Proses Pengambilan Keputusan Sistem Pendukung Keputusan

2.1.5 Proses Pengambilan Keputusan

Penyusunan model keputusan merupakan suatu cara untuk mengembangkan hubungan-hubungan logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis, yang mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor-faktor yang terlibat [8]. Adapun beberapa model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan menurut Suryadi [8] adalah sebagai berikut: 1. Fase Penelusuran Intelligence Tahap ini merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil. 2. Fase Perancangan Design Tahap ini merupakan suatu proses untuk merepresentasikan model sistem yang akan dibangun berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, suatu model dari masalah dibuat, diuji, dan divalidasi. 3. Fase Pemilihan Choice Tahap ini merupakan suatu proses melakukan pengujian dan memilih keputusan terbaik berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan dan mengarah kepada tujuan yang akan dicapai. 4. Fase Implementasi Implementation Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan-perbaikan. Pada hakikatnya, proses pengambilan keputusan sama dengan proses pemecahan masalah, perbedaannya hanya terdapat pada bidang cakupannya saja. Seperti yang dikemukakan oleh Turban [10], terdapat tiga aktivitas utama dari proses pemecahan masalah, yaitu : 1. Menelusuri akar permasalahannya, 2. Merumuskan berbagai skenario pemecahan masalahalternatif, dan 3. Memilih alternatif terbaik Universitas Sumatera Utara

2.2 Multiple Attribute Decision Making MADM

Multiple Attribute Decision Making MADM merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria- kriteria tertentu. MADM menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan [6]. Pada dasarnya, terdapat 3 pendekatan dalam mencari nilai bobot atribut menurut Kusumadewi [5], yaitu: 1. Pendekatan subyektif 2. Pendekatan obyektif 3. Pendekatan integrasi antara subyektif dan obyektif Nilai bobot pada pendekatan subyektif ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif dapat ditentukan secara bebas. Nilai bobot pada pendekatan obyektif dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan multikriteria adalah metode TOPSIS Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution.

2.2.1 TOPSIS Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution

TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang tahun 1981, dengan ide dasarnya berupa alternatif yang dipilih memiliki jarak terdekat dengan solusi ideal positif dan memiliki jarak terjauh dari solusi ideal negatif. TOPSIS memberikan sebuah solusi dari sejumlah alternatif yang mungkin dengan cara membandingkan setiap alternatif dengan alternatif terbaik dan alternatif terburuk yang ada diantara alternatif-alternatif masalah. Metode ini menggunakan jarak untuk melakukan perbandingan tersebut. Universitas Sumatera Utara