Diagnosis Banding
1. Abses paru kanan 2. TB paru kanan.
3. Jamur paru kanan 4. Tumor paru kanan
II.5 Diagnosa Sementara
Abses paru kanan
II. 6 Penatalaksanaan
• 1. Bed rest
Non medikamentosa
2. Diet MB
Universitas Sumatera Utara
• 1. O22-3IJ
Medikamentosa
2. IVFD NaCl 0,9 24gtti 2 fls + IVFD NaCI 3 8 gtti 1 fls 3. Irq, Cefotaxime 1 amp12 jam
4. lnj. Tramadol 1 amp8 jam 5. fnj. Ranitidin 1 amp12 jam
6. Syr. Ambroxoi 3xC1 7. Tab. Paracetamol 3x500 mg
8. Tab. Vitamin B Kompleks 3x1
Rencana Penjajakan 1. Analisa sputum
: direct smear BTA 3x, pewarnaan gram bakteri, jamur Kultur sputum : BTAresistensi OAT, bakteri aerobanaerobST,
jamur 2. Sitologi sputum
3. Darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, KGD adrandom, AGDAelektolit ulangan.
4. Foto toraks P.A evaluasi 5. CT Scan toraks
6. Bronkoskopi
Universitas Sumatera Utara
II. 8 Follow Up Pasien TGL
KeluhanStatus Presens
Pemeriksaan Fisik Toraks
Medikamentosa
25 sd 26 Oktober
2008 KU : sesak nafas +
↓, batuk berdahak + ↓, warna hijau
KT : nyeri dada + ↓,
demam + ↓
Sens : CM TD : 120-13080-90
mmHg HR : 84-88xi
RR : 22-24 xi Temp : 36,8-37,2
C Toraks
depanbelakang : Infeksi : Simetris
Palpasi : SF kanan kiri, kesan kanan
mengeras. Perkusi : Sonor
memendek lapangan tengah dan bawah
paru kanan Auskultasi : SP :
Vesikuler mengeras pada lapangan
tengah dan bawah paru kanan.
ST : ronki basah pada lapangan
tengah dan bawah paru kanan, amforik
pada lapangan tengah paru kanan.
Dx : Abses paru kanan
1. O2 2-3 ii 2. IVFD NaCl
0,9 20 gtti 3. Inj. Cefotaxime
1 amp12 jam 4. Inj. Tramadol 1
amp8 jam 5. Inj. Ranitidin 1
amp12 jam 6. Syr. Ambroxol 3
x C1 7. Tab.
Paracetamol 3 x 500 mg
8. Tab. Vitamin B Kompleks 3 x 1
Ket : Pasien tidak ber Sedia untuk
dilakukan tindakan proef punksi
Universitas Sumatera Utara
TGL KeluhanStatus
Presens Pemeriksaan Fisik
Toraks Medikamentosa
27 sd 28 Oktober
2008 KU : sesak nafas +
↓, batuk berdahak + ↓, warna hijau
KT : nyeri dada + ↓,
demam + ↓
Sens : CM TD : 110-13080-90
mmHg HR : 88-98xi
RR : 20-22 xi Temp : 36,8-37,3
C Toraks
depanbelakang : Infeksi : Simetris
Palpasi : SF kanan kiri, kesan kanan
mengeras. Perkusi : Sonor
memendek lapangan tengah dan bawah
paru kanan Auskultasi : SP :
Vesikuler mengeras pada lapangan
tengah dan bawah paru kanan.
ST : ronki basah pada lapangan
tengah dan bawah paru kanan, amforik
pada lapangan tengah paru kanan.
Dx : Abses paru kanan
1. O2 2-3 ii 2. IVFD NaCl
0,9 20 gtti 3. Inj. Cefotaxime
1 amp12 jam 4. Inj.
Ciprofloxacin 200 mg12 jam
5. Inf. Metronidazole
500 mg8 jam 6. Inj. Tramdol 1
amp8 jam 7. Syr. Ambroxol 3
x C1 8. Tab.
Paracetamol 3x500 mg
9. Tab. Vitamin B Kompleks 3x1
Universitas Sumatera Utara
TGL KeluhanStatus
Presens Pemeriksaan Fisik
Toraks Medikamentosa
29 sd 30Oktober
2008 KU : sesak nafas -,
batuk berdahak + ↓,
warna hijau KT : nyeri dada +
↓, demam -
↓ Sens : CM
TD : 110-12060-70 mmHg
HR : 84-88xi RR : 20 xi
Temp : 36,4-36,6
C Toraks
depanbelakang : Infeksi : Simetris
Palpasi : SF kanan kiri, kesan kanan
mengeras. Perkusi : Sonor
memendek lapangan tengah dan bawah
paru kanan Auskultasi : SP :
Vesikuler mengeras pada lapangan
bawah paru kanan. ST : ronki basah
pada lapangan tengah dan bawah
paru kanan, amforik pada lapangan
tengah paru kanan. Dx : Abses paru
kanan 1. IVFD NaCl
0,9 20 gtti 2. Inj. Cefotaxime
1 amp12 jam 3. Inf.
Ciprofloxacin 200 mg12 jam
4. Inf. Metronidazole
500 mg8 jam 5. Tab. Tramadol
3x50 mg 6. Tab. Ranitidine
2 x 150 mg 7. Syr. Ambroxol
3xC1 8. Tab. Vitamin B
Kompleks 3x1
Universitas Sumatera Utara
TGL KeluhanStatus
Presens Pemeriksaan Fisik
Toraks Medikamentosa
30102008 sd 0111
2008 KU : batuk berdahak
+ ↓↓, warna putih
kekuningan KT : nyeri dada +
↓↓, demam -
Sens : CM TD : 120-13070-80
mmHg HR : 76-80xi
RR : 20 xi Temp : 36,5-36,8
C Toraks
depanbelakang : Infeksi : Simetris
Palpasi : SF kanan kiri, kesan kanan
mengeras. Perkusi : Sonor
memendek lapangan bawah paru kanan
Auskultasi : SP : Vesikuler mengeras
pada lapangan tengah dan bawah
paru kanan. ST : ronki basah
pada lapangan bawah paru kanan,
amforik pada lapangan tengah
paru kanan. Dx : Abses paru
kanan 1. Inj. Ceftazidim 1
amp12 jam 2. Inf.
Ciprofloxacin 200 mg12 jam
3. Tab. Metronidazole
3x500 mg 4. Tab. Tramadol
3x50 mg 5. Tab. Ranitidine
2x150 mg 6. Syr. Ambroxol
3xC1 7. Tab. Vitamin B
Kompleks 3x1 Ket :
Os pulang atas permintaan sendiri
dan tidak bersedia untuk dilakukan
torakotomi
Universitas Sumatera Utara
II.9 HasilPenjajakan II.9.1 Analisa sputum 26 Oktober 2008
Direct smear BTA 3x Negatifnegatifnegatif
Pewarnaan gram Tidak dijumpai adanya pertumbuhan bakteri.
Pewarnaan jamur dijumpai adanya pertumbuhan jamur.
II.9.2 Sttoiogi sputum 27 Oktober 2008
Makroskopis Diterima cairan sputum sebanyak 3 cc, warna hijau, agak kental
Mikroskopis • Sediaan smear dari sputum tampak sel-sel epitel tatah dalam batas normal.
• Latar belakang smear terdiri dari sel-sel radang limfosit dan pmn serta massa
mukous. • Tidak dijumpai tanda-tanda keganasan.
Kesimpulan
C2 Benign smear.
inflammatory smear.
Universitas Sumatera Utara
II.9.3 CT Scan toraks 28 Oktober 2008
NCCT : Tampak sebuah corpus alienum dengan densitas logam pada paru
kanan segment 10 disertai beberapa buah rongga disekitarnya dan tampak rongga paling besar pada segment 6.
Didalam rongga-rongga tersebut dijumpai adanya cairan. Jantung ukurannya normal. Trachea dan bronkus utama kanankiri
terbuka normal. Tidak tampak pembesaran kelenjar lymphe mediastinum dan hilus kiri
dan kanan. Kesan
: Corpus alienum di paru kanan segment 10 kesan peluru dengan beberapa abses paru disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
II.9.4 Laboratorium 30 Oktober 2008
Darah rutin Hb
: 11,9 gdL Leukosit
: 8.700mm3 Trombosit
: 225.000mm3 KGD ad random
: 123 mgdL Fungsi hati
SCOT : 38 UL
SGPT : 40UL
Fungsi ginjal Ureurn
: 35 mgdl Creatinin
: 1,2 mgdl Elektrolit
Natrium :138 mEqL
Kalium : 4,2 mEqL
Chlorida : 101 mEqL
AAGDA pH
: 7,405 Pco2
: 37,8 mmHg PO2
: 82,8 mmHg HCO3
: 28,7 Total co2
: 20,9 BE
: + 1,0 Saturasi
: 97
Universitas Sumatera Utara
II.9.5 Foto roentgen toraks 31 Oktober 2008
Foto toraks P.A
Kesan : Berkurangnya konsolidasi homogen pada lapangan bawah paru kanan, dan
berkurangnya air flud level dalam kavitas. Hal ini menujukkan adanya perbaikan pasien dilihat secara radiologis setelah pemberian antibiotika yang sensrtif dan
adekuat. Hamun masih adanya corpus aiienum di lapangan bawah paru kanan. Kesan :
• Tampak gambaran beberapa kavitas dengan air flud level
yang sudah berkurang • Tampak adanya benda asing
peluru di lapangan bawah paru kanan dalam lingkaran
Universitas Sumatera Utara
II.9.6 Bronkoskopi 31 Oktober 2008
Keterangan gambar: Gambar 1 : Lobus superior dan trunkus intermedius paru kanan Tampak orificium
terbuka, mukosa hiperemis, karina 1 tajam. Gambar 2 : Lobus medius, inferior dan segmen superior lobus inferior paru kanan:
Tampak orificium terbuka, mukosa hiperernis. Gambar 3 : Lobus medius paru kanan :
Tampak orificium terbuka, permukaan mukosa kasar dan hiperemis.
Gambar4 : Segmen posterior basalis lobus inferior paru kanan : Tampak orificium terbuka, mukosa edema dan hiperemis, adanya
cairan pus
Universitas Sumatera Utara
Kesan Bronkoskopi: • Mukosa oedema dan hiperemis
• Tidak tampak adanya kospus alienum pada segmen - segmen paru. • Tampak adanya cairan pus yang keluar dari segmen posterior basalis lobus
inferior paru kanan dan dilakukan bilasan cairan bronkus.
Hasil kultur bilasan cairan bronkus Rakteri aerob
Bilakan : dijumpai Pseudomonas aeruginosa Antibiotika yang sensitif : amikacin, cefotaxime, ceftazidim, cefepime,
cefoperazonesulbactam, chloramphenicol, ciprofloxacin, cotrimoxazole, ofloxacin, pceracillin
Jamur ada pertumbuhan jamur.
Universitas Sumatera Utara
II.9.7 Follow Pasien
Pada hari selasa, tanggal 10 Maret 2009 pasien berobat kontrol ke poliklinik jalan paru RSUP. H. Adam Malik medan, dari pemeriksaan ditemukan :
Pasien merasa baik dan dapat melakukan aktifltas sehari - harinya tanpa ada sesak nafas, batuk ataupun nyeri dada lagi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Sens : CM
BB : 73 kg TD
: 12090 mmHg T : 165 cm
Pols :98xl RR
: 24 xi T
: 36,8 ° C Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Kepala : Mata : anemia -, ikterus -, ptosis -
Leher : Pembesaran KGB -
Toraks depanbelakang: • Inspeksi : Simetris.
• Palpasi : SF kanan = kin, kesan normal • Perkusi : Sonor ke 2 lapangan paru
• Auskultasi : SP : Vesikuler ke 2 lapangan paru. ST:-
Abdomen : Soepel, peristaltik + normal, heparlimparenal: tidak teraba.
Ekstremitas : superior inferior : edema --, clubbing finger -- Inferior : edema --, clubbing finger --, bekas operasi + sinistra
Universitas Sumatera Utara
Dari pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil: Hb
:12,4gdL Leukosit
: 9800mm3 Trombosit
: 247.000 mm3 KGD ad random : 109 mgdl
Kesimpulan: Dari pemeriksaan pada pasien, disimpulkan bahwa secara klinis dan
ponericsaan fisik dan darah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan foto toraks evaluasi, disimpulkan bahwasanya tidak
terdapat lap gambaran kavitas dengan air flud level, namun masih terdapat gambaran konsolidasi non homogen pada sudut costo frenikus kanan dan gambaran
fibrosis yang imeupakan gejala sisa dari abses paru yang diderita pasien. Tampak adanya corpus alienum peluru pada lapangan bawah paru kanan,
panefi kembali dianjurkan untuk melakukan torakotomi yang bertujuan untuk mengeluarkan peluru, namun pasien tidak bersedia.
Kesan : • Tampak gambaran konsolida si
non homogen pada sudut costofrenikus kanan
• Permukaan diafragma kanan yang tidak cembung.
• Tampak adanya peluru pada lapangan bawah paru kanan
dalam lingkaran. • Tidak tampak lagi adanya
kavitas yang berisi air flud level. • Adanya perbaikan pada foto
toraks, disertai adanya garis fibrosis sebagai sisa dari abses
paru.
Universitas Sumatera Utara
III. Diskusi
III. 1 Defenisi
Abses paru merupakan kerusakan lokal pada parenkim paru yang disebabkan Infeksi bakteri anaerob yang akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan dan supurasi
daripada jaringan paru yang terkena. Kerusakan jaringan paru akan membentuk rongga atau kavitas sebanyak satu atau beberapa yang berisikan air-fluid level.
Abses paru dibagi atas 2, yakni abses paru primer, yaitu abses paru yang diakibatkan oleh Scarena aspirasi pneumonia, nekrosissupurasi pneumonia
ataupun infeksi dari pringan paru yang infark rusak. Sementara abses paru sekunder merupakan penyebaran infeksi dari tempat lain, baik secara hematogen,
limfogen ataupun perkontinuitatum.
III.2 Patogenesis
Abses paru dapat terbentuk bila terjadi:
III2.1 Aspirasi pneumonia
Aspirasi pneumonia mengakibatkan abses paru bila seseorang terhirup ataupun sertefannya bahan-bahan iritan dari saluran nafas atas ataupun bronkus k
jaringan paru-pani yang dapat menimbulkan infeksi maupun iritasi pada jaringan paru yang terkena.
Abses paru yang terjadi akibat aspirasi pneumonia dipengaruhi oleh jumlah tohan - bahan iritan yang teraspirasi, jumlah bakteri anaerpb yang terkandung dalam
tahan - bahan iritan, serta pH dari bahan - bahan iritan. Selain itu ha yang irrtempengaruht adaiah mekanisme pembersihan saluran nafas dan kekebalan
tubuh seseorang. Aspirasi pneumonia dapat terjadi bila :
1. Adanya bahan-bahan iritan yang terhirup ataupun tertelan. Tertelannya cairan lambung pada GERD, infeksi yang terjadi pada nasal dan
sinus, kebersihan mulut yang buruk, infeksi bronkus, seperti pada bronkitis kronis, ataupun bronkiektasis.
Kebersihan rongga mulut harus dijaga, dikarenakan saliva sangat banyak mengandung bakteri anaerob, dengan konsentrasi 10
8
ml pada orang sehat, jumlah ini akan meningkat pada orang yang mengalami gangguan hiegenitas
pada rongga mulut. Melalui teknik radioaktif, diketahui bahwa sebagian kecil saliva akan teraspirasi ke paru - paru selama tidur sebesar 45 pada orang
Universitas Sumatera Utara
sehat, dan meningkat sebesar 75 pada orang-orang yang mengalami gangguan kesadaran.
2. Adanya gangguan mekanisme pertahanan saluran nafas, sepertj batuk, Terganggunyamekanisme batuk yang merupakan salah satu mekanisme
pertahanan saluran nafas dapat mengakibatkan mudahnya terhirup ataupun tertelannya bahan - bahan iritan dan infeksi pada jaringan paru. Terganggunya
mekanisme batuk ini dapat disebabkan penderita yang tidak sadar, penderita pharyngeal falsy, dan lainnya.
3. Adanya gangguan pembjersihan dan\ mukosiliaris trachea - bronchial. Mukosiliaris dari trachea - bronchial juga merupakan salah satu
mekanisme pembersihan bahan-bahan iritan ataupun infeksi dari saluran nafas. Gangguan mukosiliaris ini disebabkan oleh karena pengaruh obat anestesi lokai
maupun urnum. Penderita bronkitis kronis, adanya obstruksi pada bronkus oleh sekret dahak yang kental, gumpalan darah, benda asing ataupun tumor.
Aspirasi pneumonia merupakan penyebab yang paling sering terjadinya abses paru
III.2.2 Supuratif pneumonia
Aspirasi dari bahan - bahan orofaring yang menyebabkan supuratif pneumonia yang pada akhirnya akan rnembentuk abses paru, sekitar 75 terdapat
pada segmen posterior lobus atas paru kanan atau terdapat di segmen apikal. Abses in juga dapat tertentuk pada fobus bawah paru, dimana bahan-bahan iritan
akan mengikuti gaya gravitasi. Abses paru yang disebabkan oleh supuratif pneumonia biasanya diakibatkan ofceti bakteri Staphylococcus sp dan Klebsieila sp.
Universitas Sumatera Utara
III.2.3 Infeksi dari jaringan paru yang infark
Jaringan paru yang infark yang dikarenakan emboli dapat juga menyebabkan tefjadinya abses paru, walaupun hal ini jarang terjadi. Dengan adanya jaringan paru
yang infark, merupakan tempat yang baik bagi bakteri anaerob, yang menyebabkan tefjadinya supurasi dan nekrosis jaringan paru yang terkena.
Tabel I. Faktor predisposisi terjadinya abses paru Aspirasi bakteri orofaring
2
• Sepsis dentalperiodontal • Infeksi sinus paranasal
• Penurunan tingkat kesadaran • Alkoholobat-obatan penenang
• Anestesi • Epilepsy
• Cedera kepala • Penyakit cerebrovaskular
• Koma diabetikum • Pemasangan endotracheal tube
• Pemasangan tracheostomy tube • Recurrent laryngeal nerve palsy
• Gangguan menelan • Oesophageal stricture
• Gangguan motilitas esophagus • Gangguan neuromuskuler
• Achalasia • Pembedahan leher
• Gastro-oesophageal reflux
Supuratif pneumonia • Staphylococcus aureus
• Streptococcus milleriintermedius • Klebsiella pneumonia
• Pseudomonas aeruginosa
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran hematogen • Infeksi traktus urinaria
• Sepsis abdomen • Sepsis pelvis
• Infeksi endokarditis • Penggunaan obat-obatan IV
• Infeksi kanul IV • Sepsis thrombophlebitis
Riwayat penyakit paru terdahulu
• Bronhiectasis • Cystis fibrosis
• Obstruksi bronkus • Tumor
• Corpus alienum • Kelainan congenital
Infeksi dari jaringan paru yang infark
Trauma Imunodefisiensi
• Primer • Acquired
Universitas Sumatera Utara
Pada pasien ini, abses paru yang terbentuk merupakan akibat aspirasi benda asing atau corpus alienum yang masuk ke dalam paru kanan. Corpus alienum ini
mengakibatkan infeksi lokal pada jaringan paru sekitarnya, yang kemudian mengalami nekrosis dan supuratif.
III.3 Karakteristik mikrobiologi
Bakteri anaerob merupakan penyebab terbanyak pada abses paru. Pada sebuah studi di AS, ditemukan 89 dari kasus abses paru disebabkan oleh bakteri
anaerob, dan sekitar 43 kasus abses paru disebabkan oleh bakteri aerob. Abses paru yang disebabkan campuran bakteri anaerob dan aerob sekitar 54 dari kasus.
Bakteri aerob sering berasal orofaring. Ada 3 jenis keJompok bakteri anaerob, yaitu :
1. Basil gram negatif, seperti Bacteroides fragltis, Prevotella dan Porphyromonas. 2. Coccus gram positif, seperti bakteri Peptostreptococcus sp.
3. Batang gram negatif, seperti Fusobacterium sp. Bakteri aerob menyebabkan abses paru yang bersifat supuratif. Bakteri yang
termasuk golongan ini seperti Streptococcus intermedius, Streptococcus constellates, dan Streptococcus anginosus.
Bakteri aerob gram positif yang paling sering menyebabkan abses paru adalah Slaphilococcus aureus. Infeksi bakteri ini sering terjadi pada anak - anak, dan
jarang menginfeksi orang dewasa. Bakteri aerob gram positif lainnya adaiah Streptococcus pyogenes.
Bakteri aerob gram negatif yang sering menyebabkan abses paru adalah We6sea pneumonia. Infeksi ini sering terjadi pada pasien - pasien yang menerima
faemoterapi sitotoksik atau obat - obat kortikosteroid. Bakteri yang lainnya adalah Pseudomonas aeruginosa, dengan ciri khas abses paru yang terbentuk biasanya
dan kecil, yang terbentuk dari supuratif pneumonia. Sesuai dengan studi di A.S, dimana pada abses paru, ditemukan 89 dari
kasus abses paru disebabkan oleh bakteri anaerob, dan sekitar 43 kasus abses paru disebabkan oleh bakteri aerob. Abses paru yang disebabkan campuran bakteri
anaerob dan aerob sekitar 54 dari kasus. Namun pada pasien ini, sesuai dengan hasil kultur bilasan cairan bronkus, ditemukan bakteri Pseudomonas aeruginosa,
yang merupakan bakteri aerob gram negatif.
Universitas Sumatera Utara
III.4. Diagnosis III.4.1 Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering timbut pada penderita abses paru adalah batuk yang disertai dengan dahak yang purulen, diikuti dengan sesak nafas dan nyeri dada yang
bersifat pleuritik. Pasien juga sering mengaiami demam tinggi yang dapat disertai dengan rnenggigil bahkan kejang.
Apabila telah terjadi nekrosis pada jaringan paru yang mempunyai hubungan langsung dengan bronkus, maka batuk pada penderita abses paru disertai dengan
dahak purulen semakin banyak dan adanya bau yang khas merupakan gejaia klinis yang spesiftk untuk penderita abses paru. Batuk yang disertai dengan darah dapat
teijadi walaupun jarang, dan bila terjadi batuk darah, maka hai ini akan menjadf faktor pemberat bagi penderita, bahkan dapat mengancam jiwa penderita itu sendiri.
Pada pasien ini dijumpai gejala klinis berupa sesak nafas yang diikuti adanya batuk berdahak kental berwarna hijau dengan disertai bau yang khas.
III.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dada, tidak ada tanda - tanda yang spesifik untuk penderita abses paru. Pada perkusi, akan didapati sonor memendek bahkan beda,
dan pada auskultasi kita akan menjumpai adanya suara pemafasan yang melemah bahkan menghilang biia abses paru besar dan terletak dekat dengan permukaan
paru. Pada suara pemafasan ktta dapat mendengarkan adanya suara tambahan berupa suara.
Jari tabuh akan kita jumpai pada penderita abses paru, yang telah mengaami supurasi jaringan paru dalam waktu 2 minggu, dengan pengobatan yang tidak
adekuaT.
III.4.3 Radiologis
Secara radiologis, penderita abses paru akan memberikan gambaran abnormalitas, muiai dari infiltrat pneumonia, yang diikuti kemudian dengan
konsolidast homogen. Apabila telah adanya kavitas dengan air flud level, maka mengindikasikan telah adanya hubungan langsung antara jaringan paru dan
bronkus. Pembengkakan pada septum interlobar merupakan ciri khas pada infeksi Klebsiella sp.
Universitas Sumatera Utara
Foto roentgen toraks lateral akan membantu kita dalam menentukan letak lesi di paru. Hal ini akan mempermudah kita saat melakukan pemeriksaan fisik dada dan
dapat membantu dalam pemeriksaan penunjang yang akan kita lakukan berikutnya, seperti CT Scan toraks dan bronkoskopi.
Segmen posterior Iobus atas paru kanan merupakan tempat yang paling sering terjadinya abses paru, diikuti dengan segmen apikal dan Iobus bawah sesuai
dengan gerakan gravitasi. Selain gambaran radiologis diatas, kita juga dapat melihat adanya abnormalitas seperti adanya konsofidasi homogen dengan meniskus sign,
bila telah terjadi elusi pteum, Kita juga dapat temukan adanya pleura line pada penderita yang teteh mengalami pneumotoraks.
Pada penderita abses paru, setelah kita obati antibiotika yang adekuat, maka kita terus melakukan foto toraks ulangan untuk evaluasi pengobatan setelah 1
minggu kemudian. Apabila abses paru telah mengalami perbaikan, seiain dari gejaia klinis pasten yang semakin mernbaik, kita dapat melihat pula perbaikan secara
radiologis. Secara radiologis, yang dapat kita iihat adalah adaoya pengurangan ioffet
pneumonia yang terjadi, diikuti dengan semakin meniptsnya dinding kavitas yang ada, bahkan kavitas yang terjadi akan hilang dan tidak terdeteksi lagi. Pada sebuah
studi di AS, dari 71 orang penderita abses paru, 13 kavitas menghilang dalam
waktu 2 mtnggu, 44 menghilang dalam 4 minggu, 59 menghilang dalam 6 minggu, dan 70 menghilang dalam 3 bulan setelah pengobatan yang adekuat
Adanya gambaran fibrosis yang merupakan gambaran sisa.
lIl.4.4 Sputum
Pemeriksaan sputum sangat memegang peranan penting dalam mengetahui jenis bakteri yang msnyebabkan terjadinya abses paru. Pada infeksi yang
disebabkan oteh bakteri anaerob, akan dijumpai sputum mukopurulen yang mengandung banyak neutrofil yang merupakan eampuran dengan bakteri coccus
gram positif dan bakteri batang gram negatif.
Universitas Sumatera Utara
III.4.5 Bronkoskopi
Bronkoskopi digunakan sebagai atat diagnostik yang paling membantu pada penderita abses paru. Hal ini dikarenakan dengan pemeriksaan bronkoskopi kita
dapat langsung melihat kelainan dan lokasi sumber infeksi pada bronkus. Dengan bronkoskopi, kita dapat langsung mengambil sampel sputum dari biiasan bronkus,
dan menemukan bakteri penyebab terjadinya abses paru. Hal ini sangat membantu kita dalam pemberian pengobatan antibiotika yang sesuai dan sensitif terhadap
bakteri yang kita temukan. Selain sebagai atat penegakan diagnostik, bronkoskopi juga dapat kita tekukan dalam mengambil bahan - bahan iritan, seperti jarum, peiuru
ataupun corpus alienum lainnya yang menyebabkan terjadinya infeksi dan terbentuknya abses.
III.5 Diagnosa banding
Ada beberapa diagnosa banding abses paru yang kita nilai dari gejala kiinis, pemeriksaan fisik, terutama gambaran radioiogis dari foto toraks dengan penyakit
lain, yaitu :
III.5.1 Empiema teriokalfsir
Sangat suiit kita membedakan empiema teriokalisir dengan abses paru secara gejala kiinis dan radioiogis. Secara kiinis keduanya dapat menghasilkan
gejala yang hampir sama. Secara radioiogis empiema teriokalisir maupun abses paru dapat menghasilkan gambaran kavitas dengan air flud level, namun empiema
teriokalisir dapat kita lihat seperti huruf O, atau dikenal dengan D shape. CT Scan merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat membantu kita daiam
membedakan kedua penyakit ini.
III.5.2. Bula
Secara radiologis bula dengan abses panj dapat dibedakan, dimana kavitas yang kita curigai sebagai bula mempunyai dinding yang tipis, dan licin. Foto toraks
sebelumnya sangat membantu daiam membedakan bula dengan abses paru.
Universitas Sumatera Utara
III.5.3 Hematoma paru
Yang dapat membedakan abses paru dengan hematoma paru adalah dengan mengetahui adanya riwayat trauma dada. Btla pasten mengalamt keluhan batuk
teerdahak, maka sputum tidak puruten dan biasanya mengandung hematom yang timbul daiam beberapa minggu kemudian.
III. 5.4 Pneumokoniosis